Pelaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya

commit to user 42

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya

Penyelamatan Kredit Bermasalah di BRI Cabang Karanganyar a. Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar Pemberian fasilitas kredit dari suatu lembaga keuangan yaitu bank kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk kegiatan atau usaha yang wajib dilaksanakan oleh bank sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang- Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Hal ini terkait pula dengan fungsi dasar bank yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Penelitian ini juga mengambil lokasi dan kasus di sebuah bank yaitu Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Karanganyar BRI Cabang Karanganyar untuk meneliti lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi bank tersebut. Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank milik pemerintah yang melaksanakan fungsi perbankan. Bank BRI dalam mewujudkan visinya yaitu menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah, berusaha memberikan beragam jasa dan layanan perbankan bagi para nasabah baik masyarakat di wilayah Kabupaten Karanganyar maupun sekitarnya. Salah satu jasa dan layanan perbankan yang diberikan oleh BRI Cabang Karanganyar yaitu fasilitas pinjaman bagi para nasabah. http:www.bri.co.idJasaLayananPinjamantabid72Default.aspx, diakses pada tanggal 20 April 2011, pukul 20.55 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, jenis fasilitas kredit yang diberikan oleh BRI Cabang Karanganyar ada 2 dua yaitu : 1 Kredit Tanpa Jaminan. commit to user 43 Fasilitas kredit yang tidak memerlukan adanya jaminan berupa agunan yaitu Kredit Usaha Rakyat KUR BRI dan KUR TKI BRI. 2 Kredit Dengan Jaminan. Fasilitas pinjaman atau kredit yang mensyaratkan adanya jaminan antara lain fasilitas kredit dalam bidang kredit mikro, kredit ritel, kredit menengah, dan kredit program Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 15 April 2011 pukul 15.00 WIB. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk merupakan salah satu bank milik pemerintah yang juga menyediakan fasilitas kredit tanpa jaminan yakni Kredit Usaha Rakyat KUR dalam rangka pengembangan pelayanan usaha berskala mikro sekaligus mengantisipasi persaingan serta untuk mendukung program pemerintah. KUR merupakan salah satu progam pemerintah yang berupa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi UMKMK, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan berupa fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable yaitu dalam bidang usaha produktif berupa pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam. Dasar hukum fasilitas KUR ini adalah Peraturan Presiden No.2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan dan Inpres No.6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK serta nota kesepahaman yang telah disepakati oleh pihak pemerintah, perusahaan penjamin dan pihak perbankan termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Berdasarkan penelitian penulis, BRI Cabang Karanganyar menyediakan fasilitas pinjaman KUR yang pelaksanaannya didasarkan pada SE Direksi BRI No:S.4-DIRADK012008 tgl.21012008 tentang commit to user 44 Kredit Usaha Rakyat. Kredit Usaha Rakyat KUR Linkage Program adalah kredit modal kerja dengan plafond kredit secara total eksposure sampai dengan Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah yang diberikan kepada Koperasi Simpan Pinjam KSP, Badan Kredit Desa BKD, Baitul Mal Wa Tanwil BMT, atau Lembaga Keuangan Mikro LKM lainnya dengan pola penjaminan melalui Linkage Program. Berdasarkan Surat Edaran tersebut, fasilitas pinjaman KUR ini merupakan kredit tanpa jaminan artinya dalam pemberian KUR pihak bank hanya mensyaratkan adanya agunan pokok berupa proyekusaha yang dibiayai, apabila debitur dapat menyediakan agunan tambahan maka nilainya tidak harus mengcover pinjamannya Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.30 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, pemberian fasilitas KUR di BRI Cabang Karanganyar juga tidak luput dari terjadinya kredit bermasalah. Penyelesaian kredit bermasalah tersebut tidak melalui restrukturisasi kredit, melainkan dengan mengajukan klaim ganti rugi dari perusahaan penjamin yang telah ditunjuk pemerintah, yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia PT Askrindo dan Perum Jaminan Kredit Indonesia Jamkrindo. Pengajuan klaim ganti rugi tersebut hanya diperuntukan untuk kredit dengan tingkat kolektibilitas ”Diragukan”. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas klaim kredit bermasalah dijamin oleh perusahaan penjamin tersebut yaitu sebesar 70 dari sisa plafond kredit yang belum dibayar oleh debitur sedangkan bagian yang menjadi risiko BRI adalah sebesar 30 dari plafond kredit yang tidak diganti oleh Penjamin Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.30 WIB. commit to user 45 Penulis mengambil sebuah contoh pelaksanaan restrukturisasi kredit sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah yang merupakan kredit dengan jaminan yang terjadi di BRI Cabang Karanganyar untuk mempertajam analisa penulis dalam penelitian ini. C ontoh pelaksanaan restrukturisasi tersebut setidaknya dapat mewakili beberapa pelaksanaan restrukturisasi kredit lainnya yang sama-sama menyangkut penyelamatan kredit bermasalah di BRI Cabang Karanganyar. Fasilitas kredit yang diteliti penulis ini merupakan kredit dengan jaminan dalam bidang bisnis ritel yaitu Kredit Modal Kerja KMK. Pelaksanaan restrukturisasi kredit ini berdasarkan pada ketentuan dan arahan Bank Indonesia yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.72PBI2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Kredit Modal Kerja adalah salah satu layanan yang diberikan BRI Cabang Karanganyar yang bertujuan untuk membiayai tambahan modal kerja yaitu piutang dan tambahan persediaan. Seiring berkembangnya usaha dan meningkatnya kebutuhan modal kerja para nasabah pengusaha, Bank BRI mampu dan bersedia melayani kebutuhan penambahan plafond suplesi kredit. Bank BRI memberikan alternatif bentuk pembiayaan kredit dalam Kredit Modal Kerja KMK sebagai berikut : 1 Skim plafond kredit menurun dengan jangka waktu maksimal 3 tahun; 2 Skim plafond kredit tetap dengan jangka waktu maksimal 1 tahun. Fasilitas Pinjaman Kredit Modal Kerja KMK http:www.bri.co.idJasaLayananPinjamantabid72Default.aspx, diakses pada tanggal 20 April 2011, pukul 21.00 WIB. Pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan kasus kredit bermasalah yang terjadi. Kasus ini berawal pada tahun 2006 dimana Tuan X adalah nasabah yang commit to user 46 berdomisili di Kabupaten Karanganyar mengajukan aplikasi Kredit Modal Kerja KMK kepada BRI Cabang Karanganyar. Tujuan dari penggunan kredit tersebut adalah untuk menambah modal kerja dagang hasil bumi atau pertanian sebagai pengepul dan pengecer yang berlokasi di Pasar Mojogedang, Kabupaten Karanganyar Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 15 April 2011 pukul 15.00 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, Account Officer BRI Cabang Karanganyar melakukan analisis terhadap permohonan kredit calon debitur dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Penerapan prinsip tersebut dilakukan dengan melakukan analisis terhadap debitur berdasarkan analisis kelayakan 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition yang dimiliki oleh calon debitur. Selain itu, pihak BRI Cabang Karanganyar juga melakukan penilaian calon debitur yang disebut dengan ”on the spot” yaitu pencarian informasi yang secara mendalam mengenai calon debitur melalui pengamatan maupun observasi pada lingkungan sekitar debitur yaitu tetangga, nasabah lama BRI, serta BRI Unit di sekitar tempat tinggal debitur yang mengetahui secara langsung mengenai debitur hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang sebenar-benarnya mengenai debitur Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.30 WIB. Berdasarkan hasil analisis serta rekomendasi Account Officer maka pengajuan aplikasi kredit tersebut disetujui. Pada tanggal 29 Mei 2006, nasabah dan BRI Cabang Karanganyar menandatangani Surat Perjanjian commit to user 47 Kredit No.258 tertanggal 29 Mei 2006 yang merupakan akta perjanjian notariil. Perjanjian kredit tersebut dibuat oleh dan dihadapan notaris karena menurut ketentuan pemberian kredit di BRI Cabang Karanganyar, jumlah plafond kredit yang berjumlah lebih dari Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah perjanjian kreditnya harus dibuat secara notariil Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB. Secara prakteknya di BRI Cabang Karanganyar seluruh syarat serta ketentuan perjanjian kredit telah dipersiapkan oleh pihak bank kemudian diserahkan kepada notaris untuk dirumuskan ke dalam akta notariil karena pada dasarnya dalam pembuatan suatu perjanjian seorang notaris hanya bertugas merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam suatu perjanjian. Penandatanganan perjanjian kredit tersebut telah menimbulkan hubungan hukum hutang-piutang yakni nasabah sebagai debitur dan BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur. Pihak BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur mensyaratkan adanya jaminan serta agunan sesuai dengan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan. Agunan yang disyaratkan tersebut adalah agunan pokok yang berupa usaha debitur yang dibiayai oleh fasilitas KMK dan agunan tambahan antara lain sebagai berikut: 1 Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik SHM No.670; 2 Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik SHM No.1919; 3 Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik SHM No.1331; 4 Tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik SHM No.1252 Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB. commit to user 48 Berdasarkan ketentuan dalam perjanjian kredit, plafond kredit yang diberikan adalah Rp 50.000.000 lima puluh juta rupiah dengan bunga sebesar 14 setahun. Beberapa waktu kemudian untuk menambah modal usahanya, debitur menambah jumlah plafond kreditnya sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah kemudian debitur menambah pinjaman lagi sebesar 75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah sehingga jumlah hutang pokok debitur secara keseluruhan berjumlah Rp 175.000.000,- seratus tujuh puluh lima juta rupiah, dalam jangka waktu 1 tahun dengan tanggal realisasi pada 8 Oktober 2009 serta tanggal jatuh tempo pada 8 Oktober 2010. Pada awalnya debitur dapat membayar pengembalian kredit sesuai dengan kesepakatan berupa hutang pokok beserta bunganya, namun pada pertengahan tahun 2010 debitur mulai kesulitan membayar pokok hutangnya dan hanya mampu membayar bunganya secara tidak penuh kurang. Hal ini terus berlangsung hingga melewati tanggal jatuh tempo pembayaran kredit tersebut hingga awal tahun 2011. Pihak BRI Cabang Karanganyar sudah berusaha melakukan penagihan agar debitur segera melunasi seluruh kewajibannya kembali. Akan tetapi debitur menyatakan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayarannya dikarenakan usaha yang dijalankan oleh debitur sedang mengalami penurunan usaha. Pembayaran yang tidak lancar tersebut berpotensi menimbulkan resiko terjadinya kredit bermasalah atau non-performing loan. Berdasarkan tingkat kolektibilitasnya, fasilitas kredit tersebut termasuk dalam kategori “Dalam Perhatian Khusus”. Hal tersebut mendorong kreditur untuk segera bertindak agar kredit tersebut tidak berubah menjadi kredit macet karena hal ini sangat berpengaruh terhadap penilaian kualitas aktiva bank itu sendiri. Atas dasar inilah kreditur menganggap perlu melakukan commit to user 49 penyelamatan terhadap kredit bermasalah dengan mengadakan prakarsa restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Account Officer secara silang Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar berpedoman pada peraturan perundang- undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia No. 264BPPP Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, serta SK BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit. Landasan utama dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit ini adalah SK BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit. Hal ini dikarenakan SK tersebut merupakan kebijakan yang dibuat secara khusus sesuai dengan ADART PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sehingga apabila dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit berpedoman terhadap SK tersebut maka penerapannya akan lebih mudah dan sistematis Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan, SH, selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, untuk dapat dilakukan restrukturisasi kredit, debitur harus memenuhi syarat-syarat restrukturisasi kredit sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat 2 SK BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 Tentang Restrukturisasi Kredit. Debitur dalam kasus ini telah memenuhi syarat-syarat agar fasilitas kreditnya dapat direstrukturisasi kredit antara lain sebagai berikut : 1 Debitur masih memiliki prospek usaha yang baik. Prospek usaha tersebut antara lain : commit to user 50 a Potensi usaha debitur dalam menghasilkan cash flow; b Prospek pasar produk atau jasa yang dihasilkan masih cukup baik; c Peluang peningkatan efisiensi dan daya saing. 2 Debitur sedang mengalami kesulitan pembayaran pokok kredit. 3 Debitur masih menunjukan itikad yang positif untuk bekerja sama kooperatif terhadap upaya restrukturisasi yang akan dijalankan. Itikad baik dari debitur ini dapat dilihat dari kemauan dan kesediaan debitur serta integritas debitur yaitu : a Debitur masih membayar kewajiban berupa bunga walaupun tidak penuh kurang; b Debitur juga memberikan data-data mengenai keadaan usahanya sebagai pengepul dan pengecer hasil pertanian secara terbuka full disclosure;dan c Debitur telah membuat rencana restrukturisasi serta menyampaikan rencana tersebut untuk dibahas dengan pihak kreditur Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB. Pelaksanaan prakarsa restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar juga harus memperhatikan ketentuan Pasal 4 ayat 3 SK BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 Tentang Restrukturisasi Kredit karena dapat digunakan sebagai tolak ukur serta bahan pada tahap selanjutnya yaitu tahap negosiasi para pihak. Ketentuan tersebut antara lain : 1 Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat restrukturisasi kredit. 2 Restrukturisasi kredit dapat dilakukan untuk kredit dengan Kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan dan Kredit Macet, dengan pengaturan sebagai berikut : commit to user 51 a Restrukturisasi kredit dengan cara perubahan tingkat suku bunga kredit sampai dengan serendah-rendahnya sebesar suku bunga restrukturisasi kredit, dapat diberlakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Lancar, sedangkan untuk kredit dengan kolektibilitas Diragukan dan Macet, suku bunga restrukturisasi kredit disesuaikan dengan kemampuan cash flow debitur. b Restrukturisasi kredit berupa pengurangan tunggakan bunga dan atau penalty hanya dapat diberlakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Diragukan dan Macet. c Restrukturisasi kredit berupa perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali angsuran kredit, penjualan agunan dan pembayaran kewajiban bunga yang dilakukan kemudian deferred interest payment dapat dilakukan untuk kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. d Restrukturisasi kredit dengan cara penambahan fasilitas kredit dapat dilakukan untuk kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. e Restrukturisasi kredit dengan cara konversi kredit menjadi penyertaaan sementara bank pada usaha debitur atau pengambilalihan asset debitur dapat dilakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. f Restrukturisasi kredit dengan cara pengurangan tunggakan pokok pinjaman dapat dilakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Macet Pasal 4 ayat 3 SK BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005. Berdasarkan Pasal 3 SK BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 Tentang Restrukturisasi Kredit, diatur mengenai jenis-jenis restrukturisasi kredit tersebut antara lain sebagai berikut : 1 Perubahan atau penurunan Tingkat Suku Bunga Perubahan tingkat suku kredit adalah untuk penurunan atau perubahan tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini sedang berlaku. Perubahan tingkat suku bunga tersebut adalah untuk perhitungan bunga yang akan datang setelah restrukturisasi kredit. Suku bunga yang diberikan kepada debitur diatur sebagai berikut : a Penurunan suku bunga kredit yang paling rendah untuk kredit yang direstrukturisasi dengan Kolektibilitas Lancar, commit to user 52 Dalam Perhatian Khusus dan Kurang Lancar yang berpedoman pada ketentuan suku bunga restrukturisasi kredit sebagaimana ditetapkan oleh Asset Liability Committee ALCO. b Penurunan suku bunga kredit yang paling rendah untuk kredit yang direstrukturisasi dengan Kolektibilitas Diragukan dan Macet disesuaikan dengan kemampuan ikan dengan kemampuan cash flow debitur dan penetapannya sesuai dengan ALCO atau Pendelegasian Wewenang Kredit PDWK pejabat yang berwenang. 2 Pengurangan Tunggakan Bunga dan atau Denda Penalty Pemberian keringanan tunggakan bunga dan atau denda maksimum sebatas tunggakan bunga dan atau penalty diatur sebagai berikut: a Untuk kredit yang direstrukturisasi kredit dengan Kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, dan Kurang Lancar, tidak dimungkinkan untuk diberikan penguranagan tunggakan bunga dan atau penalty. b Untuk kredit yang direstrukturisasi dengan Kolektibilitas Diragukan dan Macet, pengurangan tunggakan bunga dan atau penalty dimungkinkan yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Debitur. 3 Pengurangan Tunggakan Pokok Kredit Ketentuan mengenai pengurangan tunggakan pokok kredit berpedoman pada Anggaran Dasar Bank dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain mengenai hapus tagih. Ketentuan mengenai pengurangan pokok kredit dalam rangka restrukturisasi kredit diatur dalam ketentuan yang mengatur tentang penghapusan secara mutlak. Pengurangan tunggakan pokok merupakan restrukturisasi kredit yang paling maksimal diberikan bank kepada debitur karena pengurangan tunggakan biasanya diikuti dengan penghapusan bunga dan atau denda seluruhnya. 4 Perpanjangan Jangka Waktu Kredit dan atau Penjadwalan Kembali Perpanjangan jangka waktu kredit dilakukan dengan cara memberikan tambahan jangka waktu kredit termasuk perubahan jadwal dan besarnya angsuran pembayaran pokok dan atau bunga serta denda. Pengertian perpanjangan jangka commit to user 53 waktu dalam konteks ini adalah dalam rangka menyehatkan usaha debitur. Perpanjangan jangka waktu kredit rescheduling disesuaikan dengan kemampuan membayar kembali cashflow debitur atau untuk kredit konsumtif disesuaikan dengan repayment capacity debitur yang bersangkutan. Selama perpanjangan rescheduling pinjaman yang direstrukturisasi, tidak ada pembatasan jangka waktu. 5 Penambahan Fasilitas Kredit atau Suplesi Kredit Penambahan fasilitas kredit merupakan pemberian tambahan fasilitas kredit baik direct maupun contingent agar usaha debitur dapat beroperasi kembali dan atau usaha debitur dapat meningkatkan kapasitas produksinya sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban kepada bank. Penambahan fasilitas kredit tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga serta denda dan ditatakerjakan dalam rekening yang terpisah. Penambahan fasilitas kredit suplesi kredit dalam rangka restrukturisasi kredit harus didukung dengan agunan yang cukup untuk mengcover kewajibannya. 6 Pengambilalihan Asset Debitur sesuai Ketentuan Yang Berlaku Pengambilalihan asset debitur meliputi asset usaha debitur baik yang dijaminkan maupun yang tidak dijaminkan atau yang tidak dijaminkan atau yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Pengelolaan dan atau pengambilalihan asset debitur tersebut merupakan tindakan dalam rangka penyelamatan kredit baik secara aktif maupun pasif pengawasan. Pengertian aktif yaitu pihak bank ikut secara aktif dalam melihat kondisi pasar dan mencari pembeli sedangkan secara pasif berarti pihak bank dalam hal pengambilalihan asset debitur, menyerahkannya melalui saluran hukum atau dalam hal ini hanya melakukan pengawasan saja terhadap jalannya pengambilalihan asset debitur. 7 Konversi Kredit Menjadi Penyertaan Modal Sementara Bank Pada Perusahaan Debitur Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur hanya bersifat sementara yang dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah. Restrukturisasi kredit berupa penyertaan modal sementara hanya dapat dilakukan untuk kredit yang memiliki kualitas kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. 8 Pembayaran Sejumlah Kewajiban Bunga yang Dilakukan Kemudian Deferred Interest PaymentInterest Baloon Payment commit to user 54 Pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian merupakan salah satu bentuk restrukturisasi kredit yang dilakukan baik untuk menyehatkan usaha debitur dengan cara menangguhkan sementara sebagian atau seluruh beban bunga yang seharusnya dibayar oleh debitur, yang diakumulasikan selama jangka waktu tertentu. Bunga yang ditangguhkan pembayarannya tersebut harus dibayar kembali oleh debitur di kemudian hari sesuai jadwal pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Atas bunga yang ditangguhkan tersebut tidak dikenakan bunga atau penalty. 9 Penjualan Agunan Penjualan agunan atau asset debitur yang dilakukan secara di bawah tangan, yang diserahkan kepada bank dalam rangka penyelamatan. Adapun tujuan dari penjualan agunan adalah sebagai berikut : a Memepercepat penjualan atau pencairan asset debitur dengan prioritas penggunaan untuk mengurangi pokok pinjaman dan piutang ekstern. b Memperoleh harga jual yang optimal dengan alternatif cara pembayaran terbaik yang dapat diterima oleh bank. Restrukturisasi kredit yang berupa penjualan agunan secara di bawah tangan berdasarkan kesepakatan para pihak bank dengan debitur dan atau calon pembeli, maka apabila agunan yang akan dijual secara di bawah tangan tersebut telah diikat dengan hak tanggungan, maka sebelum dilakukan penjualan, harus mengikuti ketentuan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Hak Tangungan No.4 Tahun 1994 yang berlaku saat ini. 9 Kombinasi Dari Berbagai Alternatif Tersebut Di Atas Jenis restrukturisasi ini merupakan gabungan dari berbagai alternatif restrukturisasi dari butir 1 sampai dengan butir 9 dan kombinasi tersebut dapat saja terdiri dari dua atau lebih alternatif yang ada SK BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 Berdasarkan hasil penelitian penulis di Kantor BRI Cabang Karanganyar yang dilakukan pada bulan April-Juni 2011 serta hasil wawancara penulis dengan narasumber yaitu Account Officer yang bertugas menangani restrukturisasi kredit ini yakni Bp Novy Sutarno Hermawan, maka penulis dapat mengemukakan mengenai pelaksanaan commit to user 55 restrukturisasi kredit sebagai upaya untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami debitur dalam kasus ini, dimana pelaksanaannya melalui beberapa tahap sesuai dengan Pasal 6 SK BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit yaitu sebagai berikut : 1 Prakarsa Restrukturisasi Kredit. Prakarsa restrukturisasi kredit merupakan tahap dimana pejabat lini Account Offcer yang ditunjuk untuk menangani pelaksanaan restrukturisasi kredit memrakarsai dilakukannya proses restrukturisasi kredit terhadap fasilitas kredit yang dinilai termasuk dalam kredit bermasalah serta memeriksa pemenuhan persyaratan restrukturisasi kredit yang diajukan debitur Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB. Prakarsa restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah atau non-performing loan dalam kasus yang diteliti oleh penulis ini dilakukan oleh pejabat kredit lini Account Offcer lain secara silang yang memiliki Pendelegasian Wewenang Kredit PDWK Non- Performing Loan. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 SK BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit, Pejabat Kredit Lini terakhir sebelum kredit direstrukturisasi baik selaku pejabat pemrakarsa, pejabat penganalisis, maupun pejabat pemutus tidak boleh menjadi pejabat pemrakarsa restrukturisasi kredit. Ketentuan dalam pasal tersebut berkenaan dengan diperlukannya aspek pengawasan kredit yang dilakukan oleh pihak bank BRI yaitu adanya pemisahan pejabat kreditanalis kredit lancar dan kredit bermasalah, untuk menghindari unsur objektifitas dan kemungkinan timbulnya kolusi antara debitur dengan analis kredit bermasalah tersebut diakibatkan oleh kesalahan atau fraud dari analis commit to user 56 kredit itu sendiri. Hal ini merupakan suatu bentuk pengawasan secara struktural dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit untuk menghindari adanya kepentingan pribadi antara debitur dengan pejabat yang memberikan prakarsa maupun putusan restrukturisasi kredit Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB. 2 Negosiasi dengan debitur yang didokumentasikan. Setelah dilakukan prakarsa restrukturisasi kredit oleh pejabat pemrakarsa kredit yakni Account Officer, tahap selanjutnya adalah pelaksanakan negosiasi oleh para pihak dalam rangka mencapai kesepakatan mengenai jenis restrukturisasi kredit yang akan dilakukan. Pelaksanaan negosiasi restrukturisasi kredit harus dicatat oleh pejabat pemrakarsa kredit dan didokumentasikan dalam berkas kredit. Negosiasi tersebut terdiri dari pihak kreditur yang diwakili Pemimpin Cabang, Account Officer serta ADK telah dan pihak debitur. Surat permohonan restrukturisasi kredit yang diajukan oleh debitur diperlukan dalam tahap negosiasi untuk membahas jenis restrukturisasi kredit yang diinginkan debitur. Pihak bank hanya dapat melakukan restrukturisasi kredit apabila ada permohonan restrukturisasi kredit dari debitur dengan cara debitur membuat surat permohonan restrukturisasi yang berisi mengenai jenis restrukturisasi kredit yang diinginkan. Lain halnya, apabila terjadi kredit macet yaitu dalam hal debitur telah menunggak baik angsuran pokok maupun bunganya selama tiga bulan atau tiga kali berturut-turut, maka pihak bank dengan sendirinya berinisiatif untuk melakukan restrukturisasi kredit dimana surat permohonan restrukturisasi dibuat commit to user 57 oleh pihak itu sendiri. Berdasarkan surat permohonan tersebut pihak bank dapat melakukan negosiasi dengan debitur untuk membahas jenis restrukturisasi kredit yang diinginkan debitur Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB. Ketentuan Pasal 9 ayat 1 K BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit menyebutkan bahwa pelaksanaan negosiasi restrukturisasi kredit dapat dilakukan sebelum maupun sesudah analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit. Negosiasi yang dilaksanakan sebelum analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal serta persepsi yang sama mengenai rencana restrukturisasi oleh debitur. Pelaksanaan negosiasi setelah analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit dimaksudkan untuk mendapatkan kesepakatan mengenai jenis restrukturisasi, syarat, struktur dan tipe kredit. Berdasarkan penelitian penulis, pelaksanaan negosiasi dalam kasus ini dilakukan secara tatap muka langsung dimana pihak bank dan debitur telah beberapa kali bertemu untuk melakukan negosiasi baik sebelum maupun sesudah analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit. Negosiasi yang dilaksanakan sebelum analisis dan evaluasi telah menghasilkan gambaran awal dan persepsi yang sama antara debitur dan kreditur. Pelaksanaan negosiasi setelah analisis dan evaluasi telah mencapai kesepakatan yang telah dituangkan dalam perjanjian restrukturisasi kredit Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 16.00 WIB. commit to user 58 Negosiasi yang telah dilaksanakan sebelum analisis dan evaluasi didasarkan pada surat permohonan restrukturisasi kredit yang telah diajukan oleh debitur yang berisi bahwa debitur menginginkan adanya keringanan dalam pembayaran kewajibannya. Keringanan tersebut berupa permintaan penjadwalan kembali atas pinjaman debitur selama 36 bulan dengan turun pokok sebesar Rp 80.000.000,- delapan puluh juta rupiah, dan sisa pokok pinjaman sebesar Rp 95.000.000,- sembilan puluh lima juta rupiah akan direstrukturisasi dengan turun pokok sebesar Rp 5.000.000tahun. Debitur juga meminta agar seluruh bunga dan penalty dibayarkan pada akhir periode, serta meminta bunga serendah-rendahnya. Debitur juga meminta agunan yang telah diserahkan yaitu Sertifikat Hak Milik No.670 dan Sertifikat Hak Milik No.1331 dimana agunan tersebut akan dijual oleh debitur untuk melunasi turun pokok hutang debitur. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam ”Berita Acara Hasil NegosiasiKesepakatan Dengan Debitur Dalam Rangka Penyelesaian Kredit” pada tanggal 16 Maret 2011 yang dilakukan di Kantor BRI Cabang Karanganyar. Adapun isi dari kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut : a Debitur mengakui bahwa fasilitas pinjaman kredit modal kerja yang telah diterima debitur dari kreditur, telah mengalami kredit bermasalah dengan total keseluruhan pinjaman berupa pokok, bunga dan pinalty pada tanggal 16 Maret 2011 sebesar Rp 178.904.475,- seratus tujuh puluh delapan juta sembilan ratus empat ribu empat ratus tujuh puluh lima juta rupiah. b Debitur menyatakan bahwa kinerja usahanya telah menurun diakibatkan adanya piutang tidak tertagih, banyaknya tengkulak commit to user 59 hasil bumi dengan sistem ijon serta cuaca yang tidak menentu yang mempengaruhi hasil panen. c Debitur menyatakan kesanggupannya untuk membayar kewajiban antara lain berupa : 1 Tunggakan bunga sebesar Rp 3.904.475,- tiga juta sembilan ratus empat ribu empat ratus tujuh puluh lima rupiah dan ditambah bunga sampai dengan realisasi restrukturisasi kredit serta pembayarannya akan dibayarkan pada akhir periode kredit yaitu pada bulan ke 36. 2 Tunggakan pinalty sampai dengan restrukturisasi kredit tersebut ditandatangani yang akan dibayarkan pada akhir periode. 3 Pokok kredit sebesar Rp 80.000.000,- delapan puluh juta rupiah hasil dari penjualan agunan debitur yaitu SHM No.670 dan SHM No.1331, sehingga sisa pokok kredit menjadi Rp 95.000.000,- sembilan puluh lima juta rupiah. Sisa pokok tersebut akan direstrukturisasi yaitu dengan cara debitur membayar sisa pokok tersebut sebanyak 3 tiga kali angsuran. 4 Penurunan suku bunga pinjaman yaitu dari suku bunga sebesar 14 pertahun menjadi 10 pertahun dan bunga akan dibayar setiap bulan. Hasil negosiasi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh pihak bank sebagai kreditur dengan melakukan kunjungan terhadap debitur. Hal ini dilakukan agar pihak kreditur dapat memperoleh data usaha debitur secara valid atau sebenar-benarnya. Hasil kunjungan tersebut kemudian dilaporkan oleh pejabat lini bank yaitu Account Officer yang tertuang dalam “Laporan Kunjungan Nasabah : Riwayat Pemberian Fasilitas Restrukturisasi” yang berisi antara lain sebagai berikut: commit to user 60 a Yang bersangkutan debitur adalah nasabah lama di Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar dengan karakter baik. b Usaha yang bersangkutan debitur adalah usaha dagang hasil bumi dan pengepul hasil pertanian. c Yang bersangkutan telah menjadi nasabah bank BRI Karanganyar sejak tahun 2006 dengan kredit Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah, kemudian meningkat menjadi Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah, dan kemudian menjadi Rp 175.000.000,- seratus tujuh puluh lima juta rupiah. d Usaha debitur sejak pertengahan tahun 2010 mengalami penurunan yang disebabkan oleh persaingan bisnis dimana banyak dijumpai tengkulak yang ngijon langsung ke petani sehingga pasokan berkurang serta banyaknya piutang debitur yang tidak bisa tertagih. e Dengan adanya piutang debitur oleh pedagang lain yang nilainya sebesar + Rp 70.000.000,- tujuh puluh juta rupiah yang belum terbayar menyebabkan terganggunya rencana debitur untuk mengembangkan usahanya sehingga hal tersebut mengurangi laba debitur. f Untuk memulihkan usahanya, debitur memohon agar pinjamannya dijadwalkan kembali dengan pembayaran bunga dan pinalty di akhir periode dan mohon agar provisi dihapuskan. Atas dasar hasil kunjungan tersebut, petugas Account Officer mengusulkan agar fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur tersebut diusulkan untuk direstrukturisasi. Adapun alasan pengusulan restrukturisasi kredit tersebut adalah sebagai berikut : a Usaha debitur masih berjalan dan masih mempunyai prospek yang lebih baik karena lokasi maupun daerah tersebut sangat strategis. commit to user 61 b Karakter debitur baik, hal ini dibuktikan dengan yang bersangkutan masih membayar bunga walaupun kurang tidak penuh. c Yang bersangkutan bersama keluarganya berkemauan untuk maju mengembangkan usahanya tersebut bangkit dari keterpurukan. d Adanya rencana yang bersangkutan untuk menjual sebagian asset untuk dipakai sebagai modal usaha. e Diharapkan dengan direstrukturisasi, maka pinjaman akan menjadi lancar karena beban bunga menjadi menjadi kecil. 3 Analisis dan Evaluasi Tahap analisis dan evaluasi dilakukan terhadap hasil negosiasi restrukturisasi kredit yang berdasarkan pada prospek usaha debitur dan kemampuan debitur dalam membayar sesuai dengan proyeksi arus kas. Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengetahui Repayment Capacity dari debitur. Repayment Capacity yaitu kemampuan membayar kembali kredit yang telah diberikan kepada debitur. Tujuan lainnya yaitu untuk mengetahui lebih jauh tentang perilaku usaha maupun perilaku debitur yang berkaitan dengan kepribadian serta itikad baiknya sehingga dengan adanya analisis pihak bank dapat meyakini serta mempertimbangkan perlunya dilaksanakan restrukturisasi atau tidak. Analisis dan evaluasi dalam kasus ini dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini yaitu Account Officer BRI Karanganyar dan setiap tahapan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit wajib didokumentasikan secara lengkap Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 16.00 WIB. Hal-hal yang dianalisis dan dievaluasi dalam restrukturisasi kredit dalam kasus ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat 6 SK commit to user 62 BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 yaitu berupa evaluasi terhadap permasalahan debitur yang meliputi : a Penyebab terjadinya tunggakan pokok dan bunga yang didasarkan pada laporan keuangan, arus kas cash flow, proyeksi keuangan, dan kondisi pasar adalah adanya faktor lain berupa penurunan usaha debitur yang disebabkan persaingan usaha, kena tipu oleh rekan bisnis, serta banyaknya piutang tak tertagih yang macet. b Perkiraan pengembalian seluruh pokok dan bunga kredit berdasarkan perjanjian kredit sebelum dan sesudah restrukturisasi. Perkiraan ini telah dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini yang didasarkan pada rasio keuangan dan proyeksi usaha debitur kedepan serta kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya. c Evaluasi mengenai agunan yang diserahkan oleh debitur, dimana terdapat persyaratan yaitu adanya agunan atau jaminan tambahan baru apabila agunan dalam perjanjian kredit sebelum restrukturisasi tidak mencukupi. Dalam kasus ini, agunan yang diserahkan oleh debitur masih cukup untuk menjamin seluruh pinjamannya, termasuk jumlah plafond kredit sebelum direstrukturisasi maupun sisa hutang pokok setelah restrukturisasi kredit. d Pendekatan dan asumsi yang digunakan untuk menetapkan proyeksi arus kas cash projected flow debitur, serta dalam memperhitungkan nilai tunai present value dari angsuran pokok dan bunga yang diterima oleh kreditur. e Analisis, kesimpulan dn rekomendasi yang dilakukan oleh pejabat analisis dalam melakukan penyesuaian persyaratan kredit adalah melakukan penurunan suku bunga kredit menjadi 10 per tahun, perubahan jangka waktu kredit menjadi 36 bulan serta pengurangan tunggakan pokok melalui penjualan agunan atau jaminan yang dilakukan oleh debitur. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan commit to user 63 mempertimbangkan siklus usaha dan kemampuan membayar debitur sehingga debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga hingga tanggal jatuh tempo yaitu bulan ke-36. f Adanya penyesuaian atas penjadwalan kembali hutang debitur selama jangka waktu 36 bulan menunjukan bahwa debitur dinilai masih mempunyai kemampuan membayar. g Rincian yang terkait dengan persyaratan kredit termasuk kesepakatan keuangan dalam perjanjian kredit, antara lain rencana rekapitulasi usaha debitur serta adanya hak dari bank kreditur untuk meningkatkan suku bunga sejalan dengan kemampuan membayar debitur. h Rincian kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi kredit. i Persyaratan bahwa perjanjian kredit dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan restrukturisasi kredit harus mempunyai kekuatan hukum. Berdasarkan Pasal 8 ayat 7 SK BRI NOKEP:S.94 DIRADK122005, dalam pelaksanaan analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit diperlukan adanya informasi-informasi mengenai debitur secara jelas dan pasti. Informasi tersebut dianalisis dan dievaluasi kemudian hasilnya dituangkan dalam Memorandum Analisis Kredit MAK. Memorandum Analisis Kredit MAK merupakan tolak ukur dalam menentukan jenis restrukturisasi yang akan diputuskan oleh pejabat pemutus kredit karena berisi mengenai data-data keuangan serta laporan analisis nasabah Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 15 April 2011 pukul 16.00 WIB. commit to user 64 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Account Officer yang telah dituangkan dalam MAK tersebut diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a Karakter debitur adalah baik hal ini dibuktikan dengan setiap bulan debitur masih membayar bunga walaupun masih kurang tidak penuh. b Dengan dilakukannya restrukturisasi ini diharapkan usaha debitur bisa berkembang sehingga pinjaman di BRI Cabang Karanganyar dapat lancar kembali. c Diharapkan dengan diberikannya suku bunga restrukturisasi sebesar 10 diharapkan usaha debitur dapat bangkit kembali dan berkembang sehingga mampu memenuhi kewajibannya baik pokok maupun bunga. d Dengan dilaksanakannya restrukturisasi ini diharapkan kolektibilitas kredit debitur terjaga Lancar. 4 Putusan Restrukturisasi Kredit Pada tingkat kantor cabang seperti pada BRI Cabang Karanganyar selaku kreditur, pejabat kredit yang melaksanakan putusan restrukturisasi kredit merupakan Pejabat Kredit Lini yang terdiri dari : a Pimpinan Cabang; b Manajer Pemasaran; c Account Officer; d Account Officer Kredit Konsumtif. Sebelum dibuat suatu Putusan Kredit PTK mengenai restrukturisasi kredit ini, Account Officer yang bertugas menganalisis dan mengevaluasi permohonan restrukturisasi membuat Putusan Penyelesaian Kredit No.B.-KC-VIIADK032011 yang merupakan commit to user 65 format yang direkomendasikan untuk pejabat pemutus kredit. Putusan penyelesaian kredit tersebut berisi antara lain sebagai berikut : a Data debitur b Konsep hubungan total pemohon kredit Dalam konsep hubungan total pemohon kredit ini debitur merupakan institusi customer atau perseorangan karena fasilitas Kredit Modal Kerja KMK tersebut digunakan untuk menambah modal usaha dagang debitur. c Eksposur kredit Eksposur kredit merupakan jumlah dan jenis fasilitas kredit yang diberikan oleh kreditur. Kanca Pengendali dan Pemberi Kredit dalam eksposur kredit ini adalah Kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar. Eksposur kredit digambarkan sebagai berikut: Tabel 2. Eksposur Kredit Rupiah Nama Nasabah Jenis Fasilitas Kredit Maks. CO Kredit Baki Debet Kredit Jumlah Kredit Yang Diputus Lama KMK 175.000.000 175.000.000 - Baru 95.000.000 - 95.000.000 Total Eksposur Kredit 95.000.000 Sumber : Putusan Penyelesaian Kredit No.B.-KC-VIIADK032011 d Agunan kas debitur Dalam kasus ini debitur tidak menggunakan agunan kas cash collateral karena untuk menjamin fasilitas pinjamannya, debitur menggunakan jaminan kebendaan yaitu hak tanggungan berupa Sertifikat Hak Milik SHM. commit to user 66 e AlasanAnalisa pengeluaran biaya dalam rangka penyelesaian kredit bermasalah. Alasan restrukturisasi kredit ini diusulkan untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang dialami debitur yaitu dengan adanya penyelesaian kredit ini biaya yang dikeluarkan pihak BRI Cabang Karanganyar tidak ada sehingga lebih menguntungkan apabila dengan melakukan restrukturisasi kredit daripada penyelesaian melalui saluran hukum. Putusan Penyelesaian Kredit tersebut diatas digunakan oleh pejabat pemutus kredit dalam membuat putusan kredit PTK dalam kasus ini. Berdasarkan ketentuan dalam SK BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit, putusan restrukturisasi kredit dibuat oleh pejabat pemutus kredit dengan kewenangan yang setingkat lebih tinggi dari pejabat pemutus pada saat pemberian kredit terakhir sebelum dilakukan restrukturisasi kredit. Putusan restrukturisasi kredit ini diputus oleh Pimpinan BRI Cabang Karanganyar dimana beliau juga merupakan pejabat pemutus kredit sebelum restrukturisasi kredit ini Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis oleh Account Officer menyatakan bahwa pimpinan cabang dapat menjadi pejabat pemutus kredit maupun pejabat pemutus restrukturisasi kredit secara sekaligus dalam hal jumlah kredit yang direstrukturisasi tidak lebih dari Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah dimana ketentuan tersebut merupakan kebijakan internal dari Kantor Wilayah Yogyakarta Bank Rakyat Indonesia. Jumlah kredit yang direstrukturisasi dalam commit to user 67 kasus ini adalah Rp 175.000.000,- sehingga putusan restrukturisasi kreditnya dapat diputus oleh Pimpinan BRI Cabang Karanganyar sebagai pejabat pemutus kredit dan pejabat pemutus restrukturisasi kredit Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 16.00 WIB. Berdasarkan pada usulan putusan penyelesaian kredit maka pihak bank selaku kreditur mengeluarkan putusan restrukturisasi kredit PTK pada bulan Maret 2011 yang berisi mengenai mekanisme restrukturisasi kredit yang akan dilakukan untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami debitur. PTK tersebut antara lain berisi sebagai berikut : a Fasilitas Kredit Modal Kerja KMK yang digunakan debitur adalah bentuk kredit RC dengan maksimum CO menurun. b Jumlah resiko kredit yang diputus yaitu Rp 95.000.000,- Sembilan puluh lima juta rupiah dengan jangka waktu selama 36 bulan sejak putusan ini disetujui debitur. Hal ini sesuai dengan permintaan debitur yang tertuang dalam surat permohonan restrukturisasi yang telah diajukan oleh debitur. c Pembaya ran angsuran akan dilakukan sebanyak 3 tiga kali selama kurun waktu 36 bulan yakni angsuran pertama akan dibayar pada akhir bulan ke-12 sebesar Rp 5.000.000,- lima juta rupiah sehingga sisa pokok menjadi Rp 90.000.000,- sembilan puluh juta rupiah. Angsuran kedua akan dibayar debitur pada bulan ke-24 sebesar Rp 5.000.000,- lima juta rupiah sehingga sisa pokok hutang menjadi commit to user 68 Rp 85.000.000,- delapan puluh lima juta rupiah. Pada akhir bulan ke-36, debitur akan membayar secara lunas sisa pokok yaitu sebesar Rp 85.000.000,- delapan puluh lima juta rupiah ditambah dengan pembayaran bunga yang telah dijadwal. d Suku bunga yang diberlakukan saat restrukturisasi kredit adalah sebesar 10 pertahun dan setelah usaha debitur berkembang atau normal kembali maka suku bunga tersebut akan ditinjau kembali sesuai dengan kemampuan debitur serta ketentuan suku bunga yang berlaku di Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar. e Propisi kredit dan Commitment Fee dalam putusan restrukturisasi kredit tersebut tidak dipungut oleh kreditur, hal ini bertujuan agar beban kewajiban yang harus dibayar oleh debitur tidak terlalu banyak atau besar. f Besarny a pinalty rate adalah 50 dari besarnya suku bunga yang berlaku terhadap tunggakan pokok maupun bunga. g Debitur akan menjual 2 dua buah agunan tambahan yaitu SHM No.670 dan SHM No.1331 untuk mengurangi tunggakan pokok hutang sebesar Rp 80.000.000,- delapan puluh juta rupiah. h Agunan tambahan yang yang dipertahankan dalam restrukturisasi kredit ini sebagai berikut : 1 SHM No. 1913 sebagai Hak Tanggungan I No.16722006 dengan nilai pengikatan jaminan sebesar Rp 31.500.000,- tiga puluh satu juta rupiah dan Hak Tanggungan II No.5362007 commit to user 69 dengan nilai pengikatan jaminan sebesar Rp 14.500.000,- empat belas juta lima ratus ribu rupiah; 2 SHM No.1252 sebagai Hak Tanggungan I No.4272006 dengan nilai pengikatan jaminan sebesar Rp 75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.00 WIB. Agunan tersebut cukup untuk menjamin sisa hutang pokok debitur sebesar Rp 95.000.000,- Sembilan puluh lima juta rupiah serta bunga maupun denda. Kedua jaminan tersebut mendapat asuransi agunan berupa asuransi kebakaran bangunan yang diasuransikan pada rekanan Bank Rakyat Indonesia dengan Banker’s Clause. Asuransi tersebut diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar atas SHM No.1252 dengan nilai asuransi sebesar Rp 40.000.000,- empat puluh juta rupiah. i Pembuatan SPMK yang berisi mengenai addendum surat perjanjian restrukturisasi kredit dengan perubahan jangka waktu turun pokok, pengambilan jaminan kredit yang harus dibuat dengan akta notariil. SPMK ini merupakan acuan atau dasar dalam pembuatan perjanjian restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh debitur dan kreditur. Setelah Putusan Restrukturisasi Kredit ini diputus maka selanjutnya, petugas Account Officer membuat Offering Letter OL yang merupakan surat penawaran tentang putusan restrukturisasi kredit yang telah dituangkan ke dalam Putusan Kredit PTK untuk diserahkan kepada debitur agar diketahui disetujui atau tidaknya putusan restrukturisasi kredit ini. Apabila debitur menyetujuinya maka para pihak dapat melanjutkan membuat perjanjian restrukturisasi kredit, namun apabila tidak setuju maka PTK tersebut menjadi batal dan commit to user 70 restrukturisasi kredit juga tidak dapat dilanjutkan dan kembali ke perjanjian kredit sebelumnya Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, putusan restrukturisasi kredit tersebut tidak bersifat final karena putusan ini hanya merupakan putusan mengenai cara penyelesaian kredit masalah yang dibuat oleh pihak kreditur yang diwakili oleh pejabat pemutus kredit bermasalah dan masih memerlukan persetujuan dari debitur. Debitur memiliki hak untuk menolak atau menerima isi putusan tersebut, dalam kasus ini debitur menyetujui isi putusan yang ditawarkan melalui surat Offering Letter OL oleh Account Officer Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB. 5 Perjanjian Restrukturisasi Kredit Perjanjian restrukturisasi kredit dapat dibuat maksimal 3 bulan setelah dikeluarkannya Putusan Restrukturisasi Tredit PTK. Berdasarkan Pasal 11 ayat 1 SK BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit, putusan restrukturisasi kredit harus dituangkan dalam perjanjian restrukturisasi kredit, dimana bentuk dari perjanjian restrukturisasi kredit tersebut tergantung dari materi yang diatur di dalamnya. Debitur dalam kasus ini telah menyetujui Putusan Kredit PTK yang telah diputus oleh pejabat pemutus kredit yaitu Pimpinan BRI Cabang Karanganyar serta telah menyerahkan uang tunai sebesar Rp 80.000.000,- delapan puluh juta rupiah yang diperoleh debitur dari hasil penjualan agunannya untuk mengurangi jumlah tunggakan pokok. Atas dasar hal tersebut maka para pihak sepakat commit to user 71 membuat Perjanjian Restrukturisasi Kredit sebagai dasar hukum perikatan proses restukturisasi kredit yang dilakukan para pihak untuk menyelamatkan kredit bermasalah Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB. Isi dari perjanjian restrukturisasi kredit tersebut yaitu mengenai proses restrukturisasi kredit yang telah disetujui debitur dalam putusan kredit PTK serta klausula-klausula perjanjian yang berupa syarat- syarat lain yang telah disepakati para pihak. Klausula perjanjian yang berupa syarat-syarat lain dalam perjanjian restrukturisasi kredit ini adalah sebagai berikut : a Perjanjian restrukturisasi kredit ini ditandatangani oleh para pihak yaitu debitur serta kreditur yang diwakili oleh Pejabat Pemutus Kredit yaitu Pimpinan BRI Cabang Karanganyar. b Pada saat realisasi restrukturisasi kredit, debitur diharuskan membayar seluruh biaya yang timbul akibat restrukturisasi ini. c BAP yang tertunggak dibayar yang bersangkutan debitur di akhir periode perjanjian kredit ini pada bulan ke-36 dengan sistem pembayaran tunai. d Yang bersangkutan yaitu debitur menurunkan pokok kredit dari Rp 175.000.000,- seratus tujuh puluh lima juta rupiah turun sebesar Rp 80.000.000,- delapan puluh juta rupiah sehingga sisa kredit yang direstrukturisasi menjadi Rp 95.000.000,- sembilan puluh lima juta rupiah. e Seluruh denda penalty yang timbul sampai dengan realisasi restrukturisasi kredit ini dibayar diakhir periode. f Bunga berjalan sebesar 10 dibayar tiap bulan. commit to user 72 g Setelah terealisasinya restrukturisasi kredit ini apabila terjadi tunggakan angsuran selama 3 tiga bulan berturut-turut, maka perjanjian restrukturisasi kredit menjadi batal dan seluruh kewajiban kembali ke posisi sebelum dilaksanakan restrukturisasi kredit ini. h Apabila pihak debitur tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana perjanjian wanprestasi pada waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut, maka wanprestasi tidak perlu dibuktikan kecuali dengan lewatnya waktu yang telah ditetapkan maka dengan mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka perjanjian tersebut menjadi batal dan kewajiban debitur kembali menjadi kewajiban semula Perjanjian restrukturisasi kredit ini merupakan perjanjian tambahan addendum dari perjanjian kredit sebelumnya yang dibuat secara notariil dimana perjanjian restrukturisasi kredit ini tidak terpisahkan dan tetap menjadi satu kesatuan dengan perjanjian kredit sebelum dilakukan restrukturisasi kredit. Perjanjian tersebut berisi mengenai penurunan tingkat suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu, penjualan agunan sehingga perjanjian restrukturisasi kredit harus dituangkan dalam bentuk perjanjian addendum tambahan. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 11 ayat 2 BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit yang menyebutkan bahwa : Untuk materi restrukturisasi kredit yang isinya merubah syarat dan ketentuan kredit antara lain berupa penurunan tingkat suku bunga kredit, pemberian keringanan tunggakan bunga, perpanjangan jangka waktu, penjualan agunan dan penambahan fasilitas kredit dapat dibuat dalam bentuk addendum yang merupakan satu kesatuan dari perjanjian kredit semula Pasal 11 ayat 2 BRI NOKEP:S.94-DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit. commit to user 73 Setelah dicapai kesepakatan dan dilakukan penandatanganan perjanjian restrukturisasi kredit oleh para debitur dan kreditur, maka perjanjian tersebut mulai berlaku dan proses restrukturisasi kredit dapat dilaksanakan untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami oleh debitur. 6 Dokumentasi Restrukturisasi Kredit Dokumentasi kredit adalah keseluruhan dokumen yang diperlukan dalam rangka pemberian kredit sebagai bukti perjanjian atau ikatan hukum antara Bank BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur dengan debitur, bukti kepemilikan barang agunan atau jaminan serta dokumen-dokumen perkreditan lainnya. Suatu paket kredit harus memiliki dokumentasi kredit dimana dokumentasi kredit menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan paket kredit tersebut. Dokumentasi kredit memiliki aspek penting yang dapat menjadi penjamin pengembalian kredit karena merupakan perbuatan hukum serta memiliki akibat hukum bagi para para pihak sehingga harus dilaksanakan dengan baik, tertib, dan lengkap Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 17 Juni 2010 pukul 15.30 WIB. Berdasarkan penelitian penulis, pengecekan dokumen restrukturisasi kredit ini dilakukan oleh pejabat lini bank sebagai petugas yang terkait dalam dalam pembuatan segala adminstrasi yang berhubungan dengan proses pemberian kredit dan restrukturisasi kredit. Dokumentasi tersebut dilakukan pada setiap tahap dokumen restrukturisasi kredit yang dilakukan para pihak guna menjaga ketertiban dan kelengkapan dokumen administrasi dokumen commit to user 74 restrukturisasi kredit. Dokumen-dokumen yang didokumentasikan dalam restrukturisasi ini antara lain : a Surat permohonan restrukturisasi kredit yang telah diajukan oleh debitur. b Copy laporan kunjungan nasabah. c Copy berita acara negosiasi antara kreditur dengan debitur. d Copy surat penawaran pembelian agunan dari calon pembeli. e Copy hasil pemeriksaan dan penilaian agunan pada saat restrukturisasi kredit tersebut. f Asli Memorandum Analisis Kredit yang telah ditandatangani oleh pejabat pemrakarsa kredit. g Asli Credit Risk Review CRR dan Klasifikasi Warna Kredit dalam rangka restrukturisasi kredit tersebut. 7 Monitoring atau Pengawasan Berdasarkan ketentuan Pasal 14 SK BRI NOKEP:S.94- DIRADK122005 tentang Restrukturisasi Kredit, pelaksanaan putusan dan perjanjian restrukturisasi kredit oleh para pihak diawasi oleh Pejabat Wewenang Kredit PDWK. Pengawasan tersebut berupa pemeriksaan serta penilaian secara sampling terhadap putusan restrukturisasi kredit guna memastikan bahwa restrukturisasi telah dilakukan dengan benar dan telah sesuai dengan ketentuan yang ada. Pejabat pemrakarsa Account Officer wajib melakukan kunjungan secara berkala guna memantau kesanggupan dan perkembangan usaha yang dijalankan oleh debitur. Hasil dari pengawasan tersebut berupa review restrukturisasi kredit yang harus dilakukan sesuai dengan putusan kredit PTK. Review tersebut diperlukan untuk mengetahui secara rinci mengenai commit to user 75 permasalahan atau hambatan debitur dalam melaksanakan putusan serta perjanjian restrukturisasi kredit serta melakukan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut. Apabila berdasarkan review tesebut ditemukan hambatan atau permasalahan pada debitur maka pihak bank selaku kreditur dapat melakukan perubahan putusan dan perjanjian restrukturisasi kredit yang menyangkut antara lain suku bunga, jangka waktu, jadwal angsuran dan lain-lain yang menyangkut pelaksanaan restrukturisasi kredit. b. Hambatan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar Berdasarkan penelitian penulis, pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar tidaklah bebas dari hambatan maupun permasalahan walaupun pada dasarnya pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut bertujuan untuk menyelesaikan atau menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami oleh debitur dalam kasus yang diteliti oleh penulis ini. Secara keseluruhan pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar sudah dapat dikatakan berhasil dan efektif. Walaupun masih ditemui berbagai kendala maupun hambatan dalam pelaksanaan tahap-tahap restrukturisasi kredit, akan tetapi hal tersebut tidak bersifat krusial sehingga masih dapat diatasi oleh pihak bank sejauh ini. Permasalahan arau hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar yaitu perbedaan pendapat dalam tahap negosiasi dalam restrukturisasi kredit yang mengakibatkan tidak dijumpainya titik temu antara kedua belah pihak Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB. commit to user 76 Debitur biasanya meminta cara restrukturisasi kredit yang paling meringankan bagi mereka termasuk dalam hal pegurangan tunggakan pokok, besarnya suku bunga kredit maupun perpanjangan jangka waktu kredit yang lebih lama. Di sisi lain pihak kreditur yaitu BRI Cabang Karanganyar menginginkan pelaksanaan restrukturisasi kredit yang memungkinkan untuk menutupi atau meng-cover seluruh kerugian akibat terjadinya kredit bermasalah tersebut yang tentunya berbeda dengan cara yang diinginkan oleh debitur. Hal ini menyebabkan tidak ditemukannya kata sepakat oleh para pihak sehingga proses negosiasi tidak berjalan lancar dan tertunda Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB. Berdasarkan penelitian penulis di BRI Cabang Karanganyar, perbedaan pendapat antara pihak debitur dan kreditur dalam tahap negosiasi memang sering terjadi dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar. Negosiasi yang sering tidak berhasil sehingga menjadi tertunda tersebut menyebabkan kasus kredit bermasalah yang terjadi tidak kunjung selesai dan hanya berhenti dalam tahap negosiasi. Hal tersebut tentunya akan semakin membuat menumpuknya kredit bermasalah yang terjadi di BRI Cabang Karanganyar Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB Terjadinya hambatan dalam tahap negosiasi ini harus segera diselesaikan atau diatasi agar tidak berlarut-larut. Pihak BRI Cabang Karanganyar selaku kreditur yang memberikan hutang atau pinjaman berupa fasilitas kredit modal kerja KMK kepada debitur memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri dalam mengatasi terjadinya perbedaan commit to user 77 pendapat dalam tahap negosiasi ini. Kreditur yakni pihak bank menggunakan kewenangannya untuk meyakinkan dan melakukan pendekatan kepada debitur secara intensif untuk mendorong debitur secara terus-menerus agar segera melakukan negosiasi ulang untuk memperoleh kesepakatan tentang jenis dan mekanisme restrukturisasi kredit yang akan digunakan untuk menyelematkan kredit bermasalah yang terjadi Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB.

2. Kedudukan Jaminan dan Akibat Hukumnya dalam Pelaksanaan