a Kitab Undang-undang Hukum Perdata b Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2 Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer antara lain buku, tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain
yang berkaitan dengan materi penelitian. 3 Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri atas: a Kamus Hukum
b Kamus Umum Bahasa Indonesia
4. Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan akan dihubungkan dengan studi kepustakaan. Kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan
metode kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun lisan diteliti dan dipelajari kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yang tersusun dalam kalimat yang
sistematis.
G. Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan membagi menjadi 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Keaslian Penelitian, Sistematika Penelitian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN
KREDIT
Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit, Jenis-jenis Jaminan, Pengertian Deposito, Jenis-jenis Deposito, Deposito Sebagai Jaminan Kredit
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK
DENGAN JAMINAN DEPOSITO
Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit, Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit, Jenis-jenis Kredit
BAB IV ASPEK HUKUM DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA
BANK STUDI PADA PT Bank Danamon Indonesia Tbk
Gambaran Umum PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Deposito Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Upaya-
upaya Yang Dilakukan Oleh Bank Dalam Pencairan Kredit Dengan Jaminan Deposito, Penyelesaian Terhadap Deposito Sebagai Jaminan Kredit Apabila
Debitur Wanprestasi Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan, dan Saran
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit
Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum
yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang.
5
Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang pinjaman uang yang terdapat dalam
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Definisi ini difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat
kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda jaminan.
6
Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam
kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
7
Dari pendapat-pendapat perumusan pengertian hukum jaminan di atas dapat disimpulkan inti dari hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
5
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 3
6
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hal. 3.
7
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
pemberi jaminan atau debitur dengan penerima jaminan atau kreditur sebagai pembebanan suatu utang tertentu atau kredit dengan suatu jaminan benda atau orang tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur yang terkandung di dalam perumusan hukum jaminan, yakni sebagai berikut:
1. Serangkaian ketentuan hukum, baik yang bersumberkan kepada ketentuan hukum yang
tertulis dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan hukum jaminan yang tertulis adalah ketentuan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan, termasuk
yurisprudensi, baik itu berupa peraturan yang original asli maupun peraturan yang derivatif turunan. Adapun ketentuan hukum jaminan yang tidak tertulis adalah
ketentuan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan pembebanan utang suatu jaminan.
2. Ketentuan hukum jaminan tersebut mengatur mengenai hubungan hukum antara pemberi
jaminan debitur dan penerima jaminan kreditur. Pemberi jaminan yaitu pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu, yang menyerahkan suatu
kebendaan tertentu sebagai benda jaminan kepada penerima jaminan kreditur. 3.
Adanya jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada kreditur.
4. Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan sebagai jaminan
tanggungan bagi pelunasan utang tertentu. Ketentuan hukum jaminan kredit dapat dijumpai dalam Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang mengatur mengenai Hukum Kebendaan. Dilihat dari sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pada prinsipnya hukum jaminan merupakan bagian dari
Universitas Sumatera Utara
Hukum Kebendaan, sebab dalam Buku II Kitab Undang - Undang Hukum Perdata diatur mengenai pengertian, cara membedakan benda dan hak-hak kebendaan, baik yang memberikan
kenikmatan dan jaminan. Ketentuan dalam pasal-pasal Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
mengatur mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan Belas sampai dengan Titel Dua Puluh Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232.
Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat 1 UU No. 10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.” Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat 1 adalah bahwa keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus
melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.
Jadi, untuk mengurangi resiko pada jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama tehadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari debitur.
B. Jenis-jenis Jaminan