b. Kecakapan untuk membuat perikatan
Kecakapan bertindak ini dalam banyak hal berhubungan dengan masalah kewenangan bertindak dalam hukum karena kecakapan bertindak
dapat melahirkan perjanjian yang sah. Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum, dalam KUHPerdata Pasal 1330
disebutkan sebagai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian.
1. Orang yang belum dewasa, yang ditentukan dalam Pasal 330
KUHPerdata adalah mereka yang belum genap berumur 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
2. Mereka yang masih di bawah pengampuan, sesuai ketentuan
Pasal 433 KUHPerdata adalah orang yang dungu, sakit otak, mata gelap, dan boros.
3. Orang Perempuan dalam hal tertentu dalam hal yang ditetapkan
oleh undang-undang.
54
orang perempuanisteri dalam hal telah ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang kepada siapa
undang-undang telah
melarang membuat
persetujuan- persetujuan tertentu, diatur pula dalam Pasal 108 KUHPerdata
disebutkan bahwa seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu perjanjian, memerlukan bantuan atau izin
kuasa tertulis dari suaminya.
54
Ketut Artadi Dan Dewa Nyoman Rai Asmara, op.cit, h.57.
Akan tetapi hal ini sudah tidak berlaku dengan adanya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni Pasal 31 yang
menyatakan: hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat.
c. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu adalah pokok perjanjian karena merupakan objek perjanjian dan prestasi yang harus dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau
setidaknya dapat ditentukan. Apa yang diperjanjikan harus jelas, ditentukan jenisnya ataupun jumlahnya. Keharusan mengenai suatu hal
tertentu artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.
55
d. Suatu sebabkausa yang halal