4 Christianson menemukan ibu yang merokok memiliki kecenderungan memiliki anak
dengan kelaianan kanal atrioventrikular dan ASD tanpa VSD atau TOF.
15
Studi di lithuania menemukan merokok dihubungkan denga risiko hampir 2x lebih besar
memiliki anak dengan CHD.
16
Dalam studi kohort restrospektif, Woods dan Raju menemukan bahwa hanya kelainan sistem kardiovaskular yang sangat berhubungan
dengan ibu yang merokok.
17
Hanya Kallen
18
dan Shcerbak et al
19
yang tidak menemukan hubungan antara merokok dan melahirkan anak dengan CHD.
Faktor gaya hidup seperti konsumsi alkhol dan merokok dapat meningkatkan stress oksidatif
20
dan dapat mengganggu proses normal dalam apoptosis dan perubahan pada membran sel.
21
Paparan prenatal asap rokok dalam sebuah studi ditemukan dapat menginhibisi sinteisis DNA dan menganggu fungsi otot polos
vaskular.
22
Pada bayi yang baru lahir asap rokok dapat pula merusak miokard sebagai akibat paparan berulang terhadap nikotin dan hipoksia.
23
4.2. DEFESIENSI ATAU EKSES NUTRISI MALNUTISI PADA IBU FETUS
Ibu dengan asupan makanan yang buruk umumnya melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah BBLR, didefinisikan sebagai berat2500 gram. Anak yang
lahir dengan BBLR ditemukan memiliki risiko mendapat CHD yang lebih tinggi, sesuai dengan penelitian oleh Ferentz et al.
47
Sebelumnya terdapat juga 2 konsep yang saling melengkapi, Barker memiliki teori yang menjadi dasar bahwa sakit saat dewasa
dapat meliki asal-muasal dimasa fetus atau dikenal dengan fetal origin of adult age disease. Teori ini didasarkan pada data epidemiologis yang menemukan adanya
hubungan antara malnutrisi fetus karena beragam sebab yang timbul sebagai BBLR dan morbiditasmortalitas saat dewasa. Hubungan yang berhasil ditemukan antara lain
BBLR dengan timbulnya Arterial Hypertension AHT,
24
kardiomiopati iskemik,
25
dan stroke.
26
diabetes melitus tipe 2,
27
chronic obstructive respiratory disease,
28
sindroma metabolik,
29
dislipidemia, obesitas dan tingginya kadar kortikosteroid.
30,31,32
Brenner et al kemudian berhasil mengaitkan antara BBLR dengan AHT dan kelainan ginjal.
33
Jumlah nephron yang berkurang pada bayi dengan BBLR dapat mengakibatkan timbulnya AHT atau membuat ginjal lebih rentan terhadap agen
eksternal yang menjadi predisposisi AHT, dan karenanya memfasilitasi inisiasi dan progresi CKD.
34,35
5
INTAKE VITAMINASAM FOLAT
Saat ini sudah diketahui secara luas efek preventif suplementasi asam folat dalam menurunkan risiko CHD.
36
Hiperhomosisteinemia meningkatkan risiko anak dengan CHD 3 hingga 10x lebih tinggi dan dapat dicegah dengan suplementasi asam
folat.
37 , 38 , 39
Mekanisme yang mungkin terjadi dimana homosistein memiliki efek terhadap embrio antara lain hipometilasi DNA, perubahan ekspresi gen dan stress
oksidatif.
40
Hal yang mengarah pada stress oksidatif memiliki peranan adalah ditemukannya glultation oksidatif yang meningkat pada ibu dengan anak dengan
CHD.
41
Vitamin E dan retinol adalah vitamin larut lemak esensial yang terlibat pada beberapa proses biologis, termasuk mekanisme immunologis, pertumbuhan dan
differensiasi selular
42
dan karenanya sangat penting pada embriogenesis. Vitamin A dan derifat utamanya asam retinoat diketahui terlibat pada proses nephrogenesis dan
jika kurang dapat mempengaruhi jumlah nephron yang terbentuk.
43
Vitamin E dan retinol diketahui merupakan antioksidan, sehingga bila dikonsumsi dalam jumlah
yang kurang dapat mengakibatkan timbulnya stress oksidatif akibat pertahanan antioksidan yang berkurang. Walau demikian, retinol jika dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebih dapat bertindak sebagai oksidan.
44
Retinol yang merupakan bentuk aktif vitamin A jika didapat dalam jumlah berlebih diketahui dihubungkan meningkatnya
kejadian CHD.
45
Intake vitamin E yang berlebih juga ditemukan meningkatkan risiko CHD, wanita yang sebelum konsepsi menggunakan suplementasi Vitamin E memiliki
risiko tertinggi.
46
INTAKE LEMAK, RIBOFLAVIN DAN NICOTINAMIDE
Asam lemak memiliki peran sentral dalam perkembangan embrionik, sementara Vitamin B riboflavin dan nicotinamide bertindak sebagai co-enzim dalam
metabolisme lemak, dan oksidasi asalm lemak sangat tergantung dari kecukupan konsentrasi vitamin B riboflavin dan nicotinamide. Selaian peranannya dalam
metabolisme lemak, riboflavin juga berperan sebagai kofaktro dalam jalur folat. Diet barat yang biasanya mengandung lemak bersaturasi tinggi dan intake vitamin B
sebelumnya telah diketahui meningkatkan risiko terjadinya orofacial cleft dan spina bifida, Kerena patogenesis kelainan tersebut tidak jauh berbeda, dibuatlah HAVEN
6 study, kependekan dari Study of the Heart Anomalies and the role of genetic and
nutritional factors, berdasarkan studi tersebut didapatkan bahwa memang intake lemak bersaturasi tinggi dan rendah riboflavin dan nicotinamide memberikan
kontribusi dalam meningkatkan risiko mendapatkan anak dengan CHD.
4.3. KESAKITAN MATERNAL