3. Demand Deposito rekening koran giro, penyimpan dapat menyimpanmenarik
dananyapada dari bank setiap saat dikehendaki. 4.
Deposito Automatic Roll-Over, yaitu uang deposan secara otomatis diperhitungkan bunganya, begitu deposito habis jangka waktunya.
Uang deposan akan terus diberi bunga seandainya deposan lupa menarik deposito yang sudah jatuh tempo.
5. Sertifikat Deposito, yaitu simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
penyimpanannya dapat dipindah tangankan.
E. Deposito Sebagai Jaminan Kredit
Apabila deposito akan dijadikan sebagai jaminan kredit, maka yang harus diminta dan disimpan oleh bank adalah bilyet giro tersebut, baik untuk deposito berjangka maupun untuk
sertifikat deposito. Kemudian, atas deposito tersebut harus diperiksa keaslian, legalitas, serta kebenaran dari isi bilyet deposito tersebut.
Setiap simpanan uang pada bank yang berupa deposito pada umumnya deposan akan menerima bilyet deposito asli. Isi dari biyet deposito antara lain:
− Nama dan alamat jelas deposan − Jumlah nominal setorandinyatakan dengan jumlah nilai uang
− Jangka waktu simpanan dan kapan deposito berjangka itu jatuh tempo atau habis waktu dari periode yang dinginkan.
− Besarnya prosentase bunga yang diberikan oleh bank.
Universitas Sumatera Utara
Isi serta bentuk formulir blanko deposito ditetapkan oleh Bank Indenesia, tetapi kemudian Bank bank pemerintah lainnya diijinkan oleh Bank Indonesia untuk mencetak sendiri
sesuai dengan bentuk standar yang telah ditentukan. Pada saat deposito berjangka itu jatuh tempo atau habis waktumya dan oleh deposan dananya akan ditarik dari bank, maka dapat dilakukan
dengan cara menukar bilyet deposito asli dengan uang tunai atau memindah bukukan kedalam rekening koran yang bersangkutan. Dengan demikian, bilyet deposito asli yang dipegang itu
diserahkan kembali kepada bank. Ada beberapa cara untu mengetahui dan mengamankan suatu deposito yang akan
dijadikan jaminan, antara lain adalah: 1
Apabila bank penerbit deposito tersebut berbeda dengan bank pemberian kredit, maka :
a Pemilik deposito memberikan surat kuasa kepada bank pemberi kredit untuk
memblokirmencairkan deposito pada bank penerbit deposito tersebut. b
Atas dasar surat kuasa tersebut bank pemberi kredit membuat surat permintaan pemblokiran atas deposito yang bersangkutan, dimana sebagai tanda
sepengetahuan dan persetujuannya, maka bank penerbit deposito tersebut membubuhkan tanda tangannya pada surat permintaan pemblokiran deposito tadi.
2 Apabila bank penerbit deposito tersebut dan pemberi kredit adalah bank yang sama, maka
: a
Pemilik deposito memberikan surat kuasa pada bank pemberi kredit untuk memblokirkanmencairkan deposito yang dijaminkan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b Atas dasar surat kuasa tersebut bank yang bersangkutan melakukan pengecekan
keaslian dan kebenaran serta pemblokiran atas deposito tersebut. Setiap kegiatan selalu diawali oleh adanya tujuan. Demikian juga halnya gerakan
deposito yang dicetuskan sejak bulan desember 1968 yang lalu, juga mempunyai suatu tujuan tertentu pula. Pada umumnya Deposito berjangka jika ditinjau dari segi bank , maka aktivitasnya
adalah merupakan salah satu kegiatan bank untuk mengumpulkan dana uang yang berlebih, yang tidak dikonsimir, yang terdapat didalam masyarakat. Dana yang dapat dikumpulkan ini
sangat diperlukan oleh bank dalam menunjang kegiatan pokoknya yang berupa pemberian kredit kepada masyarakat.
Kadang kadang bank pemberi kredit mewajibkan debitur atau nasabahnya membuka deposito pada bank mereka, yang dipergunakan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan.
Bilamana pemilik deposito menarik kembali simpanannya sebelum tanggal jatuh tempo harus membayar denda. Jika deposito berjangka ini ditinjau dari segi dana yang terdapat di dalam suatu
negara, maka tujuan utamanya adalah untuk lebih memanfaatkan perkreditan serta dana dana dari masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaan stabilitas dan pembangunan ekonomi. Di
dalam tujuan ini ditentukan bahwa dana bahwa dana dana itu hendaknya berasal dari kalangan masyarakat. Para deposan yang telah menyisihkan sebagian dananya untuk dimasukkan kedalam
Deposito Berjangka ini berarti telah mengorbankan pemakaian dana itu untuk tujuan lain. Atas pengorbanan itu, bank memberikan balas jasa kepada deposan dalam bentuk bunga deposito
berjangka. Dari uraian tersebut di atas, untuk terjadinya deposito mutlak adanya 2 dua pihak yaitu
deposan dan depositaris. Dengan Deposito maka sebenarnya adalah merupakan jalinan kerja
Universitas Sumatera Utara
sama, saling percaya mempercayai antar deposan disatu pihak dan depositaris di pihak lain dalam soal keuangan. Deposan mempercayai depositaris oleh karena yakin bahwa uang yang
disimpan itu akan dapat di ambil kembali dengan menghasilkan bunga setiap bulannya, untuk jangka waktu yang tertentu yang diinginkannya, sedangkan depositaris menerima uang simpanan
yang akan dapat digunakan untuk hal hal yang bermanfaat dalam pembangunan, untuk usaha usaha yang produktif serta untuk meningkatkan usaha pokok perbankan khusus dalam bidang
perkreditan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT OLEH BANK DENGAN
JAMINAN DEPOSITO A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit
Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “Kepercayaan” atau
dalam bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran.
12
Menurut O.P. Simorangkir, bahwa kredit adalah pemberian prestasi misal uang, barang dengan balas prestasi kontra prestasi akan terjadi pada waktu mendatang. Dewasa ini,
kehidupan ekonomi modern sekarang ini adalah prestasi uang. Kredit berfungsi koperatif antara si pemberi kredit kreditur dan penerima kredit debitur, mereka menarik keuntungan dan
saling menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen- komponen kepercayaan, resiko, dan pertukaran ekonomi pada masa-masa mendatang.
13
Sedangkan dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan. Menurut Pasal 1 angka 11 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan UU Perbankan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
12
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Salemba Empat, 2006, hal. 53
13
H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 123
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan dari pengertian-pengertian tersebut diatas maka terdapat 4 empat yang menjadi unsur-unsur pokok kredit, yaitu;
14
− Kepercayaan
Berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan jangka
waktu yang telah diperjanjikan. − Waktu
Disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dan pembayaran kembali oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, tetapi dipisahkan oleh tenggang
waktu. − Risiko
Disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung risiko didalamnya, yaitu risiko yang terkandung dalam jangka waktu antara pelepasan kredit
dan pembayaran kembali. Hal ini berarti semakin panjang waktu kredit maka semakin tinggi resiko kredit tersebut.
− Prestasi
Disini berarti bahwa setiap kesepakatan kredit terjadi antara bank dan debiturnya mengenal suatu pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu prestasi dan
kontra prestasi.
14
Ibid, hal. 124
Universitas Sumatera Utara
Pemberian kredit pada umumnya sudah menjadi fungsi utama bank-bank, sebagaimana disyaratkan pada Pasal 3 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Kemudian yang dimaksud dengan Perjanjian Kredit adalah perjanjian pemberian kredit antara pemberi kredit dan penerima kredit. Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati
antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua pihak pembuatnya
yang dinamakan perikatan. Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi hak
dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut melalui pengadilan. Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak:
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Pihak yang menuntut sesuatu disebut kreditor
sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan disebut debitor. Sebetulnya, istilah perjanjian kredit tidak dikenal di dalam UU Perbankan. Namun, bila
ditelaah lebih lanjut mengenai pengertian kredit dalam UU Perbankan, tercantum kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam.
Universitas Sumatera Utara
Kata-kata tersebut menegaskan bahwa hubungan kredit adalah hubungan kontraktual hubungan yang berdasar pada perjanjian yang berbentuk pinjam-meminjam. Perjanjian kredit
itu sendiri mengacu pada perjanjian pinjam-meminjam. Di sisi lain, walaupun perjanjian kredit berakar dari perjanjian pinjam-meminjam tetapi ia
berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjan seperti tercantum dalam KUHPer. Pasal 1754 KUHPerdata Perjanjian pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Karena perjanjian kredit elemen pembentuknya adalah perjanjian pada umumnya, oleh
karenannya syarat sah perjanjian tersebut sama halnya dengan syarat sah perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan 4 syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:
Unsur Subjektif 1. Sepakat;
Dalam kontrak adalah “perasaan rela atau ikhlas” diantara pihak pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya kesepakatan dinyatakan tidak ada bila adanya suatu
penipuan, kesalahan, paksaan, dan penyalahgunaan keadaan. 2. Kecakapan;
Berarti orang orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut adalah orang yang oleh hukum dapat dianggap subjek hukum, yang tidak cakap oleh hukum adalah orang yang belum
dewasa, orang yang ditempatkan dalam pengawasan pengampuan, orang yang sakit kejiwaannya.
Universitas Sumatera Utara
Unsur Objektif 1. Suatu hal tertentu:
Artinya dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan;
2. Suatu sebab yang halal. Berarti perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang – Undang lainnya,
ketertiban umum, dan kesusilaan. Pelanggaran terhadap Unsur Subjektif berarti perjanjian tersebut dapat diminta untuk
dibatalkan melalui upaya hukum dengan cara mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri. Pelanggaran terhadap Unsur Objektif berarti Perjanjian tersebut secara hukum batal dengan
sendirinya batal demi hukum, dan oleh karenanya perjanjian tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan memaksa.
Pihak-pihak dalam perjanjian kredit antara lain : 1. Pemberi Kredit atau kreditur adalah bank atau lembaga pembiayaan lain selain bank
misalnya perusahaan leasing; 2. Penerima Kredit atau debitur, yaitu pihak yang bertindak sebagai subyek hukum.
Adapun yang menjadi fungsi perjanjian kredit, yaitu : 1. Sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal
atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan;
2. Sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur; 3. Sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
Universitas Sumatera Utara
Akibat hukum dari lahirnya suatu perjanjian kredit tidak ubahnya dengan akibat hukum terhadap lahirnya suatu perjanjian pada umumnya. secara umum hal ini menimbulkan suatu
perikatan dalam bentuk hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut tidak lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak pada perjanjian tersebut. Dengan kata lain akibat hukum
dari perjanjian Kredit tersebut adalah hal yang mengikat dan memaksa terhadap pelaksanaan perjanjian kredit tersebut.
B. Prinsip-prinsip Dalam Pemberian Kredit