Gagasan Antonio Gramsci mengenai Civil Society

ditempatkan di dalam civil society itu sendiri dan yang merubah masyarakat sipil. Masyarakat sipil tidak dapat diselamatkan oleh sistem yang dipaksakan 34 Marx berhasil membangun dua fakta dalam formulasi ini. Pertama, bahwa wilayah sipil tidak ditransformasi oleh revolusi borjuis. Bahkan kekuasaan yang tidak terbatas yang dimiliki oleh kaum borjuis telah meningkatkan opresif dalam lingkungan masyarakat sipil. Kedua, klaim negara atas universalitas adalah palsu. Semua yang terjadi adalah bahwa beberapa kekuasaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh kekuasaan politik telah diprivatisasi, yaitu kekuasaan tersebut telah dilimpahkan kepada kelas yang memiliki properti. Logika yang sama yaitu logika eksploitasi kapitalisme terus mengatur kedua wilayah tersebut . 35 Sebagaimana Hegel, Marx menganggap negara sebagai entitas yang terpisah dan berhadapan dengan civil society, tetapi titik tolak gagasan Marx tidak terletak pada paradigma idealistik seperti yang diasumsikan Hegel. Marx berpendapat bahwa posisi civil society terletak pada basis materill atau ekonomi, atau apa yang disebut dengan the realm of the needs and necessity dari hubungan produksi kapitalisme. Dan oleh karena itu, mengikuti Hegel maka civil society disamakan dengan burgerliche geselschaft . 36

c. Gagasan Antonio Gramsci mengenai Civil Society

. 34 Ibid. Hal 23. 35 Nerra Chandoke. 2001. Benturan Negara dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta: Institut Tafsir Wacana. Hal 206-208. 36 Eddi Wibowo, dkk. 2004. Kebijakan Publik Pro Civil Society. Yogyakarta: YPAPI. Hal 24. Universitas Sumatera Utara Antonio Gramsci seorang pemikir dari Italia, memberikan konstribusi kepada teori politik sebuah gagasan berharga mengenai masyarakat sipil dan masyarakat politik, hegemoni dan peran intelektual. Hasilnya adalah ekspansi lapis tiga dalam teori politik Gramsci, yaitu sebuah ekspansi dalam teori negara, mengalir dari ekspansi ide tentang kekuasaan dan dominasi dan ekspansi konsep revolusi. Melalui konseptualisasi-konseptualisasi tersebut, muncul konsep tentang civil society. Dan ketiga ekspansi tersebut mulai dan berakhir pada penolakan yang berkaitan dengan strategi revolusioner. Dalam pandangan Gramsci, perbedaan antara civil society dan masyarakat politik juga merupakan perbedaan antara tempat dan bentuk kekuasaan. Masyarakat politik adalah wilayah dimana aparat koersif negara berkonsentrasi, seperti dipenjara, sistem peradilan, angkatan bersenjata, dan polisi. Civil society adalah wilayah dimana negara mengoperasikan bentuk-bentuk kekuasaan secara tidak nampak dan halus melalui sistem religi, pendidikan, budaya, serta institusi lain. Masyarakat politik mendisiplinkan fisik melalui peraturan-peraturan hukum dan penjara, sedangkan masyarakat sipil mendisiplinkan pikiran dan jiwa melalui institusi-institusi tersebut 37 Gramsci menawarkan sebuah model untuk memahami dan mengelompokan negara melalui civil society. Menurut Gramsci semua negara merupakan struktur kekuasaan koersif, namun negara tanpa masyarakat sipil merupakan negara yang lemah. Properti dari negara borjuis adalah bahwa mereka . 37 Ibid. Hal 24-25. Universitas Sumatera Utara tidak transparan karena memiliki civil society. Dan dinegara-negara itu, civil society bertindak sebagai filter yang protektif. Di Barat ada hubungan yang layak antara negara dan civil society ketika negara goyang, maka struktur kokoh civil society langsung menjadi terbuka. Negara hanya merupakan parit luar belakang berdirinya benteng dan sistem kerja dunia 38 Berbeda dengan Marx yang menempatkan secara rigid posisi civil society pada basis materiil, Gramsci justru melihat civil society sebagai proses suprastruktur dimana proses perebutan kekuasan terjadi. Gramsci menempatkan civil society dalam posisi bersama negara sebagai bagian dari suprastruktur, sedangkan infrastrukturnya adalah cara produksi ekonomi atau sistem ekonomi masyarakat. Bertolak dari konsep ini, civil society berdasarkan gagasan Gramsci dilihat memiliki sifat kemandirian dan politik . 39

d. Manifestasi Civil Society