3 Pendekatan pengeluaran Expenditure Approach, yaitu pendapatan yang diperoleh dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat.
Pada penelitian ini untuk menghitung besar kecilnya pendapatan pedagang warung tradisional yaitu menggunakan pendekatan pendapatan, dimana
menghitung nilai keseluruhan balas jasa yang dapat di terima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu periode tertentu.
2.1.6 Jarak
Alfred Marshall dalam Iskandar, 2007 menerangkan bahwa jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu
lintasan tertentu. Jarak antar pedagang dapat menimbulkan persaingan antar pedagang. Hal ini akan menyebabkan peluang pendapatan pedagang akan
terpengaruh. Menurut Lloyd dan Dicken 1990, lokasi apabila dilihat dari sisi perbedaan harga, maka akan dipengaruhi oleh faktor jarak. Apabila antara satu
pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu pedagang dapat menaikkan sedikit
harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya. Pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang lain yang tidak menaikkan harga, tetapi pelanggan yang dekat
dengannya tidak akan beralih karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih lebih besar daripada perbedaan harga jual diantara pedagang.
Pada penelitian ini, minimarket yang merupakan pesaing warung tradisional memberikan dampak negatif pada tingkat perubahan keuntungan usaha
karena jarak yang dekat diantara keduanya. Kedekatan jarak diantara keduanya diukur dengan satuan meter. Dimana semakin dekatnya jarak antara warung
tradisional dengan minimarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya semakin besar, sehingga terjadi perubahan keuntungan usaha warung tradisional.
2.1.7 Jangkauan Pelayanan
Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang spatial order kegiatan ekonomi, atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang
alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain activity.
Secara umum, pemilihan lokasi atau jangkauan pelayanan oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti bahan baku lokal local input, permintaan
lokal local demand, bahan baku yang dapat dipindahkan transferred input, dan permintaan luar outside demand Hoover dan Giarratani, 2007.
Von Thunen dalam Fajar, 2010 mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan
pertimbangan ekonomi. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von
Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan selisih antara harga
jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk
membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin.
Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
Weber dalam Pigawati, 2007 menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip
minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya
harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut
Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh
lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material IM,
sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup
closed curve berupa lingkaran yang dinamakan isodapan isodapane. Teori Lokasi dari August Losch dalam Pigawati, 2007 melihat persoalan
dari sisi permintaan pasar, berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran produksi. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar. Hal ini mempunyai tujuan
untuk menemukan pola lokasi industri sehingga dapat ditemukan keseimbangan
spasial antar lokasi. Menurut pendapat Losch, dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat ditemukan pola keberaturan.
Teori Losch berasumsi bahwa suatu daerah yang homogen yang mempunyai distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata
serta selera konsumen yang sama. Sehingga pada akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani penjual akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan
terbentuk segi enam beraturan. Bentuk ini menggambarkan daerah penjualan terbesar yang masih dapat dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari
tempat lokasi kegiatan produksi yang bersangkutan. Keseimbangan yang dicapai dalam teori ini berasumsi bahwa harga hanya
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, oleh karena apabila penjual menaikkan harga jualnya maka keseimbangannya akan terganggu. Ini akan
berakibat bukan hanya pada pasar yang semakin menyempit karena konsumen tidak mampu membeli tetapi sebagian pasar akan hilang dan direbut oleh penjual
yang berdekatan. Salah satu cara untuk memperluas jangkauan pasar dapat dilakukan dengan menjual barang yang berbeda dan lebih bervariasi dari yang
sudah ditawarkan. Variasi konsumsi akan terjadi apabila dalam suatu wilayah tersebut
terdapat variasi distribusi barang dan jasa. Variasi konsumsi biasanya terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pasar atau di daerah yang terdapat
banyak fasilitas yang menyediakan kebutuhan masyarakat. Daerah – daerah
seperti ini akan banyak dikunjungi oleh masyarakat, oleh karena itu kegiatan produksi akan lebih baik jika berdekatan dengan pasar atau daerah daerah
tersebut. Karena tata letak kegiatan produksi merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak
memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing industri dalam kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan
kerja, kontak pelanggan, dan citra industri, diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap jumlah
konsumen yang dapat dijaringnya. Makin jauh dari pasar, konsumen enggan membeli karena biaya transportasi semakin jauh tempat penjualan semakin
mahal. produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi usaha
warung tradisional maupun minimarket berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang berbelanja. Kedekatan lokasi sebuah minimarket maupun warung tradisional
dengan kawasan pemukiman maupun pasar, berbanding terbalik dengan jumlah konsumen yang akan terjaring.
2.1.8 Diversifikasi Produk