b. Beban biaya
Berbagai pelaksanaan program CSR merupakan beban biaya yang harus ditanggung perusahaan.
c. Perusahaan memiliki kekurangan keahlian dalam mengelola
corporate social responsibility Pemimpin perusahaan pada umumnya memiliki keahlian
yang kurang untuk menangani berbagai permasalahan sosial.
CSR tidak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat,
negara dan lingkungan. Konsep inilah yang diterjemahkan oleh John Elkingkton sebagai triple bottom line, yaitu: Profit, People dan Planet.
Maksudnya tujuan CSR harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan
kualitas lingkungan.
4. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan
Tahunan
Menurut Suwardjono dalam Wibawanti 2009 beragumen bahwa pengungkapan diclosure berkaitan dengan cara penjelasan hal-hal
informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statement laporan keuangan. Secara
umum tujuan pngungkapan adalah menyajikan informasi yang
dianggap guna mencapai tujuan pelaporan keuangan dan melayani pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda.
Sedangkan corporate social responsiblity merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi terhadap masyarakat keseluruhan Ekadjaja dan Bunadi : 2012.
Laporan tahunan
adalah media
utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya dari pihak manajemen kepada pihak-pihak yang berada diluar perusahaan
Wibawanti : 2009. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pengungkapan corporate social responsiblity pada laporan tahunan
adalah cara menjelaskan informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dengan menggunakan media informasi keuangan yang
berasal dari pihak manajemen sehingga pihak-pihak luar perusahaan stakeholder dan shareholder dapat menerima informasi yang bisa
digunakan untuk pengambilan keputusan.
5. Nilai Perusahaan
Dalam suatu perusahaan tujuan utama perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaannya. Menurut Rika
dan Ishlahuddin 2008 dalam Permanasari 2010 nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar dikarenakan nilai perusahaan akan
memberikan kemakmuran atau keuntungan kepada pemegang saham jika harga saham meningkat, semakin tinggi harga saham maka
semakin tinggi pula keuntungan pemegang saham sehingga keadaan
ini diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, antara lain yaitu dengan menggunakan :
1. Price Book Value
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh Brigham,1999:92 dalam Irnash:2010.
2. Earning Per Share
Rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh pada setiap lembar saham biasa Syamsudin:2008 dalam
Setiawan:2015. 3.
Price Earning Ratio Rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara
harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pegang saham Bahagia:2008 dalam Irnash:2010.
4. Tobin’s Q
Rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang enterprise
value terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan Fiaskas:2005 dalam Sudiyatno dan Puspitasari:2010.
Pada penelitian ini niai perusahaan di proksikan dengan menggunakan
TOBIN’S Q. TOBIN’S Q adalah salah satu rasio keuangan yang di gunakan investor untuk mengetahui nilai pasar
perusahaan. Menurut Wannerfield dkk 1998 dalam Ramadhani 2012 menyimpulkan bahwa TOBIN’S Q dapat digunakan sebagai
alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan. TOBIN’S Q dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, hal itu dikarenakan
rasio TOBIN’S Q ini memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya
ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan.
6. Struktur Kepemilikan