Prevalensi Manifestasi Oral Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan

(1)

PREVALENSI MANIFESTASI ORAL

BALITA PENDERITA KEKURANGAN GIZI

DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MARTIN SURYA MARULITUA SITUMORANG NIM : 080600078

Pembimbing:

Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

Martin Surya Marulitua Situmorang

Prevalensi Manifestasi Oral Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan

xii+36 halaman

Status gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikomotor dan mental. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar di Sumatera Utara prevalensi gizi kurang dari 13,5 %.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan dengan cara memeriksa rongga mulut subyek penelitian, kemudian mencatatkannya ke dalam lembar rekam medis penelitian.

Subyek pada penelitian ini adalah anak balita berusia 0-59 bulan di Puskesmas Padang Bulan Medan yang berjumlah 18 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 12 perempuan. Kelompok usia 12 - 23 bulan 10 orang (55,6%), kelompok usia 24 – 35 bulan 5 orang (27,7%), kelompok usia 36 – 47 bulan 3 orang (16,7%). Pekerjaan orang tua wiraswasta 10 orang (55,6%), tukang/buruh bangunan 1 orang (5,6%), penarik becak 5 orang (27,7%), dan pekerjaan lain 2 orang (11,1%). Tingkat pendapatan keluarganya tinggi (diatas UMR) 4 orang (22,2 %) dan kelompok yang tingkat pendapatan keluarganya rendah (dibawah UMR) 14 orang (77,8%) Subyek yang jumlah keluarga yang tinggal satu rumah dengan subyek penelitian kurang atau sama dengan 4 orang (≤ 4 orang) sebanyak 12 orang (66,7%), serta subyek yang tinggal satu rumah dengan subyek penelitian lebih dari 4 orang (> 4 orang) sebanyak 6 orang (33,3%)


(3)

iii

Prevalensi manifestasi oral balita penderita kekurangan gizi pada penelitian in ditemukan 6 orang (33,3%) mengalami angular cheilitis, gangguan perkembangan enamel sebanyak 4 orang (22,2%), 2 orang dengan Early Childhood Caries (11,1%), dan Recurrent Apthous Stomatitis sebanyak 3 orang (16,7%)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kekurangan gizi pada balita menunjukkan adanya manifestasi pada rongga mulut balita. Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan perlu untuk diadakan bagi masyarakat terutama mengenai kesehatan gigi dan mulut terutama yang berkaitan dengan asupan gizi karena pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut terutama yang berkaitan dengan status gizi dan asupan masih sangat rendah terutama pada masyarakat dengan status ekonomi sosial rendah karena adanya manifestasi oral yang timbul

Kata kunci : Status gizi, anak balita, cross sectional. Daftar Rujukan : 32 (1986-2013)


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 8 Maret 2014

Pembimbing : Tanda Tangan

Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si. ... NIP : 195106111983032001


(5)

v

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 8 Maret 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si. ANGGOTA :1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi Manifestasi Oral pada Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, ayahku Drs. Marihat Situmorang, M. Komp. dan ibuku drg. Erita F. Manurung, yang telah berkorban materi maupun memberikan dorongan secara moril dan spiritual bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si. selaku dosen pembimbing. Bapak Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM. selaku dosen penguji I dan Ibu Nurdiana, drg., Sp. PM. selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, pengarahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM. selaku Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mulut Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG. selaku dosen Penasehat Akademik 4. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Kepala Puskesmas Padang Bulan Medan beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian.

6. Adik-adikku Margaretha Liliana Situmorang dan Markus Brilliant Mulyadi Situmorang serta seluruh keluarga besarku atas doa, semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.


(7)

vii

7. Sahabat terbaik penulis Gresita Yesi Elita Tampubolon, S.Psi. atas dukungan, ide, dan semangat yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis Rahmat S. Nababan, Harnaldes Limbong, Lamser E. Hutasoit, Feri F. Siagian, Gideon F. H. Pasaribu, Johan H. Sihite, Junaidy K. Situmorang, Chandra P.H. Pandiangan serta teman-teman yang lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang sangat berguna untuk penulisan skripsi ini.Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan,Maret 2014 Penulis

Martin Surya M. S. NIM. 080600078


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penulisan... 3

1.4. Manfaat Penulisan... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Status Gizi... 4

2.1.1. Pengertian Status Gizi... 4

2.1.2. Penilaian Status Gizi... 4

2.2. Kurang Gizi... 10

2.2.1. Definisi... 10

2.2.2. Masalah pada Kekurangan Gizi... 11

2.2.2.1.Kurang Energi-Protein (KEP)... 11

2.2.2.2.Kekurangan Vitamin A... 12

2.2.2.3.Kekurangan Yodium... 13

2.2.2.4.Anemia Gizi Besi (AGB)... 13

2.2.3. Penyebab Kekurangan Gizi... 13

2.3. Gambaran Klinis Penderita Kekurangan Gizi... 15

2.4. Manifestasi Oral akibat Kekurangan Gizi... 15

2.4.1. Early Childhood Caries... 15


(9)

ix

2.4.3. Penyakit Mukosa Oral... 16

2.4.3.1.Recurrent Apthous Stomatitis... 16

2.4.3.2.Glossitis... 17

2.4.3.3.Angular Cheilitis... 17

2.4.4. Penyakit Periodontal... 18

2.5. Kerangka Teori... 19

2.6. Kerangka Konsep... 20

BAB 3. METODE PENELITIAN... 21

3.1. Jenis Penelitian... 21

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 21

3.3. Populasi dan Sampel... 21

3.3.1. Populasi... 21

3.3.2. Sampel... 21

3.4. Variabel Penelitian... 22

3.4.1. Variabel Independent... 22

3.4.2. Variabel Dependent... 22

3.4.3. Variabel Perancu... 22

3.5. Definisi Operasional... 23

3.6. Sarana Penelitian... 25

3.6.1. Alat dan Bahan... 25

3.6.2. Formulir Pencatatan... 25

3.7. Cara Pengumpulan Data... 25

3.7.1. Data Demografi... 25

3.7.2. Data Klinik... 25

3.8. Pengolahan Data... 26

3.9. Analisis Data... 26

3.10. Etika Penelitian... 26

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 28

4.1. Data Demografis Subyek Penelitian... 28

4.2. Gambaran Klinis Pasien Kekurangan Gizi... 30

4.3. Persentase Manifestasi Oral pada Pasien Kekurangan Gizi... 30

BAB 5. PEMBAHASAN... 32

5.1. Demografi Subyek Penelitian... 32

5.2. Gambaran Klinis Subyek Penelitian... 33

5.3. Prevalensi Gangguan Perkembangan Enamel pada Balita Penderita Kekurangan gizi ... 33

5.4. Prevalensi ECC pada Balita Penderita Kekurangan Gizi... 33

5.5. Prevalensi RAS pada Balita Penderita Kekurangan Gizi... 34

5.6. Prevalensi Angular Cheilitis pada Balita Penderita Kekurangan Gizi ... 34


(10)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 35

6.1. Kesimpulan... 35

6.2. Saran... 35

DAFTAR PUSTAKA... 36 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kwashiorkor... 11 2. Marasmus... 12


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan... 8

Persen Terhadap Median 2. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z-Skor... 8

3. Angka Kecukupan Energi dan Protein... 11

4. Distribusi Data Demografi... 28

5. Distribusi Gambaran Klinis Pasien Kekurangan Gizi... 30


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Persetujuan Komite Etik Tentang Penelitian di Bidang Kesehatan 2. Surat Selesai Penelitian Dari Puskesmas Padang Bulan Medan 3. Lembar Penjelasan Kepada Subyek Penelitian

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 5. Lembar Rekam Medis Penelitian


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih. Di Indonesia, masalah kekurangan gizi merupakan masalah serius karena dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai dua ratus juta lebih penduduk, separuh dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus kurang gizi. 1

Bayi sampai anak berusia lima tahun, yang lazim disebut balita, dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi.1 Menurut Widodo, kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikomotor dan mental.2

Menurut Moyers, hubungan antara nutrisi yang didapat dan kesehatan gigi dan mulut seringkali menunjukkan karakteristik yang khas pada jaringan rongga mulut yang sensitif terhadap defisiensi nutrisi, sehingga apabila tubuh mengalami defisiensi nutrisi seringkali rongga mulut memperlihatkan efek defisiensi nutrisi tersebut. 3

Perkembangan gigi yang terhambat merupakan salah satu akibat pada rongga mulut yang disebabkan oleh kekurangan gizi.4 Selain itu, kekurangan gizi juga berperan dalam terjadinya karies, penyakit periodontal serta mukosa oral.5,6

Sweeny melaporkan bahwa prevalensi Linear Enamel Hypoplasia (LEH) pada anak-anak penderita kekurangan gizi tingkat 3 lebih tinggi dibandingkan dengan penderita kekurangan gizi tingkat rendah, perbandingan nya adalah 73% berbanding


(15)

xv

24 %.5 Penelitian di Lesotho tahun 2006, ditemukan 9 balita kekurangan gizi dengan lesi pada mukosa oral. 7

Secara nasional berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita 18,4 persen pada 2007 menjadi 17,9 persen pada 2010 sedangkan prevalensi gizi kurang tetap 13,0 persen. Di Provinsi Sumatera Utara, prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita adalah 13,5 persen.8 Pada tahun 2006, di Kota Medan, terdapat 6169 balita mengalami kurang gizi.9

Puskesmas Padang Bulan mempunyai wilayah kerja yang terdiri atas 6 kelurahan yakni kelurahan Titi Rante, Kelurahan Petisah Hulu, Kelurahan Babura, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Darat dan Kelurahan Padang Bulan. Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan terdiri atas 23 posyandu. Pada tahun 2012, terdapat 31 balita gizi kurang di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan.

Menurut Tenaga Kesehatan Gizi di Puskesmas Padang Bulan, status ekonomi orang tua dari penderita kekurangan gizi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan adalah menengah kebawah, bekerja sebagai pekerja tidak tetap, serta sering berpindah – pindah dan bukan merupakan penduduk tetap di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.

Berdasarkan data dan fakta tersebut, maka perlu dilakukan penelitian di Puskesmas Padang Bulan Medan untuk melihat manifestasi oral apa saja yang terjadi akibat kekurangan gizi khususnya pada balita.

1.2 Rumusan Masalah

1. Manifestasi oral apa saja yang terjadi pada rongga mulut balita penderita kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan ?

2. Berapa prevalensi manifestasi oral balita kekurangan gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan ?


(16)

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui manifestasi oral apa saja yang terjadi pada balita penderita kurang gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan

2. Untuk mengetahui prevalensi manifestasi oral pada balita penderita kekurangan gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan.

1.4 Manfaat Penulisan Manfaat teoritis:

1. Hasil penelitian dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai dasar dalam pembuatan program untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut balita, khususnya penderita kekurangan gizi.

2. Hasil penelitian dapat digunakan oleh mahasiswa kedokteran gigi sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai manifestasi oral yang terjadi pada penderita kekurangan gizi

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat luas mengenai hubungan antara kekurangan gizi dengan kondisi di rongga mulut, sehingga masyarakat lebih mengerti upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

Manfaat praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada dokter gigi dan dokter gigi spesialis akan adanya manifestasi oral yang terjadi pada penderita kurang gizi dalam penetapan prosedur penatalaksaan yang tepat dan menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya, khususnya di bidang gizi untuk menangani masalah pasien tersebut.


(17)

xvii BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gizi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yakni menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan, status gizi masyarakat dapat diketahui dan dinilai melalui penilaian, yaitu: antropometri, klinis, biokimia, biofisik.10

Kekurangan gizi adalah penyakit tidak menular dengan manifestasi di rongga mulut yang meliputi : gangguan perkembangan enamel, karies, penyakit mukosa oral, dan penyakit periodontal.4,5

2.1. Status Gizi

2.1.1. Pengertian Status Gizi

Menurut Robinson dan Weighley, status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh.1

2.1.2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. 10

Menurut Hartriyanti dan Triyanti, penilaian status gizi bertujuan untuk:

1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi. 2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada.

3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, danimplementasi untuk penilaian status gizi.


(18)

Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. 10

1. Antropometri A. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.11

B. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.11

Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut10

a. Berat Badan (BB)

BB mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang, untuk menilai status gizi biasanya BB dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan. 10

b. Tinggi Badan (TB)

Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin. TB yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu.10

c. Panjang Badan (PB)

Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB.10

d. Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar)


(19)

xix

atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus.10

e. Lingkar Dada

Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga bisa digunakan pada anak berusia 2 – 3 tahun.10

f. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat.10

g. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.11

C. Indeks Antropometri

1) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.11

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.11


(20)

2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.11

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.11

4) Lingkar Lengan Atas terhadap Umur (LILA/U)

Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan KEP (kekurangan energi dan protein) pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat darurat, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat.10

Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit.

i). Persen Terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.


(21)

xxi

Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median11

Status Gizi Indeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik >80% >90% >90%

Gizi Sedang 71 – 80% 81 – 90% 81 – 90%

Gizi Kurang 61 – 70% 71 – 80% 71 – 80%

Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70 %

ii). Persentil

Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.11

iii). Standar Deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.11

Rumus perhitungan Z – Skor :

Z – Skor = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan / Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor 12

Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

Gizi Lebih ≥ + 2 SD

Gizi Baik ≥ - 2 SD dan < + 2 SD

Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD


(22)

Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NCHS10 1) BB/U:

a. Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO-NCHS b. Gizi baik -2.0 SD s.d. +2.0 SD

c. Gizi kurang <-2.0 SD d. Gizi buruk <-3.0 SD 2) TB/U:

a. Normal > -2.0 SD baku WHO-NCHS b. Pendek (Stunted) < -2.0 SD

3) BB/TB:

a. Gemuk >2.0 SD baku WHO-NCHS b. Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD c. Kurus/Wasted <-2.0 SD d. Sangat kurus < 3.0 SD

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.11

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.11


(23)

xxiii 3. Biokimia

Beberapa tahap perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi dengan cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Cara ini dapat digunakan untuk mendeteksi keadaan defisiensi subklinis. Bersifat obyektif, bebas dari faktor emosi dan subyektif lain. Metode ini mampu merefleksikan kadar zat gizi tubuh total atau besarnya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi sehingga disebut uji biokimia statis.23

Cara lain untuk mengukur keadaan defisiensi subklinis adalah uji gangguan fungsional. Uji fungsional adalah pengukuran perubahan dalam aktivitas enzim spesifik atau kadar komponen darah spesifik tergantung zat gizi yang diberikan, pengukuran produksi metabolit abnormal, pengukuran fungsi fisiologi dan perilaku yang tergantung pada zat gizi spesifik.23

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.11

2.2. Kurang Gizi 2.2.1. Definisi

Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat tertentu di suatu tempat yang menyangkut multidisiplin dan selalu dikontrol dan berpengaruh terhadap pertumbuhan.1 Di pelbagai negara berkembang, ada masalah-masalah yang sangat penting sebagai masalah yang umum dijumpai pada kekurangan gizi, yakni kurang energi-protein, kurang vitamin A, kurang yodium, dan anemia gizi besi (AGB). 12,13


(24)

2.2.2. Masalah pada Kekurangan Gizi 2.2.2.1. Kurang Energi-Protein (KEP)

Kurang energi-protein disebut juga Protein-Calori Malnutrition atau Protein Energy Malnutrition adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan kalori dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.12

Tabel 3. Angka Kecukupan Energi dan Protein (Per Orang Per Hari)1 Umur

(Bulan)

Berat Badan (KG)

Tinggi Badan (CM)

Energi (Kkal)

Protein (Gram)

0-6 5,5 60 560 12

7-12 8,5 71 800 15

13-36 12 90 1250 23

37-47 15 100 1500 28

48-72 18 110 1750 32

Secara klinis KEP terbagi dalam 3 tipe, yaitu:

1. Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis berwarna kemerahan, cengeng, rewel dan apatis, otot mengecil, bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas, sering disertai penyakit infeksi akut seperti diare dan anemia.12


(25)

xxv

2. Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.12

Gambar 2. Marasmus15

3. Marasmus Kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus12

2.2.2.2. Kekurangan Vitamin A

Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, dibutuhkan vitamin. Salah satu jenis vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A (retinol) yang berfungsi menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir, memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya.12 Apabila tubuh kekurangan vitamin A, maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam menerima cahaya, kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan xeropthalmia, serta meningkatnya kemungkinan menderita penyakit infeksi. Pada anak yang mengalami kekurangan vitamin A berat, angka kematian meningkat hingga 50 %.12


(26)

2.2.2.3. Kekurangan Yodium

Kekurangan yodium atau dewasa ini dikenal sebagai gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah salah satu masalah gizi kurang yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia yang sering terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium.12 Yodium diperlukan untuk membentuk hormon tiroksin yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin hinggga dewasa. Akibat dari kekurangan yodium saat ini tidak hanya perbesaran kelenjar thyroid, melainkan juga lebih luas mulai dari keguguran, lahir mati, kretin, cacat bawaan, dan hipotiroid. Kretin merupakan akibat yang paling berbahaya karena tidak hanya fisik yang terkena, tetapi yang paling penting adalah gangguan pada perkembangan otak.12,13

2.2.2.4. Anemia Gizi Besi (AGB)

Anemia gizi besi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut.12 Di negara-negara dengan prevalensi anemia lebih besar dari 20 persen, penyebab anemia adalah defisiensi Fe (Zat Besi) atau kombinasi kekurangan zat besi dengan kondisi lainnya seperti status sosio-ekonomi. Sebuah penelitian di Manado pada tahun 2002 terhadap 30 ibu hamil menunjukkan adanya hubungan positif antara status sosial ekonomi terhadap kadar serum ferritin darahnya. Pada kelompok bayi dan anak-anak, anemia dihubungkan dengan perilaku dan pengembangan kecerdasan.12,13

2.2.3. Penyebab Kekurangan Gizi

Menurut Wong (1990), Seseorang dapat mengalami kekurangan gizi karena disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Konsumsi makanan yang tidak mencukupi. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah daya beli, ketersediaan makanan, ketidaksukaan, ataupun alergi.2


(27)

xxvii Contohnya :

a. Menghindari makan buah-buahan dan sayuran (defisiensi vitamin A,C) b. Menghindari makan daging, telur, dan susu (defisiensi vitamin B12, protein,

Fe, Zn)

c. Menghindari minum susu (defisiensi Ca, vitamin B 2)

2. Peningkatan pengeluaran gizi dari dalam tubuh.2 Contohnya :

a. Terjadi perdarahan (defisiensi Fe)

b. Mengalami diare, fistula/abnormalitas kelenjar tubuh (defisiensi protein, Zn, cairan, elektrolit)

c. Adanya pengeringan abses atau luka (defisiensi protein, Zn)

d. Mengalami sindrom nefrotik/gangguan ginjal (defisiensi protein, Zn) e. Muntah (defisiensi cairan, elektrolit, kalori, zat gizi lainnya)

3. Kebutuhan gizi yang meningkat pada kondisi tertentu.2 Contohnya:

a. Menderita demam (defisiensi kalori, vitamin B1) b. Hipertiroidisme (defisiensi kalori)

c. Kondisi sehabis operasi, menderita trauma, luka bakar, dan infeksi (defisiensi kalori, protein, vitamin C, Zn)


(28)

4. Penyerapan makanan dalam sistem pencernaan yang mengalami gangguan.2 Contohnya:

a. Penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya obat anti kejang (defisiensi berbagai zat gizi)

b. Malabsorpsi (defisiensi kalori, vitamin A,D,E,K, protein, Ca, Mg, dan Zn) c. Adanya parasit/kuman(defisiensi Fe)

5. Gangguan pengguaan gizi setelah diserap.2

Contohnya: Adanya kelainan metabolisme dari bawaan (faktor keturunan)

2.3. Gambaran Klinis Penderita Kekurangan Gizi

Gambaran klinis penderita kekurangan gizi berupa pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah sehingga tubuh kelihatan kurus. Perubahan yang terjadi pada kulit adalah kulit menjadi kering dan kasar. Apabila terjadi luka atau trauma, maka akan terjadi hyperpigmentasi pada kulit. Kuku menjadi rapuh dan mudah retak. Rambut akan kelihatan tipis, sedikit, mudah rontok dan berwarna coklat kemerah-merahan.18

2.4. Manifestasi Oral akibat Kekurangan Gizi

Manifestasi oral yang sering terjadi oleh karena kekurangan gizi adalah Early Childhood Caries (ECC), Gangguan Perkembangan Enamel, Penyakit Mukosa Oral, serta Penyakit periodontal.4,5,6


(29)

xxix 2.4.1. Early Childhood Caries

Early Childhood Caries atau sering disebut juga nursing caries, nursing bottle caries, rampant caries, baby bottle tooth decay, milk bottle caries, labial caries and caries of the incisors adalah karies yang mengenai gigi-gigi anterior sulung, molar bawah sulung dan kaninus bawah yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni, bakteri kariogenik, karbohidrat, host (pejamu), dan waktu. Kekurangan energi protein paa saat pembentukan gigi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap karies, erupsi yang terlambat. Selain itu, berpengaruh juga terhadap kelenjar saliva sehingga resiko terjadinya karies meningkat. 7,8

2.4.2. Gangguan Perkembangan Enamel

Gigi merupakan struktur paling padat dalam tubuh dengan kandungan kalsium terbesar. Defisiensi kalsium saat perkembangan menyebabkan enamel hipoplasia, dan akhirnya meningkatkan insidensi karies. Defisiensi vitamin A, D dan Kekurangan Energi-Protein dikaitkan dengan hipoplasia enamel dan atropi kelenjar saliva. Penggunaan floride yang berlebihan saat enamel sedang terbentuk ( sampai dengan usia 6 tahun ) dapat menyebabkan flourosis gigi.4,16

2.4.3. Penyakit Mukosa Oral

Jaringan rongga mulut terdiri dari sel-sel yang selalu mengalami pergantian sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang cukup. Kekurangan gizi dapat menyebabkan atrofi, peradangan dan terbentuknya celah (fissure) pada mukosa bibir, dan angular cheilitis, yang sebagian besar disebabkan tingginya proses pergantian sel di labial commisures. Status nutrisi yang suboptimum juga akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi mulut.17

Recurrent apthous stomatitis, glossitis, serta angular cheilitis merupakan penyakit pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh kekurangan gizi terutama vitamin B dan defisiensi zat besi.18


(30)

2.4.3.1. Recurrent Apthous Stomatitis

Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) kondisi pada mukosa oral yang menyakitkan yang paling sering ditemui pada pasien. Berupa lesi yang muncul berulang-ulang, berjumlah lebih dari satu, kecil, berbentuk lingkaran atau oval dengan batas jelas dan dasar berwarna kuning atau abu-abu dan dikelilingi oleh erythematous haloes.19

Dapat digolongkan menjadi tiga variasi klinis menurut klasifikasi oleh Stanley: 1. RAS minor dikenal juga dengan Miculiz’s aptahe. Merupakan varian yang paling umum dijumpai, hampir 80% dari RAS tersebut. Berukuran dari 8 hingga 10 mm, dijumpai pada permukaan mukosa non-keratin misalnya, mukosa labial, mukosa bukkal, dan dasar mulut.19

2. RAS mayor dikenal juga dengan penyakit Sutton. Ditemukan pada 10-15% pasien. Berukuran lebih dari 1 cm. Lokasi yang paling sering terkena adalah bibir, palatum lunak. Dorsum lidah dan gingiva sering terlibat. Ulkus menetap selama 6 minggu dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.19

3. Herpertiform ulceration dicirikan ulkus berulang dan banyak; berjumlah lebih dari 100. Berdiameter kecil 3-4 mm. Lesi-lesi tersebut dapat menyatu membentuk ulkus besar yang tidak beraturan.19

2.4.3.2. Glossitis

Glositis adalah suatu kondisi yan dicirikan dengan lidah yang membesar, smooth-looking tongue yang disertai dengan perubahan warna. Gambaran klinisnya adalah hilangnya papila-papila lidah dan lidah membengkak.20

2.4.3.3. Angular Cheilitis

Angular cheilosis atau dikenal juga dengan perleche merupakan lesi yang terjadi pada sudut mulut. Pada kebanyakan kasus, disebabkan oleh infeksi bakteri pada saliva yang berkumpul pada lapisan kulit yang tipis pada sudut mulut. Penyebab


(31)

xxxi

lain dari penyakit ini adalah defisiensi dari vitamin dan mineral tertentu, contohnya zat besi dan vitamin B.21 Gejala umum dari penyakit ini adalah mulut kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur yan diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Gambaran klinis yang paling sering adalah berupa daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga atau dapat berupa atropi, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang.22

2.4.4. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal termasuk inflamasi gingiva dan kehilangan perlekatan jaringan lunak dengan gigi serta resorpsi tulang alveolar yang akhirnya kehilangan gigi, umumnya dialami oleh orang dewasa, namun dapat juga dialami oleh orang muda.16

Meskipun bukti ilmiah mendukung fakta bahwa patogenesis dari periodontitis melibatkan bakteri anaerob rongga mulut dan kerusakan jaringan sebagai hasil dari interaksi kompleks antara bakteri patogen dengan respons pejamu terhadap infeksi, beberapa faktor lokal dan sistemik dikaitkan dengan resiko ataupun tingkat keparahan penyakit periodontal. Gizi berperan penting dalam menjaga kesehatan jaringan periodontal, dan aspek nutrisi yang lain sebagai faktor pendukung yang lain.18


(32)

Manifestasi Oral

2.5. Kerangka Teori

`

1. Karies

2. Gangguan Perkembangan Enamel

3. Penyakit Mukosa Oral

- Recurrent Apthous Stomatitis - Glossitis

- Cheilosis

4. Penyakit Periodontal

Kurang Gizi

Penilaian Status Gizi

Gambaran Klinis

1. Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah sehingga tubuh kelihatan kurus 2. Kulit kering dan kasar

3. Hyperpigmentasi pada kulit saat terjadi luka atau trauma

4. Kuku menjadi rapuh dan mudah retak 5. Rambut kelihatan tipis, sedikit, mudah

rontok dan berwarna coklat kemerah-merahan

Antropometri

Pemeriksaan Klinis

Biokimia Biofisik


(33)

xxxiii 2.6. Kerangka Konsep

MANIFESTASI ORAL

1. Karies

2. Gangguan Perkembangan Enamel 3. Penyakit Mukosa Oral

- Recurrent Apthous Stomatitis - Glossitis

- Cheilosis

4. Penyakit Periodontal

Kurang Gizi

ANTROPOMETRI


(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi manifestasi oral yang terdapat pada penderita kekurangan gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan karena tahun 2012 ditemukannya 31 penderita kekurangan gizi dan dirawat di puskesmas ini. Waktu penelitian adalah Agustus 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien balita yang dirawat di Puskesmas Padang Bulan Medan pada bulan Juli 2013 - Agustus 2013.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah para balita penderita kekurangan gizi yang dirawat di Posyandu di lingkungan Puskesmas Padang Bulan Medan. Metode pemilihan sampel adalah dengan accidental non probability sampling dimana pemilihan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria pada waktu yang ditentukan sesuai dengan konteks penelitian.24

A. Kriteria inklusi kelompok sampel penderita kekurangan gizi : Balita kekurangan gizi laki-laki dan perempuan usia 0-59 bulan Pasien yang dapat membuka mulut dengan baik


(35)

xxxv

Pasien yang bersedia menjadi subyek penelitian dan orangtua pasien setuju dan bersedia menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

B. Kriteria eksklusi kelompok sampel penderita kekurangan gizi:

Pasien yang di pertengahan penelitian tidak bersedia lagi menjadi subyek penelitian

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Independent : Balita Penderita kekurangan gizi

3.4.2. Variabel Dependent :Gangguan perkembangan enamel

Karies

Penyakit mukosa oral Penyakit periodontal

3.4.3. Variabel Perancu :Penyakit sistemik lain

Obat-obatan yang digunakan


(36)

3.5. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Satuan Ukur Skala Ukur Alat Pengukuran Balita Penderita Kekurangan Gizi

Bayi dan anak berusia 0-59 bulan yang menderita kekurangan gizi dan dirawat di posyandu di lingkungan Puskesmas Padang Bulan Medan

Persentase (%) Kategori (Tinggi, Normal, Rendah) Antropometri (Berat Badan Menurut umur) Pemeriksaan Klinis Gangguan Perkembangan Enamel

Gangguan yang terjadi pada gigi desidui maupun gigi permanen yang berupa kehilangan permukaan yang licin dari gigi ( pada pit dan fisur, maupun enamel yang hilang )

Kategori Pemeriksaan Intra Oral

Early Childhood Caries

Karies yang mengenai gigi-gigi anterior sulung, molar bawah sulung dan kaninus bawah yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni, bakteri kariogenik, karbohidrat, host (pejamu), dan waktu

Pemeriksaan Intra Oral

Recurrent Apthous Stomatitis

Lesi yang berbentuk lingkaran atau oval, muncul berulang-ulang,

Pemeriksaan Intra Oral


(37)

xxxvii dengan batas jelas dan dasar berwarna kuning atau abu-abu dan dikelilingi oleh erythematous haloes Glositis Suatu keadaan dimana

terjadi smooth-looking tongue disertai dengan perubahan warna dengan gambaran klinis

hilangnya papila-papila lidah dan lidah

membengkak

Pemeriksaaan Intra Oral

Angular Cheilitis

Lesi terjadi pada sudut mulut berupa daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga atau berupa atropi, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang

Pemeriksaan Intra Oral

Penyakit periodontal

Inflamasi gingiva dan kehilangan perlekatan jaringan lunak dengan gigi, resorpsi tulang alveolar yang akhirnya kehilangan gigi

Pemeriksaan Intra Oral


(38)

3.6. Sarana Penelitian 3.6.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan dalam rongga mulut adalah kaca mulut, sonde, pinset, sarung tangan, masker, kapas, serta lampu senter.

3.6.2. Formulir Pencatatan

Formulir pencatatan terdiri dari blanko Kartu Menuju Sehat (KMS) dan blanko rekam medis yang mencakup hasil pengukuran berat badan serta tinggi/ panjang badan balita serta data demografi (nama, alamat, usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua) dan data klinik subjektif dan objektif (pemeriksaan ekstra oral dan intra oral.

3.7. Cara Pengumpulan Data 3.7.1. Data Demografi

Data demografi diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada orang tua/ wali dari penderita kekurangan gizi dan melalui data sekunder yang diperoleh di Puskesmas.

3.7.2. Data Klinik

Data klinik dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan rongga mulut terhadap subjek sebagai berikut :

Subjek didudukkan dengan keadaan rileks, posisi pemeriksa berdiri di depan subjek (jika subjek tidak bisa duduk, pemeriksaan dilakukan dengan posisi terlentang).

Pemeriksaan klinis dilakukan peneliti dengan menggunakan kaca mulut dan lampu senter dan dibantu asisten peneliti.

Setelah itu, dilakukan pencatatan dengan mencatat lesi-lesi rongga mulut dan lokasi lesi yang terlihat pada subjek pada blanko rekam medik terutama lesi-lesi yang sudah ditentukan.


(39)

xxxix 3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan.

3.9. Analisis Data Analisis Univariat

Analisis univariat (analisis deskriptif) bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi :

1. Distribusi dan frekuensi pekerjaan orang tua

2. Distribusi dan frekuensi tingkat pendapatan orangtua

3. Distribusi dan frekuensi jumlah keluarga yang tinggal satu rumah 4. Distribusi dan frekuensi gambaran klinis pasien kekurangan gizi

5. Distribusi dan frekuensi manifestasi oral pada pasien kekurangan gizi 6. Distribusi dan frekuensi manifestasi oral berdasarkan usia dan jenis kelamin

3.10. Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 24 1.Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clerance)

Peneliti mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik penelitian kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela kepada orangtua/wali dari balita kekurangan gizi untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi orangtua/wali yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan subjek penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.


(40)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti karena data yang akan ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing subjek.


(41)

xli

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografis Subyek Penelitian

Data demografis subyek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi data demografi jenis kelamin, usia, pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah.

Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah/Persentase

Jenis Kelamin a. Perempuan 12 (66,7%)

b. Laki-laki 6 (33,3%)

Usia (bulan) a. 0 – 11 0 (0%)

b. 12 – 23 10 (55,6%)

c. 24 – 35 5 (27,7%)

d. 36 – 47 3 (16,7%)

e. 48 – 60 0 (0%)

Pekerjaan Orang Tua a. Wiraswasta 10 (55,6%)

b. Supir 0 (0%)

c.Tukang/BuruhBangunan 1 (5,6%) d. Penarik Becak 5 (27,7%) e. Pekerjaan Lain 2 (11,1%)

f. Tidak Bekerja 0 (0%)

Tingkat Pendapatan Keluarga

a. Tinggi ( Diatas UMR ) 4 (22,2%) b. Rendah (Dibawah UMR) 14 (77,8%) Jumlah Anggota Keluarga ≤ 4 Orang 12 (66,7%)


(42)

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa jumlah subyek pada penelitian ini adalah 18 orang subyek yang terdiri dari 6 orang subyek laki-laki dan 12 orang subyek perempuan. Rentang usia dari subyek penelitian dari usia 12 - 47 bulan yang terbagi dalam beberapa kelompok usia, yaitu kelompok usia 12 - 23 bulan sebanyak 10 orang (55,6%), kelompok usia 24 – 35 bulan sebanyak 5 orang (27,7%), kelompok usia 36 – 47 bulan sebanyak 3 orang (16,7%).

Berdasarkan pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu kelompok subyek yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 10 orang (55,6%), sebagai tukang/buruh bangunan sebanyak 1 orang (5,6%), sebagai penarik becak sebanyak 5 orang (27,7%), dan pekerjaan lain sebanyak 2 orang (11,1%). Subyek penelitian dikelompokkan juga menurut tingkat pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan subjek penelitian. Berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaiut kelompok yang tingkat pendapatan keluarganya tinggi (diatas UMR) sebanyak 4 orang (22,2 %) dan kelompok yang tingkat pendapatan keluarganya rendah (dibawah UMR) sebanyak 14 orang (77,8%). Berdasarkan jumlah keluarga yang tinggal satu rumah dengan subyek penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang jumlah keluarga yang tinggal satu rumah dengan subyek penelitian kurang atau sama dengan 4 orang (≤ 4 orang) sebanyak 12 orang (66,7%), serta kelompok yang jumlah keluarga yang tinggal satu rumah dengan subyek penelitian lebih dari 4 orang (> 4 orang) sebanyak 6 orang (33,3%).

4.2. Gambaran Klinis Pasien Kekurangan Gizi


(43)

xliii

Tabel 5. Distribusi gambaran klinis pasien kekurangan gizi

Variabel Jumlah

Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah (kelihatan kurus)

18

Kulit Kering 14

Hyperpigmentasi pada kulit akibat luka 12

Kuku Rapuh 1

Rambut kelihatan tipis dan berwarna coklat kemerah-merahan 18

Pada tabel 5 terlihat bahwa seluruh pasien kekurangan gizi yaitu 18 orang memiliki gambaran klinis pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah serta memiliki rambut yang kelihatan tipis dan berwarna coklat kemerah-merahan. Gambaran klinis lain yang dijumpai pada penelitian ini adalah kulit kering yang dijumpai pada 14 orang, hyperpigmentasi pada kulit akibat luka dijumpai pada 12 orang, dan 1 orang subyek memiliki gambaran klinis kuku rapuh.

4.3. Persentase Manifestasi Oral Pada Pasien Kekurangan Gizi

Persentase manifestasi oral pada pasien balita kekurangan gizi dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi manifestasi oral pada pasien balita kekurangan gizi

Variabel Jumlah (Persentase)

Gangguan Perkembangan Enamel 4 (22,2%)

Early Childhood Caries 2 (11,1%)

Recurrent Apthous Stomatitis 3 (16,7%)

Glossitis 0 (0%)

Angular Cheilitis 6 (33,3%)

Penyakit Periodontal 0 (0%)


(44)

Pada tabel 6 terlihat bahwa pada balita penederita kekurangan gizi kebanyakan mengalami angular cheilitis yaitu 6 orang (33,3%). Manifestasi oral lain yang dijumpai pada penelitian ini adalah Gangguan Perkembangan Enamel sebanyak 4 orang (22,2%), 2 orang dengan Early Childhood Caries (11,1%), dan Recurrent Apthous Stomatitis sebanyak 3 orang (16,7%).


(45)

xlv

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Demografi Subjek Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 18 orang subjek yang terdiri dari 33% persen subjek laki-laki dan 67 % subjek perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sari Purwaningrum yang menemukan hasil bahwa persentase penderita kekurangan gizi lebih banyak pada perempuan (53,6%) dibandingkan dengan laki-laki (46,4%).23 Hal ini disebabkan karena balita berjenis kelamin laki-laki mendapatkan asupan nutrisi yang lebih dibandingkan dengan balita perempuan karena masyarakat beranggapan laki-laki membutuhkan asupan energi yang lebih sebab laki-laki-laki-laki lebih banyak mengeluarkan tenaga daripada perempuan. 24

Subyek pada penelitian ini paling banyak berusia dibawah 36 bulan yakni sebanyak 15 orang (83,3%), sesuai dengan penelitian Nasution (2009) yang menyatakan bahwa 50% dari subyek penelitian tersebut berusia kurang dari 36 bulan mengalami kekurangan gizi, dimana hal ini disebabkan karena pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam ukuran, jumlah, besar, dan fungsi sel. Ada tiga fase berbeda dalam pertumbuhan, yakni kecepatan pertumbuhan yang tinggi saat masih janin, lalu penurunan kecepatan pertumbuhan hingga mendekati usia 3 tahun. 25

Berdasarkan jumlah anggota keluarga yang tinggal 1 rumah dengan subyek penelitian menunjukkan hasil 12 orang balita tinggal dengan ≤ 3 orang anggota keluarga yang lain, bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa 61% dari balita penderita kurang gizi berasal dari keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang. Menurut literatur, semakin besar anggota keluarga, semakin besar persentase status gizi kurang yang dialami balita ; jumlah anggota keluarga seringkali merupakan fakto resiko terjadinya kurang gizi yang merupakan manifestasi dan indikator kemiskinan. 26


(46)

5.2. Gambaran Klinis Subyek Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat gambaran klinis dari status gizi kurang yang didapati pada seluruh subyek penelitian yakni pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah serta rambut kelihatan tipis dan berwarna coklat kemerah-merahan

5.3. Prevalensi Gangguan Perkembangan Enamel pada Balita Penderita Kekurangan Gizi

Perkembangan enamel sangat sensitif terhadap gangguan-gangguan yang terjadi baik pada saat perkembangan di dalam rahim maupun saat balita. Gangguan perkembangan dapat terjadi pada tahap awal perkembangan gigi, diakibatkan beberapa faktor diantaranya pada trimester pertama kehamilan, kurangnya asupan nutrisi. Gangguan perkembangan enamel yang terjadi berupa hilangnya permukaan yang licin dari gigi baik pada pit, fisur, maupun hilangnya keseluruhan enamel.27 Pada penelitian ini, ditemukan 4 orang subyek penelitian (22,2%) mengalami gangguan perkembangan enamel.

5.4. Prevalensi Early Childhood Caries pada Balita Penderita Kekurangan Gizi

Pada penelitian ini ditemukan Early childhood caries terdapat pada 2 orang (11,1%) balita dengan status gizi kurang. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Linjewile-Marealle pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada kelompok balita dengan status gizi kurang dibandingkan dengan kelompok balita dengan status gizi baik.28 Menurut literatur, kekurangan gizi pada balita yang berlanjut sampai usia yang lebih tua dapat menyebabkan turunnya laju aliran saliva, dimana hal itu dapat mengakibatkan kenaikan resiko terkena karies.29


(47)

xlvii

5.5. Prevalensi Recurrent Apthous Stomatitis pada Balita Penderita Kekurangan Gizi

Pada penelitian ini, ditemukan 3 orang balita dengan status gizi kurang (16,7%) mengalami Recurrent Apthous Stomatitis. Penelitian sebelumnya menyimpulkan Recurrent Apthous Stomatitis lebih sering terjadi pada anak dengan sistem imun yang turun, kekurangan gizi, malabsorbsi, dan hal ini bersesuaian dengan pernyataan yang menyatakan bahwa status gizi yang baik dan pertahanan imun yang baik berkontribusi terhadap pencegahan recurrent apthous stomatitis.30,31

5.6. Prevalensi Angular Cheilitis pada Balita Penderita Kekurangan Gizi

Pada penelitian ini, ditemukan 6 orang balita dengan status gizi kurang (33,3%) mengalami Angular Cheilitis. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Lesotho menemukan 2 orang balita dengan status gizi kurang mengalami angular cheilitis. Angular cheilitis terjadi pada balita defisiensi nutrisi karena defisiensi nutrisi menyebabkan sistem imun menurun dan sehingga mudah terserang virus dan bakteri.32


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Balita yang kekurangan gizi lebih banyak dialami oleh perempuan, berusia dibawah 36 bulan, orang tua bekerja sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan keluarga dibawah UMR, dan jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah ≤ 4 orang.

6.1.2. Manifestasi oral pada balita penderita kekurangan gizi yang sering terjadi adalah Angular Cheilitis (33,3%), Gangguan Perkembangan Enamel (22,2%), Recurrent Apthous Stomatitis (16,7%), Early Childhood Caries (11,1%)

6.2. Saran

6.2.1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prevalensi manifestasi oral pada balita kurang gizi dengan jumlah sampel penelitian yang lebih banyak.

6.2.2. Perlu ditingkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat terutama mengenai kesehatan gigi dan mulut terutama yang berkaitan dengan asupan gizi karena pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut terutama yang berkaitan dengan status gizi dan asupan masih sangat rendah terutama pada masyarakat dengan status ekonomi sosial rendah.


(49)

xlix DAFTAR RUJUKAN

1. Adriani M, Wirjatmadi B. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2012: 204-8. 2. Widodo R. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta: EGC, 2010: 3, 14-5.

3. Anonimus. Pengaruh Nutrisi Terhadap Jaringan Lunak Mulut.

http://www.scribd.com/doc/112533973/8-pengaruh-nutrisi-terhadap-jaringan-lunak-mulut-fix. (12 Januari 2013).

4. Moynihan PJ. The Role of Diet and Nutrition in the Etiology and Prevention of Oral Diseases. Bulletin of The World Health Organization, 2005: 83: 694-9.

5. Touger-Decker R, Sirois DA, Mobley CC. Nutrition and Oral Medicine. Ottawa: Humana Press, 2012: 107-23.

6. Naidoo S. Oral Health and Nutrition.

7. Linjewile-Marealle, N. Oral Health and Nutritional Status of the Children Under Five Years. Tesis. Lesotho, 2006.

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011.

9. Dinas Kesehatan Kota Medan. Medan Dalam Angka 2007. Medan: Pemerintah Kota Medan, 2008: 85.

10. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC, 2001: 18-20, 56-8, 69-79.

11. Hartriyanti Y, Triyanti. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Raja Grafindo, 2007: 261-9. 12. Kurnia Dewi ABF, Pujiastuti N, Fajar I. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013: 73-9.

13. Santoso S, Lies Ranti A. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009: 70-82. 14. Handayani Eldi W. Kekurangan Energi Protein.

(1Februari2013).


(50)

15. Prime Health Channel. Marasmus (1Februari2013).

16. Monte CMG. Malnutrition: a secular challenge to child nutrition.J. pediatr. (Rio J.). 2000; 76 (Supl.3): 285-297.

17. Moynihan PJ. The Role of Diet and Nutrition in The Ethiology and Prevention of Oral Diseases. Bulletin of World Health Organization 2005; 83: 694-9.

18. Crespo R, Planels del Pozo P, Garcia RR.Epidemiology of the most common oral mucosal diseases in children. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2005;10:376-87. 19. Majonara, et al. Oral mucosal lesions in children from 0 to 12 years old: ten years’ experience. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2010;110:13-8. 20. Ibraheem SAR. Evaluation the relation between the nutrient deficiency and oral

manifestation in Najaf city.

2013).

21. Anonimus. Wikipedia. Angular cheilitis.


(51)

xlix DAFTAR RUJUKAN

1. Adriani M, Wirjatmadi B. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2012: 204-8. 2. Widodo R. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta: EGC, 2010: 3, 14-5.

3. Anonimus. Pengaruh Nutrisi Terhadap Jaringan Lunak Mulut.

http://www.scribd.com/doc/112533973/8-pengaruh-nutrisi-terhadap-jaringan-lunak-mulut-fix. (12 Januari 2013).

4. Moynihan PJ. The Role of Diet and Nutrition in the Etiology and Prevention of Oral Diseases. Bulletin of The World Health Organization, 2005: 83: 694-9.

5. Touger-Decker R, Sirois DA, Mobley CC. Nutrition and Oral Medicine. Ottawa: Humana Press, 2012: 107-23.

6. Naidoo S. Oral Health and Nutrition.

7. Linjewile-Marealle, N. Oral Health and Nutritional Status of the Children Under Five Years. Tesis. Lesotho, 2006.

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011.

9. Dinas Kesehatan Kota Medan. Medan Dalam Angka 2007. Medan: Pemerintah Kota Medan, 2008: 85.

10. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC, 2001: 18-20, 56-8, 69-79.

11. Hartriyanti Y, Triyanti. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Raja Grafindo, 2007: 261-9. 12. Kurnia Dewi ABF, Pujiastuti N, Fajar I. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013: 73-9.

13. Santoso S, Lies Ranti A. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009: 70-82. 14. Handayani Eldi W. Kekurangan Energi Protein.

(1Februari2013).


(52)

15. Prime Health Channel. Marasmus (1Februari2013).

16. Monte CMG. Malnutrition: a secular challenge to child nutrition.J. pediatr. (Rio J.). 2000; 76 (Supl.3): 285-297.

17. Moynihan PJ. The Role of Diet and Nutrition in The Ethiology and Prevention of Oral Diseases. Bulletin of World Health Organization 2005; 83: 694-9.

18. Crespo R, Planels del Pozo P, Garcia RR.Epidemiology of the most common oral mucosal diseases in children. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2005;10:376-87. 19. Majonara, et al. Oral mucosal lesions in children from 0 to 12 years old: ten years’ experience. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2010;110:13-8. 20. Ibraheem SAR. Evaluation the relation between the nutrient deficiency and oral

manifestation in Najaf city.

2013).

21. Anonimus. Wikipedia. Angular cheilitis.


(53)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Ibu, Bapak, dan adik-adik,

Perkenalkan nama saya Martin Surya Marulitua Situmorang , saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada Bapak/Ibu bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi Manifestasi Oral Pada Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan-kelainan pada rongga mulut apa saja yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai dasar dalam pembuatan program untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut balita, khususnya penderita kekurangan gizi. Dan bagi masyarakat agar masyarakat mengetahui adanya hubungan antara kekurangan gizi dengan kondisi di rongga mulut, sehingga masyarakat lebih mengerti upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut

Saya akan mencatat identitas balita dari Bapak/Ibu, lalu saya akan melakukan pemeriksaan, adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan menimbang berat badan balita dari Bapak/Ibu untuk mengetahui status gizi adik-adik, setelah itu , saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang balita dari Bapak/ Ibu rasakan dan kemudian melihat rongga mulut balita dari Bapak/ Ibu. Apabila dijumpai adanya kelainan , saya mohon kesediaan Bapak/Ibu memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut.

Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang adik-adik alami, silahkan hubungi saya, Martin Surya Marulitua Situmorang (HP: 082365701705).

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu , saya ucapkan banyak terima kasih

Peneliti


(54)

INFORMED CONSENT

Saya yang namanya tersebut di bawah ini:

Nama :

Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, / / 2013

Peneliti Peserta

Penelitian


(55)

REKAM MEDIK PENELITIAN

PREVALENSI MANIFESTASI ORAL PENDERITA

KEKURANGAN GIZI DI PUSKESMAS PADANG BULAN

MEDAN

No :

Tanggal Pemeriksaan :

1. Nama :

A. DATA DEMOGRAFI

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Alamat :

5. Pekerjaan Orang tua : 6. Pendapatan per bulan : 7. Jumlah keluarga dalam satu rumah :

1. Keluhan Subyektif : B. ANAMNESIS

a. Sakit :

b. Rasa Tidak Nyaman : c. Mulut Kering : d. Lain-lain :


(56)

2. Riwayat Medis : Ya Tidak a. Apakah saat ini sedang mengalami masalah kesehatan seperti

muntah dan diare?

b. Apakah saat ini sedang mengonsumsi obat? Jika ya, sebutkan:

c. Apakah ada alergi terhadap obat tertentu? Jika ya, sebutkan:

d. Apakah saat ini sedang menderita suatu penyakit tertentu? Jika ya, sebutkan:

1. Pemeriksaan Klinis C. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah (kelihatan kurus)

b. Kulit Kering

c. Hyperpigmentasi pada kulit akibat luka d. Kuku Rapuh

e. Rambut kelihatan tipis dan berwarna coklat kemerah-merahan

2. Pemeriksaan Rongga Mulut a. Karies pada gigi desidui Jika ya, lokasi:

b. Kehilangan permukaan yang licin dari gigi (Pit, Fisur, kehilangan enamel) Jika ya, lokasi:


(57)

lv Jika ya, sebutkan bentuk dan lokasi:

d. Kelainan pada lidah Jika ya, sebutkan bentuk:

e. Fisur-fisur, retal-retak atau sedikit luka pada bibir dan sudut mulut f. Berwarna kemerahan pada sudut mulut

.

D. ANTROPOMETRI ( Berat Badan Menurut Umur )


(58)

Hasil Penilaian Kuesioner pada Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan

No .

Jenis Kelamin Usia (Bulan)

Alamat Berat

Badan

Gangguan Perkembangan Enamel

ECC AC RAS Glossitis Penyakit Periodontal

1. Perempuan 18 Jl. Jamin Ginting Gg. Senina

9,8 Kg 0 0 0 0 0 0

2. Perempuan 19 Jl. Marakas No. 24

8,1 Kg 1 0 0 0 0 0

3. Laki-Laki 14 Jl. Sei Muara No. 18

8,5 Kg 0 0 1 0 0 0

4. Laki-Laki 30 Jl. Bahagia 9,5 Kg 0 0 0 0 0 0

5. Perempuan 23 Jl. Jamin Ginting Gg. Senina

10,5 Kg

0 0 0 1 0 0

6. Perempuan 34 Jl. K. H. Wahid Hasyim No. 19 D

8,5 Kg 0 0 1 0 0 0

7. Perempuan 21 Gang Romi 7,6 Kg 0 0 1 0 0 0

8. Perempuan 16 Jl. Sei Silau 7,0 Kg 0 0 1 0 0 0

9. Laki-Laki 24 Jl. Sei Silau 7,3 Kg 1 0 0 0 0 0

10. Perempuan 20 Jl. Sei Silau 6,9 Kg 0 1 0 0 0 0

11. Perempuan 13 Jl. Sei Silau 6,3 Kg 0 0 1 0 0 0

12. Laki-Laki 38 Jl. Sei Silau 9,7 Kg 1 0 0 0 0 0

13. Perempuan 31 Jln. Sei Belutu Gg. Romi

8,5 Kg 0 1 0 0 0 0

14. Perempuan 14 Jl. Bahagia Gg. Mulia

6,6 Kg 0 0 1 0 0 0

15. Perempuan 36 Jl. Jamin Ginting Komplek Pamen

9,0 Kg 0 0 0 0 0 0

16. Laki-Laki 41 Jl. Bahagia Gg. Mulia

10,3 Kg

0 0 0 1 0 0

17. Perempuan 26 Jl. Sei Bahorok 7,7 Kg 1 0 0 0 0 0


(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Ibu, Bapak, dan adik-adik,

Perkenalkan nama saya Martin Surya Marulitua Situmorang , saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada Bapak/Ibu bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi Manifestasi Oral Pada Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan-kelainan pada rongga mulut apa saja yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai dasar dalam pembuatan program untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut balita, khususnya penderita kekurangan gizi. Dan bagi masyarakat agar masyarakat mengetahui adanya hubungan antara kekurangan gizi dengan kondisi di rongga mulut, sehingga masyarakat lebih mengerti upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut

Saya akan mencatat identitas balita dari Bapak/Ibu, lalu saya akan melakukan pemeriksaan, adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan menimbang berat badan balita dari Bapak/Ibu untuk mengetahui status gizi adik-adik, setelah itu , saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang balita dari Bapak/ Ibu rasakan dan kemudian melihat rongga mulut balita dari Bapak/ Ibu. Apabila dijumpai adanya kelainan , saya mohon kesediaan Bapak/Ibu memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut.

Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang adik-adik alami, silahkan hubungi saya, Martin Surya Marulitua Situmorang (HP: 082365701705).

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu , saya ucapkan banyak terima kasih

Peneliti


(2)

INFORMED CONSENT

Saya yang namanya tersebut di bawah ini:

Nama :

Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, / / 2013

Peneliti Peserta

Penelitian


(3)

REKAM MEDIK PENELITIAN

PREVALENSI MANIFESTASI ORAL PENDERITA

KEKURANGAN GIZI DI PUSKESMAS PADANG BULAN

MEDAN

No :

Tanggal Pemeriksaan :

1. Nama :

A. DATA DEMOGRAFI

2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat : 5. Pekerjaan Orang tua : 6. Pendapatan per bulan : 7. Jumlah keluarga dalam satu rumah :

1. Keluhan Subyektif :

B. ANAMNESIS

a. Sakit : b. Rasa Tidak Nyaman : c. Mulut Kering : d. Lain-lain :


(4)

2. Riwayat Medis : Ya Tidak

a. Apakah saat ini sedang mengalami masalah kesehatan seperti muntah dan diare?

b. Apakah saat ini sedang mengonsumsi obat? Jika ya, sebutkan:

c. Apakah ada alergi terhadap obat tertentu? Jika ya, sebutkan:

d. Apakah saat ini sedang menderita suatu penyakit tertentu? Jika ya, sebutkan:

1. Pemeriksaan Klinis

C. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki, wajah (kelihatan kurus)

b. Kulit Kering

c. Hyperpigmentasi pada kulit akibat luka d. Kuku Rapuh

e. Rambut kelihatan tipis dan berwarna coklat kemerah-merahan

2. Pemeriksaan Rongga Mulut a. Karies pada gigi desidui Jika ya, lokasi:


(5)

Jika ya, sebutkan bentuk dan lokasi:

d. Kelainan pada lidah Jika ya, sebutkan bentuk:

e. Fisur-fisur, retal-retak atau sedikit luka pada bibir dan sudut mulut f. Berwarna kemerahan pada sudut mulut

.

D. ANTROPOMETRI ( Berat Badan Menurut Umur )


(6)

Hasil Penilaian Kuesioner pada Balita Penderita Kekurangan Gizi di Puskesmas Padang Bulan Medan No

.

Jenis Kelamin Usia (Bulan)

Alamat Berat Badan

Gangguan Perkembangan Enamel

ECC AC RAS Glossitis Penyakit Periodontal 1. Perempuan 18 Jl. Jamin Ginting

Gg. Senina

9,8 Kg 0 0 0 0 0 0

2. Perempuan 19 Jl. Marakas No. 24

8,1 Kg 1 0 0 0 0 0

3. Laki-Laki 14 Jl. Sei Muara No. 18

8,5 Kg 0 0 1 0 0 0

4. Laki-Laki 30 Jl. Bahagia 9,5 Kg 0 0 0 0 0 0

5. Perempuan 23 Jl. Jamin Ginting Gg. Senina

10,5 Kg

0 0 0 1 0 0

6. Perempuan 34 Jl. K. H. Wahid Hasyim No. 19 D

8,5 Kg 0 0 1 0 0 0

7. Perempuan 21 Gang Romi 7,6 Kg 0 0 1 0 0 0

8. Perempuan 16 Jl. Sei Silau 7,0 Kg 0 0 1 0 0 0

9. Laki-Laki 24 Jl. Sei Silau 7,3 Kg 1 0 0 0 0 0

10. Perempuan 20 Jl. Sei Silau 6,9 Kg 0 1 0 0 0 0

11. Perempuan 13 Jl. Sei Silau 6,3 Kg 0 0 1 0 0 0

12. Laki-Laki 38 Jl. Sei Silau 9,7 Kg 1 0 0 0 0 0

13. Perempuan 31 Jln. Sei Belutu Gg. Romi

8,5 Kg 0 1 0 0 0 0

14. Perempuan 14 Jl. Bahagia Gg. Mulia

6,6 Kg 0 0 1 0 0 0