Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala (Myristica fragans Houtt)

(1)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA

(Myristica fragans Houtt)

TUGAS AKHIR

OLEH:

YOHANNA N.P. CIBRO

NIM 102410048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala

(

Myristica fragans Houtt

)”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar ahlimadya analis farmasi dan makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Beberapa dari parameter mutu dari minyak atsiri adalah bobot jenis, indeks bias dan putaran optik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar dan mutu minyak pala yang didapat dari hasil destilasi. Ternyata minyak pala yanng didapat memenuhi syarat mutu menurut SNI.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penulisan tugas akhir ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-Rempah UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

2. Ibu Dra. Lisni selaku Penyelia Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi D-3 Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan


(4)

4. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Gideon Cibro tercinta dan Ibunda Vera Sinaga terkasih, yang memberi dukungan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Kedua adik penulis, Bobby dan Dio yang selalu memberikan semangat dalam penulisan tugas akhir ini.

6. Teman sekelompok penulis dalam Praktek Kerja Lapangan, Charla, Titin dan Morhan yang memberikan dukungan dan membantu dalam penulisan tugas akhir ini.

7. Teman terbaik penulis yang sangat menginspirasi penulis, memberikan semangat dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, Enna, kak Astri dan Indah.

8. Sahabat-sahabat terbaik saya di Analis Farmasi 2010 Obek, Omik, Otrik, Otik, Ombing, Ohut, Obal dan Opik dan seluruh teman seangkatan penulis di Analis Farmasi 2010.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki kesalahan, oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung. Penulis juga berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Medan, Maret 2013 Penulis,

Yohanna N P Cibro NIM 102410048


(5)

(6)

DETERMINATION OF VOLATILE OIL CONTENT SEEDS OF PALA

Abstract

Nutmeg is one of the spice plant which is also an essential oil that is widely used community. The purpose of this study was to determine the level and quality of the essential oil of specific gravity, optical rotation and refractive index obtained from the distillation of nutmeg.

Nutmeg samples obtained from traditional markets in the region Pringgan, Medan. Nutmeg oil is obtained by using the method of distillation. Determination of the specific gravity of the oil quality using a Pycnometer, optical rotation using a polarimeter, using a refractometer refractive index used in the laboratory Vegetable Oils and Spices UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan

The results showed that the examined nutmeg oil has a specific gravity of 0,9045, this result qualifies according to SNI 06-2388-2006 which ranged from 0,880 – 0,910. Optical rotation is 1.4755, the result is qualified according to SNI that ranges from 1,470 – 1,497. And the refractive index of nutmeg oil is +23,25o, this result qualifies according to the SNI ranged from (+) 8o - (+) 25o.


(7)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA

Abstrak

Biji pala adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar dan mutu minyak atsiri yaitu bobot jenis, putaran optik dan indeks bias yang didapat dari destilasi biji pala.

Sampel biji pala didapat dari pasar tradisional di daerah Pringgan, Medan. Minyak pala didapat dengan menggunakan metode destilasi. Penentuan mutu minyak yaitu bobot jenis menggunakan alat piknometer, putaran optik menggunakan alat polarimeter, indeks bias menggunakan alat refraktometer yang digunakan pada laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-Rempah UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak pala yang diperiksa memiliki bobot jenis 0,9045, hasil ini memenuhi syarat menurut SNI 06-2388-2006 yakni berkisar antara 0,880 – 0,910. Putaran optik adalah 1,4755, hasil ini memenuhi syarat menurut SNI yakni berkisar antara 1,470 – 1,497. Dan indeks bias dari minyak pala adalah +23,25o, hasil ini memenuhi syarat menurut SNI yakni berkisar antara (+)8o – (+)25o.

Kata kunci: minyak biji pala, penentuan mutu, bobot jenis, putaran optik, indeks bias.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Minyak Atsiri ... 3

2.2 Tahan Pengambilan Minyak Atsiri ... 5

2.2.1 Perlakuan Bahan Tanaman ... 5

2.2.1.1 Pemotongan dan Memperkecil Bahan Tanaman .. 5

2.2.1.2 Penyimpanan Bahan Tanaman ... 6

2.2.2 Cara Umum Penyulingan ... 6

2.2.2.1 Penyulingan Menggunakan Uap Air ... 7

2.2.2.2 Ekstraksi Menggunakan Pelarut ... 8

2.2.2.3 Pengempaan ... 8

2.3 Parameter Pengujian Minyak Atsiri ... 8

2.3.1 Bobot Jenis ... 8

2.3.2 Putaran Optik ... 9

2.3.3 Indeks Bias ... 9

2.4 Pala (Myristica fragans Houtt) ... 9

2.4 Minyak Pala ... 11

BAB III METODE PENGUJIAN ... 13

3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala ... 13


(9)

3.3 Penentuan Indeks Bias ... 15

3.4 Penentuan Putaran Optik ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.1.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala ... 18

4.1.2 Penentuan Bobot Jenis ... 19

4.1.3 Penentuan Indeks Bias ... 19

4.1.4 Penentuan Putaran Optik ... 19

4.2 Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Parameter syarat mutu minyak pala ... 10 Tabel 2. Data perhitungan minyak atsiri pada biji pala ... 17 Tabel 3. Perbandingan hasil dan persyaratan minyak pala ... 19


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Alat pada Penetapan Kadar Minyak Atsiri ... 23

Lampiran 2. Gambar Alat pada Penetapan Bobot Jenis ... 24

Lampiran 3. Gambar Alat pada Penetapan Indeks Bias ... 25

Lampiran 4. Gambar Alat pada Penetapan Putaran Optik ... 26


(12)

DETERMINATION OF VOLATILE OIL CONTENT SEEDS OF PALA

Abstract

Nutmeg is one of the spice plant which is also an essential oil that is widely used community. The purpose of this study was to determine the level and quality of the essential oil of specific gravity, optical rotation and refractive index obtained from the distillation of nutmeg.

Nutmeg samples obtained from traditional markets in the region Pringgan, Medan. Nutmeg oil is obtained by using the method of distillation. Determination of the specific gravity of the oil quality using a Pycnometer, optical rotation using a polarimeter, using a refractometer refractive index used in the laboratory Vegetable Oils and Spices UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan

The results showed that the examined nutmeg oil has a specific gravity of 0,9045, this result qualifies according to SNI 06-2388-2006 which ranged from 0,880 – 0,910. Optical rotation is 1.4755, the result is qualified according to SNI that ranges from 1,470 – 1,497. And the refractive index of nutmeg oil is +23,25o, this result qualifies according to the SNI ranged from (+) 8o - (+) 25o.


(13)

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA

Abstrak

Biji pala adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar dan mutu minyak atsiri yaitu bobot jenis, putaran optik dan indeks bias yang didapat dari destilasi biji pala.

Sampel biji pala didapat dari pasar tradisional di daerah Pringgan, Medan. Minyak pala didapat dengan menggunakan metode destilasi. Penentuan mutu minyak yaitu bobot jenis menggunakan alat piknometer, putaran optik menggunakan alat polarimeter, indeks bias menggunakan alat refraktometer yang digunakan pada laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-Rempah UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak pala yang diperiksa memiliki bobot jenis 0,9045, hasil ini memenuhi syarat menurut SNI 06-2388-2006 yakni berkisar antara 0,880 – 0,910. Putaran optik adalah 1,4755, hasil ini memenuhi syarat menurut SNI yakni berkisar antara 1,470 – 1,497. Dan indeks bias dari minyak pala adalah +23,25o, hasil ini memenuhi syarat menurut SNI yakni berkisar antara (+)8o – (+)25o.

Kata kunci: minyak biji pala, penentuan mutu, bobot jenis, putaran optik, indeks bias.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pala (Myristica fragans Houtt) merupakan tanaman asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala terkenal karena biji buahnya yang tergolong sebagai rempah-rempah. Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Minyak atsiri dan lemak pala terdiri atas miristisin dan monopeten yang dapat menimbulkan rasa kantuk (Sunanto, 1993).

Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk lain. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya (Sastrohamidjojo, 2004).

Belakangan ini masyarakat sudah mulai menggunakan obat-obatan alami dalam mengobati berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah penggunaan minyak dari biji pala yang memiliki cukup banyak kegunaan. Oleh sebab itu penulis akan memeriksa kualitas atau mutu dari minyak biji pala yang didapat melalui proses destilasi dari pala yang di dapat di pasar tradisional dengan berdasarkan pada SNI.


(15)

1.2Tujuan

Adapun tujuan dari penetapan kadar minyak atsiri dari biji pala ini adalah untuk mengetahui mutu dari minyak atsiri biji pala yang diperoleh dari destilasi apakah memenuhi syarat menurut SNI.

1.3Manfaat

Adapun manfaat dari penetapan kadar minyak atsiri dari biji pala ini adalah mengetahui standard dari minyak biji pala dan cara menguji minyak biji pala tersebut.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan cairan lembut, bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak ini diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa semak, belukar, atau pohon. Minyak atsiri merupakan formula obat dan kosmetik tertua yang diketahui manusia dan diklaim lebih berharga daripada emas (Agusta, 2000).

Jika daun mengalami luka, umumnya cairan bening akan mengalir keluar, identik dengan darah yang keluar dari luka pada tubuh manusia. Cairan bening maupun darah memiliki kesamaan fungsi, yaitu membersihkan dan melindungi luka, melawan mikroorganisme berbahaya, dan menyediakan nutrisi maupun oksigen untuk regenerasi sel tubuh. “Darah” pada tumbuhan berbentuk cairan menguap (volatil) atau resin yang berfungsi seperti darah dalam tubuh manusia. Substansi yang disebut dengan life force ini jika disuling disebut minyak atsiri (Agusta, 2000).

Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk tujuan keagamaan, pengoobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan jenasah. Sejak zaman dahulu, penggunaan minyak esensial di Indonesia masih sangat terbatas dan masih bersifat tradisional. Pemakaian minyak sari tumbuhan


(17)

secara tradisional dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air atau dalam minyak kelapa (Yuliani, 2012).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony, 1994).

Bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komponen atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya. Jadi, penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut di dalam minyak atsiri merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan, kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 2000).

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri makanan dan minuman (Yuliani, 2012).

Satu jenis minyak atsiri, pada umumnya memiliki beberapa khasiat yang berbeda, misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri. Penelitian klinik memperlihatkan bahwa minyak atsiri sering membantu menciptakan lingkungan


(18)

sedemikian rupa sehingga penyakit, bakteri, virus, dan jamur tidak dapat hidup (Agusta, 2000).

2.2 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri 2.2.1 Perlakuan Bahan Tanaman

2.2.1.1 Pemotongan dan memperkecil bahan tanaman

Pekerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Dalam tanaman minyak atsiri terdapat dalam kelenjar minyak atau pada bulu-bulu kelenjar. Minyak atsiri hanya akan keluar keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman (Sastrohamidjojo, 2004).

Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus dioperkecil dengan cara dipotong-potong, atau digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan sering diistilahkan kominusi. Ada kalanya meskipun sudah dipotong-potong ternyata hanya sebagian minyak atsiri yang dapat terbebaskan (Sastrohamidjojo, 2004).

Perlu diperhatikan bila bahan telah dipotong-potong atau diperkecil harus segera disuling. Bila tidak segera diproses maka minyak atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap sebagian akan teruapkan. Ada dua hal yang dapat merugikan proses ini: pertama, hasil total minyak atsiri yang diperoleh berkurang


(19)

karena ada yang menguap; kedua, komposisi minyak atsiri akan berubah, hingga akan mempengaruhi baunya (Sastrohamidjojo, 2004).

2.2.1.2 Penyimpanan Bahan Tanaman

Penyimpanan bahan tanaman sebelum dilakukan kominusi sering mengandung bahaya yaitu lepasnya minyak atsiri yang mudah menguap. Biasanya hilangnya minyak atsiri oleh penguapan relatif sedikit, tetapi hilangnya minyak atsiri kebanyakan disebabkan oleh peristiwa oksidasi dan pendamaran atau resinifikasi (Sastrohamidjojo, 2004).

2.2.2 Cara Umum Penyulingan

Pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah adalah sebagai berikut: uap menembus jaringan tanaman dan menguapkan semua senyawa yang mudah menguap. Jika hal ini benar, maka seakan-akan isolasi minyak atsiri dari tanaman dengan cara hidrodestilasi merupakan proses yang sederhana, hanya membutuhkan jumlah uap yang cukup. Namun kenyataan hal tersebut tidak sesederhana yang kita bayangkan. Hidrodestilasi atau penyulingan dengan air terhadap tanaman meliputi beberapa proses (Sastrohamidjojo, 2004).

Pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Penyulingan menggunakan uap air (Steam Distillation) 2. Ekstraksi menggunakan pelarut (Solvent Extraction) 3. Pengempaan (Expression)

Dari ketiga cara ini, penyulingan menggunakan uap air dan ekstraksi menggunakan pelarut merupakan dua cara terpenting (Harris, 1987).


(20)

2.2.2.1Penyulingan Menggunakan Uap Air

Penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).

Penyulingan menggunakan uap air merupakan cara pengambilan minyak yang tertua, namun masih paling banyak digunakan, Akan tetapi, cara ini hanya cocok untuk minyak-minyak tanaman yang tidak rusak oleh panas uap air.

1. Penyulingan Langsung

Pada cara penyulingan ini, bahan tumbuhan yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air. Dengan demikian, penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan ini seolah-olah memudahkan penanganan, tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung mengakibatkan pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu, penggodokan ini menyebabkan timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki (Harris, 1987).

2. Penyulingan Tidak Langsung

Cara yang lebih melipatkan hasil serta meningkatkan mutu ialah memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak bahan tumbuhan yag diolah. Bahan tumbuhan diletakkan di tempat tersendiri yang dialiri dengan uap air, yaitu diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987).


(21)

2.2.2.2Ekstraksi Menggunakan Pelarut

Ekstraksi ini cocok untuk mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap air. Bahan pelarut dialirkan seecara berkesinambungan, melalui serangkaian penampan yang diisi bahan tumbuhan, menggunakan teknik arus-lawan (countercurent technique), sampai ekstraksi selesai (Harris, 1987).

2.2.2.3Pengempaan

Sebagian besar pengempaan dilakukan untuk mendapatkan berbagai minyak jeruk. Minyak itu terkandung dalam sel-sel kecil daging buah. Seperti yang sering kita lihat, sel-sel jeruk sangat mudah melepaskan minyak (Harris, 1987).

2.3 Parameter Pengujian Minyak Atsiri 2.3.2 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Besarnya bobot jenis suatu minyak merupakan hasil perbandingan berat suatu volume minyak pada suhu 25o C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Besarnya bobot jenis suatu minyak bisa dipengaruhi oleh jenis dan jumlah komponen kimia di dalam minyak (Zulnely, 2012).

Cara penentuan bobot jenis adalah contoh minyak atau lemak dimasukkan ke dalam piknometer kemudian ditutup dan direndam dalam air suhu 25o ± 0,2 oC selama 30 menit. Selanjutnya dikeringkan bagian luar piknometer dan ditimbang.


(22)

Dengan jalan yang sama piknometer diisi dengan air dan ditimbang (Sudarmadji, 1989).

2.3.3 Putaran Optik

Bila suatu media transparan dilewati cahaya terpolarisasi, maka cahaya tersebut akan mengalami pemutaran oleh struktur molekul dari bahan tersebut. Arah serta besarnya putaran tersebut sangat spesifik bagi setiap zat. Senyawa terpinil asetat bersifat putar kanan (+) sedangkan sineol memutar ke kiri (Ma’mun, 2006).

2.3.4 Indeks Bias

Indeks bias minyak atau lemak merupakan perbandingan sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul cahaya yang melalui minyak. Pembiasan ini disebabkan karena adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan elektromagnetik atom-atom dalam molekul minyak. Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak. Alat yang digunakan untuk menentukan indeks bias minyak adalah refrakfotmeter. Penentuan indeks bias minyak pada suhu 25oC, sedangkan untuk lemak pada suhu 40oC (Sudarmadji, 1989).

Penentuan indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Nilai indeks bias minyak akan meningkat pada minyak yang mempunyai rantai karbon panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap (Zulnely, 2012).

2.4 Pala (Myristica fragans Houtt)

Tanaman pala telah dipustakakan secara paten dengan nama ilmiah


(23)

merupakan pohon sedang. Tinggi pohonnya rata-rata 10-15 m, kadang-kadang sampai 20 m. Adapun ciri khasnya, daun tanaman pala tidak pernah mengalami gugur sepanjang tahun (Lutony, 1994).

Tanaman pala terkenal karena biji buahnya yang tergolong sebagai rempah-rempah. Selain sebagai tanaman rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Minyak atisiri dan lemak terdiri atas miristisin dan monopeten yang dapat menimbulkan rasa kantuk (Sunanto, 1993).

Klasifikasi tanaman, menurut Hasanah, 2011 Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Magnoliales

Famili : Myristicaceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragans Houtt

Buah pala menghasilkan biji pala (nutmeg) dan pembungkus biji (foeli;

mace). Umumnya setelah dikeringkan, kedua hasil itu diekspor langsung. Di negara perantara atau pemakai, biji dan foeli yang utuh dan besar, langsung digunakan untuk rempah-rempah. Biji dan foeli yang kecil dan cacat, dijadikan serbuk untuk disuling, dikempa, atau dijadikan oleoresin (Harris, 1987).


(24)

2.5 Minyak Pala

Pala (Myristica fragans), yang merupakan tanaman asli pulau Banda (Maluku), juga memiliki aktivitas yang serupa dengan dringo dan parsley, karena minyak atsiri pala ini mengandung senyawa elemisin, miristisin, dan safrol yang memiliki struktur molekul yang mirip dengan asaron dan apiol (Agusta, 2000).

Biji pala kaya akan lemak sehingga dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak pala. Daging buah pala kaya akan kalsium, fosfor, vitamin C dan A, serta sedikit zat besi. Daging buah pala mengandung 29 komponen volatil (senyawa yang mudah menguap) dengan 23 komponen telah teridentifikasi dan 6 komponen lain belum teridentifikasi. Komponen yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah á-pinen (8,7%), â-pinen (6,92%), 3-karen (3,54%), D-limonen (8%), á-terpinen (3,69%), 1,3,8-mentatrien (5,43%), ã-terpinen (4,9%), á-terpineol (11,23%), safrol (2,95%), dan miristisin (23,37%) (Agoes, 2010).

Nutmeg oil ialah minyak hasil sulingan serbuk biji pala. Rendemen nutmeg oil sekitar 7-15%, mengandung unnsur-unsur: eugenol, iso-Eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrdole, aldehyde, terpene, dan cairan bebas. Minyak- minyak itu berwarna kuning. Bersamaan dengan minyak permen (peppermintoil) digunakan untuk penyegar pasta gigi; bersama dengan minyak cengkeh, vanili, cassia, digunakan sebagai pencampur aroma tembakau (Harris, 1987).

Sifat myristicin yang terkandung dalam biji pala yang dapat memabukkan itu dimanfaatkan untuk menenangkan rasa sakit. Di Eropa, pada mulanya biji pala ini akan digunakan sebagai obat penenang. Namun, niat itu diurungkan karena


(25)

dianggap mempunyai efek sampingan, yaitu menyebabkan pusing kepala, mual-mual, kehilangan keseimbangan dan lain sebagainya (Sunanto, 1993).

Penyebab dari pusing kepala, mual-mual dan kehilangan keseimbangan itu sebenarnya adalah karena adanya kandungan elemicin di dalam biji pala. Elemicin tersebut bersama-sama dengan myristicin dalam tubuh orang yang memakannya diubah menjadi senyawa baru yang mirip dengan mescalin dan amfetamin. Maka bagi orang yang memakannya tidak hanya memabukkan atau menenangkan, tetapi sudah bersifat membius (Sunanto, 1993).

Parameter syarat mutu minyak dari biji pala dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Parameter Syarat Mutu Minyak Pala menurut SNI 06-2388-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 1.1 1.2 Keadaan Warna Bau - -

Tidak berwarna-kuning pucat Khas minyak pala

2 Bobot Jenis 20oC/20oC - 0,880 - 0,910 3 Indeks bias (nD20) - 1,470 – 1,497 4 Kelarutan dalam etanol 90%

pada suhu 20oC

- 1:3 jernih, seterusnya jernih

5 Putaran optic - (+)8o – (+)25o

6 Sisa penguapan % Maksimum 2,0

7 Miristin % Minimum 10


(26)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala

3.1.1 Alat

- Timbangan analitik

- Labu didih, berkapasitas 1 liter - Volatile Oil Trap

- Kondensor Refluks 3.1.2 Bahan Kimia

- Aquadest - Serbuk biji pala 3.1.3 Cara Kerja

- Timbanglah dengan teliti, mendekati 1 gram kira-kira 35-40 gram cuplikan yang telah diserbukkan sebelumnya dan masukkan dalam labu didih.

- Tambahkan air sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan tambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih.

- Sambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquades ke dalam trap.

- Lalu sambungkan lagi dengan kondensor refluks, panaskan labu didih tersebut beserta isinya selama 6-7 jam sesudah mendidih atau sampai tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes.


(27)

- Dinginkan labu pada suhu kamar sampai lapisan minyak terlihat dengan jelas, kemudian dibaca volume minyak.

3.1.4 Perhitungan

Kadar minyak atsiri (%) = ���������������������� (��)

������������� (����) x100% = . . . %

3.2Penentuan Bobot Jenis

3.2.1 Alat

- Timbangan analitik

- Penangas air yang dilengkapi dengan thermostat - Piknometer berkapasitas 10 ml

3.2.2 Bahan

- Minyak biji pala 3.2.3 Cara Kerja

- Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol.

- Keringkan piknometer tersebut di dalam oven dengan suhu 100oC dan sisipkan tutupnya.

- Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m).

- Isi piknometer dengan air suling, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.

- Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit, kemudian cukupkan sampai garis tanda.

- Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.


(28)

- Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1).

- Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan di dalam oven dengan suhu 100oC

- Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung udara.

- Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit, kemudian cukupkan sampai garis tanda. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.

- Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).

3.2.4 Perhitungan

Bobot jenis d20

20=

m2−m m1−m

Dengan :

m adalah massa, piknometer kosong

m1 adalah massa, piknometer berisi air pada suhu 20oC

m2 adalah massa, piknometer berisi contoh pada suhu 20oC

3.3Penentuan Indeks Bias

3.3.1 Alat

- Refraktometer - Penangas air 3.3.2 Bahan


(29)

- Minyak biji pala 3.3.3 Cara Kerja

- Alirkan air dari penangas pada suhu 20oC melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan.

- Suhu kerja harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,2oC.

- Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak tersebut harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.

- Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.

3.4Penentuan Putaran Optik

3.4.1 Alat

- Polarimeter

- Sumber cahaya digunakan lampu natrium - Tabung polarimeter

- Termometer 3.4.2 Bahan

- Minyak biji pala 3.4.3 Cara Kerja

- Nyalakan sumber cahaya dan tunggu sampai diperoleh kilauan penuh. - Isi tabung polarimeter dengan contoh minyak yang sebelumnya telah

dibawa pada suhu tertentu, usahakanlah agar gelembung-gelembung udara tidak terdapat di dalam tabung.


(30)

- Letakkan tabung di dalam polarimeter dan bacalah putaran optik

dekstro (+) atau levo (-) dari minyak, pada skala yang terdapat pada alat.

- Dengan menggunakan termometer yang disisipkan pada lubang ditengan-tengah, periksalah bahwa suhu minyak dalam tabung adalah 20oC ± 1oC.


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri pada Biji Pala

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui metode penyulingan dengan air. Pada metode ini, bahan tanaman, yaitu biji pala mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Minyak akan tertampung di volatile oil trap dan dapat dihitung kadarnya.

Data dari hasil penyulingan minyak atsiri pada biji pala dapat diihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Data Perhitungan Minyak Atsiri pada Biji Pala

No Berat Sampel Volume yang Terbaca

1 35,0015 3,5 ml

2 35,0028 3,6 ml

Berat rata-rata = 35,00215 Volume rata-rata = 3,55 Perhitungan kadar minyak atsiri biji pala:

Kadar minyak atsiri pada biji pala 1 = 3,5��

35,0015x 100% = 9,9 %

Kadar minyak atsiri pada biji pala 2 = 3,6��

35,0028 x 100% = 10,2 %

Kadar minyak atsiri rata-rata = 9,9 %+10,2 %

2 = 10,05 %

Hasil kadar minyak atsiri = 10,05 %


(32)

4.1.2 Penentuan Bobot Jenis

Penentuan bobot jenis dari minyak biji pala dapat dilakukan dengan didasarkan prinsip perbandingan berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama.

Data yang didapat: m = 27,6599 g m1 = 37,1783 g

m2 = 36,2693 g

Maka bobot jenis = 36,2693−27,6599

37,1783−27,6599

= 8,6094

9,5184

= 0,9045

4.1.3 Penentuan Indeks Bias

Penentuan indeks bias dari minyak biji pala dilakukan dengan menggunakan metode yang didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.

Indeks bias yang didapat = 1,472+1,479

2

= 1,4755

4.1.4 Penentuan Putaran Optik

Penentuan putaran optik dari minyak biji pala dilakukan dengan menggunakan metode yang didasarkan pada pengukuran sudut bidang dimana sinar terpolarisasi diputar oleh lapisan minyak yang tebalnya 10 cm pada suhu tertentu. Dan putaran optik yang dari minyak atsiri biji pala adalah +23,25.


(33)

4.2 Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan, perbandingan hasil dan persyaratan penentuan spesifikasi mutu minyak atsiri dari biji pala dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Perbandingan Hasil dan Persyaratan Minyak Pala

Parameter Hasil Persyaratan

Bobot Jenis 0,9045 0,880 – 0,910

Indeks bias 1,4755 1,470 – 1,497

Putaran optik +23,25o (+)8o – (+)25o

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa mutu dari minyak atsiri yang didapat dari hasil destilasi, yaitu parameter bobot jenis, indeks bias dan putaran optik memenuhi persyaratan SNI 06-2388-2006. Dimana minyak yang didapat dari hasil destilasi, dari biji pala yang didapat dari pasar tradisional memenuhi syarat mutu, dan dapat dipergunakan dengan baik oleh masyarakat.

Biji pala kaya akan lemak sehingga dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak pala. Daging buah pala kaya akan kalsium, fosfor, vitamin C dan A, serta sedikit zat besi. Daging buah pala mengandung 29 komponen volatil (senyawa yang mudah menguap) dengan 23 komponen telah teridentifikasi dan 6 komponen lain belum teridentifikasi. Komponen yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah á-pinen (8,7%), â-pinen (6,92%), 3-karen (3,54%), D-limonen (8%), á-terpinen (3,69%), 1,3,8-mentatrien (5,43%), ã-terpinen (4,9%), á-terpineol (11,23%), safrol (2,95%), dan miristisin (23,37%) (Agoes, 2010).


(34)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap minyak pala yang didapat dari hasil destilasi biji pala, yaitu menentukan kadar, menentukan mutu minyak berdasarkan parameter bobot jenis, putaran optik dan indeks bias, minyak pala tersebut memenuhi syarat SNI 06-2388-2006.

5.2 Saran

- Dalam menentukan bobot jenis, sebaiknya dilakukan dengan benar-benar teliti, piknometer sebaiknya dibersihkan dengan teliti, jangan sampai terdapat air di dalam piknometer yang dapat mempengaruhi nilai bobot jenis.

- Dalam menentukan putaran optik, sebaiknya dalam menutup alat polarimeter harus benar-benar teliti, jangan sampai terdapat gelembung di dalam polarimeter.

- Dalam menentukan indeks bias, sebaiknya pengukuran dilakukan pada cahaya yang cukup dan bila perlu dibantu dengan bantuan sinar dari lampu sehingga dapat melihat indeks bias dengan jelas.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H.A. (2010). Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 83.

Agusta, A. (2000). Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1, 2, 3.

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 1, 18.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 4, 5, 12, 16, 80.

Hasanah, Y., dan Hapsoh. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press. Halaman 96.

Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 1, 99.

Ma’mun. (2006). Karakteristik Beberapa Minyak Atsiri Famili Zingiberaceae dalam Perdagangan. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Halaman 94.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 1, 2, 6, 7, 9.

Standar Nasional Indonesia. (2006) SNI 06-2388-2006, ICS 71.100.60. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 1, 3, 4, 5.

Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta. Halaman 113, 114. Susanto, H. (1993). Budidaya pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius. Halaman 11, 75 76.

Yuliani, S., dan Satuhu, S. (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 6, 8, 10.

Zulnely. (2012). Pengaruh Cara Penyulingan Terhadap Sifat Minyak Pohon Wangi. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Halaman 6.


(36)

Lampiran 1. Gambar Alat Pada Penetapan Kadar Minyak Atsiri

Gambar labu didih Gambar volatile oil trap


(37)

Lampiran 2. Gambar Alat pada Penetapan Bobot Jenis

Gambar alat piknometer


(38)

Lampiran 3. Gambar Alat pada Penetapan Indeks Bias


(39)

Lampiran 4. Gambar Alat pada Penetapan Putaran Optik

Gambar Polarimeter


(1)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap minyak pala yang didapat dari hasil destilasi biji pala, yaitu menentukan kadar, menentukan mutu minyak berdasarkan parameter bobot jenis, putaran optik dan indeks bias, minyak pala tersebut memenuhi syarat SNI 06-2388-2006.

5.2 Saran

- Dalam menentukan bobot jenis, sebaiknya dilakukan dengan benar-benar teliti, piknometer sebaiknya dibersihkan dengan teliti, jangan sampai terdapat air di dalam piknometer yang dapat mempengaruhi nilai bobot jenis.

- Dalam menentukan putaran optik, sebaiknya dalam menutup alat polarimeter harus benar-benar teliti, jangan sampai terdapat gelembung di dalam polarimeter.

- Dalam menentukan indeks bias, sebaiknya pengukuran dilakukan pada cahaya yang cukup dan bila perlu dibantu dengan bantuan sinar dari lampu sehingga dapat melihat indeks bias dengan jelas.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H.A. (2010). Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 83.

Agusta, A. (2000). Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1, 2, 3.

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 1, 18.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 4, 5, 12, 16, 80.

Hasanah, Y., dan Hapsoh. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press. Halaman 96.

Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 1, 99.

Ma’mun. (2006). Karakteristik Beberapa Minyak Atsiri Famili Zingiberaceae dalam Perdagangan. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Halaman 94.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 1, 2, 6, 7, 9.

Standar Nasional Indonesia. (2006) SNI 06-2388-2006, ICS 71.100.60. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 1, 3, 4, 5.

Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta. Halaman 113, 114. Susanto, H. (1993). Budidaya pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius. Halaman 11, 75 76.

Yuliani, S., dan Satuhu, S. (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 6, 8, 10.

Zulnely. (2012). Pengaruh Cara Penyulingan Terhadap Sifat Minyak Pohon Wangi. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Halaman 6.


(3)

Lampiran 1. Gambar Alat Pada Penetapan Kadar Minyak Atsiri

Gambar labu didih Gambar volatile oil trap


(4)

Lampiran 2. Gambar Alat pada Penetapan Bobot Jenis

Gambar alat piknometer


(5)

Lampiran 3. Gambar Alat pada Penetapan Indeks Bias


(6)

Lampiran 4. Gambar Alat pada Penetapan Putaran Optik

Gambar Polarimeter