Laporan Pemeriksaan Operasional atas Pemberian Kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

LAPORAN PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk

DSP HELVETIA

Diajukan Oleh :

NAMA : JOJOR L. B. SIAHAAN

NIM : 070522088

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK

MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Laporan Pemeriksaan Operasional atas Pemberian Kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia” adalah benar hasil kerja saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipulikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, November 2010 Yang membuat pernyataan

Jojor L. B. Siahaan NIM. 070522088


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Sorgawi, Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerah serta kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “Laporan Pemeriksaan Operasional atas Pemberian Kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia” guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik mengenai materi, teknik penyusunan maupun hasil analisisnya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga doa dari semua pihak yang membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.


(4)

Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syamsul Bahri Trb, MM,Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs Abikusno Dharsuky, MM, Ak dan Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan II, Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, selaku Dosen Wali dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing serta membantu penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Gunung Simarmata, selaku Pimpinan Cabang, Bapak Desa Arizona selaku Credit Officer, Ibu Silvie Rajagukguk selaku Operational Officer serta seluruh Pegawai PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan keterangan dan data yang diperlukan selama penulis melakukan penelitian guna menyusun skripsi ini.

6. Untuk Bapak, Mama, Kak Artha, Kak Retha, Kak Melda, Adek Delima dan Samuel yang selalu memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis sampai sekarang.


(5)

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

Medan, November 2010 Penulis,

Jojor L. B. Siahaan NIM. 070522088


(6)

ABSTRAK

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna mengangkat taraf hidup masyarakat banyak.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh dan mengetahui bagaimana pelaksanaan pemeriksaan operasional atas pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia dalam menentukan kriteria layak atau tidaknya calon debitur atau nasabah yang menerima kredit dari bank.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Metode Analisis Deskriptif yaitu metode dimana data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dan diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan yang diteliti. Jenis data yang diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan dalam hal ini PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia adalah teknik wawancara,observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan secara teori prosedur pemberian kredit belum sesuai dalam prinsip pemberian kredit yang terdapat dalam PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Penerapan audit operasional kredit telah dilaksanakan sesuai dengan teori dan pelaksanaan yang ada dalam PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, dan telah meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Kata kunci : Penerapan Audit Operasional, Efisiensi dan Efektivitas Kredit


(7)

ABSTRACT

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia is a business that collecting fund from society in deposit form and send back to society in credit form use to increase the wealth life of many people.

The purpose of this research is to get and knowing how the procedures operational audit of credit in PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia to select criteria of debitur is it proper or not to get the credit from bank

The research had been done, the write analysis data by use descriptive method. Analysis descriptive is the method after the data get, then filing, grouping, and interpreting so the write get the really performance of the company. The kind of data directly get from object research in field in this case is PT.Bank Danamon Indonesia DSP Helvetia are interview, observation, and documentacy.

According the result of research, the write conclude that theory the procedure of distribute credit still not matching with principle of distribute credit in PT.Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia. In operational audit of credit is matching with theory and PT.Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia, and increasing efficiency and effectiveness credit in company.

Key word : Application of operational audit, efficiency and effectiveness credit, analysis descriptive method


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... ... v

ABSTRACT... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D.Kerangka Konseptual... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Perbankan dan Perkreditan... 8

1. Pengertian Kredit ... 9

2. Fungsi dan Tujuan Kredit ... 9

3. Unsur-Unsur Kredit... 11

4. Jenis-jenis Kredit... 13

B.Prosedur Pemberian Kredit Bank... ... 15

1. Tahap Persiapan... 16

2. Tahap Penilaian... 16

3. Tahap Keputusan Pemberian Kredit... 18

4. Tahap Pelaksanaan... 18

5. Tahap Penatausahaan... 19

6. Tahap Pembinaan Kredit... 20

7. Tahap Penyelesaian Kredit... 20

C.Pemeriksaan Operasional Kredit Bank... 21


(9)

2. Ruang Lingkup Audit Operasional... 24

3. Tujuan Audit Operasional... 24

4. Kriteria Auditor yang Memadai... 25

5. Tahap-Tahap Audit Operasional... 26

D.Tinjauan Penelitian Terdahulu... 27

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 28

B.Jenis Data ... 28

C.Teknik Pengumpulan Data ... 29

D.Metode Penganalisaan Data ... 29

E.Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 30

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A.PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia... 31

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 31

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 34

3. Prosedur Pemberian Kredit... 38

B.Pemeriksaan Operasional Kredit pada DSP Helvetia... 44

1. Ruang Lingkup dan Tujuan Audit Operasional... 44

2. Independensi Auditor Operasional Kredit... 46

3. Kompetensi Auditor Operasional Kredit... 47

4. Tahap-Tahap Audit Operasional Kredit di DSP Helvetia... 47

5. Laporan Hasil Audit Operasional... 50

C.Pembahasan Audit Operasional dalam Efisiensi dan Efektivitas dalam Pemberian Kredit... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 56

B.Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL Judul Halaman 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 28 3.1 Jadwal Penelitian... 30


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Judul

1 Struktur Organisasi PT. Bank Danamon

Indonesia Tbk, DSP Helvetia


(13)

ABSTRAK

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna mengangkat taraf hidup masyarakat banyak.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh dan mengetahui bagaimana pelaksanaan pemeriksaan operasional atas pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia dalam menentukan kriteria layak atau tidaknya calon debitur atau nasabah yang menerima kredit dari bank.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Metode Analisis Deskriptif yaitu metode dimana data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dan diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan yang diteliti. Jenis data yang diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan dalam hal ini PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia adalah teknik wawancara,observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan secara teori prosedur pemberian kredit belum sesuai dalam prinsip pemberian kredit yang terdapat dalam PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Penerapan audit operasional kredit telah dilaksanakan sesuai dengan teori dan pelaksanaan yang ada dalam PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, dan telah meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Kata kunci : Penerapan Audit Operasional, Efisiensi dan Efektivitas Kredit


(14)

ABSTRACT

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia is a business that collecting fund from society in deposit form and send back to society in credit form use to increase the wealth life of many people.

The purpose of this research is to get and knowing how the procedures operational audit of credit in PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia to select criteria of debitur is it proper or not to get the credit from bank

The research had been done, the write analysis data by use descriptive method. Analysis descriptive is the method after the data get, then filing, grouping, and interpreting so the write get the really performance of the company. The kind of data directly get from object research in field in this case is PT.Bank Danamon Indonesia DSP Helvetia are interview, observation, and documentacy.

According the result of research, the write conclude that theory the procedure of distribute credit still not matching with principle of distribute credit in PT.Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia. In operational audit of credit is matching with theory and PT.Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia, and increasing efficiency and effectiveness credit in company.

Key word : Application of operational audit, efficiency and effectiveness credit, analysis descriptive method


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan pemberian jasa-jasa lainnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Peranan bank diantaranya memberikan kredit kepada para nasabah. Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan pertimbangan analisis yang baik dari pimpinan bank agar kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan pihak bank dapat dihindari. Pertimbangan dan analisis tersebut sangat dipengaruhi oleh ketentuan dan kebijaksanaan dari kantor pusat bank itu sendiri. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan oleh pihak yang berwenang mengambil keputusan di bank dalam memberikan kredit kepada nasabahnya, diantaranya: kelayakan usaha calon debitur, jumlah kredit yang diminta, tujuan penggunaan kredit, kelayakan usaha calon debitur, bentuk dan nilai jaminan yang diberikan serta beberapa pertimbangan lainnya yang diperlukan.

Adapun masalah yang terjadi dalam bidang perkreditan yaitu meningkatnya persentase kredit bermasalah yang sering dikenal dengan istilah Non Performing Loan (NPL) yaitu kredit yang pembayaran angsuran pokok dan bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan dan digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Adapun contoh-contoh kredit yang bermasalah


(16)

yaitu; kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank, mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya atau pembayaran bunga, denda keterlambatan, serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban debitur yang bersangkutan, kredit dimana terjadi ketidakpatuhan janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan debitur sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas. Karena itu dalam pemberian kredit harus dipertimbangkan resiko kredit yang akan terjadi.

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi di mana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami rugi yang potensial (potential loss). Perlu diketahui adanya anggapan yang salah bahwa kredit bermasalah selalu disebabkan oleh kesalahan debitur. Kredit berkembang menjadi bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari debitur, kondisi eksternal, bahkan dari bank pemberi kredit sendiri. Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan kredit bermasalah berawal dari tahap perencanaan, tahap analisis, dan tahap pengawasan. Hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut perlu disadari oleh bank agar bank dapat mencegah atau menangani dengan baik.

Untuk mengendalikan dan mengelola resiko kredit, bank menetapkan dan menjabarkan kebijakan perkreditan secara tertulis sesuai dengan asas perkreditan yang sehat dan penuh kehati-hatian. Pemeriksaan operasional terhadap pemberian kredit sangat penting artinya bagi bank terutama untuk memberikan keputusan


(17)

apakah nasabah dapat diberikan kredit dan menjamin pembayaran kembali kredit yang telah diberikan, dan untuk memastikan apakah kredit tersebut telah digunakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan disetujui bersama. Pemeriksaan operasional yang kurang baik dalam pemberian kredit dapat menimbulkan akibat yang merugikan misalnya ketidakmampuan nasabah dalam membayar hutang-hutang yang disebabkan masalah ekonomi, atau usaha yang dikelola pailit. Apabila terus-menerus menjadi tunggakan kredit maka pihak bank akan melakukan tindakan pengamanan terhadap kredit yang mengalami kemacetan, misalnya memberikan keringanan berupa perpanjangan jangka waktu pelunasan.

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk adalah salah satu bank swasta nasional yang turut mengambil bagian dalam perkembangan perekonomian di Indonesia, yaitu dengan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Bank Danamon sebagai bank yang tumbuh dan berkembang di Indonesia memiliki komitmen untuk menjadi bank pilihan yang juga mampu memberikan kontribusi positif bagi nasabah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Melalui program Danamon Simpan Pinjam (DSP) secara khusus untuk melayani dan membantu mengembangkan usaha berskala mikro dan kecil. Semua produk, proses, kantor cabang dan layanan di DSP dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pengusaha mikro dan kecil. Dalam perkembangannya PT. Bank Danamon Indonesia Tbk semakin berkembang dan maju yang ditandai


(18)

dengan banyaknya cabang PT. Bank Danamon Indonesia Tbk di seluruh Indonesia. Melalui kegiatan perkreditan maka bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian. Dari sekian banyak cabang bank yang ada di kota Medan maka peneliti memutuskan mengadakan riset penelitian pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, DSP Helvetia.

Dalam pemberian kredit, PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, DSP Helvetia tidak terlepas dari masalah kredit macet. Dari uraian di atas, penulis memandang bahwa pemeriksaan operasional memegang peranan penting dalam hal memutuskan persetujuan pemberian kredit dan pengembalian pinjaman oleh debitur. Masalahnya adalah pemeriksaan operasional yang telah dilakukan harusnya dapat mengurangi kredit macet yang ada, tetapi tetap saja PT. Bank Danamon Indonesia Tbk DSP Helvetia tidak lepas dari masalah kredit macet. Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi yang membahas tentang ”Laporan Pemeriksaan Operasional atas Pemberian Kredit PT. Bank Danamon Indonesia Tbk DSP Helvetia”.


(19)

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pemeriksaan operasional atas pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk DSP Helvetia telah dijalankan sesuai dengan Standard Operasional Perusahaan (SOP) sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan?

2. Apakah SOP atas audit operasional kredit pada PT. Bank Danamon Tbk DSP Helvetia memenuhi kriteria secara teori?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui apakah pemeriksaan operasional atas pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, DSP Helvetia telah dijalankan sesuai dengan Standard Operasional Perusahaan (SOP) sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

2. untuk mengetahui apakah SOP atas audit operasional kredit pada PT. Bank Danamon Tbk DSP Helvetia memenuhi kriteria secara teori.

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan perbandingan antara teori dari berbagai sumber bacaan ilmiah dengan praktek yang sebenarnya di lapangan


(20)

2. bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan berupa saran-saran yang bermanfaat yang berkaitan dengan prosedur pemeriksaan operasional atas pemberian kredit

3. bagi pihak lain, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan yang dapat menambah wawasan pembaca mengenai prosedur pemeriksaan operasional atas pemberian kredit dan sumber informasi bagi penulis lainnya dalam melakukan penelitian

D.Kerangka Konseptual

Gambar 1.1

Jenis kredit yang diberikan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, DSP Helvetia kepada nasabah adalah kredit usaha kecil. Jasa kredit ini diberikan sesuai

PT. Bank Danamon Tbk DSP Helvetia

Sales Officer / Credit Officer

Teller / Operation Officer

Field Collector

Audit Operational


(21)

dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Tanpa melalui pemeriksaan operasional atas pemberian kredit yang baik, maka tentu saja pinjaman yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si debitur.

Selain melalui berbagai prosedur pemberian kredit, bank juga harus menetapkan suatu pemeriksaan pemberian kredit yang baik dengan tujuan agar kredit yang diberikan kepada debitur dapat dikembalikan sebagaimana mestinya, dengan kata lain menghindari terjadinya berbagai tunggakan atau disebut juga dengan kredit macet.

Pemeriksaan kredit yang dilaksanakan dapat dimulai pada saat sebelum penerimaan kredit berlangsung. Selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan kredit pada saat pemeberian kredit berlangsung. Selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan kredit ini berakhir pada saat setelah penerimaan kredit, sehingga pengembalian peminjaman kredit tersebut dengan tujuan agar kredit yang diberikan dapat dikembalikan dengan tepat waktu sesuai dengan syarat yang ditetapkan pada saat peminjaman kredit.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbankan dan Perkreditan

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Suyatno (2001 : 11), menyatakan:

Tiga fungsi terpenting dari bank, yaitu sebagai berikut: 1. sebagai perantara dalam perkreditan

 kredit aktif, di mana bank bertindak sebagai pihak pemberi

 kredit pasif, di mana bank bertindak sebagai pihak pemberi

 kredit berupa dana-dana yang dipercayakan kepadanya berupa giro, deposito dan tabungan

2. sebagai badan yang memberikan jasa perdagangan dalam negeri dan luar negeri

3. sebagai badan yang memiliki wewenang mengedarkan uang, baik uang kartal maupun uang giral

Sesuai dengan fungsinya, maka aktivitas bank meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. aktivitas keuangan dan kliring 2. aktivitas penarikan dana

3. aktivitas pemberian kredit yang berupa; kredit investasi, kredit usaha kecil, kredit modal kerja, dan lain-lain

4. aktivitas pemberian jasa-jasa seperti; inkaso atau penagihan usaha, pengiriman uang, penyewaan loket, dan lain-lain

5. aktivitas pembelian, penyimpanan, dan pnejualan valuta asing, wesel, dan lain-lain

6. aktivitas penyertaan dana seperti penyertaan pada perusahaan, pada bank, dan lain-lain.


(23)

1. Pengertian Kredit

Kata kredit dari bahasa latin yaitu “credere”, yang berarti percaya atau to believe atau to trust, sehingga pada dasarnya pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau badan usaha adalah kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan pada kreditur (bank) setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur.

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:II.8A.1) mengartikan kredit sebagai “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”

2. Fungsi dan Tujuan Kredit

Tjoekam (1999:3) mengatakan bahwa “dalam perkreditan melibatkan beberapa pihak yaitu: kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter (pemerintah) dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan bagi setiap pihak berbeda-beda”.

Adapun tujuan kredit bagi setiap pihak yang terkait antara lain: a. bagi kreditur (bank):


(24)

2) perkreditan merupakan instrument penjaga likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas bank

3) kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada b. bagi debitur:

1) kredit sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha semakin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya 2) kredit meningkatkan minat berusaha dan kuntungan sebagai jaminan

kelanjutan kehidupan perusahaan

3) kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan

c. bagi otorita (pemerintah):

1) kredit sebagai instrument moneter

2) kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan Negara

3) kredit dapat sebagai instrument untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini

d. bagi masyarakat:

1) Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan

2) Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli.


(25)

Kasmir (2008:100), mengatakan adapun tujuan utama pemberian kredit adalah sebagai berikut: ”mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, dan membantu pemerintah.”

O. P. Simorangkir (2004:102), tujuan kredit adalah:

a. turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

b. meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat

c. memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya,

sedangkan fungsi kredit adalah:

a. kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang b. kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang c. kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi

e. kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha f. kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

g. kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional Sedangkan Abdullah menyatakan (2005:84),

melihat tujuan pemberian kredit dari pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan suatu nilai tambah bagi nasabah (debitur) maupun bank sebagai kreditur, dan dari pendekatan makro ekonomi melihat pemberian kredit merupakan salah satu instrument untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di masyarakat.

Menurut Abdullah (2005:84), fungsi-fungsi kredit adalah: a. kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang b. kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) barang c. kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang d. kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi

e. kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

f. kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional 3. Unsur-unsur Kredit

Kasmir (2003:94), mengatakan bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, yaitu:


(26)

a. adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan

b. adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh kreditor, dimana sebelumnya sudah melakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan ini meliputi kondisi masa lalu dan sekarang nasabah

c. adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak kreditor dengan pihak lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing

d. adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit

e. adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati

f. adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Sutau tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan pihak kreditor, antara lain keinginan dari pihak pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan

g. adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.

O. P. Simorangkir (2004:101), mengatakan unsur-unsur kredit adalah:

a. kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan, baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang

b. waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang

c. degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya unsur


(27)

resiko ini maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga berbentuk barang dan jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini dadasarkan kepada uang maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktik perkreditan.

4. Jenis-jenis Kredit

Pengelompokan kredit menurut Kasmir (2003:99), ”dapat dilihat dari tujuannya, jangka waktunya, lembaga yang menerima kredit, sektor ekonomi, sifat, bentuk, sumber dana, akad jaminan, fasilitasnya, dan menurut wewenang putusannya.”

a. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu kredit

1) Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun

2) Intermediate term credit (kredit jangka menengah) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun

3) Long term credit (kredit jangka panjang) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun

b. Jenis kredit berdasarkan lembaga yang menerima kredit 1) kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah

2) kredit untuk badan usaha swasta 3) Kredit perorangan

4) Kredit untuk bank koresponden

c. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya 1) Kredit Modal Kerja (KMK)


(28)

3) Kredit Konsumtif

d. Jenis kredit berdasarkan sektor ekonomi

Kredit menurut sektor ekonomi didasarkan atas kebutuhan untuk menentukan kebijakan pengarahan kredit bank secara kualitataif yang dititikberatkan pada sektor ekonomi yang diutamakan dalam pembiayaan dengan kredit bank itu. Sektor ekonomi yang dimaksud antara lain adalah sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, konstruksi, jasa sosial, jasa dunia usaha, dll

e. Jenis kredit berdasarkan sifat

1) Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmaling) 2) Kredit atas dasar transaksi berulang (revolving) 3) Kredit atas dasar plafon terikat

4) Kredit atas dasar plafon terbuka

5) Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur (aflopend plafond)

f. Jenis kredit berdasarkan bentuk 1) Cash Loan

2) Non Cash Loan

g. Jenis kredit berdasarkan sumber dana 1) Kredit dengan dana bank sendiri

2) Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (sindikasi, konsorsium)


(29)

h. Kredit berdasarkan wewenang keputusan

Berdasarkan wewenang putusannya kredit dibedakan atas wewenang kantor cabang dan wewenang kantor pusat (kepala divisi, direksi wilayah)

i. Kredit berdasarkan sifat fasilitas 1) Committed Facility

2) Uncommitted Facility j. Kredit berdasarkan Akad

1) Pinjaman dengan akad kredit 2) Pinjaman tanpa akad kredit

B.Prosedur Pemberian Kredit Bank

Menurut Mulyadi (2001:5) pengertian prosedur adalah “suatu ukuran kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen/lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

Prosedur pemberian kredit dapat juga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan, syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh bank saja sejak diajukan permohonan kredit oleh nasabah sampai dengan lunasnya kredit tersebut, atau merupakan langkah-langkah yang harus ditangani oleh bank agar pemberian kredit bank tergolong sehat, yang mana tahap pemberian kredit terdiri dari tahap persiapan, tahap penilaian, tahap keputusan pemberian kredit,


(30)

tahap pelaksanaan, tahap penatausahaan, tahap pembinaan serta tahap penyelesaian kredit.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan yaitu tahap persyaratan awal yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila hendak mengajukan permohonan kredit antara lain mengajukan permohonan dengan mengisi daftar isian permohonan yang disediakan oleh pihak bank dan ditandatangani dengan lengkap dan sah, disertai dengan lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis dan jumlah kreditnya, seperti perizinan, akte perusahaan, NPWP untuk kredit Rp 30 juta ke atas, fotocopy KTP dan kartu keluarga, laporan keuangan terakhir, dokumen bukti kepemilikan, bukti pembayaran PBB dan persyaratan khusus lainnya. 2. Tahap penilaian

Penilaian dengan prinsip perkreditan 5C menurut Suyatno,dkk (2003:46): a. character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usaha dan dengan meminta bank to bank information. Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar

b. capital, adalah jumlah modal/dana sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang efektif dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas.

c. capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Ini digunakan mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya

d. collateral, adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Ini digunakan untuk menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank

e. condition, yaitu situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang mempengaruhi kelancaran calon nasabah


(31)

Penilaian kredit 7P menurut Kasmir (2008:110):

a. personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Mencakup sikap, emosi, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah

b. party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank

c. perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam

d. prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit

f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba

g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Selain dengan menggunakan prinsip 5C dan 7P pihak perbankan juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam pemberian kredit diantaranya adalah:

a. Aspek hukum b. Aspek pemasaran c. Aspek keuangan d. Aspek teknis e. Aspek manajemen f. Aspek sosial ekonomi g. Aspek amdal


(32)

3. Tahap keputusan pemberian kredit

Dalam hal ini yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa; menolak, menyetujui, dan mengusulkan permohonan kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.

4. Tahap pelaksanaan

Bilamana surat kredit telah disetujui dengan wewenang pejabat yang memutuskannya, maka selanjutnya adalah merealisasi permohonan kredit tersebut dengan langkah-langkah:

a. membuat surat persetujuan kredit secara tertulis yang mencantumkan syarat, batas kredit, jangka waktu, bentuk penjaminan, sanksi atau denda akibat kelalaian membayar bunga atau pokok pinjaman, dan syarat untuk mengajukan permohonan perpanjangan dan penambahan fasilitas kredit. Permohonan fasilitas kredit ini meliputi:

1) permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit 2) permohonan tambahan untuk suatu kredit yang sedang berjalan

3) permohonan perpanjangan/pembaharuan masa laku kredit yang telah berakhir juga masa waktunya

4) permohonan-permohonan lainnya, untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan antara lain; penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

b. menandatangani surat perjanjian kredit c. pengikatan jaminan


(33)

d. asuransi barang jaminan

e. pembayaran polis dan bea materai

f. pencairan kredit yang dapat dilakukan secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.

5. Tahap penatausahaan Tahap ini terdiri dari

a. mengecek berkas yang berisi korespondensi dengan debitur, antara lain: surat permohonan kredit dan surat tugas

b. mengecek berkas-berkas yang berisi laporan penyidikan dan analisis kredit

c. warkat-warkat penting yang penyimpanannya disatukan dan dimasukkan ke lemari khusus serta tahan dari api

d. Laporan-laporan yang diwajibkan bank sesuai dengan persyaratan kredit, baik berskala stok piutang, neraca, dan laporan laba rugi maupun incidental, misalnya laporan penggunaan kredit

e. Penatausahaan rekening yang meliputi semua dokumen-dokumen penting tersebut disusun dan disimpan sedemikian rupa dengan menggunakan nomor kode/penggunaan, sehingga mudah disimpan dan diambil kembali apabila sewaktu-waktu diperlukan.

6. Tahap pembinaan kredit

Tahap pembinaan ini adalah tahap yang dilakukan untuk memonitoring debitur mengembangkan usahanya. Apabila usaha debitur berkembang dengan


(34)

baik maka pengembalian pinjaman dapat lancar sehingga kredit tersebut lunas sesuai dengan jangka waktu yang terdapat dalam perjanjian kredit.

7. Tahap penyelesaian kredit

Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban hutang kredit dan kewajiban lainnya oleh si nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya atau berakhirnya ikatan pinjaman kredit.

Menurut Kasmir (2008:115) prosedur pemberian kredit oleh badan hukum adalah sebagai berikut:

a. pengajuan berkas-berkas b. penyelidikan berkas pinjaman c. wawancara I

d. on the spot e. wawancara II f. keputusan kredit

g. penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya h. realisasi kredit

i. penyaluran/penarikan dana

Menurut Suyatno (2001 : 53-55), prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut :

a. permohonan kredit

b. penyidikan dan analisis kredit c. keputusan atas permohonan kredit d. pencairan fasilitas kredit

e. pelunasan fasilitas kredit

Menurut Veithzal Rivai (2007:456), prosedur pemberian kredit bank pada umumnya adalah:


(35)

b. surat permohonan diteruskan ke pimpinan cabang untuk diketahui dan didisposisi dengan jelas

c. account officer meneliti surat surat permohonan dan segera menentukan apakah permohonan dapat diterima atau ditolak. Permohonan ditolak karena sebab-sebab berikut:

1) ada larangan pemerintah / Bank Indonesia

2) pengusaha / perusahaan yang bersangkutan termasuk dalam daftar kredit macet atau daftar buku waspada bank atau termasuk black list 3) berdasarkan data yang tersedia dan dari penelitian pendahuluan dapat

disimpulkan bahwa kredit dapat ditolak atau diterima. Penolakan harus segera diberitahukan kepada pemohon secara tertulis.

d. permohonan yang dapat dipertimbangkan segera diteliti kelengkapan datanya untuk kemudian dibuatkan catatan singkat menegnai data/keterangan apa saja yang masih dibutruhkan oleh bank, misalnya surat,formulir, daftar, dan sebagainya yang masih harus dilengkapi oleh nasabah pada surat permohonannya

e. nasabah segera diminta datang untuk:

1) memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kredit yang diminta

2) data yang harus dipenuhi oleh nasabah

3) bila kelengkapan data dan sistematik penyajian kurang memenuhi syarat sesuai yang diisyaratkan, nasabah diminta untuk menyempurnakan atau melengkapi.

C.Pemeriksaan Operasional Kredit Bank

Audit operasional merupakan kegiatan perusahaan yang penting dan cara pelaksanaannya bisa mempunyai pengaruh yang besar. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memilih dengan teliti dan tepat keterangan atau laporan yang mendukung dan menjadi bagian dari pelaksanaan pekerjaan audit operasional.

1. Pengertian Audit Operasional

Menurut Boynton (2003:7), ”Report of the committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Assosiation” (Accounting Review, vol.47) auditing sebagai “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara


(36)

asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”

Menurut Mulyadi (2001: 9),

Auditing adalah suatu proses sistematik nuntuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang keadaan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

Menurut Abdullah (2005:95),

Pemeriksaan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini (saat penilaian jaminan).

Menurut Veithzal Rivai (2007:505), “audit kredit merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit atau loan management, yang dapat berfungsi sebagai penutup kekurangan / kelemahan dalam proses kegiatan perkreditan. Dengan demikian auditing kredit harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan.”

Menurut Boynton (2003:7), “audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.”

Menurut Sukrisno Agoes (2004:14), “operasional audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen


(37)

untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis”

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001:7) “audit operasional adalah suatu proses sistematis untuk menilai efektifitas organisasi, efisensi, dan ekonomi operasi di bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kepada orang tepat hasil dari penelitian bersama dengan rekomendasi untuk perbaikan.”

Menurut Henry Simamora (2002:14) “audit operasional melibatkan pencarian dan pengevaluasian bukti mengenai efisiensi dan efektifitas aktivitas-aktivitas operasi entitas berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan.”

Berdasarkan defenisi di atas dapat dikatakan bahwa audit operasional adalah:

a. merupakan suatu proses penelaahan yang sistematis atas aktivitas metode dan prosedur pengelolaan yang dijalankan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi

b. mengevaluasi efektivitas metode dan prosedur pengelolaan yang dijalankan oleh suatu organisasi

c. melaporkan secara sistematis hasil evaluasi kepada pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi yang berguna bagi peningkatan dan perbaikan manajemen

d. audit operasional pada prinsipnya merupakan suatu bentuk jasa nasehat kepada manajemen yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan suatu organisasi atau segmen tertentu dari suatu organisasi dalam hubungannya


(38)

dengan tujuan-tujuan yang terperinci, dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi yang dilaksanakan oleh manajemen dalam mencapai tujuan tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

2. Ruang Lingkup Audit Operasional Menurut Boynton (2003:7),

Lingkup audit operasional dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang, atau devisi atau suatu fungsi yang mungkin merupakan fungsi lintas unit usaha seperti pemasaran atau pengolahan data. Kriteria atau tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang berwenang. Laporan audit operasional tidak hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi untuk peningkatan kinerja.

Jadi dapat dikatakan bahwa ruang lingkup audit operasional adalah tinjauan kebijakan operasinya, perencanaan, praktek (kinerja) hasil dari kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan.

3. Tujuan Audit Operasional

Menurut Abdullah (2005:95) berdasarkan tujuannya, pemeriksaan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Preventif control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan penggunaan kredit.

b. Represif control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi.

Sedangkan tujuan pemeriksaan kredit yang dirumuskan oleh Rivai dan Veihzal (2007:505) adalah:

a. sistem/prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar kredit operation dapat dilaksanakan semaksimum mungkin


(39)

b. penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank harus dikelola dengan baik

c. efektifitas dan efisiensi meningkatkan dalam setiap tahap pemberian kredit sehingga perencanaan kredit dapat dilaksanakan dengan baik d. pembinaan portofolio, baik secara individual maupun secara

keseluruhan dapat dilakukan sehingga bank mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi bank yang sehat.

4. Kriteria Auditor yang Memadai

Menurut Arens dan Loebbeecke (2000:802), kriteria yang harus dipenuhi oleh auditor operasional adalah “the two most important qualities for an operational auditor are independence and competence”

Independen artinya auditor dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara bebas dan objektif. Dengan adanya independensi auditor menyampaikan pertimbangan yang tidak memihak dan tidak menyimpang yang perlu bagi pelaksanaan audit yang layak. Independensi dicapai melalui status organisasi dan objektivitas.

Status organisasi harus mencukupi untuk memastikan luas ruang lingkup audit, pertimbangan yang memadai, dan tindakan yang efektif atas temuan-temuan audit serta rekomendasi-rekomendasi.

Objektivitas mengharuskan auditor mempunyai sikap mental independen, jujur, dan bersikap objektif dalam melakukan setiap kegiatan audit. Artinya auditor tidak boleh menilai sesuatu berdasarkan hasil penelitian orang lain.

Kompeten berhubungan dengan kemampuan auditor yang diperlukan untuk menentukan penyebab timbulnya masalah operasional serta memberikan rekomendasi yang sesuai kepada pihak manajemen atau unit organisasi yang diauditnya untuk dapat melakukan tindakan selanjutnya. Auditor yang


(40)

kompeten akan mampu mencari dan menentukan masalah-masalah yang terjadi dalam perusahaan dan juga membuat rekomendasi untuk tindakan selanjutnya. 5. Tahap-tahap Audit Operasional

Arrens dan Loebbecke (2000:771), menyatakan tiga tahap dalam audit operasional yaitu:

a. perencanaan

b. pengumpulan dan evaluasi bukti c. pelaporan dan tindak lanjut

Menurut Veithzal Rivai (2007:533-543) tahap dalam audit operasional kredit yaitu, “tahap perencanaan kredit, tahap pelaksanaan kredit, dan tahap evaluasi kredit”

a. tahap perencanaan kredit

1) penelitian terhadap permohonan kredit nasabah

2) penelitian mengenai informasi / data keuangan dan usaha nasabah 3) penelitian terhadap analisis kredit yang dilakukan oleh account officer 4) penelitian terhadap rekomendasi / persetujuan kredit

b. tahap pelaksanaan kredit

1) syarat-syarat disposisi dan syarat-syarat lainnya 2) jaminan utama

3) jaminan tambahan 4) administrasi kredit 5) pendapatan kredit


(41)

7) pencadangan aktiva produktif c. tahap evaluasi kredit

Audit kredit yang dilakukan pada tahap evaluasi kredit untuk membandingkan antara tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan kredit tentang efektivitas pencapaian hasil. Tujuannya yaitu:

1) mengidentifikasikan permasalahan terhadap fasilitas kredit sedini mungkin

2) mengevaluasi dan menetapkan tingkat resiko dan fasilitas kredit

3) menetapkan langkah-langkah awal yang efektif dan efisien agar permasalahan yang ada tidak menjadi bertambah parah dan diupayakan menjadi lebih baik.

D.Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Kesimpulan Kornelius Harefa

(2005)

Analisa Pengawasan Pemberian Kredit pada PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan

Prosedur pemberian kredit dan pedoman operasional perkreditan yang telah ditetapkan oleh PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang medan telah cukup baik, yang mana didukung oleh sejumlah sarana dan fasilitas yang canggih, mis; standardized forms yang dirancang sedemikian rupa untuk menghindarkan pemalsuan dan kebocoran administrative Monica Citra

(2005)

Analisis Prosedur pemberian Kredit pada PT Bank Buana Indonesia, Tbk, Cabang Medan

Prosedur pemberian kredit pada PT Bank Buana Indonesia, Tbk, Cabang Medan telah sesuai dengan prosedur dan kebijakan standar yang berlaku secara umum dalam dunia perbankan. Tabel 2.1


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penulis mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Menurut Sugiyono (2006:11), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain.”

B.Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan yaitu PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. DSP Helvetia secara langsung melalui teknik wawancara

2. data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah seperti; sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan nasabah.


(43)

C.Teknik Pengumpulan Data

Studi lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data secara langsung dengan mengadakan penelitian terhadap objek yang diteliti untuk memperoleh data primer, yaitu berupa :

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan yang erat hubungannya dengan objek yang diteliti

2. Wawancara, yaitu Tanya jawab langsung dengan bagian yang terkait dengan objek yang diteliti dalam perusahaan tersebut

3. Teknik dokumentasi, yaitu dari berbagai informasi atau laporan yang diterbitkan perusahaan

D.Metode Penganalisaan Data

Pemeriksaan operasional pemberian kredit dianggap efektif jika dapat membantu manajemen untuk meminimalkan resiko kredit macet. Audit operasional dianggap memadai jika pelaksanaan audit operasioanl memiliki independensi, dan kompetensi, dan adanya pelaksanaan audit operasional yang dibagi ke dalam 3 tahap yaitu ; tahap audit pendahuluan, tahap audit mendalam, tahap pelaporan hasil audit.

Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif, yaitu metode analisis dengan terlebih dulu mengumpulkan data yang telah ada melalui observasi dan wawancara kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai


(44)

keadaan yang diteliti lalu dibandingkan dengan dasar teori yang telah dipelajari sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

E.Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Mei 2010 sampai dengan selesai pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk DSP Helvetia. Perencanaan jadwal penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahap Penelitian

2010

Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Pengajuan Judul 

Penyelesaian Proposal 

Seminar Proposal 

Pengumpulan Data    Penulisan Skripsi  


(45)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A.PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, DSP Helvetia 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Berdiri sejak tahun 1956, PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk adalah Bank Swasta Nasional terbesar kedua dan termasuk dalam lima besar bank komersial di Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 5 % dari jumlah pinjaman dan deposito bank-bank di Indonesia. Bank Danamon memiliki jaringan distribusi geografi yang terluas dari semua bank di Indonesia dengan 500 kantor cabang, 790 ATM serta didukung oleh lebih dari 13.000 karyawan. Bank Danamon saat ini dikenal sebagai salah satu bank terkemuka di bidang konsumen dan UKM selain melayani nasabah korporasi dan kelembagaan di seluruh Indonesia.

Asia Financial Indonesia Ptc.Ltd (AFI) saat ini memiliki saham Danamon sebesar 66 %. Pemegang saham AFI adalah Temasek Holdings (Ptc) Ltd. dan Deutsche Bank AG. Termasuk Holdings merupakan perusahaan induk investasi Singapura dimana banyak anak perusahaannya menjadi perusahaan terkemuka di Singapura seperti DBS Bank, salah satu kelompok perusahaan layanan keuangan terbesar di Asia serta perusahaan penerbangan Singapore Airlines. Sedangkan saham Bank Danamon lainnya sebanyak 10 % dimiliki oleh Republik Indonesia (Menteri Keuangan) dan sisanya sebesar 24 % dimiliki oleh publik.


(46)

Indonesia hingga tahun 2008 terdapat sekitar 50.000.000 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), namun baru 18.000.000 yang memperoleh fasilitas dan akses layanan perbankan. 10.000.000 – 15.000.000 wirausaha memperoleh pembiayaan usaha berasal dari tengkulak dan kerabat/keluarga. Memahami hal ini sebelumnya, Danamon telah melakukan penelitian dengan mewawancarai 1.000 pengusaha mikro dan kecil di 8 kota besar. Responden mengatakan bahwa bank terlalu rumit dan menakutkan dengan berbagai persyaratan dan proses untuk meminjam uang, selain itu mereka tidak mempunyai waktu datang ke bank karena harus menunggu toko atau kiosnya. Mereka membutuhkan suatu layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, serta kenyamanan transaksi yang dapat dilakukan di tempat usaha mereka.

Untuk dapat menangkap peluang bisnis di segemen usaha kecil dengan baik, Business Segment Self Employed Mass Market (SEMM) telah meluncurkan Danamon Simpan Pinjam (DSP) mulai tanggal 8 Maret 2004 yang lalu, dimana dalam pembuatan marketing collateral bekerjasama dengan Devisi Marketing Planning dan Control. DSP hadir dalam bentuk cabang mini yang berada di pasar atau lingkungan sekitarnya, dengan tujuan melayani usaha kecil dalam radius +1.5km dari unit DSP untuk memberikan layanan secara khusus bagi usaha dengan skala mikro dan kecil.

Dengan motto “kami hadir untuk Anda” dan berprinsip menjadi community bank yang menawarkan kenyamanan dan harga yang wajar untuk kebutuhan keluarga dan usaha nasabah, DSP menawarkan 3 Unique Value


(47)

Proposition, yaitu; Speed, Simplicity, Convenience, yang diwujudkan dalam produk, layanan/transaksi, dan kualitas personel di unit, serta didukung dengan teknologi canggih antara lain thumb print technology, smart card, dan mobile EDC. Nasabah dipermudah dengan layanan yang sangat mudah, cepat, dan nyaman. Misalnya untuk menarik uang tunai cukup dengan menyisipkan smart card-nya serta meletakkan jempolnya, dan proses selesai kurang dari 2 menit. Demikian pula untuk mengajukan kredit, cukup isi aplikasi yang sederhana dan persyaratan yang mudah, kredit dicairkan dalam waktu 2 hari.

VISI, MISI dan NILAI VISI

Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan. MISI

a. Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan.

b. Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan didukung oleh teknologi kelas dunia.

c. Aspirasi Danamon adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada.


(48)

NILAI

Peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, profesionalisme yang disiplin.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan menggambarkan distribusi tanggung jawab, pembagian kerja, wewenang, otoritas dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) seluruh pihak atau departemen dalam satu organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan adanya struktur organisasi, maka dapat diketahui wewenang dan tanggung jawab setiap pihak yang menduduki jabatan tertentu sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Struktur organisasi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pimpinan Cabang (Unit Manager)

Berperan sebagai traffic control di unit DSP terhadap aspek sales, credit, operational, dan collector.

1) Sales

a) mengelola Sales Officer (SO) dan Relationship Officer (RO) untuk mencapai target pencairan dan nasabah baru dengan tetap menjaga kualitas kredit,

b) memastikan disiplin proses penjualan, dilakukan dengan benar sesuai dengan standar perusahaan,


(49)

c) melakukan pembinaan terhadap karyawan guna mendukung pencapaian target,

d) membantu SO membangun jaringan komunitas. 2) Credit

a) melakukan pembinaan dan monitoring guna memastikan inisiasi kredit sesuai dengan kebijakan kredit yang berlaku,

b) menyetujui permohonan kredit untuk nasabah perorangan,

c) memberikan rekomendasi persetujuan kredit untuk permohonan kredit kepada Cluster Manager,

d) bertanggungjawab atas kualitas kredit di unitnya. 3) Operational

a) melakukan pembinaan dan monitoring kepada Teller dan Operational Officer (OO) dalam menjalankan prosedur operasional sesuai dengan sistem dan prosedur operasional yang berlaku,

b) bertanggungjawab atas infrastruktur unit DSP dan pemeliharaannya,

c) bertanggung jawab atas penyediaan laporan yang akurat dan berkala.

4) Collector (penagihan)

melakukan pembinaan dan monitoring guna mengoptimalkan hasil collection dengan memastikan disiplin proses dilakukan dengan benar. b. Credit Officer bertanggung jawab terhadap :


(50)

2) melakukan proses kredit sesuai dengan kebijakan kredit, 3) penyelidikan informasi negatif calon debitur,

4) membuat rekomendasi persetujuan kredit,

5) mempersiapkan dokumen pengikatan dan proses pencairan kredit, 6) mematuhi prosedur dan kebijakan kredit SEMM (Self Employed Mass

Market).

c. Operational Officer memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1) membantu Unit Manager dalam pelaksanaan rencana kerja tahunan,

rencana operasional dan pelayanan dengan mengikuti aturan compliance dan control serta menjalankan dan mengikuti rencana kerja tersebut,

2) bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan operasional di unit dan dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan operational serta memonitor penyelesaiannya berkoordinasi dengan CICO,

3) melakukan authorized dan pemeriksaan harian untuk beberapa laporan NCBS yaitu : CIF, Pembukaan rekening, Annex file, LOB, Cash Position Report, Non Cash Position Report, Thumbpad Log, Mobile EDC Log, Neraca, Rugi Laba, LBV dan Rekening Perantara,

4) bertanggungjawab atas likuiditas kas di Unit, Test Key, Filling dokumen dan perawatan gedung, membuat registrasi dan bertanggungjawab terhadap keberadaan inventaris kantor dan ATK, warkat berharga yang berada di Unit serta memastikan proses CPU dan Collection telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku,


(51)

5) melakukan maintain debitur lancar dan DPD 1 – 30 setiap hari melalui proses CPU dan Collection yang dilakukan oleh Teller sesuai target dengan memperhatikan strategi yang telah ditetapkan bersama dengan Unit Manager dan membuat prioritas pembagian tugas untuk pencapaiannya.

d. Sales Officer (SO) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) mencapai target pencairan dan nasabah baru,

2) maintain account nasabah baru 1 tahun sejak dicairkan (setelah 1 tahun diserahkan kepada RO) dengan menjalankan aktivitas Customer Relationship Management,

3) cross Selling produk funding kepada nasabah,

4) mendukung Unit Manager melakukan pemasaran Danamon.

e. Relationship Officer memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1) mencapai target Top Up (penambahan kredit nasabah),

2) maintain account nasabah baru > 1 tahun sejak dicairkan (kurang dari satu tahun dimaintain SO) dengan menjalankan aktivitas Customer Relationship Management,

3) cross Selling produk funding kepada nasabah,

4) monitor dan collect pembayaran pinjaman DPD 16 – 30, 5) monitor portfolio pinjaman,

6) collect pembayaran rutin dari nasabah, 7) collect pembayaran tunggakan,


(52)

f. Teller

1) Bertanggungjawab penuh terhadap proses pembukaan CIF dan rekening baru nasabah,

2) melayani nasabah dalam melakukan transaksi tunai maupun non tunai dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku,

3) melakukan proses Cash Pick – up dan collection sesuai ketentuan yang berlaku,

4) melakukan pencocokan (rekonsiliasi) serta memastikan semua transaksi sesuai dengan bukti transaksi,

5) membuat laporan harian,

6) cross selling dan menjalankan service excellence,

7) melakukan maintain debitur lancar dan DPD 1 – 30 setiap hari melalui proses CPU dan Collection sesuai arahan yang sudah ditetapkan oleh OO dan Unit Manager.

3. Prosedur Pemberian Kredit a. Pengajuan Permohonan Kredit

Setiap permohonan kredit diajukan secara tertulis dengan mengisi formulir Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKPP) yang telah disediakan serta dilengkapi data yang diperlukan untuk bahan penelitian.

Syarat-syarat penerima kredit sebagai berikut :

1) Usaha nasabah telah sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk yaitu :

a) Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan Bank Danamon Indonesia, Tbk.


(53)

b) Tidak termasuk dalam debitur pinjaman macet sesuai dengan informasi Bank Indonesia dan Bank Danamon Indonesia, Tbk. c) Tidak termasuk jenis usaha yang dilarang dan dihindari untuk

dibiayai.

2) Usaha nasabah tidak termasuk dalam jenis usaha atau pemberian kredit yang perlu dihindari bersifat spekulatif atau mempunyai resiko tinggi.

3) Tidak melampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) data-data yang perlu untuk pengajuan kredit perorangan.

a) KTP calon debitur suami dan istri jika telah menikah (debitur yang diperkenankan melakukan pengajuan pinjaman adalah debitur yang usianya minimal 21 tahun atau minimal 18 tahun untuk yang sudah menikah dan maksimal 60 tahun).

b) Kartu Keluarga (calon debitur).

c) Surat beda nama (calon debitur, suami / isteri jika telah menikah). d) WNI (calon debitur, suami/isteri jika telah menikah)

e) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

f) Legalitas usaha meliputi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau surat keterangan dari Kelurahan tempat usaha.

g) Fotocopy Sertifikat Jaminan yang akan diagunkan untuk mengetahui lokasi, nilai ekonomis serta legalitas jaminan.

h) Akta Jual Beli apabila terjadi pergantian pemilik. i) IMB (Izin Mendirikan Bangunan)


(54)

j) PBB tahun terakhir untuk jaminan yang akan diagunkan guna mengetahui referensi nilai tanah dan bangunan sebagai nilai jual objek pajak.

k) Laporan keuangan 3 bulan terakhir. b. Analisis dan Evaluasi Kredit

Jika sales officer dan pimpinan cabang menilai bahwa permohonan kredit layak diproses lebih lanjut, maka sales officer akan menghubungi calon debitur untuk menentukan kapan akan dilakukan peninjauan langsung ke lokasi usaha dan lokasi jaminan. Jenis-jenis jaminan kredit terdiri dari :

1) Benda Bergerak

Kendaraan bermotor yang memiliki nilai marketability.

Marketability adalah kekuatan barang jaminan itu untuk dijual atau dipasarkan. Bila marketability-nya lemah tentu nilainya akan turun. 2) Benda Tidak Bergerak

Tanah dan bangunan status hak atas tanahnya adalah hak milik, hak guna bangunan.

Syarat-syarat agunan yang dijadikan sebagai jaminan kredit :

1) mempunyai nilai ekonomis (dapat diperjualkan secara umum dan jelas) dan marketability,

2) nilai agunan harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan, 3) agunan tersebut tidak berada dalam persengketaan dengan pihak lain, 4) agunan tersebut tidak ada ikatan jaminan dengan pihak lain.


(55)

Setelah diadakan peninjauan ke lokasi, maka sales officer menyusun laporan analisis kredit, laporan data hasil kunjungan, dan laporan hasil peninjauan agunan tanah / bangunan / kendaraan / kios, laporan analisis rasio keuangan calon debitur. Laporan-laporan tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan apakah permohonan kredit tersebut berhak atau tidak dibiayai pejabat pemutus.

Analisis kualitatif yang dilaksanakan pihak PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk terhadap permohonan kredit nasabah terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu:

1) Karakter

Reputasi pemohon terhadap mitra bisnis dan lingkungan cukup baik. Karena pemohon tepat waktu dalam memenuhi kewajiban yang diberikan oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dalam kelengkapan dokumen serta tidak memiliki gaya hidup negatif atau permasalahan pribadi dalam kehidupannya dan juga tidak terdaftar dalam daftar hitam atau kredit macet BI.

2) Kapasitas

Kemampuan pemohon dalam hal melakukan pembayaran sebesar jumlah fasilitas kredit yang akan diajukan. Dalam hal ini kredit analis PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk melihat dari jumlah pendapatan yang diperoleh dari usahanya harus sebanding dengan nilai


(56)

3) Jaminan

Nilai jaminan yang dihitung berdasarkan nilai market yang ada tidak boleh melebihi jumlah fasilitas kredit yang akan diberikan.

Analisis Kuantitatif yaitu:

1) Analisis pendapatan usaha calon debitur 2) Analisis Perhitungan Kebutuhan Kredit 3) Analisis Jaminan

c. Rekomendasi Keputusan Pemberian Kredit

Rekomendasi keputusan pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia dilakukan dengan beberapa langkah di bawah ini.

1) Pemberian rekomendasi kredit dapat dilakukan apabila seluruh proses verifikasi kredit dan jaminan telah dilakukan. Credit Officer atau Cluster Credit Officer wajib memastikan bahwa prosedur di bawah ini telah dilakukan :

a) pemeriksaan dokumen pinjaman kredit, b) internal dan eksternal checking,

c) verifikasi usaha,

d) analisa pengajuan kredit calon debitur, e) perhitungan kemampuan kebutuhan kredit f) verifikasi jaminan

2) Credit Officer memberikan rekomendasi/penolakan kredit. 3) Mengajukan permohonan persetujuan kepada unit manager.


(57)

4) Apabila jumlah plafond yang diminta lebih tinggi dari limit unit manager, maka Credit Office wajib meneruskan memo persetujuan kredit kepada pemegang BUMK yang lebih memiliki limit sesuai atau lebih tinggi.

5) Pastikan bahwa memo persetujuan kredit tersebut sudah memenuhi seluruh ketentuan yang ditetapkan berdasarkan kebijakan kredit.

6) Apabila ada penyimpangan dari ketentuan kebijakan kredit, maka proses persetujuan harus dilengkapi persetujuan deviasi dari pejabat yang memiliki wewenang deviasi. Persetujuan kredit baru dapat direalisasikan setelah adanya persetujuan deviasi.

7) Fungsi Credit Officer / Cluster Credit Officer hanya dapat digantikan oleh pejabat pengganti sesuai dengan tabel pejabat pengganti dan kebijakan kredit.

d. Keputusan Permohonan Kredit

Apabila rekomendasi keputusan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah keputusan permohonan kredit.

1) Pemberian keputusan kredit dapat dilakukan apabila seluruh verifikasi kredit dan jaminan telah dilakukan.

2) Unit Manager dan Cluster Manager (sesuai limit BWMK-nya) wajib membaca dan mempelajari secara detail rekomendasi yang disampaikan oleh SO dan Credit Officer atau Cluster Credit Officer beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya.


(58)

3) Dengan menandatangani Memo Persetujuan Kredit (MPK) Credit Officer, Unit Manager, Cluster Credit Officer, dan Cluster Manager bertanggungjawab sepenuhnya terhadap semua informasi yang telah diverifikasi dan tercantum di dokumen kredit beserta dengan kelengkapan dokumen, yang sesuai dengan kebijakan kredit SEMM. 4) Pada saat Unit Manager dan/atau Cluster Manager memberi

persetujuan kredit, maka penilaian usaha, karakter dan jaminan dipastikan memenuhi persyaratan dan telah dibukukan sesuai ketentuan yang diatur dalam kebijakan kredit SEMM.

5) Fungsi Unit Manager dalam memutuskan kredit dapat digantikan oleh Cluster Manager pejabat pengganti sesuai dengan tabel pejabat pengganti kebijakan kredit

B.Pemeriksaan Operasional Kredit pada DSP Helvetia

Pelaksanaan audit operasional dilakukan oleh operational officer. Audit operasional ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan, penyimpangan-penyimpangan terhadap peraturan-peraturan maupun untuk menilai kinerja usaha dari bank itu, dengan maksud apakah prosedur, ketentuan atau pedoman yang berlaku telah dilaksanakan secara memadai. Hal tersebut dapat dilihat melalui komponen-komponen dari audit operasional kredit yang dibahas di bawah ini.

1. Ruang Lingkup dan Tujuan Audit Operasional


(59)

a. apakah hasil atau manfaat yang diinginkan telah dicapai secara objektif, meliputi tentang hasil manfaat yang dicapai oleh aktivitas pemberian kredit yang telah mencapai tujuan dan telah ditetapkan secara efektif, adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut:

1) kegunaan dan kewajaran kriteria yang digunakan telah dicapai secara objektif, meliputi penilaian tentang hasil atau manfaat yang dicapai oleh aktivitas pemeberian kredit untuk menilain efektifitas pencapaian hasil program

2) ketetapan cara yang digunakan dalam aktivitas perencanaan pemberian kredit untuk menilai efektifitas pencapaian hasil program 3) ketelitian data yang dikumpulkan

4) apakah hasil yang dicapai dapat dipercaya kebenarannya

b. pemisahan tugas pembayaran, penagihan, analisis, administrasi kredit, dan transaksi agunan

c. pinjaman yang telah disetujui oleh pihak berwenang, ditelaah oleh operational officer

d. penilaian seksama permohonan kredit

e. rekonsiliasi periodik atas buku besar kredit dengan sub buku besar

f. penalahaan secara berkala posisi pinjaman, penghapusan, dan kredit macet


(60)

Sedangkan tujuan dari audit operasional atas pemberian kredit oleh operational officer adalah untuk membantu dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan prosedur-prosedur atau peraturan-peraturan kerja yang telah ditetapkan direksi. Adapun tujuan audit kredit adalah sebagai berikut :

a. untuk menjamin keamanan kredit yang diberikan, yang merupakan terjaminnya pembayaran kredit dari debitur

b. untuk menjamin perolehan bunga atas kredit

c. untuk meyakini bahwa seluruh transaksi kredit dilakukan dengan cermat d. untuk menilai keabsahan kredit yang diberikan

e. untuk menilai apakah jaminan atas kredit telah memadai

f. untuk menilai struktur pengendalian intern kredit dam memberikan saran perbaikan

2. Independensi Auditor Operasional Kredit a. Status Organisasi

Dari struktur organisasi yang ada sudah terlihat dengan jelas diaturnya wewenang dan tanggung jawab. Tugas-tugas para manajer telah dipisahkan dengan jelas dan mempunyai kedudukan yang sama dalam organisasi dan job description telah dilakukan dengan baik. Dengan demikian masing-masing bagian organisasi tersebut dapat bekerja sendiri secara independen dan tidak terdapat lagi tugas rangkap dalam perusahaan yang memungkinkan munculnya peluang untuk melakukan kecurangan.


(61)

b. Ojektivitas

Dalam perancangan, penerapan, dan pengoperasian prosedur pada PT. Bank Danamon Tbk, DSP Helvetia operational officer tidak terlibat di dalamnya melainkan hanya menilai, dalam hal ini apakah kredit yang diberikan dapat kembali sesuai yang diharapkan.

3. Kompetensi Auditor Operasional Kredit

Kompetensi auditor operasional pada DSP Helvetia dapat dinilai sudah memiliki kemahiran profesional dan juga memiliki kecakapan dan keahlian mengenai pemeriksaan fakta mengenai pemberian kredit, dengan pendidikan sarjana (S1) yang menguasai berbagai disiplin ilmu dari jurusan pengetahuan tentang auditng, akuntansi, dan komputer yang dapat mempertimbangkan dengan objektif informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan yang diolah dengan menggunakan komputer yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksanya.

Untuk meningkatkan kualitas auditor operasional, mereka diberikan pelatihan, kursus-kursus singkat mengenai masalah-masalah yang bisa terjadi di bank, sehingga auditor dapat mengatasi masalah tersebut.

4. Tahap-tahap audit operasional kredit di DSP Helvetia

Pelaksanaan audit operasional pada DSP Helvetia terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :


(62)

1) penetapan tujuan pemeriksaan, dalam hal ini penetapan pemeriksaan kredit dan prosedur kreditnya

2) memperoleh informasi yang telah diterima dari staf administrasi kredit, misalnya; catatan-catatan administrasi bank telah memadai, semua transaksi-transaksi telah dicatat ke dalam masing-masing rekening buku besarnya dengan segera dan benar, aktiva bank telah diadakan pengamanan dan penjagaan yang memadai dan telah disajikan secara lengkap dalam laporan keuangan bank

3) menentukan sumber-sumber yang penting untuk melakukan audit selanjutnya, misalnya jaminan atau agunan kredit yang diberikan, apakah jaminan diasuransikan, apakah jaminan benar-benar atas nama debitur, cara penilaian

4) pemberitahuan kepada pihak-pihak yang dianggap perlu, dalam hal ini adalah otorisasi yang berwenang, misalnya pihak kredit dan yang berkait dengan itu

5) melakukan survey, hal ini supaya dapat lebih mengenal kegiatan dan pengendalian yang diperiksa untuk mengindentifikasi luasnya audit, dan juga dapat menentukan dan menyiapkan jumlah tenaga yang akan diperiksa

6) menentukan waktu pemeriksaan, bagaimana audit dilakukan dan menyampaikan laporan hasil audit kepada pimpinan cabang


(63)

b. Menguji Dan Mengevaluasi Informasi

1) mengumpulkan informasi yang cukup kompeten dan relevan serta kemudian memberikan tanggapan dari informasi yang telah diperoleh 2) prosedur pemeriksaan termasuk teknik pengujian dan penarikan

contohnya yang dipergunakan, dalam hal ini teknik pengujian dan penarikan contohnya terlebih dahulu diseleksi dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan kreditnya

3) setelah informasi yang diperlukan terkumpul, bagian pengawasan kredit menyiapkan kertas kerja audit yang berfungsi membantu dalam pencatatan seluruh aktivitas audit

c. Melaksanakan Audit

1) tahap ini meliputi kegiatan mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan, dan mendokumentasikan bukti-bukti audit dan informasi lain yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur yang digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil audit

2) auditor dalam tugasnya membekali dirinya dengandata akuntansi formal, terutama data laporan keuangan dengan lampiran-lampirannya pada posisi terakhir serta posisi periode audit

3) angka-angka dalam laporan kemudian dicocokkan dengan lampiran-lampiran buku besar khususnya yang berkaitan dengan kredit. Tahapannya adalah meneliti catatan, buku tambahan, buku pembantu


(64)

serta dokumen permohonan kredit debitur, dokumen pencairan kredit, dan lain-lain

4) setelah melakukan pemeriksaan maka auditor membuat laporan hasil pemeriksaan yang disertai rekomendasi

d. Tindak Lanjut

1) pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut

Pemantauan ini harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan mengingatkan auditee bila belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau sampai batas waktu yang dijanjikan 2) analisis kecukupan tindak lanjut

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana auditee telah melaksanakan perbaikan dan untuk mengetahui apakah terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya

3) laporan tindak lanjut

Bila tindak lanjut tidak dilaksanakan auditee, maka auditor dapat memberikan laporan tertulis kepada direktur utama atau dewan audit untuk ditindak lanjuti

5. Laporan Hasil Audit Operasional

Laporan hasil audit operasional bagan kredit diiterbitkan dalam bentuk laporan temuan pemeriksaan dan saran perbaikan. Laporan ini ketentuannya sebagai berikut :


(65)

a. Temuan-temuan pemeriksaan harus disusun berdasarkan urutan pentingnya yang semakin menurun. Temuan-temuan pemeriksaan yang biasa terjadi ditemukan oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan antara lain :

1) kesalahan dalam penyelesaian dokumentasi dan administrasi kredit, contohnya; pemberian kredit pada PT X sejak jatuh tempo belum ditanda tangani

2) kesalahan dalam sistem dan prosedur, misalnya uraian jabatan pada beberapa unit kerja belum lengkap. Contoh yang terjadi antara lain terdapatnya tiga karyawan pada unit administrasi kredit yang belum membuat dan mengisi uraian tugas

3) pada pemeriksaan on the spot kegiatan hasil debitur dari hasil kucuran kredit tidak berjalan lancar

4) adanya penyimpangan kredit melebihi BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit)

b. Setiap temuan diberi nomor dan ditegaskan dalam kalimat yang ringkas. c. Disediakan ruang yang cukup pada lembar temuan pemeriksaan dan

saran perbaikan bagi manajemen pihak yang diperiksa untuk dapat memberikan tanggapan tertulisnya terhadap setiap temuan dan disediakan pula spasi untuk para pemeriksa, guna melaksanakan tindak lanjut pemeriksaan.


(66)

d. Setiap temuan pemeriksaan dan saran perbaikan harus ditempatkan pada satu halaman terpisah.

C.Pembahasan Audit Operasional dalam Efisiensi dan Efektivitas Pemberian Kredit

Audit operasional mempunyai manfaat yang sangat penting untuk efektivitas pemberian kredit pada DSP Helvetia. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suatu pelaksanaan pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga akan memperkecil resiko yang akan dihadapi oleh DSP Helvetia atas kredit yang disalurkan.

Adapun audit operasional yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemberian kredit adalah benar-benar diyakini telah memadai. Dapat disimpulkan kriteria-kriteria audit operasional yang memadai :

1. sudah terdapat struktur organisasi serta uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari bagaian audit internal yang melaksanakan audit operasional

2. kedudukan auditor dalam organisasi sudah ditempatkan sedemikian rupa sehingga audit operasional dapat menjalankan independensi secara penuh. 3. adanya program audit yang disusun dengan baik, sehingga dapat mencapai

tujuan audit yang diharapkan

4. adanya laporan hasil audit operasional yang menunjukkan apa yang telah dicapai dan apa yang dapat dicapai serta saran perbaikan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari DSP Helvetia dan hasil pengamatan selama mengadakan penelitian penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan audit operasional terhadap pemberian kredit pada DSP Helvetia telah memadai. Adapun faktor-faktor yang mendukung kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Auditor operasional bersifat independen, karena kedudukannya dalam status organisasi ada dibawah unit manajer sehingga dalam pelaksanaannya tugasnya tidak mudah dipengaruhi dan objektivitas auditor yang memadai terlihat dari terkaitnya auditor dalam prosedur perkreditan.

b. Auditor operasional cukup kompeten. Dengan pendidikan S1 yang menguasai auditing dan akuntansi.

c. Program audit kredit dibuat secara tertulis

d. Terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan audit operasional yaitu tahap pendahuluan, tahap audit mendalam dan tahap pelaporan hasil audit. e. Laporan hasil audit yang objektif telah memuat temuan-temuan hasil


(2)

f. Temuan-temuan audit dibahas dengan pimpinan dan dijalankan sebagai dasar dalam tindak lanjut berikutnya.

g. Dilakukan pemantauan atas tindak lanjut tersebut oleh auditor internal h. Adanya rekomendasi atas temuan yang diberikan oleh auditor telah

ditindak lanjuti oleh unit manajemer / pimpinan.

2. Peranan usaha dan jaminan merupakan syarat yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit. Usaha dan jaminan harus mempunyai nilai yang cukup untuk menutupi resiko tidak dikembalikannya pinjaman tersebut, sehingga kredit tetap aman.

3. Struktur organisasi perusahaan sudah menggambarkan adanya pemisahan tugas/fungsi dan tanggung jawab yang jelas dan tegas.

4. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia belum sepenuhnya menerapkan prinsip perkreditan yang dikenal dengan konsep 5C. Hal ini terlihat bahwa PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia menerapkan prinsip perkreditan yang terdiri dari: character, capacity, capital, dan collateral.

B.S a r a n

Sebagai tindakan perbaikan yang mungkin dapat diterapkan dan bermanfaat bagi kemajuan perusahaan, penulis mencoba memberikan saran.

1. Melakukan peninjauan secara langsung terhadap perkembangan usaha dan keadaan calon debitur sebaiknya dilakukan secara mendadak dan sesering mungkin. Hal ini disebabkan peninjauan ke lapangan adalah untuk


(3)

memastikan bahwa objek yang diberi kredit benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam permohonan kredit.

2. Dengan struktur organisasi yang sudah baik maka sebaiknya perusahaan mengadakan program pelatihan dan pengembangan seperti program pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuan karyawan bank, terutama dalam melaksanakan tugasnya.

3. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Helvetia sebaiknya perlu memperhatikan dan melakukan keseluruhan prinsip perkreditan yang dikenal dengan konsep 5C yaitu: Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005. Manajemen Perbankan, Cetakan ketiga, UMM Press, Malang

Amin Widjaja Tunggal, 2001. Audit Operasional (Suatu Pengantar), Harvarindo, Jakarta

Arens, Alvin, and James K. Loebbecke, 2000. Auditing An Integrated Approach, 8th Edition, Prentice Hall Inc, New Jersey

Bank Danamon Indonesia, 2007. Proses dan Prosedur Kredit, Cetakan Pertama, Kantor Pusat, Jakarta.

Boynton, Johnson, Kell, 2003. Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Henry Simamora, 2002. Auditing, UPP AMP YKPN, Jakarta

Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan, Edisi revisi, PT.Raja Gravindo Persada, Jakarta

, 2005. Dasar-Dasar Perbankan, PT.Raja Gravindo Persada, Jakarta , 2008. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Edisi revisi, PT.Raja

Gravindo Persada, Jakarta

Kornelius Harefa, 2005. Analisa Pengawasan Pemberian Kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia, TBk Cabang Medan

Monica Citra, 2005. Analisa Prosedur Pemberian Kredit pada PT. Bank Buana Indonesia, Tbk Cabang Medan

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta

O. P. Simorangkir, 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Ghalia Indonesia, Jakarta

Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008

Rivai, Veithzal dan Andriana Permata Veithzal, 2007. Credit Management Handbook, Edisi Pertama, Jakarta


(5)

Sukrisno Agoes, 2004, Auditing Pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik, Fakultas Ekonomi UI

Suyatno, 2001. Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi keempat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

, dkk, 2003. Dasar-Dasar Perkreditan, Cetakan Kesepuluh, PT.Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

Tjoekam,Moh., 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial: Konsep, Teknik, & Kasus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


(6)

Lampiran Struktur Organisasi DSP Sei Helvetia

Sales Officer Sales Officer

Relationship Officer

Relationship Officer

Operation Officer Unit Manager

J-Sales Officer

J-Sales Officer Credit Officer