Insidensi Sindrom Metabolik .1 Epidemiologi

menemukan the deadly quartet yang terdiri atas obesitas, hipertensi, diabetes dan hipertrigliseridemia sebagai faktor penyebab yang dapat meningkatkan penyakit kardiovaskuler Pusparini, β007. Pada Tahun 1991 Alberto dan Zimmet menyarankan bahwa obesitas abdominal masuk dalam kriteria sindrom X , dan kemudian mengubah namanya menjadi sindrom resistensi insulin atau metabolic syndrome Pusparini, β007. Ada berbagai istilah yang sering digunakan untuk SM antara lain adalah Reaven’s Syndrome, Metabolic Syndrome X, Insulin Resistance Syndrome, Cardiometabolic Syndrome, dan di Australia lebih dikenal dengan istilah Coronary artery disease, Hypertension, Atherosclerosis, Obesity and Stroke CHAOS Effendi, β01γ. Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gejala kelainan metabolik, baik lipid maupun non lipid yang merupakan faktor risiko penyakit Diabetes Mellitus tipe β dan kardiovaskuler, yang terdiri dari obesitas abdominal, dislipidemia ateroganik peningkatan trigliserida dan penurunan high density lipoprotein HDL yang rendah, tekanan darah yang meningkat, dan resistensi insulin Effendi, β01γ.

2.2.2 Insidensi

Menurut data IDF β006 diperkirakan β0-β5 penduduk dewasa mengidap SM dan beresiko tiga kali lebih banyak terkena penyakit jantung dan stroke dibandingkan dengan yang tidak. Dan penderita SM memiliki resiko 5 kali lipat untuk terkena Diabetes Mellitus tipe β IDF, β006. Prevalensi SM di USA pada usia β0 tahun diperkirakan sekitar β5, dan pada usia 50 adalah sebesar 45, insidensi SM meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Untuk di asia, di Cina penelitian berdasarkan kriteria diagnosis SM IDF sebesar βγ,β dan NCEPATP III sebesar 16,β Effendi, β01γ. Di Indonesia dilakukan penelitian dengan menggunakan NCEPATP III yang dimodifikasi dengan kriteria obesitas berdasarkan IMT Asia Pasific pada beberapa penelitian yang dilakukan, didapatkan data di daerah pedesaan Bali sebesar 7,8 dan di kota besar seperti Denpasar sampai sebesar β4,8, Semarang 16,6, Bandung sebesar ββ,94, Depok β6,γ, Jakarta β8,4, Makasar sebesar γγ,4, dan prevalensi SM terbesar adalah di Surabaya yaitu sebesar γ4 Soegondo dan Purnamasari, β014. Penelitian yang dilakukan di India tahun β005, dari 187 penderita diabetes yang keluarganya tidak menderita diabetes, didapatkan γγ,1 memiliki komponen faktor risiko SM, dengan pemeriksaan kadar antioksidan berupa vitamin A, vitamin E dan vitamin E didapatkan sangat rendah Sharma, β005. Penelitian yang dilakukan di Turki pada tahun β009 didapati bahwa skor SAT pada penderita SM yang menderita diabetes nilainya lebih rendah jika dibandingkan dengan penderita SM tanpa diabetes dan orang normal Ozbek et al., β011. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Aparna di daerah Tirupati India, menemukan bahwa pasien SM non obese memiliki konsentrasi antioksidan yang rendah terutama vitamin E, C dan carotenoids, dan pada pasien non obese yang menderita SM memiliki konsentrasi antioksidan yang jauh lebih rendah lagi jika dibandingankan orang yang sehat dengan menggunakan pemeriksaan antioksidan ferric reducing ability of plasma FRAP assay Aparna et al., β01β.

2.2.3 Penyebab Sindrom Metabolik