8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengangkat beberapa permasalahan akan dibahas lebih lanjut. Adapun permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut : 1.
Bagaimana kekuatan mengikat dari klausula arbitrase ditinjau dari penyelesaian sengketa bisnis?
2. Bagaimanakah akibat hukum diabaikannya klausula arbitrase dalam
sengketa bisnis?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah, perlu ditegaskan mengenaimateri yang diatur didalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari menyimpangnya pembahasan materi dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat diuraikan secara
sistematis. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Dalam permasalahan pertama, ruang lingkup permasalahannya
meliputi pembahasan mengenai kekuatan mengikat dari klausula arbitrase yang termuat dalam ketentuan UU AAPS. dalam
penyelesaian sengketa bisnis yang diatur dalam UU AAPS dikaitkan pula dengan pengaturan perjanjian dalam KUHPer.
2. Dalam permasalahan kedua, ruang lingkup permasalahannya meliputi
pembahasan dan perumusan mengenai akibat hukum pengabaian klausula arbitrase oleh Pengadilan Negeri. Dalam hal ini akan lebih
9
banyak beriorentasi terhadap akibat hukum terhadap putusan yang dikeluarkan oleh para pihak dan Pengadilan Negeri yang belum diatur
dalam UU AAPS.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana maka penelitian
dengan judul
Kekuatan Mengikat
Klausula Arbitrase
Dalam Menyelesaikan Sengketa Bisnis, belum pernah ada yang melakukan
penelitian sebelumnya. Namun pada Universitas lain ditemukan penelitian sejenis yang terkait dengan kekuatan mengikat kalusula arbitrase dan
akibat hukum diabaikannya klausula arbitrase, telah dilakukan penelusuran diantaranya sebagai berikut:
1. Menemukan jurnal di Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara,
pada Tahun 2015, atas nama Daru Tyas Wibawa “Klausul Arbitrase Dan Penerapannya Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis
” dengan latar belakang sebagai berikut:
“Perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase mempunyai fungsi penting dalam penyelesaian sengketa bisnis yang pada
hakikatnya merupakan bagian pengamanan dari kegiatan bisnis itu sendiri. Melalui pencantuman perjanjian arbitrase, ada suatu landasan hukum atau
dasar hukum yang memberikan perlindungan hukum dalam kegiatan bisnis serta memberikan rasa aman dari kemungkinan timbulnya pelanggaran
terhadap isi perjanjian kontrak tersebut. Perjanjian dan perjanjian arbitrase adalah perbuatan hukum mengikatkan diri di antara para pihak
10
yang menimbulkan konsekuensi hukum, sehingga dipenuhinya persyaratan yang ditentukan, maka keabsahan dan kekuatan mengikatnya menjadi
bagian penting dari keabsahan perbuatan hukum mengikatkan diri tersebut. Pengaturan perjanjian arbitrase pada perjanjian induk atau pokok
memberikan keabsahan dan kekuatan mengikat untuk digunakan lebih lanjut perjanjian arbitrase tersebut di kemudian hari. Akan tetapi manakala
hubungan bisnis berlangsung lancar dan memuaskan para pihak, tentunya perjanjian arbitrase klausul arbitrase tidak perlu digunakan lebih lanjut.
Dari latar belakang tersebut dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
7
1. Bagaimana pengaturan penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase?
2. Bagaimana kekuatan mengikat klausul arbitrase? 3. Sejauhmana akibat hukum pelanggaran klausul arbitrase?
2. Menemukan skripsi di Universitas Sebelas Maret, pada Tahun
2009, atas nama Novi Kusuma Wardhani “Tinjauan Yuridis Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Menyelesaikan Perkara
Kepailitan Dengan Adanya Akta Arbitrase Studi Putusan Kasus PT.Environmental Network Indonesia dan Kelompok Tani Tambak
FSSP Maserrocinnae melawan PT. Putra Putri Fortuna Windu dan PPF International Corporation
” dengan latar belakang sebagai berikut:“Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dipaparkan bahwa
akta arbitrase merupakan akta yang dibuat seseorang atau suatu
7
Daru Tyas Wibawa, 2015, Klausul Arbitrase Dan Penerapannya Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis, Sulawesi Utara: Universitas Sam Ratulangi.
11
badan usaha dalam melakukan suatu hubungan dengan mitra usahanya yang mengatur mengenai cara penyelesaiannya bila
timbul masalah atau sengketa di kemudian hari berkaitan dengan isi perjanjian tersebut. Akta arbitrase dapat berbentuk akta
compromise, yaitu akta perjanjian yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa maupun berbentuk pactum de compromittendo
yang dibuat sebelum terjadinya sengketa. Akta arbitrase memiliki kekuatan mengikat apabila akta arbitrase sesuai dengan asas
kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1338 KUH Perdata, selain itu juga
memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan, maupun ketertiban umum. Pengadilan Niaga berwenang memutus perkara kepailitan walaupun para pihak telah
membuat akta arbitrase, karena arbitrase merupakan suatu prosedur penyelesaian sengketa utang piutang biasa yang dimintakan ganti
rugi, namun apabila sengketa utang piutang tersebut diajukan permohonan pernyataan pailit, maka menjadi kewenangan
Pengadilan Niaga sepenuhnya dan arbitrase tidak boleh menyelesaikannya. Hal tersebut juga diperjelas dengan adanya
ketentuan dalam Pasal 303 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
12
Dari latar belakang tersebut ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
8
1. Bagaimanakah kekuatan mengikat akta arbitrase? 2. Bagaimanakah
kewenangan pengadilan
niaga dalam
menyelesaikan perkara kepailitan dengan adanya akta arbitrase?
Dengan melihat beberapa judul dan pembahasan yang ada dalam dua judul tersebut maka menurut penulis tidak ada kesamaan yang signifikan, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa dalam rumusan masalah pertama yang membahasa mengenai kekuatan mengikat klausula arbitrase memiliki
kesamaan hanya saja yang membedakan arah dari pembahasaan setiap judul memiliki perbedaan. Dengan hal tersebutmaka judul penelitian ini
berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan dari segi isinya.
1.5 Tujuan Penelitian