et al 2005 Penyakit Bercak Daun Curvularia

mengering ini bercak-bercak Curvularia sp. tetap terlihat jelas sebagai bercak coklat tua. Penyakit ini sangat menghambat pertumbuhan bibit meskipun bukan penyakit yang mematikan tanaman. Siklus hidup Curvularia sp. terutama disebarkan dengan konidiumnya, baik karena terbawa angin maupun karena percikan air hujan dan air siraman, dan juga oleh serangga Semangun, 2007. 2.3Curvularia sp. Koloni Curvularia sp. berwarna coklat kehitaman dengan permukaan koloni menyerupai beludru atau kapas. Konidiosfor Curvularia sp. biasanya tunggal atau berkelompok memiliki cabang, bentuknya lurus atau merunduk, berwarna coklat dengan ujung coklat muda. Konidiofor memiliki ukuran panjang umumnya 650 µm dan lebar 5 – 9 µm. Konidia dari Curvularia sp. bersepta 3, membengkok pada sel ke dua atau ke tiga yang lebih lebar dan berwarna lebih coklat dari pada sel yang lain, berdinding tipis dan berukuran 20-30 x 9-15 µm Gandjar, 1999, seperti pada gambar Gambar 2.3.1. Gambar 2.3.1 a KoloniCurvularia sp.pada PDA, b Hifa Curvulariasp., c Konidia Curvularia sp. Sumber: Qureshi S. et al 2006, Pimentel

J. et al 2005

Curvularia sp. digolongkan ke dalam Kingdom: Myceteae Fungi, Divisi: Ascomycetes, Kelas: Euasomycetes, Ordo: Pleosporales, Famili: Pleosporaceae, Genus: Curvularia, Spesies: Curvularia sp.. Curvularia merupakan jamur imperfecti yang tidak memiliki fase seksual yang dulunya dikelompokkan ke dalam divisi Deuteromycetes, setelah ditemukan fase seksualnya maka Curvularia dikelompokkan ke dalam divisi Ascomycetes dengan genus Cochliobolus. Menurut Moore 1996, Universitas Sumatera Utara Deuteromycetes merupakan kelompok jamur yang tidak memiliki fase seksual atau disebut fungi imperfect. Banyak spesies jamur yang tidak memiliki fase reproduksi seksual di siklus hidupnya. Umumnya kebanyakan jamur dari kelompok Deuteromycetes merupakan fase nonseksual atau anomorph dari kelompok jamur yang memiliki fase seksual seperti Ascomycetes dan Basidiomycetes. Setelah fase seksual ditemukan, kedua fase anomorph dan teleomorph, secara taksonomi dikelompokkan ke dalam teleomorph atau fase seksualnya. Curvularia sp. dengan genus Curvularia diklasifikasikan ke dalam kelompok Deuteromycetes karena memiliki konidia yang khas untuk genus Curvularia. Fase teleomorph atau fase seksualnya kemudian ditemukan, sehingga diklasifikasikan ke dalam kelompok Ascomycetes dengan genus Cochliobolus. Sejak itu jamur tersebuttelah dianggap ke dalam kelompok Ascomycetes dengan genus Cochliobolus dengan fase anamorph atau fase konidia dari genus Curvularia. Menurut Gilman 1972, berdasarkan bentuk konidianya Curvularia sp.terbagi atas beberapa spesies yaitu Curvularia subulata memiliki konidia berbentukseperti gada yang meruncing, C. tetramera dengan dua ujung konidianya runcing dan simetri berwarna kuning gelap, C. interseminata dengan bagian basal dan apikal sel konidia berwarna coklat transparan dengan ukuran konidia 15-23 X 5,5-7,5 µm, C. maculans denganbagian basal dan apikal konidia coklat gelap dengan ukuran konidia 19-26 X 11-17 µm, C. geniculata dengankonidia melengkung dengan empat sekat, C. lunata dengankonidia melengkung berwarna gelap dengan tiga sekat, dan C. pallescens dengankonidia melengkung berwarna agak terang dengan tiga sekat. Habitat Curvularia sp. banyak ditemukan di daerah tropis terutama pada tumbuh-tumbuhan, sawah, tanah hutan, lumpur hutan bakau, serasah, dan bahan organik lainnya yang mengandung keratin dan selulosa. Curvulariasp. hidup dengan suhu pertumbuhan yang optimal antara 24º-30ºC Gandjar, 1999.

2.4 Senyawa Kitin