dimana DNj adalah nilai digital pada piksel ke-j. Data A3 dan A2 diekstrak dari Radiometric Data Record yang tersimpan dalam header data SAR Trisasongko, 1999;
Sheperd, 1998. Proses kedua yaitu pemindahan data kecerahan SAR menjadi data hamburan balik yang
dilakukan dengan memanfaatkan persamaan berikut Trisasongko, 1999; Sheperd, 1998:
σ
j
= β
j
+ 10 log
10
SinI
j
Studi Israelsson dan Askne menunjukkan bahwa penarikan informasi dari bole volume menggunakan SAR band C setelah divalidasi secara teoritik dengan MIMICS adalah
tidak mungkin. Pada penggunaan band L, pengakjian dimungkinkan sampai 70-80 m3ha dengan teknik polarisasi silang. Pada band P, meningkat sampai 120 m3ha. Studi
tersebut memberikan kesimpulan bahwa frekuensi radar yang digunakan untuk mengkaji bole volume belum dapat dilakukan secara operasional. Pada umumnya tegakan hutan
yang mature membuat sinyal menjadi saturate Israelsson and Askne, 1995.
5. Klasifikasi Citra
Selain dianalisis secara visual, citra penginderaan jauh seringkali juga dianalisis secara digital untuk mendapatkan informasi tematik. Klasifikasi multispektral adalah satu
diantara metode yang seringkali digunakan untuk mengekstrak informasi, terutama informasi penutup lahan. Bila pada pengolahan citra digital, citra penginderaan jauh akan
dianalisis secara kualitatif mengingat peran interpretasi visual yang kuat dalam perolehan informasi. Sedangkan klasifikasi multispektral menggunakan pendekatan kuantitatif dan
mengurangi subyektifitas pada kegiatan interpretasi. Metode klasifikasi multispektral dapat menggunakan algoritma-algoritma berikut : 1 Klasifikasi Tegas Hard Classifier,
2 Klasifikasi Samar Soft Classifier, dan 3 Klasifikasi Hibrid Jensen, 1996. Algoritma Klasifikasi Tegas pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu
Kelompok Terbimbing Supervised dan Kelompok Tak Terbimbing Unsupervised. Pada pengolahan citra digital, aspek kualitatif yaitu visual merupakan aspek yang
dominan dalam proses ekstraksi informasi. Tetapi pada klasifikasi citra, aspek kuantitatif merupakan aspek yang sangat menonjol. Klasifikasi multispektral merupakan pendekatan
yang umum digunakan untuk kegiatan pemetaan berbantu komputer dari citra
14
penginderaan jauh. Pemetaan secara obyektif tersebut didasarkan atas kemiripan spektral yang diperoleh dan menghasilkan kelas-kelas spektral yang dapat berkaitan dengan kelas
sesungguhnya di permukaan tanah. Langkah pertama dari prosedur klasifikasi adalah pelatihan training untuk program
komputer dalam mengenali ciri signature kelas yang dikehendaki. Aspek ini penting karena akan menentukan sukses tidaknya hasil klasifikasi. Dalam proses pelatihan ini,
pengguna akan memasukkan contoh piksel dimana kelas ciri akan dibuat. Terdapat dua cara untuk membangun ciri kelas dari contoh piksel yang tersedia yaitu tak
terbimbimbing dan terbimbing. Untuk lebih memahami konsepsi prosedur klasifikasi, penjelasan akan dimulai dengan
pengertian statistika dasar peubah tunggal univariate dan peubah jamak multivariate. Kemudian penjelasan akan lebih diarahkan ke konsepsi matematis yang mendasari
algoritma klasifikasi. 5.1
Statistika Peubah Tunggal Mengingat data citra memiliki unit tunggal piksel yang sangat banyak, pemahaman
tentang sebaran distribusi merupakan aspek yang sangat penting. Gambar berikut memberikan penjelasan tentang berbagai macam sebaran yang sering dijumpai oleh analis
Jensen, 1996.
Distribusi Normal Distribusi Multimodal
Distribusi Uniform
Negatively Skewed Distribution
Pelatihan Dosen Tentang Teknologi Informasi
15
Untuk Menajemen Sumber Daya Alam. Bogor, 9 –21 Agustus 2004
Pengetahuan ini penting mengingat banyak metode pengolahanklasifikasi citra penginderaan jauh mengasumsikan sebaran normal untuk nilai kecerahan piksel yang ada.
Namun pada kenyataannya, banyak citra penginderaan jauh yang tidak mengikuti sebaran normal, melainkan skewed ataupun bahkan multimodal. Pada kondisi ini selayaknya teori
statistika non parametrik-lah yang digunakan sebagai dasar analisis. Aspek lain yang banyak bermanfaat adalah histogram. Dari data histogram, analis dapat
menentukan kualitas gambar yang sedang dikerjakan, baik dalam hal kecerahan brightness ataupun kontras contrast.
Beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam penetapan statistika deskriptif peubah tunggal adalah modus, median dan mean. Modus adalah nilai yang paling sering muncul
dalam pencacahan. Median adalah nilai tengah dari sebaran frekuensi yaitu setengah dari area dibawah kurva sebaran. Sedangkan mean adalah rataan aritmetik dan didefinisikan
sebagai jumlah semua observasi dibagi dengan jumlah observasi. Dua parameter lain yang juga penting adalah ragam variance dan deviasi standar
standard deviation. Ragam dari sebuah contoh dalah rataan deviasi kuadrat dari semua observasi yang mungkin dari mean contoh. Secara matematis dapat disimbolkan sebagai
berikut:
n
∑
BV
ik
− µ
k 2
var =
i =
1 k
n
Bagian pembilang dari persamaan di atas sering disebut dengan corrected sum of squares SS. Jika mean contoh
µ k adalah mean populasi, maka ragam memiliki pengukuran
yang akurat. Untuk ragam contoh penyebut dari persamaan di atas diganti menjadi n-1. Deviasi standar adalah akar kuadrat positif dari ragam. Dalam persamaan matematis
dapat ditunjukkan dengan:
s
k
= var
k
Nilai yang kecil dari deviasi standar menunjukkan bahwa observasi menunjukkan gerombol yang erat di sekitar nilai tengah. Total area di bawah kurva sebaran normal
16
adalah 100 atau 1.00. Pada tipe sebaran ini, 68.27 dari observasi jatuh dalam +- 1 deviasi standar, 95 dalam +- 2 deviasi standar dan 99 dalam +- 3.
5.2 Statistika Peubah Jamak
Penginderaan jauh sensor optik banyak bekerja dengan data multi dimensi dalam hal ini band. Oleh karena itu ukuran statistika yang digunakan adalah ukuran peubah jamak
multivariate. Dua ukuran utama yang paling sering digunakan adalah kovarian dan korelasi. Sekalipun kedua ukuran ini paling banyak diterapkan di proses klasifikasi,
aplikasi ukuran ini masih dimungkinkan pada bidang lain, yaitu dalam analisis komponen utama principal component analysis.
Mengingat ukuran spektral dari individu piksel mungkin tidak independen, kebutuhan akan interaksi mutual antar band menjadi penting. Ukuran interaksi yang menjajikan
variasivarian gabungan dari variabel-variabel umumnya dikenal dengan kovarian. Untuk menghitung kovarian, perlu diketahui terlebih dahulu informasi tentang corrected sum of
products SP yaitu Davis, 1973:
n
SP
kl
=
∑
BV
ik
− µ
k
BV
il
− µ
l
i =
1
Komputasi SP dapat disederhanakan menjadi Jensen, 1996 :
n n
n
∑
BV
ik
∑
BV
il
SP
kl
=
∑
BV
ik
BV
il
−
i =
1 i
= 1
n
i =
1
Kovarian dihitung dengan persamaan Davis, 1973 :
SP
cov
kl
= n
−
kl
1
Untuk mengestimasi tingkat hubungan antar band, ukuran korelasi digunakan untuk keperluan ini. Korelasi adalah rasio dari kovarian dibandingkan dengan deviasi standar
masing-masing band.
r =
cov
kl
kl
s
k
s
l
17
Korelasi memiliki kisaran antara –1 dan 1. Koefisien korelasi mendekati 1 berarti terdapat hubungan kuat yang positif antar nilai piksel pada band-band, sedangkan koefisien
mendekati –1 berarti terdapat hubungan kuat yang negatif. Korelasi nol menunjukkan tidak adanya hubungan yang linier antar band. Pada umumnya penyajian kovarian dan
korelasi dilakukan dalam bentuk tabel agar hubungan antar band dapat lebih terintegrasi dalam menganalisis.
6. Klasifikasi Tak Terbimbing