Pelanggaran HAM Berat Tahun 1965-1966 di Sumatera Utara

BAB III ANALISIS HASIL DARI PERGERAKAN YANG DILAKUKAN OLEH IKATAN KELUARGA ORANG HILANG INDONESIA IKOHI DALAM MEMPERJUANGKAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA BERAT PADA TAHUN 1965-1966 DI SUMATERA UTARA

A. Pelanggaran HAM Berat Tahun 1965-1966 di Sumatera Utara

Didalam pasal 1 ayat 1 UU No. 26 Tahun 2000 dijelaskan Hak Asasi Manusia adalah Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati, di junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dan didalam UU HAM No 39 Tahun 1999 dikatakan bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian, yang mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh deklarasi HAM dan kovenan HAM lainnya. Universitas Sumatera Utara Pelanggaran HAM didalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, dikatakan bahwa Pelanggaran HAM dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu Pelanggaran HAM berat dan Pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM berat meliputi Kejahatan Genosida dan Kejahatan kemanusiaan. Sedangkan bentuk Pelanggaran HAM ringan adalah selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu. Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Sementara kejahatan Kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk kekerasaan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid. Sebelum memaparkan peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1965-1966 di Indonesia kita juga harus mengetahui bagaimana awal mula Universitas Sumatera Utara munculnya peristiwa tersebut, proses stigmatisasi terhadap korban tersebut dimulai sejak awal Oktober 1965 yaitu dimulai dari pemberitaan tentang penyiksaan terhadap Jendral di Lubang Buaya sampai hari ini dengan penerbitan berbagai buku tentang Soeharto sebagai “penyelamat Bangsa dari G30SPKI” digambarkan telah terjadi penyiletan kemaluan para Jendral serta pengcungkilan mata mereka oleh perempuan yang disebut sebagai anggota Gerwani, ini menimbulkan citra buruk di mata masyarakat bahwa perempuan kiri saja sudah demikian kejamnya apalagi lelaki yang berideologi komunis. Kegeraman masyarakat terhadap PKI dan Ormas didukung oleh konflik Horizontal yang sudah ada sebelumnya serta dipicu oleh operasi militer menyebabkan terjadinya penangkapan serta pembunuhan massal terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1965-1966 di Indonesia merupakan suatu tragedi kemanusiaan yang merupakan sejarah kelam bagi bangsa Indonesia, pada peristiwa tersebut telah banyak terjadi berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat negara kepada mereka yang disangka sebagai anggota dan pengikut komunis yang dianggap melawan pemerintah pada saat itu. Berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan pada saat itu termasuk didalam golongan pelanggaran HAM yang berat yang didalamnya terdiri dari kejahatan Genosida dan kejahatan Kemanusiaan. Dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komnas HAM dalam peristiwa 1965 ini diduga bahwa telah terjadi kejahatan Kemanusiaan yakni diantaranya adalah pembunuhan, Universitas Sumatera Utara pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan, penyiksaan, kejahatan seksual, penganiayaan dan penghilangan orang secara paksa. Kejahatan Kemanusiaan ini yang dilakukan secara sistematis dan meluas. Sistematis disini dimaksudkan adalah tindakan secara struktural yang dilakukan melalui komando dan meluas yaitu terjadi hampir diseluruh wilayah di Indonesia kecuali Irian Barat. Pelanggaran HAM yang terjadi di Sumatera Utara dimulai dari kebijakan pembantaian terhadap PKI. Pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia dimulai keberhasilan orde baru atau Angkatan Darat dalam membasmi PKI dan pelanggaran ini juga terjadi sampai ke daerah danau toba. Pada masa kekuasaan orde baru modal asing berkembang di Indonesia dan dimulailah penghancuran PKI. Masuknya modal sampai budaya dan ideologi tidak bisa dimusnahkan dan 30 ribu orang guru yang dipecat dan penggantinya sangat bobrok. IKOHI secara khusus berbicara mengenai penghilangan secara paksa dan secara umum berbicara tentang hak asasi manusia. Dalam keterangan yang diperoleh dari seseorang yang merupakan korban pelanggaran HAM tahun 1965 yang bernama Astaman Hasibuan. Astaman Hasibuan lahir pada tanggal 17 maret 1940. Astaman di tangkap pada tahun 1965 dengan nama yang berbeda-beda sampai pada tahun 1968. Astaman pernah memimpin organisasi pemuda, pelajar, kebudayaan. Tetapi tidak pernah menjadi orang pertama hanya menjadi wakil. Di Lekra kebetulan orang pertama sekretaris pernah menjadi wakil sekretaris, pernah menjadi wartawan di harian harapan yang Universitas Sumatera Utara dianggap orang korannya PKI untuk sumatera utara, kalau dipusat itu harian rakyat. Padahal bukan semua orang PKI. Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia IPII di Siantar jadi sekretaris. Lembaga kebudayaan rakyat lekra. Mulai dari pemuda rakyat umur 16 tahun masih smp, karena 2 tahun mengungsi agresi pertama atau kedua. Jadi naik kelas dua, pulang dari pengungsian tahun 1950 kelas dua lagi balik. Belum bisa di IPII, begitu masuk SMA mengorganissir IPII umur 18 tahun. Pemuda rakyat pusat kota pemantang siantar pimpinan. Orangtuanya adalah orang pertama PKI. Sekretaris Seksi Komite PKI Simalugun, belakangan menjadi komite seksi. Pada 1955 pemilu dia menjadi wakil ketua DPRDS belakangan menjadi DPRD. “Semua pelanggaran HAM ini dimulai dari kebijakan pembantaian terhadap PKI atau keberhasilan Orde Baru atau Angkatan Darat membasmi PKI dari sanalah dimulai pelanggaran HAM. Begitu Orde Baru berkuasa masuklah modal asing hancurlah Irian Barat dengan Freeport. Kebejatan itu dimulai dari penghancuran PKI. Masuknya secara bebas baik modal sampai budaya, ideologi memang tidak bisa dimusnahkan. Melihat tulisan dan hasil kongres apalagi hasil pemilihan umum pertama 1955 sudah dapat 4 besar dan bagaimana ia memperjuangkan rakyat dan apalagi belakangan sesudah PRRI melakukan pemberontakan ikut melawan pemberontak. Pada mulanya memang orang tua yang membawa tulisan- tulisan tersebut kemudian saya berkecimpung dalam tulisan-tulisan itu dan menikmati tulisan – tulisan itu. Jadi tulisan tentang PKI itu memperjuangkan kaum buruh kaum tani siapapun baik organisasi-organisasi agama atau apun itu dia perjuangkan. Jika seseorang naik gaji semua naik gaji bukan satu orang itu saja. Belakangan sesudah Soekarno mau bersatu menggalang front dengan nasionalisme yang revolusioner dengan kaum agama yang revolusioner dan dengan komunis yang memang sudah revolusioner. Cuma komunis yang revolusioner. Bukan PKI yang bilang itu tetapi presiden yang mengatakan PKI yang revolusioner dan Soekarno itu bukan orang PKI. Malah dia pernah anti PKI dan membubarkannya waktu peristiwa madiun. Karena Cuma PKI yang revolusioner dan benar- benar memperjuangkan rakyat. Jadi memang diajarkan memihak pada kaum buruh, kaum tani dan kaum miskin kota yang ditindas yang dibela, bukan hanya yang sealiran yang dibela. Jadi PKI memang membela setelah di Lekra disuruh untuk menghibur kaum buruh kaum tani siapapun dia tidak pilih bulu. Beliau memperjuangkan buruh tani yang dihisap oleh tuan tanah melalui sandiwara, pembacaan puisi dan deklamasi. Keberhasilan Orde Baru pada masa itu menghancurkan organisasi-organisasi yang disebut oleh Soekarno revolusioner karena bukan hanya orang PKI saja yang dibunuh tetapi termasuk Universitas Sumatera Utara orang-orang yang nasionalis, marhaen dan agam revolusioner itu juga dibantai, ditangkap, ditahan dan diburukan 49

B. IKOHI Sebagai Organisasi Gerakan Sosial