Pelaksanaan Ekstensifikasi Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN POLONIA O

L E H

NAMA: OSDA MERIANA SARAGIH

NIM : 102600097

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul “Pelaksanaan Ekstensifikasi Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Dari hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya tercinta, serta abang dan adik-adikku tersayang,Poltak Pardomuan Saragih, Parmin Saragih,Paringatan Saragih yang telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendukung, membesarkan, mendidik, dan memenuhi kebutuhan penulis sejak kecil sampai penulis mengikuti perkuliahan. Berkat doa dan pengorbanan mereka lah saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 3. Ibu Arlina,S.H,M.Hum selaku Sekretaris, Program Studi Diploma III


(3)

4. Ibu Siswati Saragih S.Sos,MSP selaku dosen pembimbing saya yang banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan

6. Untuk kak Korby yang telah membantu penulis dalam urusan surat menyurat sampai Tugas Akhir ini selesai dan juga kepada seluruh pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

7. Untuk Pacar Tersayang Deddi Boy Purba yang selalu setia menemani saya mengurus segala kepentingan pengurusan penelitian ini dan memberikan motivasi, saya ucapkan terimah kasih.

8. Kepada kawan-kawan Administrasi Perpajakan 2010 seperjuanganku Ririn Astriany, Jesiska Delfrina Sitompul, dan Feranita Simbolon.

9. Kepada semua teman magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yaitu Ririn, Jesiska, Hafizah Ulfani, Irma Siregar, Ola, Tasya, Restu, Ali Zamzami, Della, Devi, Sari, Dela dan Ruri.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun cara penulisan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis dapat meningkatkan kemampuan menulis pada masa yang akan datang. Akhirnya


(4)

penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, 4 Juli 2013 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ... 3

C. Uraian Teoritis ... 4

D. Ruang Lingkup PKLM ... 7

E. Metode PKLM ... 8

F. Metode Pengumpulan Data... ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia ... 12

B. Kegiatan KPP Pratama Medan Polonia ... 14

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 15

D. Dekskripsi kerja KPP Pratama Medan Polonia ... 16

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Dasar Hukum Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 18

B. Defenisi Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 19

C. Tujuan Pelaksanaan Ekstensifikasi... 21

D. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 23

E. Jenis-jenis Administrasi ... 26


(6)

G. Proses Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 30

H. Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 33

1. Usaha yang Dilakukan Petugas Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 35

BAB IV: ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 36

1. Perekrutan Data ... 38

2. Penghimbauan Wajib Pajak ... 41

3. Pengukuhan Secara Jabatan ... 43

B. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Petugas Ekstenifikasi Wajib Pajak Di Lapangan ... 45

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam rangka melaksanakan program pemerintah yang menetapkan tujuan pendididkan adalah menghasilkan manusia yang mampu berperan sebagai tenaga terampil yang layak kerja dalam berbagai sektor pembangunan yang mana pembangunan nasional saat ini pada dasarnya menciptakan manusia yang berkualitas yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan sejahtera lahir batin.Pelaksanaaan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dalam meningkatkan kulitas terhadap Sumber Daya Manusia dalam aspek akademik,Personalitas,Kepribadian,dan,Profesionalitas,teknologi,dan,keahlian/ket erampilan. untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah, dalam hal ini selain merombak struktur juga meningkatkan keterampilan petugas pajak agar dimasa yang akan datang pemerintah tidak merasa kekurangan petugas pajak yang terampil.

Oleh karena itu Universitas Sumatera Utara yang mempunyai program studi Administrasi Perpajakan merasa perlu mewajibkan kepada para mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dengan mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi tersebut.Adapun maksud dari PKLM adalah satu kegiatan dimana mahasiswa dapat mengetahui secara langsung fungsi dan tugas dalam pekerjaan yang sebenarnya serta mempraktikkan apa yang sudah dipelajari dalam bentuk


(8)

teori dan praktik.Untuk mengaktualisasikan seluruh sistem tersebut, sebelum langsung berhadapan dengan keadaan yang sebenarnya ditengah-tengah masyarakat,perlu diadakan pengarahan Mahasiswa melalui PKLM karena akan memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia kerja yang didalamnya terjadi akomodasi berbagai konsep, teori dan persoalan-persoalan praktis yang dihadapi serta upaya pemecahannnya .Sebelum melaksanakan PKLM, para mahasiswa dihimbau untuk ke lapangan terlebih dahulu dengan bimbingan dan pengarahan sedemikian rupa oleh dosen selaku pembimbing.PKLM ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengahdapi dan memecahkan masalah-masalah yang ada di lapangan, serta dapat menerapkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk masa yang akan datang terutama pada Mahasiswa itu sendiri.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur dan merata maka diperlukan biaya yang besar.Biaya ini harus digali dari sumber yang besar dan kemampuan sendiri.Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mencari sumber penerimaan dari sektor migas yang peranannya sangat sudah semakin berkurang.Sehingga sumber penerimaan dalam negeri bertumpu ke sektor pajak.

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian.Peningkatan kesadaran masyarakat dalam bidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman atas hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.Peran serta wajib pajak dalam


(9)

memenuhi kewajiban membayar pajaknya berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan.Namun dalam kenyataannnya masih dijumpai

adanya wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak.Dengan memperhatikan hal diatas, penulis tertarik untuk mempelajari, memahami, mendalami bagaimana sebenarnya proses ekstensifikasi guna meningkatkan jumlah wajib pajak.Maka penulis mengangkat judul laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu “PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI GUNA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”

B.TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah:

1.1 Mengetahui pelaksanaan ekstensifikasi guna meningkatkan jumlah wajib

pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 1.2 Untuk mengetahui perkembangan jumlah wajib pajak yang melaksanakan

dan yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri :

PKLM ini sangat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah: 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai ekstensifikasi guna meningkatkan jumlah wajib pajak.


(10)

2.2 Bagi Diploma III Administrasi Perpajakan :

a. Untuk meningkatakan hubungan antara Universitas Sumatera Utara terutama program studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Polonia. b. Agar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dapat lebih

berperan dalam menyelesaikan kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang diterapkan sekarang.

2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia :

a. Instansi/Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat melihat tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang diterapkan.

b. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat kemampuan mahasiswa yang bersangkutan dengan tanggung jawab dan kerjasama yang baik.

c. Memberikan sumbangan pikiran serta saran yang dipandang perlu bagi kemajuan dan kemudahan bagi pihak-pihak yang memerlukan terutama KPP.

C.URAIAN TEORITIS

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.9.G/2004 yang berisi tentang pengertian ekstensifikasi, ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, pencari data, pelaksanaan ekstensifikasi dan pengawas ekstensifikasi.Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang


(11)

berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Wajib pajak yang dimaksud

adalah wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan. Pemeriksaan adalah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) yang

dilakukan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan atau penentuan besarnya peredaran usaha ataupun jumlah pajak yang harus dibayar

dalam tahun berjalan (Mardiasmo,2009). Jadi dari pengertian diatas, maka dalam hal ini fiskus atau aparat pajak

harus dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib pajak yang belum terdaftar.Namun kenyataannya dalam pelaksanannya di lapangan dengan menyaring para wajib pajak agar mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, sangat sulit dilakukan yang dikarenakan masih kurangnya kesadaran wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Resmi,2009).Sampai saat ini Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi tentang pelaksanaan ekstensifikasi ini melalui peraturan perundang-undangan terbaru sebagai petunjuk pelaksanaan ekstensifikasi tersebut.Adapun pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi ini bertujuan untuk memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.Sehingga diharapkan dengan bertambahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar akan dapat meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan sekaligus akan mampu membantu meringankan beban Anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara yang


(12)

diperoleh dari pembagian hasil penerimaan setoran Pajak Pengahasilan pasal 25 yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya.Sampai saat ini

Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi tentang pelaksanaan ekstensifikasi melalui peraturan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor06/PJ.7/2004 yaitu PSL ekstensifikasi dilaksanakan terhadap calon Wajib Pajak yang apabila lebih dari 14 hari sejak tanggal pengiriman Surat

Pemberitahuan untuk mendaftarkan diri :

1. Menanggapi dengan menyatakan tidak wajib mempunyai NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),

2. Tidak menanggapi karena Surat Pemberitahuan kembali pos;

3. Menanggapi dengan menyatakan sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak tetapi berdasarkan Master File Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ternyata tidak terdaftar atau nama dan alamatnya berbeda.Jangka waktu PSL ekstensifikasi adalah 2 (dua) minggu sejak Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) diterbitkan dan tidak dapat diperpanjang.

Untuk meningkatkan penerimaan pajak,tentunya pemerintah memerlukan langkah – langkah yang nayata yang dapat dieterapkan,dan dapat dilaksanakan oleh setiap Wajib Pajak.Maka salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah tersebut adalah pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.Dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak orang pribadi dan wajib pajak badan.Wajib Pajak sangatlah besar pengaruhnya terhadap pertambahan jumlah pendapatan negara,karena jika banyak wajib pajak yang tidak terdaftar sebagai pengusaha kena pajak,maka tentunya sudah mengurangi


(13)

pendapatan negara,dan demikian juga dengan sebaliknya jika dibandingkan dengan jumlah wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi,yang terdaftar seandainya semau wajib pajak tersebut menjalankan kewajiban perpajaknnya,alangkah lebih baiknya situasi dan kondisi keuangan di negara kita.Maka dalam pelaksanaan Ekstensifikasi tersebut diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan semaksimal mungkin.Namun pada kenyataan di lapangan,pelaksanaan ekstensifkasi ini masih kurang sesuai dengan apa yang diharapkan disebabkan karena kesadaran Wajib Pajak itu sendiri masih kurang untuk mendaftarkan dirinya sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).Padahal para wajib pajak mengetahui akan pentingnya pajak bagi pembnagunan dan perkembangan negara.karena pajak merupakan sumber devisa terbesar bagi negara.Oleh sebab itu fiskus juga ditekankan bagaiman kinerja dan kerja keras yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk memburu wajib pajka yang belum terdaftar segera mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.

Sampai saat ini,Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak ini melalui peraturan alam Surat edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009 Sebagai petunjuk dan penegasan pelaksanaan yang berisi tentang

1. Pengertian Ekstensifikasi

2. Ruang Lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak

3. Unit organisasi yang melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 4. Data yang digunakan untuk melakukan ekstensifikasi wajib pajak


(14)

5. Petugas pelaksanaan yang melaksanakan kegiatan ekstenifikasi wajib pajak 6. Pencari data

7. Persiapan,dan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak. 8. Pengawas

D.RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis laksanakan merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan kurang lebih

satu bulan lamanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi pajak meliputi:

1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2. Potensi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 3. Meningkatkan jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Polonia. E.METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Adapun metode yang akan dilakukan adalah:

1. Tahap Persiapan

Yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan salah satu yaitu ekstensifikasi jumlah wajib pajak, dan penulis juga harus mempunyai pengetahuan tentang masalah yang dibahas.Dalam tahap persiapan ini yang harus

dilakukan dimulai dari pengajuan judul proposal , penentuan judul proposal, pembuatan


(15)

persetujuan proposal, penentuan dosen pembimbing, diikuti dengan bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan yang terakhir pembuatan surat ijin ke instansi yang dituju yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 2. Studi Literatur

Yaitu dengan membaca buku majalah berita pajak dan undang - undang perpajakan yang berhubungan dengan jumlah wajib pajak, serta pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan, serta sumber – sumber lain untuk melengkapi informasi data-data tersebut.

3. Observasi lapangan

Yaitu Kegiatan mencari data serta mempelajari laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

4. Pengumpulan data

Pengumpulan data yan berhubungan dengan masalah yang dibahas. a.Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari wawancara dan pemeriksaan dokumen di Kantor pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

b.Data Sekunder

Data yang diperoleh dari kepustakaan dilakukan dengan mencari kerangka referensi dan landasan teori baik dalam buku maupun peraturan – peraturan dan

sumber – sumber yang relevan. 5. Analisa dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganlisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu /menjadi peneliti berdasarkan kualitatif.


(16)

F. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara (interview) Yaitu dengan membuat daftar pertanyaan permasalahan yang dibahas dan

melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Pengamatan (Observation)

Yaitu dengan cara pengamatan langsung dan terlibat secara langsung

mengadakan data yang diperlukan untuk penulisan laporan tersebut. 3. Dokumentasi (optional)

Yaitu dengan cara mengumpulkan data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

Agar sistematika penulisan tugas akhir ini terarah dan sistematis , maka

penulis Membatasi: BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar

pemikiran dan penyusunan laporan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metodologi penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.


(17)

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia,struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dan deskripsi kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Polonia. BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan pengertaian-pengertian secara teoritis dan

teori-teori yang berkaitan dengan ekstensifikasi wajib pajak. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap data-data

yang berhubungan dengan judul laporan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yan berisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7


(19)

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia berdiri pada awal tahun 2002 yang mana merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang terletak di Jl. Sukamulia Medan.

Dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja : 1. Kecamatan Medan Maimun

2. Kecamatan Medan Polonia 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Selayang 5. Kecamatan Medan Tuntungan 6. Kecamatan Medan Johor

B. Kegiatan KPP Pratama Medan Polonia

KPP Pratama Medan Polonia mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PpnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya. Dalam melalukan tugas sebagaimana yang dimaksud di atas, KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fumgsi :

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan. Pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.


(20)

3. Pengawasan pembayaran Masa Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PpnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL).

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas - tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing -masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal. KPP Pratama Medan Polonia menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.

KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 9 (Sembilan) seksi yang masing - masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR. Struktur Organisasi pada KPP Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut : 1. Kepala Kantor

2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan


(21)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) 6. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan

9. Kelompok Jabatan Fungsional

D. Dekskripsi kerja KPP Pratama Medan Polonia 1. Kepala Kantor

Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan salah satu hal yang sangat penting karena menyangkut hak - hak daripada setiap pegawai. Adapun tugas pokok dari Sub Bagian Umum adalah sebagai berikut :

a. Mengurusi masalah kenaikan pangkat seorang pegawai yang berprestasi baik. b. Mengurusi gaji setiap pegawai.

c. Mengurusi pegawai yang pindah atau mutasi.

d. Mengurusi masalah cuti setiap pegawai sesuai dengan peraturan yang ada. e. Mengatasi hal - hal yang menyangkut hak dari pegawai.

3. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dalam hal penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan


(22)

SPT dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan

e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)

Memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WP terhadap PPh, PPN, dan pajak lainnnya, memberikan bimbingan/himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil WP, analisis kinerja WP, rekonsiliasi data WP dalam rangka melakukan intensifikasi dan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat empat Seksi WASKON yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah KPP tersebut.

6. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, melakukan ekstensifikasi/pendaftaran terhadap masyarakat yang telah memenuhi syarat tetapi belum mendaftar sebagai Wajib Pajak, dan penggalian potensi melalui PPN atau Kegiatan Membangun Sendiri.


(23)

8. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan dan perpajakan lainnya.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama

Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(24)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaiman telah diubah dalam Undang – Undang RI Nomor 16 Tahun 2000,dan telah diubah terakhir dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 2 ayat(1):

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem

self assestment,wajib mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak untuk

dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)’’.

Ayat (2) :

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang –Undang Pajak Pertambahan Nilai 2001 dan perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan,sedangkan bagi pengusaha badan berkewajiban melaporkan usahanya tersebut pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan.


(25)

Ayat (4):

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan apabila Wajib Pajak atau pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2.

B. Defenisi Ekstensifikasi Wajib Pajak

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 06/PJ.9/2007 Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahn jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

Pemeriksaan adalah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) yang dilakukan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan atau penentuan besarnya peredaran usaha ataupun jumlah pajak yang harus dibayar dalam tahun berjalan.

Jadi dari pengertin diatas maka dalam hal ini fiskus atau aparat pajak harus dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib pajak yang belum terdaftar.Namun kenyataannya dalam pelaksanaannya di lapangan dengan menyaring para wajib pajak agar dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak,sangat sulit dilakukan karena masih kurangnya kesadaran tersendiri dari wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.Padahal para wajib pajak mengetahui akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan


(26)

perkembangan negara.Oleh sebab itu bagaimana kinerja dan usaha keras dan kerja keras yang dilakukan selama ini oleh fiskus dalam memburu wajib pajak yang belum terdaftar segera mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.

Sampai saat ini Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha mengevaluasi tentang pelaksanaan ekstensifikasi ini melalui peraturan terbarunya dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009 sebagai petunjuk dan penegasan pelaksanaan ekstensifikasi yang berisi tentang:

1. Pengertian Ekstensifikasi

2. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak

3. Unit organisasi yang melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak

4. Petugas pelaksanaan yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 5. Data yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 6. Pencari data

7. Persiapan pelaksanaan kegiatan

8. Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 9. Pengawas

C. Tujuan Pelaksanaan Ekstensifikasi

Adapun Pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi ini bertujuan untuk memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.Sehingga diharapkan dengan bertambahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar akan dapat meningkatkan


(27)

jumlah penerimaan pajak dan sekaligus akan dapat membantu meringankan beban Anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari pembagian hasil penerimaan setoran pajak penghasilan pasal 25 (Pph pasal 25) yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya.Berdasarkan Data Statistik Wajib Pajak yang terdaftar untuk periode tahun 2011 -2012 dalam kurun waktu empat tahun,senantiasa mengalami kenaikan ,walaupun tingkat kenaikannya tidak sebagaimana

yang diharapkan oleh pihak KPP.Adapun jumlah kenaikan Wajib Pajak yang dapat kita bandingkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL I :

Data Statisik Pertambahan Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar atas hasil pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia.

Periode 1 Januari 2009 hingga 2012

1 januari 2009 1 januari 2010 1 januari 2011 1 januari 2012

2.234 WP 2.482 WP 2.466 WP 2.503 WP

Jumlah 8.730 WP


(28)

TABEL 2 :

Adapun dalam jumlah data statistik Wajib Pajak diatas terdiri dari Wajib Orang Prbadi dan Wajib Pajak Badan yang dapat dilihat di bawah ini:

WP yang terdaftar

1 januari 2009

1 januari 2010

1 januari 2011

1 januari 2012

Orang pribadi 1.254 WP 1.428 WP 1.375WP 1.393 WP Badan 980 WP 1.054 WP 1.091WP 1.110 WP

Jumlah 8.730 WP

2.3 Sumber KPP Medan Polonia 2009-2012

Berdasarkan data-data yang telah ada yang akan digunakan dalam menjaring para wajib pajak ,diharapkan dengan pelaksanaan Ekstensifikasi dapat diketahui seberapa besar tingkat kepatuhan masyarakat dalam mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak dan dalam membantu pemerintah melaksanakan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.

D. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi

Ruang Lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak meliputi:

1. Pemberian NPWP dan atau atau pengukuhan wajib pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak PPh Orang Pribadi yang bersama karyawan perusahaan orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau di lokasi pemukiman atau perumahan,dan


(29)

orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan ,yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

2. Pemberian NPWP di lokasi usaha termasuk pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) terhadap Orang Pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, Mall, Plaza, kawasan industri, atau sentra ekonomi lainnya. 3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak

terhadap Wajib Pajak Badan yang berdasarakan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai wajib pajak atau pengusaha kena pajak baik di domisili atau lokasi.

4. Unit organisasi dan petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi ada 2 yaitu:

a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak serta kantor penyuluhan pajak yang berada di luar kota kedudukan KPP.

b. Petugas yang memenuhi kulifikasi sebagai pelaksana , meliputi: 1. Petugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP.

2. Tugas Kantor Penyuluhan pajak yang ditunjuk oleh kepala KPP. 3. Petugas lain ditunjuk oleh Kakanwil Direktorat Jenderal Pajak.

c. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak meliputi data intern dan dat ekstern ,antara lain:


(30)

a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6600 watt atau lebih.

b. Pelanggan Telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan Rp.300.000,-atau lebih

c. Pemilik modal dengan nilai Rp.700.000.000,-atau lebih ,atau pemilik modal dengan nilai Rp.100.000.000,-atau lebih

d. Pemegang paspor Indonesia ,kecuali pemegang paspor haji dan pemegangpaspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut).

e. Tenaga Kerja Asing (Expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

f. Karyawan lokal kedutaan besar asing atau organisasi Internasional. g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) Rp.1.000.000.000 atau lebih berdasarkan kartu jalan atau peta block atau DHR data Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). h. Pemegang kartu kredit

i. Pemegang polis ayau premi asuransi j. Pemegang kartu keanggotaan Golf k. Artis

l. Pemilik atau penyewa ruang Apartemen

m. Pemilik kapal pesiar atau ‘’yachir’’,speed boat,dan pesawat terbang n. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa

o. Pemilik rumah sewa atau kost


(31)

q. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruang pada sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya.

r. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) ,telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak ,tetapi belum mempunyai NPWP.

d. Pencarian data dilakukan oleh:

Untuk Wilayah di luar Daerah Khusus Ibukota Jakarta ,jika pada kota kedudukan Kanwil DJP hanya terdapat lebih dari satu KPP.

a. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak

b. KPP,dalam hal sumber data di wilayah KPP tersebut ,selain data pada kanwil DJP.

5. Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dapat dilakukan dengan tujuan yang diharpakan ,dengan ketentuan sebagai berikut:

a. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan data yang dimiliki.

b. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi diluar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak

Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak , prioritas utama, kegiatan ekstensifikasi ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau


(32)

E. Jenis – Jenis Administrasi: Sanksi Pidana

Pasal 39 ayat (1)

Setiap orang dengan sengaja:

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikikuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak

atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan.

d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap

e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29

f. Memperlihatkan pembukuan , pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar , atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia ,tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku , catatan atau dokumen lain h. Tidak menyimpan buku , catatan , atau dokumen lain yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara

progam aplikasi on-line di Indonesia sebagimana dimaksud dlam pasal 28 ayat (11)atau


(33)

i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara , dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dimaksudkan untuk membatasi pembahasan variabel yang akan diteliti agar tidak menimbulkan interpretasi ganda untuk menganalisa suatu masalah.

Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PROSES PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK

FISKUS

FISKUS Pemberitahuan WP yang belum

Terdaftar terdaftar

Berdasarkan Daftar nominatif WP yang belum mempunyai NPWP dan atau SP.PKP

Respon Hasil Pemberitahuan

Penyesuaian dengan data MFL

PSL Pemberian NPWP

dan atau pengukuhan PKP


(34)

G. Proses Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak , prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak.Maka dalam hal ini pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh Fiskus adalah sebagai berikut:

a. Fiskus melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan menyesuaikannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan (SIP).

b. Fiskus membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) sesuai dengan data yang dimiliki.

c. Fiskus membuat dan mengirimkan Pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar nominatuf dengan menggunakan Formulir Pemnberitahuan untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (untuk wajib pajak di wilayah permukuman) dan formulir Pemberitahua Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi (untuk wajib pajak di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan , perkantoran ,mall ,atau plaza ,kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya).Pemberitahuan tersebut dikirim oleh fiskus dengan melaporkan: 1. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan bahwa wajib

pajaktelah memiliki NPWP dan atau surat pengukuhan PKP.

2. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan wajib pajak tidak wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dan atau melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP.


(35)

3. Formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya peredaran usaha. 4. Formulir surat setoran pajak (SSP)

5. Formulit SPT Masa PPN

6. Formulir pendaftaran Wajib Pajak

d. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada wajib pajak terhadap beberapa kemungkinan:

1. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak dan atau PKP.

2. Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan , walaupun pemberitahun telah diterima.

3. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP.

4. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP.

5. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan sudah dikukuhkan sebagai PKP di KPP lainnya atau;

6. Wajib pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari kantor pos.


(36)

e. Dari hasil tanggapan pemberitahuan oleh fiskus akan dilakukan:

1. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dan bersedia untuk mendaftarkan diri akan dilkukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Terhadap wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima maka oleh seksi pengolahan data dan informasi dari wajib pajak tersebut diusulkan untuk diteruskan ke seksi Tata Usaha Perpajakan agar dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sesuai dengan tata carayang telah ditentukan.

3. Terhadap wajib pajak yang menaggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikkuhkan sebagai PKP,dan wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan yang disebabkan pemberitahuan kembali dari kantor pos akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL). 4. Terhadap wajib pajak yang menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah

memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP , dan wajib pajak yang menyatakan bahwa sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP lainnya,maka fiskus:

a. Dalam hal wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domisili wajib pajak sesuai dengan Master File Lokal (MFL),dilakukan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak dalam daftar nominatif membubuhkan catatan bahwa wajib pajak


(37)

sudah terdaftar dan sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom keterangan.

b. Dalam hal wajib pajak telah terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda dengan data MFL akan diakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

c. Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, maka dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

d. Terhadap wajib pajak yang berusaha disentra perdagangan , perkantoran , Mall , plaza , sentra ekonomi lainnya , seluruhnya dilakukan pemeriksaan lapangan.

H. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak yang belum terdaftar untuk diberikan NPWP , dan dikukuhkan sebagai PKP.Proses pelaksanaan ekstensifikasi ini dimulai dengan memberikan pemberitahuan berdasarkan data yang ada baik yang bersumber dari data intern maupun data ekstern yaitu hasil pencarian data melalui pihak ketiga seperti PLN, Telkom , PPAT , Notaris PEMDA dan lainnya.Dari instansi tersebut dapat diambil contoh yaitu hasil laporan dari PPAP atau informasi dari Notaris yang diterima leh fiskus atas data orang pribadi atau Badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dengan harga jual Rp.60.000.000,00 atau lebih.Setelah pemberitahuan kepada wajib pajak tersebut apabila tidak ditanggapi maka fiskus melanjutkan dengan mengusulkan kepada seksi TUP untuk memberikan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan.


(38)

Dalam hal pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak terdapat berbagai hambatan antara lain:

1. Identitas alamat dan wajib pajak yang jelas , yang disebabkan dalam hal WP telah pindah.

2. Adanya data yang tidak dikenal. 3. Alamat WP yang tidak lengkap.

4. Kurangnya kesadaran WP yang tidak menanggapi pemberitahuan yang dilakukan oleh fiskus

Maka dalam hal tersebut , fiskus terus berusaha melakukan berbagai upaya dalam menanggapi hambatan tersebut dengan meningkatkan kerja sama dengan instansi pihak lain diluar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan juga dengan serta meningkatkan penyuluhan pajak kepada masyarakat untuk menambah kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.selain itu yang lebih penting yaitu dengan segera menindaklanjuti data yang ada untuk dilakukan ekstensifikasi wajib pajak.

1. Usaha yang dilakukan oleh petugas Ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya di seksi Pengolahan Data dan Informasi.

a. Menerima daftar data wajib pajak yang tidak dikenal jelas alamatnya (KP.PDIP 3,8) dari koordinator pelaksana tiga seksi Pengolahan Data dan Informasi dan melakukan persiapan untuk melakasanakan pengamatan dan pengumpulan informasi:

1. Menerima surat daftar data wajib pajak yang tidak dikenal jelas alamatnya dari kporlak 3 PDI.


(39)

2. Melaporkan pada atasan langsung jika wajib pajak telah terdaftar dan melaporkan NPWP nya.

3. Melakukan peminjaman data atau alat keterangan dengan KP.PDIP 3,17 kepada petugas penyimpan data.

4. Meneriam data alat keterangan dan tindakan KP.PDIP 3,17 dari petugas penyimpanan data.

5. Melakukan pengamatan tanpa kontak langsung dengan wajib pajak dan mengumpulkan informasi untuk mengetahui kebenaran identitas wajib pajak berdasarkan data atau keterangan yang ada dan kelayakan wajib pajak untuk mendaftarkan diri.

6. Membuat dan mengusulkan KP.PDIP 3,10 (surat himabuan) berdasarkan KP.PDIP 3,8 (alat keterangan) kepada kepala seksi PDI melalui korlak 3 PDI untuk dimintai persetujuannya.

7. Menerima lembar KP.PDIP 3,10 yang telah mendapat persetujuan kepala seksi PDI.

b. Membuat konsep surat himbauannya tentang NPWP bagi wajib pajak yang telah jelas indentitasnya dan wajib mendaftarkan diri sesuai mendaftarkan diri sesuai dengan data yang ada.

1. Membuat konsep Surat Himbauan untuk wajib pajak badan yang telah jelas indentitasnya.

2. Membuat konsep surat himbaauan untuk wajib pajak perseorangan yang telah jelas identitasnya.

3. Membuat konsep Surat Himbauan untuk wajib pajak yang telah jelas identitasnya dan menurut nilai data atau alat keterangan


(40)

cukup material kendatipun kemungkinan bedasarkan respon yang diterima seolah - olah tidak layak mendaftarkan diri.

4. Menyampaikan konsep surat himbauan kepada korlak 3 PDI dan kepala seksi PDI untukd paraf dan selanjutnya ditandatangani kepala KPP.

5. Mencatat nomor , tanggal surat Himbauan yang telah disetujui Kepala KPP pada buku Agenda Surat Keluar yang dikelola Sub

Seksi Data Masukan dan data keluaran dan mengirimkannya kepada wajib pajak

dilampiri formulir pendaftaran WP KP.PDIP melalui sub bag tata cara Usaha dengan buku kspedisi.

c. Memantau hasil Surat Himbauan sampai dengan batas waktu yang ditentukan dan mengisi nomor dan tanggal respon WP yang diterima pada KP.PDI.

1. Memantau Hasil Surat Himbauan sesuai batas waktu yang ditentukan dalam surat himbauan tersebut dengan melakukan pengecekan pada Master File Lokal dan daftar wajib pajak yang dihimbau , yng diterima ekembali dari korlak PDI.

2. Mengisi nomor dan tanggal respon wajib pajak yang diterima pada KP.PDI

3. Mengembalikan data atau alat keterangan yang telah ditinjau pada petugas penyimpan dengan terlebih dahulu


(41)

mencantumkan NPWP pada data atau alat keterangan dari WP yang telah mendaftarkan diri.


(42)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi

Dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi guna menjaring para wajib pajak yang tidak mau mendaftarkan dirinya untuk ditetapkan sebagai wajib pajak guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai sarana untuk administrasi dan tanda pengenal diri untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban perpajakannya , memiliki beberapa tahapan – tahapan atau proses yang meliputi: a. Perekrutan data

b. Penghimbauan

c. Pengukuhan secara Jabata dan

d. Pendistribusian Data Kepada Setiap Seksi

1. Perekrutan Data (Rekrut Data)

Data merupakan komponen pajak dalam melaksanakan kegiatan pendataan terhadap wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya untu dicatat sebagai wajib pajak.Serta dalam upaya mendukung pelksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepada Kantor Pelayanan Pajak dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta dalam mewujudkan pelaksanaan dari sistem perpajakan yaitu self assestment system.Yang mana dalam sistem ini mewajibkan kepada setiap masyarakat yang nyata – nyata mampu melaksanakan kewajiban perpajakan untuk mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana tempat ia tinggal atau berdomisili.


(43)

Adapun yang dimaksud dengan Data adalah ‘’keterangan dalam segala bentuk baik yang tertuang dalam tulisan , media elektronik , media massa , maupun media rekaman guna untuk memperoleh penjelasan atau informasi yang dibutuhkan ‘’.Dalam pelaksanaan ekstensifikasi data yang dibutuhkan haruslah data yang lengkap dan akurat.dimana data – data tersebut dapat berupa data: a. Data Makro

Yaitu data atau keterangan yang menunjukkan kegiatan / keadaan secara umum dalam suatu massa tertentu secara khusus kegiatan / keadaan Wajib Pajak tertentu. b. Data Mikro

Yaitu data atau keterangan secara khusus memberi petunjuk tentang kegiatan atau keadaan Wajib Pajak dalam suatu peristiwa atau masa tertentu.

c. Data Tunggal

Yaitu data mikro yang dalam suatu dokumen hanya memberi petunjuk tentang kegiatan / keadaan dalam suatu massa tertentu.

d. Data Gabungan

Yaitu data makro yang dalam suatu dokumen memberi petunjuk tentang kegiatan / keadaan beberpa wajib pajak dalam suatu masa tertentu.

Dalam pengumpulan data sebagai bahan dasar dalam melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi , data – data yang dibutuhkan sebagian besar diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi pemerrintah maupun swasta melalui kontrak kerja sama atau kesepakatan bersama.

Adapun data yang dihasilkan dapat berupa berbagai surat perizinan dan sebagainya , data – data tersebut meliputi data yang berasal dari:


(44)

a. Data dari PBB (Pajak Bumi Bangunan).Data dari keterangan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan data yang sangat potensial dalam pelaksanaan Ekstensifikasi.untuk mengoptimallkan pelaksanaan perekrutan data dilakukan langkah – langkah kerja sama antara KPP dan KPPBB sebagai berikut:

Kantor Pelayanan Pajak

1. Kepala kantor pelayanan pajak berdasarkan wilayah kerjanya harus menentukan blok – blok yang diprioritaskan dalam peta PBB yang penduduknya berpotensi menjadi Wajib Pajak seperti Wilayah pertokoan , perkantoran , kondominium , Real estate , rumah mewah dan Villa – villa baru dan sebagainya untuk dilakukan Ekstensifikasi.

2. Menginformasikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk memberikan daftar hasil rekaman data tanah dan bangunan yang diprioritaskan tersebut dan di print-out per blok yang mencakup seluruh objek.

3. Melakukan pengidentifikasian data PBB tersebut melalui master file KPP untuk mengetahui apakah pemilik objek PBB tersebut sudah memiliki NPWP atau belum.

4. Apabila dalam kegiatan tersebut ditemukan bahwa pemilik objek PBB tersebut berdomosili di wilatyah KPP lain atau telah terjadi perubahan status kepemilikan, agar segera data dengan menggunakan alat keterangan dan dikirimkan ke KPP dan KPPBB yng bersangkutan lewat Kantor atasannya dengan permintaan untuk segera ditindaklanjuti.

5. Dalam hal objek PBB seperti wilayah tempat tinggal , bangunan pertokoan , pasar , perkantoran , kondominium , real estate kemungkinan


(45)

telah terdaftar atas nama pemilik atau pengembang (Developer)

bangunan yang telah memiliki NPWP bukan penghuni atau pemanfaat objek tersebut ,maka pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib pajak dilakukan terhadap pembeli , penyewa atau penghuni objek tersebut

6. Dan terhadap objek PBB seperti wilayah pertokoan , Mall , perkantoran , Kondominium Real Estate , diusahakan untuk mengetahui keadaan pemiliknya serta pemanfaatan bangunan tersebut guna memudahkan pelaksanaan Ekstensifikasi.

Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

1. Menyiapkan data yang diperlukan oleh KPP untuk pelaksanaan Ekstensifikasi.

2. Menyerahkan copy peta blok dan hasil rekaman Tanah dan Bangunan yang diminta oleh KPP.

3. Melakukan pebaikan data PBB berdasrkan informasi yang diperoleh dari KPP.

4. Berdasarkan permintaan dari KPP baik secara sendiri atau bersama – sama melakukan pendataan terhadap kelompok bangunan seperti pertokoan, mall , ataupun perkantoran untuk mengetahui pemiliknya dan keadaan objek pajaknya.

a. Data dari BPN (Badan Pertanahan Nasional).data yang diperoleh dapat berupa Sertifikat Tanah yang diterbitkan oleh BPN.

b. Data dari Pemda (Pemerintah Daerah).data yang diperoleh berupa data yang mengenai pemberian IMB (Izin Mendirika Bangunan)


(46)

terhadap wajib pajak sehingga diletahui status serta keadaan wajib pajak tersebut untuk kemudian dilakukan Ekstensifikasi.

c. Data dari Biro Pusa Statistik (BPS).Data yang diperoleh dapat berupa keterangan – keterangan yang diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi terhadap warga , perusahaan – perusahaan , pertokoan dan sebagainya.

d. Data dari Notaris.Adapun data – data yang diperoleh untuk mengetahui status dan keadaan wajib pajak brupa data mengenai pengesahan terhadap Akta Pendirian , dan Pengesahan Badan Hukum

e. Data dari Bank.Data yang diperoleh merupakan keterangan – keterangan mengenai wajib pajak.Dimana setiap wajib pajak yang ingin mengajukan Permohonan Kredit Bank yang jumlahnya sebesar Rp.50.000.000 ke atas , berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor S-136 / PJ.23 / 1995 Kkepada Direktur Bank Indonesia dalam rangka mendukung mendukung pelaksanaan Kredit Kelayakan Usaha (KKU),wajib melampirkan foto kopy kartu NPWP dan Laporan Keuangan.Sehingga dapat diketahui apakah WP tersebut telah terdaftar atau belum untuk selanjutnya dilakukan tindak Ekstensifikasi.

f. Data dari PT.Telkom.Data yang diperoleh berupa daftar pelanggan Telepon yang ber NPWP atau belum .Dimana pelaksanaan kegiatan ini didasarkan kepada kesepakatan kerja sama yang dilakukan oleh Direktort Jenderal Pajak berdasarkan


(47)

Surat Edaran nomor SE /11/PJ.23/2007 dengan PT Telkom perihal persyaratan kepemilikan NPWP bagi setiap pelanggan telepon.

g. Data dari PT PLN.Dimana berdasarkan kesepakatan kerja sementara Direktorat Jenderal Pajak dengan PT.PLN mengenai persyaratan NPWP kepada setiap pelanggan baru listrik yang meliputi pelanggan rumah golongan menengah ke atas , jenis usaha , industri dan hotel.

h. Data dari Media Massa , baik itu media cetak , media elektronik dan media lainnya yang berupa Surat kabar, majalah , brosur – brosur Televisi , Radio dan lain lain.Dimana data yang diperoleh dapa berupa informasi mengenai pendirian perusahaan – perusahaan baru, pertokoan, Rumah makan, dan sebagainya. Seluruh data - data yang telah diperoleh diatas nantinya akan diolah dan dikelompokkan untuk mengetahui keterangan tentang wajib pajak guna selanjutnya dilaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak.

2. Penghimbauan Wajib Pajak

Penghimbauan terhadap Wajib Pajak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guna menyadarkan para wajib pajak untuk segera mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana ia tinggal atau berdomisili.Pelaksanaan penghimbauan dilakukan setelah data – data mengenai status wajib pajak telah diperoleh lengkap kemudian kepadanya akan diberikan Surat pemberitahuan


(48)

untuk segera mendaftarkan dirinya ke KPP tempat berdomisili yang dikirim melalui Kantor Pos.

Adapun batas jangka wajtu kewajiban melaporkan diri diri setelah diterbitkannya Surat Himbauan untuk segera mendaftarkan diri , dilakukan dalam jangka waktu 7 hari kerja dengan ketentuan ‘’apabila dengan ketentuan yaitu 7 hari setelah diterbitkan Surat Himbauan tersebut kepada wajib pajak tetap tidak mau juga melaporkan atau mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia tinggal atau berdomisili , maka akan dikukuhkan secara jabatan dan kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan juga berdasarkan ketentuan di dalam pasal 2 ayat (4) Undang –Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Caa Perpajakan.

3. Pengukuhan Secara Jabatan

Pelaksanaan Pengukuhan wajib pajak secara jabatan dilaksanakan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepada kantor pelayanan pajak ternyata mampu atau telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP.Dan dalam tempo yang telah ditentukan berdasarkan Surat Himbauan yang telah diajukan oleh kantor pelayanan pajak dalam jangka waktu satu minggu atau 7 hari kerja wajib pajak tidak juga mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau bertempat tinggal.

Adapun tatacara pelaksanaan dari pengukuhan wajib pajak secara jabatan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:


(49)

a. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak menerima data wajib pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas pelaksana kegiatan Ekstensifikasi maupun Kantor Penyuluhan Pajak.

b. Selanjutnya data – data tersebut diteliti dan disesuaikan dengan data yang ada di Master File untuk mengetahi apakah wajib pajak telah terdaftar sebelumnya atau tidak.jika dalam hal

c. wajib pajak telah terdaftar sebelumnya , maka kepadanya akan diberikan NPWP yang sama dengan yang dimiliki sebelumnya.

d. Setelah itu petugas mengisi formulir permohonan pendaftaran dan selanjutnya menandatangani.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan keterangan – keterangan dari uraian dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya , dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Masih banyaknya warga yang belum terdaftar sebagai wajib pajak dan tidak mau mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak.

2. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti penting pajak dalam mengisi pembangunan yang ditunjukkan dengan ketidakmauan serta ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

3. Kurangnya keintensifan industri pajak untuk melakukan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti tentang apa itu pajak.

4. Banyaknya pihak–pihak yang sengaja menghindarkan diri dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan mengatasnamakan berbagai alasan.

B.SARAN

Adapun Saran yang dapat dikemukakan dari kesipulan diatas adalah:

1. Perlu adanya kesigapan serta keintensifan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak untuk menjaring setiap wajib pajak yang sengaja menghindar dari kewajiban perpajaknnya.


(51)

2. Perlu adanya perbaiakan serta peningkatan mutu dan kuailitas pelayanan kepada wajib pajak yang melaksanakan kewajiban perpajaknnya.dimana selama ini mutu.

3. pelayanan yang dirasakan oleh setiap wajib pajak terlalu jauh dari apa yang dharapkan , sehingga membuat mereka enggan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

4. Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak bai itu instansi swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi mengenai wajib pajak dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.

5. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal – hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu apa itu pajak , fungsi pajak , dampak dan serta kegunaannya bagi pembangunan dalam negara.

6. Perlu adanya penegakan Hukum yang jelas , sehingga tidak ada lagi yang melanggar setiap peraturan – peraturan hukum yang telah ditetapkan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Budi,Raharjo,2007.Dasar Dasar Perpajakan Bagi Bendaharawan Sebagai

Pedoma Pelaksanaan Pemungutan/Pemotongan dan

Penyrtoran/Pelaporan,Jakarta:Eko Jaya.

Mardiasmo,2009, Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009 ,Yogyakarta : Penerbit Andi.

Mohammad, Zain,2004,Manajemen Perpajakan,Jakarta:Salemba Empat. Resmi,Siti,2009.Pajak Teori dan Kasus (buku satu) ,Jakarta :Salemba Empat.

Waluyo,dan Wirawan B.Ilyas,2009,Perpajakan Indonesia (Buku

Satu).Jakarta:Salemba Empat.

Surat Edaran Nomor 60/PJ.9.G/2004, Tentang Perluasan Wajib pajak.

Surat Edaran Nomor 06/PJ.7/2004,Tentang Pengaruh Pelaksanaaan Ekstensifikasi Terhadap Jumlah Wajib Pajak.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009.Tentang Evaluasi Pelaksanaan Ekstensifikasi wajib pajak.

Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007.

Undang – Undang Pajak tahun 2007,Tentang Ekstensifikasi Wajib


(1)

Surat Edaran nomor SE /11/PJ.23/2007 dengan PT Telkom perihal persyaratan kepemilikan NPWP bagi setiap pelanggan telepon.

g. Data dari PT PLN.Dimana berdasarkan kesepakatan kerja sementara Direktorat Jenderal Pajak dengan PT.PLN mengenai persyaratan NPWP kepada setiap pelanggan baru listrik yang meliputi pelanggan rumah golongan menengah ke atas , jenis usaha , industri dan hotel.

h. Data dari Media Massa , baik itu media cetak , media elektronik dan media lainnya yang berupa Surat kabar, majalah , brosur – brosur Televisi , Radio dan lain lain.Dimana data yang diperoleh dapa berupa informasi mengenai pendirian perusahaan – perusahaan baru, pertokoan, Rumah makan, dan sebagainya. Seluruh data - data yang telah diperoleh diatas nantinya akan diolah dan dikelompokkan untuk mengetahui keterangan tentang wajib pajak guna selanjutnya dilaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak.

2. Penghimbauan Wajib Pajak

Penghimbauan terhadap Wajib Pajak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guna menyadarkan para wajib pajak untuk segera mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana ia tinggal atau berdomisili.Pelaksanaan penghimbauan dilakukan setelah data – data mengenai status wajib pajak telah diperoleh lengkap kemudian kepadanya akan diberikan Surat pemberitahuan


(2)

untuk segera mendaftarkan dirinya ke KPP tempat berdomisili yang dikirim melalui Kantor Pos.

Adapun batas jangka wajtu kewajiban melaporkan diri diri setelah diterbitkannya Surat Himbauan untuk segera mendaftarkan diri , dilakukan dalam jangka waktu 7 hari kerja dengan ketentuan ‘’apabila dengan ketentuan yaitu 7 hari setelah diterbitkan Surat Himbauan tersebut kepada wajib pajak tetap tidak mau juga melaporkan atau mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia tinggal atau berdomisili , maka akan dikukuhkan secara jabatan dan kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan juga berdasarkan ketentuan di dalam pasal 2 ayat (4) Undang –Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Caa Perpajakan.

3. Pengukuhan Secara Jabatan

Pelaksanaan Pengukuhan wajib pajak secara jabatan dilaksanakan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepada kantor pelayanan pajak ternyata mampu atau telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP.Dan dalam tempo yang telah ditentukan berdasarkan Surat Himbauan yang telah diajukan oleh kantor pelayanan pajak dalam jangka waktu satu minggu atau 7 hari kerja wajib pajak tidak juga mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisili atau bertempat tinggal.

Adapun tatacara pelaksanaan dari pengukuhan wajib pajak secara jabatan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:


(3)

a. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak menerima data wajib pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas pelaksana kegiatan Ekstensifikasi maupun Kantor Penyuluhan Pajak.

b. Selanjutnya data – data tersebut diteliti dan disesuaikan dengan data yang ada di Master File untuk mengetahi apakah wajib pajak telah terdaftar sebelumnya atau tidak.jika dalam hal

c. wajib pajak telah terdaftar sebelumnya , maka kepadanya akan diberikan NPWP yang sama dengan yang dimiliki sebelumnya.

d. Setelah itu petugas mengisi formulir permohonan pendaftaran dan selanjutnya menandatangani.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan keterangan – keterangan dari uraian dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya , dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Masih banyaknya warga yang belum terdaftar sebagai wajib pajak dan tidak mau mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak.

2. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti penting pajak dalam mengisi pembangunan yang ditunjukkan dengan ketidakmauan serta ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

3. Kurangnya keintensifan industri pajak untuk melakukan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti tentang apa itu pajak.

4. Banyaknya pihak–pihak yang sengaja menghindarkan diri dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan mengatasnamakan berbagai alasan.

B.SARAN

Adapun Saran yang dapat dikemukakan dari kesipulan diatas adalah:

1. Perlu adanya kesigapan serta keintensifan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak untuk menjaring setiap wajib pajak yang sengaja menghindar dari kewajiban perpajaknnya.


(5)

2. Perlu adanya perbaiakan serta peningkatan mutu dan kuailitas pelayanan kepada wajib pajak yang melaksanakan kewajiban perpajaknnya.dimana selama ini mutu.

3. pelayanan yang dirasakan oleh setiap wajib pajak terlalu jauh dari apa yang dharapkan , sehingga membuat mereka enggan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

4. Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak bai itu instansi swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi mengenai wajib pajak dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.

5. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal – hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu apa itu pajak , fungsi pajak , dampak dan serta kegunaannya bagi pembangunan dalam negara.

6. Perlu adanya penegakan Hukum yang jelas , sehingga tidak ada lagi yang melanggar setiap peraturan – peraturan hukum yang telah ditetapkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Budi,Raharjo,2007.Dasar Dasar Perpajakan Bagi Bendaharawan Sebagai

Pedoma Pelaksanaan Pemungutan/Pemotongan dan

Penyrtoran/Pelaporan,Jakarta:Eko Jaya.

Mardiasmo,2009, Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009 ,Yogyakarta : Penerbit Andi.

Mohammad, Zain,2004,Manajemen Perpajakan,Jakarta:Salemba Empat. Resmi,Siti,2009.Pajak Teori dan Kasus (buku satu) ,Jakarta :Salemba Empat.

Waluyo,dan Wirawan B.Ilyas,2009,Perpajakan Indonesia (Buku Satu).Jakarta:Salemba Empat.

Surat Edaran Nomor 60/PJ.9.G/2004, Tentang Perluasan Wajib pajak.

Surat Edaran Nomor 06/PJ.7/2004,Tentang Pengaruh Pelaksanaaan Ekstensifikasi Terhadap Jumlah Wajib Pajak.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009.Tentang Evaluasi Pelaksanaan Ekstensifikasi wajib pajak.

Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007.

Undang – Undang Pajak tahun 2007,Tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak.Jakarta,Mitra Wacana.