bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung oleh gotong royong.
2.2.1.2. Sejarah Perkembangan Koperasi.
Koperasi lahir pada permulaan awal ke 19, sebagai reaksi terhadap sistem kapitalisme ekonomi. Dimana pada saat itu segolongan kecil pemilik-pemilik
modal mengusai kehidupan masyarakat. Susunan masyarakat kapitalis membiarkan setiap individu bebas bersaing untuk mengejar keuntungan
sebesar-besarnya, dan bebas pula mengadakan segala macam kontrak tanpa intervensi pemerintah, hal tersebut mengakibatkan golongan kecil pemilik
modal menguasai kehidupan masyarakat. Golongan kecil pemilik modal hidup berlebih-lebihan sedangkan golongan besar dari masyarakat yang lemah
kedudukan sosial ekonominya makin terdesak. Pada saat itulah muncul gerakan koperasi yang menentang aliran induvidualisme dengan asas
kerjasama dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat Widiyanti dan Sunindhia, 2003: 17.
2.2.1.3. Sejarah Koperasi di Indonesia.
Menurut Firdaus dan Susanto 2002: 21 sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dibagi dalam tiga periode, yaitu:
a. Periode Penjajahan Belanda.
1. Pada tahun 1896, seorang patih bernama R. Aria Wiria Atmadja di
Purwokerto merintis pendirian suatu bank simpanan hulp end spaarbank
yang bertujuan untuk menolong para pegawai negeri yang
terjerat hutang dari lintah darat.
2. Pada tahun 1908, Boedi Utomo dibantu oleh Serikat Islam melahirkan
koperasi pertama kali di Indonesia bersamaan dengan lahirnya gerakan
kebangkitan nasional.
3. Pada tahun 1913, Boedi Utomo mencoba memajukan koperasi-koperasi
rumah tangga, koperasi toko, yang kemudian menjadi koperasi konsumsi, yang dalam perkembangannya kemudian menjadi koperasi
batik.
4. Pada tahun 1927, dikeluarkan undang-undang No.91 tahun 1927 yang
berisi tentang peraturan perkumpulan koperasi Bumiputra.
5. Pada tahun 1930, dibentuk dibentuk jawatan koperasi di lingkungan
Departemen Dalam Negeri yang dipimpin oleh Prof.DR.H.J.Boeke.
6. Pada tahun 1935, jawatan koperasi dipindahkan dari Departemen
Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi, karena banyaknya kegiatan di bidang ekonomi sehingga dirasa lebih sesuai berada di lingkungan
Departemen Ekonomi.
7. Pada tahun 1937, dibentuk koperasi-koperasi simpan pinjam dengan
bantuan modal dari pemerintah.
8. Pada tahun 1939, jawatan koperasi diperluas ruang lingkupnya menjadi
jawatan koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri.
b. Periode Pedudukan Jepang.
Pada tahun 1942, Jepang merebut kendali kekuasaan di Indonesia dari tangan Belanda. Usaha koperasi di Indonesia dibatasi hanya untuk
kepentingan perang Asia Timur Raya yang dikobarkan oleh Jepang. Koperasi yang ada diubah menjadi kumiai yaitu koperasi model Jepang
yang berfungsi sebagai alat untuk memgumpulkan hasil bumi dan barang- barang kebutuhan Jepang. Koperasi tidak mengalami perkembangan,
bahkan semakin hancur hal tersebut dikarenakan adanya ketentuan dari penguasa Jepang bahwa untuk mendirikan koperasi harus mendapat izin
dari pemerintah setempat dan biasanya izin tersebut dipersulit. Akibatnya kepercayaan rakyat terhadap koperasi hilang dan dalam hal ini merupakan
kerugian yang besar bagi pertumbuhan koperasi di Indonesia.
c. Periode kemerdekaan.
1. Sejak diproklamirkan kemerdekaan RI pada tahun 1945 dan sehari
kemudian UUD 1945 disahkan, koperasi sudah mendapat landasan
hukum yang kuat di dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945.
2. Pada tanggal 12 Juli 1945, diseleggarakan kongres pertama di
Tasikmalaya Jawa Barat. Dari hasil kongres diputuskan bahwa pada
tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai hari koperasi.
3. Pada tahun 1953, Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan kongres
kedua, dan menetapkan bahwa Bapak M. Hatta adalah Bapak Koperasi
Indonesia.
4. Pada tahun 1960, dikeluarkan Instruksi Presiden No.2 Tahun 1960 yang
isinya “untuk mendorong pertumbuhan gerakan koperasi harus ada kerja sama antara jawatan dengan masyarakat, dalam satu lembaga
yang disebut Badan Penggerak Koperasi Bapengkop”
5. Pada tanggal 24 April 1961, diselenggarakan Munas I yang
menghasilkan keputusan dibentuknya Kesatuan Organisasi Koperasi
Seluruh Indonesia KOKSI.
6. Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diselenggarakan Munas II yang
melahirkan UU No.14 tahun 1965 tentang pokok-pokok perkoperasian.
7. Pada tahun 1967, UU No.14 tahun 1965 diganti dengan UU No.12
tahun 1967 yang akan dipakai sebagai dasar bagi penggerak koperasi
sampai tahun 1992.
8. Pada tahun 1978, pemerintah mengeluarkan Inpres No.2 tahun 1978
tentang BUUDKUD.
9. Pada tahun 1984, dikeluarkan Inpres No.4 tahun 1984 yang berisi
tentang BUUDKUD sebagai pengganti dari Inpres No.2 tahun 1978.
10. Pada tahun 1992, untuk lebih menyesuaikan dengan perkembangan
jaman maka dikeluarkan Inpres No.25 tahun 1992 tentang
perkoperasian.
11. Pada tahun 1998, dikeluarkan Inpres No.18 tahun 1998 tentang
perkembangan koperasi.
2.2.2 Jenis-Jenis dan Bentuk Koperasi.