Rumusan Masalah Apa formula gel anhidrat ibuprofen yang optimum sebagai Luka Diabetes

18

1.2 Rumusan Masalah Apa formula gel anhidrat ibuprofen yang optimum sebagai

diabetic wound healing?

1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat

diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen. 1.4 Urgensi Penelitian Penelitian ini berguna untuk mengembangkan suatu produk baru yang belum beredar di pasaran yakni sediaan gel anhidrat ibuprofen yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus diabetikum. 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian terkait dengan formulasi sediaan gel anhidrat ibuprofen sebagai diabetic wound healing , sehingga dapat pula dijadikan sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Luaran yang Diharapkan Mendapatkan formulasi optimum sediaan gel anhidrat ibuprofen yang secara efektif dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes. 1.7 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai formula sediaan gel anhidrat ibuprofen yang optimum sebagai diabetic wound healing . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka

Luka merupakan kerusakan dari integritas epitelial pada kulit dan mungkin disertai oleh gangguan struktur dan fungsi dari jaringan kulit normal Enoch Leaper, 2005. Berdasarkan waktu dan sifatnya untuk sembuh, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu luka akut dan luka kronis Enoch Leaper, 2005. Luka kronis merupakan luka yang tidak dapat sembuh dalam waktu dan sifat yang sewajarnya Enoch Leaper, 2007. Luka dapat sembuh dalam 5-10 hari pada luka akut. Pada luka kronis terjadi perpanjangan pada satu atau lebih pada fase penyembuhan luka Velnar, 2009. Salah satu penyebab luka menjadi kronis adalah diabetes Enoch Leaper, 2007. Penyembuhan luka merupakan proses fisiologis yang penting bagi hemostasis jaringan, namun ini dapat juga berupa ganguan dari penyakit dan berbagai patologi Shaw Martin, 2009. Proses penyembuhan luka secara umum ada empat fase yang saling tumpang tindih, secara urut fasenya adalah fase koagulasi, inflamasi, proliferasi dan remodelling Hamed et al. , 2014; Guo DiPietro, 2010. Koagulasi terjadi pertama kali ketika luka. Ketika terjadi luka platelet beragregasi pada tempat luka agar memfasilitasi pembentukan fibrin yang akan bertranformasi menjadi matriks sementara dengan memasukan fibronectin Hamed et al. , 2014. Fibronectin merupakan glikoprotein adhesive yang berguna dalam memediasi sel untuk merekat, menyebar dan bermigrasi menuju tempat luka, serta meningkatkan sensitivitas sel tertentu seperti sel endotelial untuk menghasilkan growth factor Enoch Leaper, 2007. Pada fase inflamasi terjadi ekstravasasi dari neutrofil dan makrofag ke dalam luka dan fagositosis dari debris pengotor dan mikroorganisme oportunistik. Sel inflamasi menyekresikan proinflamatory sitokin seperti TGF- β1, monocyte chemoattractant protein - 1, colony stimulating factor , interleukin IL-1, tumor necrosis factor TNF- α, dan growth factor seperti PDGF, vascular endotelial growth factor VEGF, dan insulin like growth factor -1 Hamed et al. , 2014. Growth factor, sitokin, dan stimulus fagosit mengatur sekresi dan sintesis dari metalloproteinase Enoch Leaper, 2005. Yang termasuk metalloproteinase pada pembentukan luka yaitu gelatinase atau MMP-9, collagenase , dan stromelisins Enoch Leaper, 2005. Dalam fase proliferasi ada proses epitelisasi, fibroplasia , angiogenesis , dan kontraksi Hamed et al. , 2014. Fibroblast merupakan komponen yang berguna dalam pembentukan matriks ekstraseluler Enoch Leaper, 2007. Kondisi hipoksia merupakan stimulus poten untuk terjadi angiogenesis, selain itu angiogenesis juga dipacu oleh growth factor yang disekresikan oleh makrofag yang keluar Hamed et al. , 2014. Pembentukan dari jaringan granulasi granulation tissue memungkinkan terjadinya epitalisasi dan penutupan luka Hamed et al. , 2014. Kolagen dihasilkan oleh fibroblast serta karena adanya stimulasi dari monosit yang dihasilkan pada proses inflamasi Enoch Leaper, 2005. Pada fase remodelling terdapat proses penghentian inflamasi, proses pembentukan parut, pengembalian morfologi jaringan normal, pengenalan dari matriks kolagen bersama garis tegangan kulit. Sel yang sudah tidak diperlukan lagi dihilangkan secara apoptosis Hamed et al. , 2014.

2.2 Luka Diabetes

20 Pada penderita diabetes, proses penyembuhan luka terganggu pada semua fasenya sehingga menjadi luka kronis. Diabetes menderegulasi keseimbangan koagulasi cairan darah yang mengakibatkan gangguan secara makro dan mikrovaskular serta menyebabkan pendarahan berlebih setelah pembentukan lesi. Terganggunya pembentukan matriks sementara provisional matrix menyebabkan terganggunya pembentukan jarigan granulasi granulation tissue , epitalisasi dari wound bed , angiogenesis, serta penutupan luka. Epitelisasi tidak dapat terbentuk karena kurangnya jumlah fibronectin . Hal ini mengganggu pembentukan matriks sementara dan meningkatkan intensitas dan durasi dari respon inflamasi. Respon inflamasi yang berlebihan ini menyebabkan sekresi protease yang berlebihan pada luka diabetes kronis Hamed et al. , 2014. Protease yang dihasilkan pada luka kronis adalah metalloproteinases tipe 9 MMP-9 Enoch Leaper, 2005. Menurut McLennan et al. 2008, kadar glukosa yang tinggi pada penderita diabetes meningkatkan jumlah MMP-9. Selain itu peningkatan ekspresi MMP-9 juga diinduksi oleh prostaglandin E2 PGE 2 Yen et al ., 2016. MMP-9 merupakan gelatinase atau kolagenase tipe IV yang mendegradasi kolagen amorf dan fibronectin Enoch Leaper, 2005. MMP diatur secara ketat dalam tubuh karena potensi dalam merusak kolagen dan menyebabkan ganguan penyembuhan luka. Dalam hubungannya mendorong inflamasi, hal-hal yang dilakukan oleh MMP-9 adalah memotong IL-8 untuk meningkatkan sifat netrofil chemoattractant , aktivasi dari pro IL- 1β menjadi IL- 1 β aktif, pengubahan dari akumulasi IL-1α di luka untuk mempengaruhi sintesis dan degradasinya, degradasi dari inhibitor serine protease , aktivasi dari bentuk laten dari TGF- β untuk meningkatkan bioaktivitasnya namun menurunkan stabilitasnya, serta meningkatkan aktivitas sitokin McLennan et al. , 2008.

2.3 Ibuprofen