Allah Mengampuni Manusia Bagaimana Allah Mengampuni Manusia

Buku Guru Kelas VII SMP 46 A. Pengantar Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah berinisiatif untuk mengampuni serta menyelamatkan manusia. Buktinya, Allah datang mencari manusia, ia memanggil: Adam, Adam, di manakah engkau? Dan Adam menjawab: aku di sini Tuhan, aku bersembunyi karena malu. Adam bersembunyi dari kesalahannya, bahkan ia menyalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular. Begitulah sifat, manusia yang tidak rendah hati mengakui kesalahannya. Allah selalu menjadi pihak yang memanggil, menolong, mengampuni serta menyelamatkan manusia. Sementara manusia selalu menjadi pihak yang berlari dan mengingkari janji meskipun demikian, Allah tidak pernah berhenti mencari dan mengampuni manusia. B. Uraian Materi

1. Allah Mengampuni Manusia

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil dan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan 1Yohanes 1:9. Untuk memperkuat kenyataan ini, Roma 5:8 mengatakan: ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita. Allah mengambil inisiatif untuk mengampuni dan menyelamatkan manusia, tetapi manusia harus dengan rendah hati mengaku dosa-dosanya. Pengampunan Allah itu berlaku untuk selama-lamanya.

2. Bagaimana Allah Mengampuni Manusia

Dari cerita-cerita yang ada dalam Perjanjian Lama, nampak hubungan manusia dengan Allah selalu diwarnai oleh dosa dan pemberontakan tetapi Allah mencari, mengampuni serta menyelamatkan manusia berdosa. Allah tidak pernah lelah mengampuni manusia. Berapa banyak nabi yang telah diutus untuk menyelamatkan umat-Nya tetapi setiap kali setelah diampuni, manusia kembali jatuh ke dalam dosa. Akhirnya, Allah mengutus Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Yesus harus menanggung kutuk dosa manusia, Ia berkorban bagi manusia. Mengampuni mengandung arti melepaskan dan membebaskan dari “utang” dosa dan Kristus datang untuk menebus utang dosa kita, Ia membayar lunas melalui pengorbanan-Nya di kayu Salib. Menurut Niftrik dan Boland Dogmatika Masa Kini 1996, Kristus telah mempersembahkan korban yang sesungguhnya sebagai ganti manusia, bahkan Ia sendirilah korban itu. Di Golgotalah kata “korban” mendapat arti yang sesungguhnya. Kristus benar-benar telah mengorbankan diri-Nya sebagai ganti kita. Melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, hubungan manusia dengan Allah yang rusak oleh dosa dipulihkan kembali. Menurut Niftrik dan Boland, sebagaimana yang terjadi di bukit Moria ketika Abraham akan mengorbankan Ishak tetapi Allah menyediakan Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 47 “korban” sebagai ganti Ishak. Pada peristiwa Golgota, Allah menyediakan korban bagi penebusan manusia, namun korban itu bukan korban domba melainkan anak-Nya sendiri. Dengan demikian, manusia dimerdekakan dari dosa. Menurut Rasul Paulus, justru dalam kemerdekaannya, manusia harus mempertanggungjawabkan melalui hidup yang benar. Menurut Paulus, janganlah mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa Galatia 5:13. Yesus digantung di kayu salib, Ia juga menderita penghinaan yang hebat dan puncak penderitaan di kayu salib merupakan gambaran tentang apa arti “berkorban”. Manusia yang dihukum di kayu salib adalah manusia yang “terkutuk” dan Yesus menjalani jalan yang seharusnya menjadi jalan manusia berdosa. Penderitaannya amat luar biasa, seluruh kutuk hukuman dosa ditanggung di atas bahu-Nya. Di kayu salib, menjelang ajal-Nya, ia mengatakan : “sudah selesai”. Menurut Niftrik dan Boland, perkataan itu berarti, misi Yesus sudah selesai untuk mengambil alih tanggung jawab manusia, Ia memperdamaikan hubungan antara Allah dan manusia. Bagian ini perlu ditegaskan pada siswa sehingga mereka benar-benar memahami pengorbanan Yesus Kristus serta membandingkannya dengan sikap hidup mereka. Sebagai manusia terkadang ketika remaja merasa “harga dirinya” direndahkan mereka akan melakukan reaksi balik dalam berbagai bentuk aksi negatif. Misalnya perkelahian, perseteruan maupun tindakan lainnya. Pengorbanan Yesus Kristus dapat dijadikan teladan bagi remaja. Tidak berarti mereka dibimbing untuk menerima begitu saja penghinaan maupun perendahan, namun mereka didorong untuk mampu mengontrol emosi dan bersikap tepat dalam menghadapinya. 3. Mengapa Allah Mengampuni Manusia?