BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian hayati terhadap hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan mikroorganisme telah dimulai sejak lebih dari 70 tahun yang lalu sekitar 1920-1930,
yaitu ketika pertama kali ditemukansenyawa antibiotik yang dihasilkan dari mikroorganisme tanah. Sekarang sudah menjadi satu pengetahuan bahwa
pengendalian hayati mempunyai peranan penting dalam pertanian pada masa mendatang, karena kekhawatiran terhadap bahaya penggunaan bahan kimia yang
terkandung pada pestisida dan fungisida Hasanuddin, 2003. Hal inilah yang mendorong para peneliti mencari alternatif lain dalam mengendalikan hama dan
penyakit tanaman dengan menggunakan mikroorganisme.
Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas sangat besar, Indonesia memiliki banyak sumberdaya alam hayati yang tak ternilai, mulai dari bakteri hingga
jamur, tumbuhan, dan hewan. Pencarian isolat mikrorganisme yang potensial untuk digunakan dalam bidang industri, pertanian, dan juga kesehatan merupakan pekerjaan
yang harus terus dilakukan Suryanto, 2009. Enzim kitinase yang dihasilkan oleh mikroorganisme kitinolitik mempunyai potensi tinggi untuk mendegradasi limbah
yang mengandung kitin.Pada bidang pertanian, bakteri kitinolitik berfungsi sebagai agen biokontrol terhadap fungi patogen maupun serangan hama yang umumnya
memiliki komponen kitin pada dinding selnya Muharni, 2009. Bakteri kitinolitik adalah bakteri penghasil enzim kitinase yang berperan dalam mendegradasi kitin
menjadi N-asetilglukosamin. Organisme pendegradasi kitin umumnya berasal dari mikroorganisme diantaranya adalah dari kelompok bakteri. Bakteri yang dilaporkan
memiliki aktivitas kitinase seperti, Vibrio furnissi, Serratia marcescens, Bacilluscirculans, Bacillus thuringiensis, dan Pseudomonas aeruginosa Muharni,
2011.
Universitas Sumatera Utara
Sama halnya dengan sayuran lainnya, mentimun merupakan sayuran yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit
tanaman merupakan salah satu penyebab gangguan pertumbuhan mentimun yang perlu diwaspadai, karena selain menggangu pertumbuhan, serangan hama dan
penyakit juga dapat menurunkan produksi mentimun Prabowo, 2009. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman mentimun adalah penyakit bercak daun yang
disebabkan oleh jamur patogen Curvularia sp.. Menurut Semangun 1996, kerusakan pada daun dapat mengurangi fotosintesis, selain itu penyakit ini dapat juga
memperpendek umur produktif tanaman.
Gejala penyakit bercak daun Curvularia mirip dengan gejala bercak daun Cercospora, hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis. Pada ujung
daun terdapat bercak dengan tepi yang tidak teratur, pusat berwarna coklat keputih- putihan dan tepi coklat tua, dengan haloberwarna kuning. Bercak meluas ke arah
pangkal daun sehingga akhirnya seluruh daun mengering. Jamur Curvularia sp. mempunyai konidiofor coklat tua, tidak bercabang, bersekat, pada ujungnya
berbengkok-bengkok. Konidium berwarna coklat, kebanyakan melekat pada ujung konidiosfor, dan teratur bertingkat, berbentuk kumparan, pada ujungnya membulat,
bersekat tiga, sel kedua dari puncak mempunyai ukuran yang lebih besar dan bewarna lebih gelap, dan pada sel ini konidium membengkok Semangun, 2007.
1.2 Permasalahan