2. Pasal 6 tentang strukturKerangka akta Jaminan Fidusia. d. Undang-undang No.30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris khususnya:
Pasal 38 tentang Struktur Kerangka Akta Notaris e. Undang-undang 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
khususnya: 1. Pasal 17 tentang larangan memproduksi iklan yang isinya
menyesatkan. 2. Pasal 18 tentang aturan dalam mencantumkan klausula baku dan
setiap perjanjian. f. Undang-undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
2.5.3 Mengikatnya Perjanjian
Sebagaimana ditentukan dalam pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian yang dibuat mengikat orang yang membuat. Para pihak harus mentaati apa yang
diperjanjikannya itu, keharusan itu lahir dari perjanjian itu sendiri yang berkuatan sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Pasal 1338
KUHPerdata. Berkaitan dengan hal ini, maka suatu perjanjian yang sah harus terpenuhi empat syarat yang tercantum dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mengandung arti bahwa antara para pihak dalam perjanjian telah ada persesuaian kehendak masing-
masing. Kesepakatan ini tidak sah apabila disebabkan oleh kekhilafan, paksaan, ataupun penipuan Pasal 1321, Pasal 1322, dan Pasal 1328
KUHPerdata persetujuan dapat dinyatakan secara tegas maupun secara diam-diam. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya betul-betul
atas kemauan sukarela pihak-pihak, tidak ada paksaan sama sekali dari pihak manapun. Sebelum ada persetujuan biasanya pihak-pihak
mengadakan perundingan negotiation, yaitu pihak yang satu memberitahukan kepada pihak yang lain menyatakan pula kehendaknya
sehingga tercapai persetujuan yang mantap.
51
Sepakat merupakan salah satu syarat yang amat penting dalam sahnya suatu perjanjian. Sepakat ditandai dengan adanya penawaran dan
penerimaan dengan cara tertulis, lisan, diam-diam, dan simbol-simbol tertentu. Kesepakatan dengan cara tertulis dapat dilakukan dengan akta
otentik maupun akta dibawah tangan. Kesepakatan secara lisan banyak terjadi dalam pergaulan
masyarakat sederhana. Misalnya saat berbelanja di pasar. Kesepakatan secara diam-diam juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
saat berbelanja di swalayan dengan mengambil barang menyerahkan kepada kasir dan membayar barangnya kesepakatan menggunakan simbol
juga banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat kita berbelanja di warung untuk membeli rokok maka dengan menempel dua jari di mulut
merupakan simbol untuk membeli rokok.
52
Kesepakatan sesungguhnya merupakan inti dari perjanjian. Kapan kesepakatan itu terjadi merupakan pertanyaan yang sangat penting. Karena
51
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.89
52
Ketut Artadi Dan Dewa Nyoman Rai Asmara, op.cit, h.52.
kapan kesepakatan itu terjadi sebagai saat lahirnya perjanjian, ada berbagai teori untuk kapan lahirnya perjanjian, yaitu:
1. Teori Kehendak
Menurut teori ini, pada hakekatnya yang menyebabkan terjadinya perjanjian adalah kehendak. Suatu penerapan konsekuan dari teori ini
adalah bahwa kalau terjadi perbedaan atau pertentangan antara pernyataan dengan kehendaknya maka tidak terjadi perjanjian. Teori
ini akan menghadapi kesulitan apabila tidak ada persesuaian antara kehendak dan pernyataan.
2. Teori Keterangan
Menurut teori ini yang menyebabkan terjadinya perjanjian adalah semata-mata keterangan atau pernyataan yang dikemukakan. Jika
terjadi pertentangan antara kehendak dengan pernyataan, maka perjanjian dianggap terjadi seperti yang dituangkan dalam keterangan
atau pernyataan. 3.
Teori Kepercayaan Menurut teori ini tidak semua keterangan atau pernyataan yang
menyebabkan terjadinya perjanjian, tetapi hanyalah keterangan atau pernyataan yang menimbulkan kepercayaan bahwa hal itu memang
sungguh-sungguh dikehendaki.
53
53
H. Salim, H.Abdullah, Dan Wiwiek Wahyuningsih, op.cit, h.26.
b. Kecakapan untuk membuat perikatan