Corporate Social Responsibility Landasan Teori

dan Meckling dalam Ramadhani 2012, adanya masalah keagenan menyebabkan biaya agensi yang terdiri dari : 1. The Monitoring Expenditure by the principle yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal pemegang saham untuk mengawasi perilaku dari agen manajer dalam mengelola perusahaan. 2. The bounding expenditure by the agent bounding cost yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen manajer untuk menjamin bahwa tidakan yang dilaukan oleh agen tidak merugikan prinsipal pemegang saham. 3. The residual cost yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen karenan adanya hubungan agensi Siti Muyassaroh 2008 dalam Ramadhani 2012. Konflik yang terjadi antara pemegang saham dengan manajer yang disebut agency problem atau masalah keagenan dapat diminimalisir tetapi dengan meminimalisir masalah tersebut maka akan memunculkan biaya keagenan. Ramadhani 2012 ada beberapa alternatif untuk mengurangi biaya keagenan, salah satunya dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen.

3. Corporate Social Responsibility

Pada mulanya konsep awal tanggungjawab sosial dari suatu perusahaan secara eksplisit baru dikemukakan oleh Bowen:1999 dalam Solihin:2011 dengan rumusan tanggungjawab sosial, sebagai berikut : “it refers to the obligations of businessmen to pursue those policies, to make those decisions, or to follow those lines of action which are desireable in terms of the objectives and values of our society ”. Definisi tanggungjawab sosial ini lah yang telah memberikan landasan awal bagi pengenalan kewajiban pelaku bisnis untuk menetapkan tujuan bisnis yang selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Banyak ahli yang memberikan penjelas mengenai CSR. Kotler dan Lee 2005 memberikan rumusan : “corporate social responsibility is a commitment to improve community well being through discretionary business practices and contribution of corporate resources ”. Untuk di Indonesia sendiri, tanggung jawab sosial sebuah perusahaan telah diatur dalam perundang undangan yaitu sejak tanggal 23 September 2007 pengungkapan corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan mulai diwajibkan melalui UU perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang hidup dari ekstrasi sumber daya alam. Dalam Pasal 74 undang-undang tersebut diatur tentang kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yaitu dijelaskan sebagai berikut : 1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 2 Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan Pemerintah. Tidak ada lagi sebutan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan yang sukarela, namun wajib hukumnya. Walaupun pada undang-undang ini masih terdapat kelemahannya, yaitu masih belum dijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturan pemerintah yang dapat lebih memperjelas UU Nomor 40 pasal 74. Peran serta CSR dalam kegiatan perusahaan menimbulkan pro dan kontra. Ada beberapa kelompok yang mendukung pelaksanaan CSR tetapi ada pula yang kontra dengan pelaksanaan CSR. Menurut Robbins dan Coultner 2003:114 dalam Solihin 2008, Argumen kelompok yang setuju dengan program CSR yaitu: a. Ekspektasi publik Opini publik saat inii mendukung aktivitas bisnis yang mengejar tujuan-tujuan ekonomi dan juga berbagai sosial. b. Laba jangka panjang Perusahaan yang memiliki tanggungjawab sosial cemderung memiliki laba jangka panjang yang lebih aman. c. Kewajiban etis Pelaku bisnis harus memiliki tanggungjawab sosial karena tindakan-tindakan yang bertanggungjawab merupakan suatu hal yang benar untuk dilakukan. d. Kesan publik Pelaku bisnis dapat menciptakan kesan publik yang baik bila mereka memiliki tujuan –tujuan sosial. e. Menciptakan lingkungan yang lebih baik Keterlibatan perusahaan besar dapat membantu pemecahan masalah-masalh sosial yang rumit. f. Menyeimbangkan antara tanggungjawab dan kekuasaan Perusahaan besar memiliki kekuasaan yang sangat besar sehingga tanggungjawab yang besar dalam jumlah yang sepadan perlu dimiliki oleh perusahaan sebagai penyeimbang atas kekuasaan yang sangat besar tersebut. g. Kepentingan pemegang saham Tanggungjawab sosial akan meningkatkan harga saham perusahaan dalam jangka panjang. h. Kepemilikan terhadap sumber daya Perusahaan korporasi memiliki sumber daya untuk mendukung proyek-proyek publik dan proyek amal yang membutuhkan bantuan perusahaan. i. Mencegah lebih baik daripada mengobati Para pelaku bisnis harus mewaspadai masalah sosial yang ditimbulkan dari operasi perusahaan sebelum praktik operasi perusahan dikoreksi secara besar-besaran oleh publik yang dapat menimbulkan kerugian sangat besar bagi perusahaan. j. Mencegah regulasi tambahan dari pemerintah Dengan bertanggung jawab secara sosial, pelaku bisnis dapat mengharapkan adanya regulasi dari pemerintah dalam jumlah yang lebih sedikit. Sedangkan argumen dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan CSR yaitu : a. Ketidak jelasan tujuan Mengejar tujuan sosial akan mengakibatkan ketidakjelasan pencapaian tujuan utama perusahaan yakni produktivitas secara ekonomi. b. Beban biaya Berbagai pelaksanaan program CSR merupakan beban biaya yang harus ditanggung perusahaan. c. Perusahaan memiliki kekurangan keahlian dalam mengelola corporate social responsibility Pemimpin perusahaan pada umumnya memiliki keahlian yang kurang untuk menangani berbagai permasalahan sosial. CSR tidak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara dan lingkungan. Konsep inilah yang diterjemahkan oleh John Elkingkton sebagai triple bottom line, yaitu: Profit, People dan Planet. Maksudnya tujuan CSR harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan.

4. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan

Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

0 3 67

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bu

0 2 11

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJEMEN Pengeruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating.

0 0 14

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJEMEN Pengeruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating.

0 0 16

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Pemoderasi.

0 4 30

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROSENTASE KEPEMILIKAN MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 0 14

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROSENTASE KEPEMILIKAN MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 12

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM INSTITUTIONAL DAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM INSTITUTIONAL DAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM INSTITUTIONAL DAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI - Perbanas Institutional Repository

0 0 11