17
“a provision that keeps the remaining provision of a contract is any portion of that contract is judicially declare void
”.
11
Dimana dalam hal ini berarti di dalam suatu perjanjian dapat terdiri dari dua atau lebih perikatan.
Apabila salah satu dari perikatan dalam perjanjian itu batal, maka bukan berarti perikatan yang lain menjadi batal tetapi perikatan yang lain harus
tetap dilaksanakan. Dengan melihat pada penjelasan tersebut, maka jelas jika suatu perjanjian pun dapat terdapat severbal clause asas
separabilitas.
12
1.7.4 Teori Perjanjian
a. Menurut teori lama yang disebut perjanjian adalah hukum berdasarkan
kata sepakat untuk memberikan akibat hukum. dari definisi ini telah tampak adanya asas konsensualisme dan timbulnya akibat hukum
timbullenyapnya hak dan kewajiban.
13
b. Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.. Ada tiga
tahap dalam membuat perjanjian menurut teori baru : 1.
Tahap Pracontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan 2.
Tahap Contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak
11
Gunawan Widjaja, 2008, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis “Arbitrase vs Pengadilan
Persoalan Kompetensi Abolut yang Tidak Pernah Selesai”, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, hal.27.
12
Ibid.
13
Salim, 2011, Pengantar Hukum Perdata Tertulis BW, Sinar Grafika, Jakarta, h. 161.
18
3. Tahap Post Contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.
14
1.7.5 Doktrin Klausula Arbitrase
1. Klausula arbitrase dalam suatu kontrak bisnis menurut Huala Adolf,
dijelaskannya sebagai berikut: “Penyerahan suatu sengketa kepada
arbitrase dapat dilakukan dengan pembuatan suatu submission clause, yaitu penyerahan kepada arbitrase suatu sengketa yang lahir. Alternatif
lainnya, atau melalui pembuatan suatu klausul arbitrase dalam suatu perjanjian sebelu sengketanya lahir klausul arbitrase atau arbitration
clause”.
15
Berdasarkan pendapat Huala Adolf, maka klausul arbitrase dimaksud ialah suatu ketentuan yang tercantum dalam kontrak yang
berisikan ketentuan tentang cara bagaimana penyelesaian suatu persengketaan atau perselisihan jika di kemudian hari timbul
persengketaan di antara para pihak yang membuat kontrak bisnis tersebut.
1.7.6 Doktrin Mengenai Arbitrase
1. Subekti menyebutkan, bahwa arbitrase adalah penyelesaian atau
pemutusan sengketa oleh seseorang hakim atau para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau
menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau tunjuk tersebut.
16
2. Abdulkadir Muhammad memberi batasan yang lebih perinci
bahwa arbitrase adalah badan peradilan swasta di luar lingkungan
14
Ibid.
15
Huala Adolf, loc.cit
16
Subekti, 1992, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung,, Hlm.1.
19
peradilan umum, yang dikenal khusus dalam dunia perusahaan. Arbitrase adalah peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri
secara sukarela oleh pihak-pihak pengusaha yang bersengketa. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara merupakan
kehendak bebas para pihak. Kehendak bebas ini dapat dituangkan dalam perjanjian tertulis yang mereka buat sebelum atau sesudah
terjadi sengketa sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam hukum perdata.
17
3. Frank Elkoury dan Edna Elkoury dalam bukunya How Arbitratiom Works disebutkan, bahwa arbitrase adalah suatu
proses yang mudah atau simpel yang dipilih oleh para pihak secara sukarela yang iingin agar perkaranya diputus oleh juru
pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka dimana keputusan mereka berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak
setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut secar final dan mengikat.
18
1.8 Metode Penelitian