Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pasien yang terinfeksi HIV akan mengalami berbagai infeksi oportunistik akibat penurunan imunitas. 1,2 Infeksi oportunistik yang terjadi dapat terlihat secara sistemik, berupa infeksi paru, infeksi gastrointestinal, tumor dan keganasan, 3 serta infeksi oportunistik oral berupa peningkatan frekuensi penyakit mulut penderita. 4-8 Keadaan rongga mulut berperan penting dalam penentuan diagnostik dan prognosis pasien HIVAIDS. 4-7 Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lesi rongga mulut cenderung terlihat pada pasien yang terinfeksi HIV. Sebagai contoh, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa 85 pasien yang telah terinfeksi HIV mempunyai diagnosa lesi di rongga mulut. 6 Penelitian pasien HIV-positif lain yang dilakukan di Belgia, Yunani, dan Zaire menunjukkan hasil yang sama. 6 Selain itu, lesi oral pada pasien HIVAIDS juga dapat digunakan dalam penentuan stadium dan klasifikasi penyakit, berhubungan dengan jumlah CD4 pasien yang terinfeksi jumlah lesi oral akan meningkat jika jumlah CD4 kurang dari 200 selul darah, dan lain sebagainya. 4,5 Sejak kasus AIDS pertama kali dilaporkan oleh Michael Gottlieb pada pertengahan tahun 1981, 2 OHL termasuk lesi yang sering dihubungkan dengan infeksi HIV, 5 berfungsi sebagai penanda awal dari infeksi HIV, jumlah virus dan jumlah Limfosit-T CD4 dalam darah dan memprediksi perkembangan penyakit menjadi AIDS. 9-11 OHL pertama kali dilaporkan pada tahun 1984 oleh Greenspan dan merupakan salah satu infeksi virus pada individu dengan HIV-positif dengan prevalensi sekitar 25-53. 9,10 OHL adalah infeksi oportunistik virus yang disebabkan oleh EBV dan sering dihubungkan dengan infeksi HIV. 10-12 EBV adalah virus herpes yang menginfeksi hampir 90 dewasa muda di seluruh dunia. Kebanyakan infeksi EBV terjadi asimtomatik selama masa kanak-kanak, tetapi merupakan patogen oportunistik pada pasien immunosupresi, terkait dengan penyakit lymphoproliferative dan OHL. 10,12 Infeksi EBV menyebar dari orang ke orang melalui kontak dengan cairan terinfeksi. Kontak dengan saliva yang terinfeksi adalah rute penularan yang paling umum, tetapi infeksi EBV juga dapat menyebar melalui hubungan seksual dan ASI. Seperti virus herpes lainnya, EBV membentuk infeksi persisten sepanjang hidup pada inangnya. Akuisisi infeksi HIV merangsang reaktivasi infeksi EBV yang laten. EBV menginfeksi hampir 90 dari pasien terinfeksi HIV bahkan sebelum manifestasi klinis immunodefisiensi terlihat jelas. Meskipun tidak semua pasien terinfeksi HIV juga terinfeksi EBV tetapi kombinasi dari kedua infeksi tersebut akan menghasilkan OHL. 10-14 OHL tidak hanya terlihat pada pasien dengan HIVAIDS tetapi juga terlihat pada pasien dengan immunosupresi. Pertama kali dilaporkan pada tahun 1999 pada pasien berumur 56 tahun dengan akut limfositik leukemia dan kasus-kasus berikutnya dilaporkan juga OHL terlihat pada pasien yang menjalani transplantasi organ, dan pasien dengan malignansi hematologi. 10 Greenspan dkk pada sebuah studi potong silang periode Oktober 1982 - Januari 1986 yang dilakukan pada 55 pasien HIV dengan rentang umur 24-53 tahun melaporkan 64 dari 55 pasien tersebut terdapat OHL berdasarkan hasil biopsi. Berdasarkan gambaran klinis 98 dari 55 pasien lesi ditemukan di lateral lidah, 5 pada mukosa bukal. 13

1.2 Rumusan Masalah