pada Gambar 4.4.1 b. Pada gejala lanjut bercak menjadi nekrosis, bercak menyatu membentuk bercak besar tidak beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak
mengering, rapuh, berwarna kelabu atau coklat muda.
4.5 Penghambatan Serangan Curvularia sp. Pada Benih Mentimun
Konidia Curvularia sp. menginfeksi jaringan daun inang masuk melalui stomata daun dan berkembangbiak di jaringan daun seperti epidermis atau palisade, sehingga
menyebabkan bercak pada daun Gambar 4.5.1. Kebanyakan konidia dalam kondisi basah setelah satu sampai dua hari menginfeksi bagian daun. Produksi konidia terjadi
pada bagian jaringan daun yang hidup. Spora tersebar ke daun yang sehat melalui angin, dan percikan air. Gejala bercak daun akan mulai terlihat 3 sampai 7 hari setelah
terinfeksi, tergantung pada kondisi kelembapan dan suhu lingkungan
Gambar 4.5.1 a Daun terserang bercak daun, b Daun tidak terserang bercak daun
Infeksi jamur biasanya terjadi dalam 12 jam ketika permukaan daun menjadi lembab. Semakin lama kondisi daun lembab dan basah maka akan semakin besar
serangan bercak daun Hagan, 2005. Pada serangan bercak daun, hawar daun, dan berbagai jenis penyakit lainnya yang menyebabkan kerusakan jaringan daun atau
defoliasi, maka proses fotosintesis akan menurun, karena areal permukaan fotosintesis pada tumbuhan menjadi berkurang. Kandungan klorofil daun akan menurun pada
serangan beberapa jamur, tetapi aktifitas fotosintesis tidak terganggu Agrios, 1996. Menurut Semangun 2007, pada serangan berat bercakdaun menjadikan tanaman
Universitas Sumatera Utara
melemah secara menyeluruh sehingga terjadi pengguguran daun defoliasi, bahkan bercak daun dapat mengurangi produksi buah hingga50.
Dari hasil uji antagonis in vitro didapatkan hasil bahwa isolat bakteri kitinolik yang paling mampu menghambat pertumbuhan Curvularia sp. adalah isolat bakteri
Bacillus sp.BK13 dan Enterobacter sp. BK15. Sebagai perlakuan adalah benih yang telah direndam suspensi bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK13 dan Enterobacter sp.
BK15, kemudian ditanam pada tanah steril yang telah diberi suspensi Curvularia sp.. Persentase bercak daun, tinggi tanaman, dan jumlah daun diamati dari minggu ke-0
minggu ke-4. Pada kontrol + yaitu benih yang tidak direndam suspensi bakteri kitinolitik dan ditanam pada media tanam yang telah diberi suspensi Curvularia sp..
Tanaman mentimun rentan terkena serangan bercak daun, hal ini terlihat dari perlakuan kontrol + yang terkena serangan bercak daun lebih dari setengah tanaman
yang tumbuh.
Benih mulai mengalami bercak pada daun kecambah pada hari ke-5 dan terus meningkat jumlahnya hingga hari ke-30. Persentase bercak daun tertinggi yaitu pada
kontrol + mencapai 66,02 dari total kecambah yang tumbuh, sedangkan kontrol - tidak terserang bercak daun. Perlakuan benih yang direndam dengan suspensi bakteri
kitinolitik lalu ditanam pada media tanam yang telah diberi suspensi Curvularia sp. persentase serangan bercak daun yaitu untuk Bacillus sp. BK13 38,2 dari total
kecambah yang tumbuh, sedangkan untuk Enterobacter sp. BK15 persentase serangan bercak daun 32,34 dari total kecambah yang tumbuh. Dari persentase serangan
bercak daun dapat diketahui bahwa pengurangan persentase bercak daun dengan perlakuan bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK13 ialah 43,75, sedangkan dengan
perlakuan bakteri Enterobacter sp. BK15 ialah 50 Gambar 4.5.2. Pada penelitian Asril 2011, isolat bakteri kitinolitik yang memiliki kemampuan tertinggi dalam
penghambatan serangan rebah kecambah pada benih cabai dengan perlakuan Enterobacter sp. BK15, yang memiliki kemampuan menurunkan rebah kecambah
hingga 66,66
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5.2 Persentase bercak daun yang telah diinokulasikan Curvularia sp. dengan perlakuan bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK13 dan
Enterobacter sp. BK15
Keterangan: Kontrol +: Benih mentimun yang ditanam pada tanah steril yang diberi suspensi
Curvularia sp. Kontrol -:
Benih mentimun yang ditanam pada tanah steril Perlakuan : Benih mentimun yang telah direndam pada suspensi bakteri kitinolitik
selama 30 menit lalu ditanam pada tanah steril yang telah diberi suspensi Curvularia sp.
Kitinase atau β-1,4 homopolimer N-asetilglukosamin, merupakan enzim yang mendegradasi kitin menjadi monomer-monomernya yaitu N-asetilglukosamin. Enzim
kitinase memutuskan ikatan β-1,4-asetamido-2-deoksi-D-glikosida. Beberapa jenis bakteri yang dapat menghasilkan enzim kitinase ialah Vibrio parahaemaluticus,
Flavobacteriumindolthecium, Serratia marcencen, Enterobacter liquefaciens, Bacillus cereus, Klebsiella sp., Micrococcus colpogene. Menurut Oku 1994, peranan kitinase
dalam ketahanan tanaman terhadap serangan patogen melalui dua cara yaitu menghambat pertumbuhan jamur patogen dengan cara langsung menghidrolisis
dinding sel jamur dan melalui pelepasan elisitor endogen oleh aktivitas kitinase yang
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 T
an am
an t
er ser
an g
Waktu hari Kontrol -
Kontrol + BK13
BK15 Curvularia sp. + BK13
Curvularia sp. + BK15
Universitas Sumatera Utara
memicu ketahanan sistemik pada inang. Menurut Graham 1994, aktifitas kitinase yang umumnya rendah pada jaringan tanaman sehat dapat diinduksi, sehingga
aktifitasnya menjadi tinggi dengan adanya infeksi jamur patogen.
Parameter yang diukur selama pengamatan 30 hari adalah adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Pada pengamatan tinggi tanaman tidak terlihat perbedaan
rata-rata tinggi tanaman antara masing-masing perlakuan. Hal ini dikarenakan penyakit bercak daun tidak memilikipengaruh yang besar terhadap pertumbuhan
tanaman. Serangan Curvularia sp. pada daun menyebabkan kerusakan pada jaringan daun, sehingga luas permukaan fotosintesis daun akan berkurang, sementara pada
jaringan pengangkut tidak terganggu, sehingga tidak terjadi gangguan pertumbuhan tanaman Gambar 4.5.3.
Gambar 4.5.3 Perbedaan tinggi tanaman mentimun a kontrol +, b kontrol
-, c perlakuan Bacillus sp. BK 13, d perlakuan Enterobacter sp. BK 15
Pegukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu. Tanaman diukur mulai dari pangkal batang yaitu bagian batang tanaman yang berbatasan dengan tanah
sampai dengan tunas tertinggi pada tanaman. Pada pengamatan minggu ke-4 diperoleh bahwa rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan bakteri
Enterobacter sp. BK15 dengan rata-rata tinggi tanaman mencapai 46,06 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman yang terendah adalah pada kontrol + dengan
rata-rata tinggi tanaman 42,00 cm Gambar 4.5.4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5.4 Perbedaan rata-rata tinggi tanaman mentimun yang telah diinokulasiCurvularia sp. dengan perlakua bakteri kitinolitik
Bacillus sp. BK13 dan Enterobacter BK15
Parameter jumlah daun dihitung setiap minggu selama empat minggu. Sama halnya dengan pengamatan tinggi tanaman, pada pengamatan jumlah daun juga tidak
terdapat perbedaan rata-rata jumlah daun hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.5.3, rata- rata jumlah daun pada setiap perlakuan mencapai 6 sampai 7 helai daun pada minggu
ke-4.
Gambar 4.5.5 Perbedaan rata-rata jumlah daun mentimun yang telah diinokulasi Curvularia sp. dengan perlakuan bakteri kitinolitik
Bacillus sp. BK 13 dan Enterobacter BK 15
12, 31
16, 98
31, 33
43, 29
10, 72
16, 46
28, 15
42
9, 34
15, 11
29, 65
44, 67
9, 88
15, 51
28, 29
46, 06
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
1 2
3 4
T inggi
t ana
m an
c m
Waktu minggu Kontrol -
Kontrol + Curvularia sp. + BK13
Curvularia sp. + BK 15
1 2
4 6
1 2
5 6
1 2
5 7
1 2
5 7
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3 4
Jum la
h da
un he
la i
Waktu minggu Kontrol -
Kontrol + Curvularia sp. + BK13
Curvularia sp. + BK15
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan apeks dan primodia daun dipengaruhi oleh hasil dari fotosintesis dan penyebarannya ke seluruh bagian tanaman. Pertumbuhan apeks dan primodia
daun sangat memerlukan hasil asimilat sebagai substrat metabolisme yang menghasilkan ATP. Serangan Curvularia sp. tidak mempengaruhi perbedaan jumlah
daun pada tanaman mentimun, karena kerusakan pada jaringan daun hanya mengurangi luas permukaan fotosintesis dan tidak mengganggu proses
fotosintesis.Jumlah daun kotiledon tidak dihitung pada parameter jumlah daun, hal ini dikarenakan daun kotiledon merupakan daun yang pertama kali tumbuh dan tidak
mengalami perkembangan lebih lanjut atau perubahan morfologi. Daun mentimun adalah daun yang tumbuh setelah kotiledon. Daun ini mengalami perkembangan dan
perbedaan bentuk dengan daun kotiledon. Daun mentimun terdiri atas helaian daun lamina, tangkai daun, dan ibu tulang daun. Lamina mempunyai bangun dasar bulat
atau bagian ginjal dan bagian ujung daun runcing berganda. Pangkal daun berlekuk dan tepi daun bergerigi ganda. Ukuran daun dewasa dapat mencapai 20 cm berwarna
hijau tua hingga hijau muda, permukaan daun berbulu halus dan berkerut Imdad Nawangsih, 2001.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan