Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw sebagai upaya mengatasi miskonsepsi siswa terhadap konsep sel : penelitian tindakan kelas di MA Pembangunan UIN Jakarta

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi

berjudul: "Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Dengan Teknik Jigsaw Sebagai Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa
Terhadap Konsep Se!" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus elalam Ujian
Munaqasyah paela, 06 Mei 2008 elihadapan elewan penguji. Karena itu, penulis
memperoleh gelar Smjana SI (S.Pd) elalam bielang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 21 Mei 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Penelielikan IPA)
II'. H. Mahmuel M. Siregar. M.Si
NIP. 150222933
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Penelielikan IPA)
Baig Hana Susanti, M.Sc
NIP. 150299475
Penguji I
Drs. Sujiyo Miranto. M.Pd

NIP. 150368 741
Penguji II
DI'. Zulfiani, M.Pel
NIP. 150368741

Tanda Tangan

rvvJj

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawab ini:
Nama

: Fika Damayanti

NIM

: 103016127085

Jurusan/semester


: Pendidikan 1PA (Bio1ogi)/X

Angkatan tahun

: 2003

Alamat

: JI. Kihajar Dewantara Gg. Nurul Huda II Rt. 003/015 No.
39 Ciputat-Tangerang 15411.

Menyatakan dengan sesungguhnya

Babwa Skripsi yang berjudul "Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan Teknik Jigsaw Sebagai Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Terhadap
Konsep Sel", adalah benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan:

1. Nama
NIP

2. Nama
NIP

: Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd
: 150231502
: Eny S. Rosyidatun, MA
: 150377 449

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila temyata skripsi ini bukan hasil karya saya
sendiri.

Jakarta, Juni 2008
Yang menyatakan,


Abstrak
Film Damayanti. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Telmik Jigsaw Sebagai Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Terhadap
Konsep ScI. Skripsi, Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan

Biologi, Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran
kooperatif dengan teknik Jigsaw sebagai upaya mengatasi miskonsepsi sehingga
teljadi peningkatan penguasaan konsep siswa. Penelitian tindakan kelas ini
melibatkan 23 siswa MA Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2007/2008.
Penelitian tindakan ke1as dilakukan dalam dua siklus. Siklus pertama
menggunakan sub konsep struktur dan fungsi sel dan siklus kedua menggunakan
sub konsep transpor pada membran. Setiap siklus terdiri dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan tes, observasi, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw sangat
efektif dalam mengurangi miskonsepsi sehingga teljadi peningkatan penguasaan
konsep siswa baik pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I teljadi pengurangan
miskonsepsi sebesar 29,58 % dari 56,1 % menjadi 26,52 %. Sedangkan siklus II
teljadi pengurangan miskonsepsi sebesar 43,91 % dari 63,48 % berkurang
menjadi 19,57 %. Besarnya peningkatan penguasaan konsep seCaI'a langsung
tampak dari rata-rata !'Lgain siklus I sebesar 0,53 dengan kategori sedang dan Ngain siklus II sebesar 0,70 dengan kategori tinggi. Aktivitas siswa dalam
pembelqjaran siklus I termasuk kategori rendah dan belum berjalan dengan baik.
Tetapi, pada siklus II sudah dapat ditingkatkan menjadi kategori tinggi setelah

diadakannya praktikum sebagai perbaikaIl pembelajaran. Siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaraIl kooperatif teknik Jigsaw. BerdasaI'kan
pengujian dua sampel dengan menggunakan uji-T atau paired samples T test
didapatkan hasil pengurangan miskonsepsi dan peningkatan penguasaan konsep
siswa pada siklus I dan siklus II mempunyai perbedaan yang signifikan dengan
signifikansi sebesar 0,000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat mengurangi miskonsepsi siswa
sehingga berdampak pada peningkatan penguasaan konsep Biologi siswa.
Kata kunei : Miskonsepsi, pembelajaran koopemtif teknikjigsaw.

Abstract
Film Damayanti. Use of Cooperative Learning with the Technique Jigsaw As
Effort to Overcome Students Misconception on Concept of Cell. Skripsi, The
Department of Science Education, The Study Program of Biology Education,
Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, State Islamic Syarif Hidayatullah
Jakarta.
This research has purpose to know of use model the cooperative learning with the
tec1mique Jigsaw as effort overcome the misconception so that the increasing of
mastery students concept. This classroom action research involved 23 student of
MA Development UIN Jakarta in the academic year 2007 I 2008. The research of

class action conducted in two cycle. First cycle use the sub conception the
structure and function cell and second cycle use the sub conception the transpor of
membrane. Every cycle consisted of steps like the planning, action, observation,
and reflection. Technique of data collecting conducted by test, observation, and
kuesioner. Result of research indicate that the use model the cooperative learning
with the technique Jigsaw very effective in decreasing misconception so that the
increasing of mastery students concept at cycle of I and cycle II. At cycle I
happened by the misconception of equal to 56,1 % decreasing 29,58 % becoming
26,52 %. While cycle II happened by the misconception of equal to 63,48 %
decreasing 43,91 % becoming 19,57 %. Level of the mastery student concept
directly see from mean of N-Gain of cycle I of equal to 0,53 with the pass
category and N-Gain of cycle II 0,70 with the high category. Student activity in
study of cycle I of is inclusive of low category and not yet walked better. But, at
cycle II have earned improved to become the high category after performing of
praktikum as study repair. Student give the positive respon to cooperative learning
of teclmique Jigsaw. Pursuant to examination two sampel by using uji-T or paired
samples T test got by result of reduction misconception and mastery students
concept the student of at cycle I and cycle II have the difference which signifikan
with signifikansi of equal to 0,000. Becoming, inferential that use model the
cooperative learning of technique Jigsaw can decreasing the misconception

student so that affect at mastery students of Biological concept.
Keyword: Misconception, cooperative learning of technique jigsaw.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu 'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, alhamdulillah dengan rahmat
dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan kita baginda
Nabi Muhanmlad SAW yang telah membimbing umat manusia ke jalan yang
terang benderang, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi yang
beljudul "Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatifdengan Teknik Jigsaw
Sebagai Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Terhadap Konsep Sd' ini dapat

diselesaikan oleh penulis yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan. Dalam kesel11patan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih, penghargaan selia rasa honnat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Dekan FITK UIN Syarif
I-lidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
IPA.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Sekeliaris Jurusan Pendidikan IPA.
4. Bapak Drs. Ahmad SofYan, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan l11embantn penulis dalal11l11enyusun skripsi ini.
5. [bu Eny S Rosyidatun, MA, selaku Pel11bimbing II dan guru Biologi MA
Pembangunan UIN Jakarta yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu
dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan
arahan kepada penulis selal11a menyusun skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai UIN SyarifHidayatullah khususnya di
Jurusan IPA (Pend.Biologi) yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya.
7. Kepala Sekolah, Guru dan Stafpegawai MA Pembangunan UIN Jakarta.

8. Bapak Muslim Noel', S. Pd, se1aku guru Biologi SMU Negeri 2 Ciputat
yang telah memberikan ide-ide, inspirasi, dan dukungannya.
9. Siswa-siswi kelas XI IPA MA Pembangunan UIN Jakarta yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

10. Segenap pimpinan dan karyawan/karyawati perpustakaan UIN Syarif
hidayatullah Jakarta, perpustakaan UI Depok, Perpustakaan LIPI Jakarta,
perpustakaan UNJ Jakarta, perpusatakaan Nasional Jakarta, pelpustakaan
DIKNAS Jakarta, perpustakaan UPI Bandung.
II. Orangtua yaitu, bapak Sapdi dan ibu Mailianah,

kakaku Anwar Hadi,

serta seluruh keluarga atas dorongan moril dan materil serta doa kalian
yang selalu berlimpah.
12. Zainal Ali dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doanya
kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
13. Semua teman-teman seperjuangan

Jurusan Pendidikan IPA Biologi

angkatan 2003 (ALGA) khusnsnya Novi, Arum, Nurul, Reni, Mayang,
Rubi yang selalu kompak dan semangat baik dalam suka maupun duka.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT

membalas amal baik mereka.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bennanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Alhamdulillahirobbil 'Alamil1
Wassalamu 'alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh

Jakarta, 29 April 2008

Penulis

DAF

aセャwーust kmn

utamセ

UiN SYAHIO ,JAKARTA
. .__.. -


1-------

laman

LEMBARPENGESAHAN
ABSTRAK

.

KATA PENGANTAR.

111

DAFTAR lSI

v

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
DAFTAR LAMPlRAN
BAB I

Xl

PENDAHULUAN

I

A. Latar Belakang Masalah

I

B. ldentifikasi Area dan Fokus Penelitian

N G Iセヲ

7

C. Pembatasan Fokus Penelitian.......................................................
HGセBI

'J,' D. Perumusan Masalah Penelitian

セᄋB[G N

KAJIAN

TEORITIK

DAN

8
8

E. Kegunaan Hasil Penelitian

BAB II

x

8
PENGAJUAN

KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

9

A. Kajian Teoritik.............................................................................

9

I. Hakikat Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)...

9

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)

9

b. Ciri-ciri Dalam Cooperative Learning............................ II
c. Pembelajaran Kooperatif Pada Pengajaran Biologi

13

d. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning. 15
2. Teknik Jigsaw..............................

17

a. Tujuan Teknik Jigsaw...................................................... 18
b. Langkah-Iangkah Teknik Jigsaw

, 19

3. Hakikat Miskonsepsi

21

a. Pengertian Miskonsepsi

21

b. Sumber Miskonsepsi

23

c. Penyebab Miskonsepsi..

26

d. Miskonsepsi dari Sudut Pandang Konstmktivisme

27

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Altematif atau Disain-disain
AlternatifIntervensi Tindakan Yang Dipilih

30

C. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan

42

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

54

A. Tujuan Penelitian

54

B. Waktu dan Tempat Penelitian

54

C. Metode

dan

Disain

Intervensi

Tindakan/rancangan

Penelitian ..

Siklus
54

D. Subjek/Partisipan Yang Terlibat Dalam penelitian

56

E. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
FセN Tah apan I ntervensl. T'IIIdakan H[ゥLG|セ ·,..(..:

56

G. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

CV

H. Data dan Sumber Data
1.

Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan

)-6
57
57
58

J. Teknik Pengumpulan Data

59

K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trustworthiness) studi

59

1. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis

62

M. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan

63

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALIS
DAN PEMBAHASAN

64

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan EfekIHasil Intervensi Tindakan
..................................................................................................... 64
B. Pemeriksaan Keabsahan Data

64

D. Interpretasi Hasil Analisis............................................. 75
E. Pembahasan Temuan Penelitian...................................... 90

BAB V

PENUTUP

'b A Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

95
95
96

98

DAFTAR TABEL

Tabcl

Halaman

I. Langkah-Iangkah pembelajaran koopcratif

15

2. Pcnyebab Miskonsepsi Siswa

26

3. I'crbedaan Sel Tumbuhan dan ScI Hewan

48

4. Skcma Teknik Jigsaw

55

5. Tahapan Intervensi Tindakan Siklus 1

56

6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Sel

58

.r umlah Miskonscpsi Siswa Pada Pretes dan Postes Siklus 1
8. .r umlah Miskonsepsi Siswa Pada Pretes dan Postes Siklus II

65
66

9. Output Paired Samples Test Pengurangan Miskonsepsi

67

7.

10. Penguasaan Konsep Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 11................................. 68
I 1. Output Paired Samples Statistic.................................................................... 70
]2. Output Paired Samples Test Penguasaan Konsep......................................... 70
13. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II................

71

14. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran KooperatifTeknikJigsaw.... 72
15. Miskonsepsi Siswa pada Materi Struktur dan Fungsi Sel (Siklns I)............. 79
16. Miskonsepsi Siswa pada Materi Transpor pada Membran (Siklus II).......... 87
17. Miskonsepsi Siswa pada Pretes Siklus 1

101

18. Miskonsepsi Siswa pada Postes SikIus 1

102

19. Miskonsepsi Siswa pada Pretes Siklus II

103

20. rVliskonsepsi Siswa pada Postes Siklus II

104

21. Pengujian Rata-rata Pretes dan Postes Siklus 1..

105

22. Pengujian Rata-rata Pretes dan Postes Siklus II

105

23. Pengujian Rata-rata Min 1 dan Min II

105

24. Pengujian Rata-rata N-gain Siklus 1daan Siklus II

.105

25. Skor Validitas Uji Coba Instrumen Penelitian Sub Konsep Struktur
dan Fungsi Sel (Siklus I)

153

27. Skor Validitas Uji Coba Instrumen Penelitian Sub Konsep Transpor
Pada Membran (Siklus II)
28. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen (Siklus II)

157
158

29. Skor Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian Sub Konsep Stmktur dan
Fungsi Sel (Siklus I)

159

30. Skor Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian Sub Konsep Transpor pada
Membran (Siklus II)

161

31. Tingkat Kesukaran Soal Pada Siklus 1

163

32. Tingkat Kesukaran Soal Pada Siklus II

164

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. lIustrasi Jigsaw

20

2. Proses Membangun Pengetahuan Ilmiah

38

3. Bagan Kcrangka Pikir .'"

'"

41

4. Sel j-jewan dan Sel Tumbuhan

49

5. Bagan Konsep Sel

53

6. Model Penelitian Tindakan Kelas

55

7. Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

68

8. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dengan Membaca Buku/
Textbook pada Siklus 1

106

9. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dengan Tidak Membaca Buku/
Textbook pada Siklus 11.

106

DAFTAR LAMPlRAN

Lampiran

Halaman

I. Miskonsepsi Siswa pada Pretes Sikius I

101

2. Miskonsepsi Siswa pada Postes Sikius I

102

3. Miskonsepsi Siswa pada Pretes Siklus II

103

4. Miskonsepsi SiswapadaPostes Sikius II

104

5. Hasil Perhitungan Paired Samples T test dengan Program SPSS 10.0

105

6. Gumbar Perbandingan Presentasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II

I06

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

107

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

115

9. Kisi-kisi Penulisan Instrumen Penelitian Sub Konsep Struktur dan
Fungsi Sel (Siklus I)

121

10. Kisi-kisi Penulisan Instrumen Penelitian Sub Konsep Transpor pada
Membran (Siklus II)

124

II. Kisi-kisi Instrull1en Penelitian Sub Konsep Struktur dan Fungsi Sel
(Sikius I)

126

12. Kisi-kisi Instrull1en Penelitian Sub Konsep Transpor pada Mell1bran
(Siklus II)

127

13. Soal Uji Coba Instrumen Sub Konsep StlUktur dan Fungsi Sel (Siklus I) ...128
14. Kunci Jawaban Soal Sub Konsep Struktur dan Fungsi Sel (Siklus I)

134

15. Soal Uji Coba Instrumen Sub Konsep Transpor pada Membran
(Siklus II)

136

16. Kunci Jawaban Soal Sub Konsep Transpor pada Mell1bran (Siklus II)

141

17. Instmmen Penelitian Sub Konsep StlUktur dan Fungsi Sel (Siklus I)

143

18. Kunci Jawaban

147

19. Instrumen Penelitian Sub Konsep Transpor pada Membran (Siklus II)

148

20. Kunci Jawaban

152

21. Skor Validitas Uji Coba Instrumen Penelitian Sub Konsep Stmktur
clan Fungsi Sel (Siklus I)

153

23. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen (Siklus I)

.156

24. Skor Validitas Uji Coba Instrumen Penelitian Sub Konsep Transpor
Pada Membran (Siklus II)
25. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen (Siklus II)

157
158

26. Skor Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian Sub Konsep Stmktur dan
Fungsi Sel (Siklus I)
27. Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen (Siklus I)

159
160

28. Skor Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian Sub Konsep Transpor pada
Membran (Siklus II)

161

29. I'erhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen (Siklus II)

162

30. Tingkat Kesukaran Soal Pada Sik1us 1

163

31. Tingkat Kesukaran Soal Pada Siklus II

164

32. Lembar Observasi Siswa

165

33. Kuesioner Siswa Mengenai Metode Pembelajaran TeknikJigsaw

166

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Bclakang Masalah

Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan tujuan atau sasaran bidang pendidikan dalam menyikapi era
globalisasi. Dalam era globalisasi ini, sumber daya manusia yang berkualitas
akan menjadi tumpuan utama suatu bangsa dapat berkompetensi. Oleh karena
itu, sudah seharusnya pembangunan di sektor pendidikan menjadi prioritas
utama yang hams dilakukan pemerintah agar melahirkan generasi-generasi
bangsa yang berintelektual. Pendidikan IPA (biologi) sebagai bagian dari
pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Sejalan dengan peningkatan pendidikan secara kuantitatif dan
kualitatif, tantangan dalam dunia pendidikan di Indonesia semakin meluas.
Kedua peningkatan pendidikan tersebut harus dilakukan secara tems-menerus
agar hasil pendidikan dapat dicapai secara maksimal. Selama ini sudah banyak
usaha-usaha peningkatan di bidang pendidikan, tetapi sebagian besar hasilhasil yang dicapai hingga sekarang ini belum dapat membekali sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan-tantangan di era globalisasi ini.!
Pembahaman di bidang pendidikan harus segera dilakukan guna
meningkatkan mutu pendidikan. Paradigma pendidikan menuntut agar sekolah
dan guru lebih kreatif dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran
di sekolah. Kreativitas sekolah dan gum hams muncul dalam : I).
Menciptakan suasana belajar yang inovatif dan kreatif. 2). Meningkatkan
kecakapan siswa wltuk membangun pengetahuan. 2 Namun, gagasan-gagasan

I

2
pーョイャゥ ォセ

Musahir, Konstrllktivisme Da/am Pembe/ajaran IPA, (Jakarta: MAN 4, 2004) h. 1
Susanto Pudiyo, Keterampi/an Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstrllktivisme, (Jurusan
Ri . . . I"'oi

セ エャ ョ iGANイ

セZQゥmューエ Aa|

rt!'ln Tlmll Pp.naptI'!hlll1n

!J.l!ltTl

Tln i"prC'it",,, l\T"'''''''r:

2

pembaharuan pendidikan itu tampaknya belum dapat diwujudkan dalam
bentuk nyata pada peningkatan mutu pendidikan. Belum terwujudnya
peningkatan mutu pendidikan itu diduga disebabkan banyaknya masalab yang
belum dapat dipecahkan oleh sekolah dan guru.
Belum adanya peningkatan mutu pendidikan Juga dialami pada
pendidikan sains (termasuk di dalamnya bidang studi biologi). Belum
meningkatnya mutu pendidikan sains ada hubungannya dengan belum dapat
dipecahkannya masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran sains.
Masalah-masalah

pembelajaran

sams

dan

pemecahannya

sering

didengungkan, didiskusikan, dan diseminarkan, babkan ditatarkan kepada
guru, tetapi dalam penerapannya masalah-masalah tersebut tetap menjadi
masalah yang menjadi faktor kurang meningkatnya mutu pembelajaran sains.
Masalah-masalah pembelajaran sains yang dimaksudkan adalah tidak dapat
diperbaharuinya metodologi dan teknologi pembelajaran sains konvensional
yang sudah mendarah daging pada guru sains. Masalah-masalah pembelajaran
sains itu adalah sebagai berikut3

:

Pertama, Pengalaman siswa tidak diintegrasikan pada kegiatan belajar

mengajar (KBM). Sejak awal pelajaran, gum pada umumnya langsung
mencurahkan materi pelajaran yang ditargetkan. Materi tersebut

、ゥ。ウオュ セ ョ

belum dikuasai oleh siswa dan harus dikuasai oleh siswa. Seharusnya guru
terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep yang
dipelajari. Berdasarkan pengetahuan awal itu guru mengembangkan konsep
slswa.
Kedua, Variasi KBM sangat sedikit. Pada saat ini, guru mengajar

dengan ceramah dikombinasi dengan media (jika ada), atau dengan metode
tanya jawab (dibantu dengan LKS/Lembar Kelja Siswa). Seharusnya
pembelajaran dilaksanakan secm'a variatif sesuai dengan karakteristik
pengetahuan dari konsep yang dipelajari. Guru dapat berdemonstrasi,
membimbing eksperimen, atau mengajak siswa untuk belajar kelompok.

3

Ketiga, Pengajaran sains hanya mencurahkan pengetahuan (tidak

berdasarkan praktik). Dalam hal ini, fakta, konsep, dan prinsip sains lebih
banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa
didasarkan pada hasil kerja praktik. Pencurahan pengetahuan dengan cara
tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi atau salah pengertian Seharusnya
pembelajaran sains didasarkan pada praktik siswa. Berdasarkan hasil kerja
praktik siswa diarahkan untuk menemukan fakta, konsep, dan prinsip sains.
Penelitian-penelitian pendidikan IPA memperoleh fakta bahwa masih
banyak guru IPA dalam kegiatan pembelajarannya hanya menginformasikan
fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang terlepas dari pengalarp.an dan
pengetahuan awal siswa, sehingga guru tidak dapat mengungkapkan konsep
awal siswa. 4 Hal ini akan berdanlpak kurang baik, karena materi atau konsep
yang terlepas dari pengetahuan awal siswa akan dirasakan asing, sulit, dan
membosankan sehingga siswa tidak termotivasi mengikuti pelajaran. Dampak
negatif yang lebih fatal dari pembelajaran tersebut yaitu pemahaman siswa
tentang IPA tidak utuh, IPA hanya dipahami sebagai produk (teori) saja,
sedangkan IPA sebagai proses dan aplikasinya tidak tersentuh. Pembelajaran
dengan cara ini menyebabkan siswa tidak berperan aktif sehingga di dalam
pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Oleh karena itu,
metode yang diterapkan guru sering membosankan dan kurang merangsang
siswa untuk berpikir. Selain itu, pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan
miskonsepsi pada siswa.
Sebelum mengikuti proses pembelajaran secara formal di sekolah,
Slswa sudah membawa konsep awal tentang biologi. Konsep awal yang
l11ereka bawa itu kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep
yang diteril11a para ahli. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah
itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep. 5 Konsep awal itu l11ereka
dapat sewaktu berada di sekolah dasar, sekolah l11enengah, dari pengalaman
dan pengamatan mereka di masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari.
4

S

Musahir, Loc. cU.
Paul Suparno, Miskonsepsi don Perubohon Konsep Pendidikon Fisiko. (Jakarta : PT

4

Hasil belajar siswa menunjukan tingkat prestasi yang rendah, hal ini
disebabkan karena masih banyak terjadi miskonsepsi siswa pada konsepkonsep Biologi. Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti
biologi, kimia, fisika, dan astronomi. 6 Dalam bidang biologi, para peneliti
menemukan beberapa contoh miskonsepsi yang dimiliki siswa maupun
l11ahasiswa. Salah satunya adalall konsep tentang binatang. Banyak siswa
mengartikan binatang terbatas pada vertebrata, khususnya binatang mamalia
yang ditemukan di rumall, kebun, dan kebun binatang. Al11ir dan Tamir
(1994), menemukan adanya miskonsepsi dalam konsep fotosintesis, suatu
konsep yang penting dalam biologi. 7 Siswa menjelaskan ballwa fotosintesis
adalah suatu proses pernapasan oleh tanal11an. Banyak siswa, meskipun sudall
mengikuti mata pelajaran biologi cukup lama, tetap beranggapan bahwa
tanaman mendapatkan makanan langsung dari tanah, padahal sebenarnya tidak
del11ikian.
Pada penelitian ini akan digunakan' konsep tentang sel. Dalam
pel11belajaran, umumnya siswa tidak dapat melihat sel seCal'a langsung karena
bersifat abstrak. Guru juga jarang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melihat langsung melalui pangamatan maupun menyajikan contoh dari
model-model sel tumbuhan dan sel hewan. Pembelajaran seperti ini biasanya
akan menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Berdasarkall hasil wawancara
terhadap siswa, peneliti mendapatkan beberapa miskonsepsi pada konsep sel,
antara lain:
I. Sel hanya dimiliki pada manusia dan hewan sedangkan tumbuhan tidak
memiliki sel.
2. Sel hewan tidak memiliki membran sel.
3. Sel hewan termasuk sel prokariotik dan salah satu contohnya adalall
bakteri, siswa menganggap bahwa bakteri adalall hewan padallal bukan.
4. Organel pada sel tumbuhan yang berperan dalam fotosintesis adalall
vakuola. Fungsi vakuola yaitu untuk menyimpan cadangan makanan
6NN,
Children"s
Misconceptions
(!illR:11w"vw.amasci.com/miscon/ollphvs.htm I. 1998)

Abolll

Science,

5

sedangkan proses fotosintesis itu berguna agar tanaman memperoleh
energi dalam hal ini adalah makanan untuk pertumbuhannya. Dengan
begitu, siswa menganggap vakuola yang berperan dan membantu proses
fotosintesis pada tumbuhan untuk memperoleh makanan.
Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan sumber kesulitan
siswa

dalam

mempelajari

biologi.

Pembelajaran

yang

tidak

mempertimbangkan pengetahuan awal siswa mengakibatkan miskonsepsimiskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil. Sumber miskonsepsi bisa
berasal dari diri siswa, masyarakat, sumber baeaan, dan guru. Miskonsepsi
dipandang sebagai faktor penting penghambat bagi siswa dan rujukan bagi
guru dalam pembelajaran dan pengajaran sains (Osborne dan Freyberg,

1985)."
Masalah miskonsepsi ini harus segera diatasi guna meningkatkan
kualitas pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang dapat memberikan peran
aktif pada siswa untuk mengungkapkan konsep dan gagasan mereka adalah
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dengan menggunakan teknik
Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw sangat coeok digunakan

untuk menyampaikan konsep tentang sel, karena pada saat pembelajaran
setiap siswa akan mendapatkan topik materi yang berbeda-beda untuk
didiskusikan dan dipresentasikan. Dengan eara demikian, model pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw adalah eara yang baik untuk mengungkapkan
pengetahuan siswa dengan menekankan pada kesadaran siswa untuk belajar
berpikir,

memeeahkan

masalah,

dan

belajar

untuk

mengaplikasikan

pengetahuan, konsep, keterampilan tersebut kepada siswa yang membutuhkan
dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada
orang lain dalam kelompoknya.9

8 Tatang Suratno, KOl1sln,ktiv;sme, Konsepsi A/terna/if. dan Perubahan Konseptual,
(Jakarta: Prosiding Seminar Intemasional Jnl1lsan Pendidikan IPA, FITK, UIN Jakarta, 2006) h. I
9 Wagiran, Meningkalkan Keaktifan Mahasiswa dan Reduksi Miskonsepsi Ale/allli
Pembelajaran Kans/ruk/ivls/ik Model Koopera/if Herban/uan Modul. (Jumal IImu Pendidikan,
Jilid 13, No I, Februari 2006) h. 27

6

Berdasarkan

hasil

penelitian,

pembelajaran

model

kooperatif

merupakan model pembel'!iaran yang terbukti efektif dalam mengurangi
terjadinya

miskonsepsi,lo

karena

cooperative

learning

merupakan

pembel'!iaran yang aktif, pembel'!iaran ini memungkinkan siswa belajar dari
teman, karena bahasa teman seringkali lebih mudah dipahami dari pada ballasa
guru. Dengan mendiskusikannya dengan (eman lain tentang konsep yang barn
saja dipelajari akan membuat mereka tertantang untuk mengerti lebih dalam.
Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka masing-masing,
mendengarkan gagasan ternan lain, memperdebatkannya secara argumentatifrasional gagasan mereka yang berbeda. Dari perdebatan itn, siswa yang
mempunyai gagasan tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan
mengambil gagasan siswa lain yang benar. Sedangkan jika gagasan mereka
sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagasan itu.
Sebagian pakar percaya bahwa sebuah mata pelajaran, benar-benar
diketallUi dan dikuasai ketika siswa mampu mengajarkannya kepada orang
lain. Pengajaran sesanla siswa memberi kesempatan untuk mempelajari
sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber satu sama lain. Hal ini
memungkinkan terciptanya kondisi belajar dimana siswa saling membantu
untuk kesuksesan bersama. Dalam cooperative learning semua anggota
mempunyai tanggungjawab dan tugas.
Penerapan metode kooperatif didasari pada koreksi atas pembelajaran
tradisional dan temuan bal1wa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran teacher centered
mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih rendal1 daripada pembelajaran
aktif dengan para siswa memecal1kan permasalal1an, mefliawab pertanyaan,
merumuskan pertanyaan milik mereka sendiri, mendiskusikan, menjelaskan,
berdebat, dan cooperative learning, yaitu siswa bekerja berkelompok pada
proses pembelajaran. 11

10

II

Ibid, h. 26
Ibid

7

Pembelajaran model kooperatif teknik Jigsaw akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengemukakan
ide-ide, gagasan-gagasan, konsep-konsep baru berdasarkan pengalaman dan
penemuannya sendiri serta didiskusikan bersama-sama siswa yang lain
sehingga dapat membantu menangani miskonsepsi karena dapat meluruskan
konsep-konsep siswa yang salah untuk menjadi konsep yang benar. Selain itu
juga, siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
. sulitjika mereka mendiskusikan dengan temannya.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dalam
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
ditunjukkan

dengan

tereduksinya

miskonsepsi

siswa

kelas

XI

MA

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada konsep sel dalam
pembelajaran biologi.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari

uraian

latar

belakang

masalah

di

atas,

penulis

daplt

mengidentifikasikan masalah di antaranya :
I. Miskonsepsi apa saja yang terdapat pada siswa terhadap konsep sel dalam
pembelajaran biologi ?
2. Bagaimanakah aktivitas Slswa dalam pembelajaran kooperatif. telmik
Jigsaw?

3. Bagaimanakah respon Slswa terhadap model pembelajaran kooperatif
teknik Jigsaw dalam pembelajaran biologi ?
4. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw daplt
mengurangi miskonsepsi siswa kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap konsep sel dalam pembelajaran biologi ?

8

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar masalah dapat dibahas dengan jelas dan tidak me1uas, maka
penelitian ini dibatasi pada :
I. Penggunaan model pembelajaran kooperatifteknik Jigsaw
2. Miskonsepsi siswa kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Konsep sel dalam pembelajaran biologi

D. Perumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah penggunaan
model pembelajaran kooperatifteknik Jigsaw dapat mengurangi miskonsepsi
siswa kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
konsep sel dalam pembelajaran biologi" ?

E. Kegunaan HasH Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini, antara lain adalah :
1. Memberikan informasi khususnya kepada guru biologi apakah dengan

penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat

mengurangi miskonsepsi pada siswa guna meningkatkan kualitas
pembe1ajaran.
2. Mengaktifkan siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
3. Memberikan variasi dalam KBM
4. Menciptakan suasana belajar menjadi bermakna
5. Menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered
Learning)

BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Kajian Teoritik
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif{Cooperative Learning)

Menurut Johnson (1991) dalam Barokah cooperative learning
adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa
belajar dan bekeIja sarna untuk sarnpai kepada pengalarnan belajar yang
optimal, baik pengalarnan individu maupun kelompok. I
Pembelajaran kooperatif sarna seperti pembelajaran kolaboratif.
Akan tetapi pada pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada
kelompok-kelompok kecil yang bekeJja pada tugas yang spesifik. 2
Pembelajaran kooperatif menyajikan rangkaian struktur yang lebih teliti
dari pada pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga slswa
memaksimalkan

dirinya

untuk

bekerja

bersarna-sarna

dalarn

pembelajaran.3 Dari pengertian ini tersirat tiga karakteristik kooperatif,
yaitu kelompok-kelompok kecil, belajarlbekerja sarna, dan pengalarnan
belajar.
Killer (1998) dalarn Suasti cooperative learning merupakan suatu
teknik

instruksional

dan

filosofi

pembelajaran

yang

berusaha

meningkatkan kemarnpuan siswa untuk bekeIjasarna dalarn kelompok

I Barokah
Santoso, Cooperative Learning : Penerapan Tekhnik Jigsaw dolam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP. (Buletin Pelangi Pendidikan, vol I, No I, 1999) h. 6
2 Barbara J. Millis, Enhancing Learning-and Morel-Through Cooperative Learning,
(Manhattan: IDEAliilksll.edu,?002 The IDEA Center)
3 Barbara Leigh Smith and Jean T. MacGregor, What is Collaborative Learning?,
Washington Centre for Improving The Oualitv off tョサャヲセイ
ョイセai AャエpN
Prl ••,.,.... t;.......

10

kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajamya, dan belajar dari
temannya serta memimpin dirinya. 4
Pembell\iaran kooperatif (cooperative learning) dapat didefinisikan
scbagai lingkungan belajar di mana siswa yang kemampuannya berbedabeda bekeIja bersarna dalarn suatu kelompok kecil untuk menyelesaikan
tugas-tugas akademik. 5 Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk teriibat secara aktif
dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Menurut Daroni, cooperative learning sebagai suatu strategi
pembelajaran tempat siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 siswa dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang berbedabeda dalarn menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sarna secara kolaboratif dan membantu untuk memahami suatu materi
pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban ternan, serta kegiatan
lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi. 6 Bell\iar belum
selesai jika salah satu ternan dalarn kelompoknya belum menguasai bahan
pelajaran.
Esensi kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus
kelompok,

sehingga

dalarn

diri

Slswa

terbentuk

sikap

saling

ketergantungan positif (positive interdependence) yang menjadikan keIja
kelompok beIjalan optimal. 7 Keadaan ini mendorong siswa dalarn
kelompoknya untuk belajar, bekerja, dan bertanggung jawab dengan
sungguh-sungguh sarnpai dengan selesainya tugas-tugas individu dan
kelompok. Oleh karena itu, siswa dalarn kerja kelompok tidak menjadi
"penumpang gelap" (hitch-hike), "pasrah" kepada ternan, atau asal
namanya tercantum sebagai anggota kelompok.
.. Yurni Suasli, Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui
Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw, (Jurnal Pembelajaran, No. 04 Tabun 26,
Desember 2003) h. 326
5 Sri Hartati, Turnamen Sebagai Alternatif Model Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Biologi SMU. (Jurnal Pendidikan, FIP UNNES) h. 20
6 Darnni, Pembelajaran Kooperatif IPA di SLTP Melalui Model Jigsaw. (UK UNNES,
No.2 Tahun XXXI, 2002) h. 231

II

Model pembelajaran kooperatif tidak sarna dengan sekadar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning
dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih
efektif.
Belajar kooperatif memupuk pembentukan kelompok kelja dengan
lingkungan positif, meniadakan persaingan individu, dan isolasi di
lingkungan akademik. Dalarn hal ini terdapat tiga konsep utarna yang
menjadi

karakteristik

pembelajaran kooperatif,

yaitu

penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sarna
untuk berhasil. 8
Keberhasilan model pembelajaran kooperatif ditentukan oleh lima
faktor, antara lain: terciptanya interdependensi positif antar siswa, adanya
hubungan harmonis antar siswa, terciptanya tukar pikiran yang dilandasi
tanggung jawab individu, adanya siswa yang memiliki kemampuan
kognitif lebih. 9 Pembelajaran kooperatif ini bertujuan untuk menciptakan
suasana belajar menjadi bermakna, menumbuhkan partisipasi aktif siswa,
dan siswa merasa bangga dengan hasil temuannya sendiri
Dari uraian di atas dapat dimiikan cooperative learning adalah
salah satu jenis pembelajaran aktif, di mana siswa belajar bersama dalanl
kelompok kecil untuk menyelesaikan tujuan secm'a bersarna-sama, melatih
siswa untuk belajar bersama dalam menyelesaikan dan melengkapi tugastugas.
b. Ciri-ciri dalam Cooperative Learning
Ciri-ciri yang hams tampak dalam cooperative learning, yaitu

:10

I) Positive interdependence. Saling ketergantungan yang positif,

yakni anggota kelompok berkewajiban bekelja sarna satu sarna lain
8 Sri Hartati, Op, cit., h, 21
'Musahir, Konstrllktivisme Dalam PembelajaranlPA. (Jakarta: MAN 4, 2004) h. 4
10R",('"" .. T

",nrl

[""'\ ....

,:.4 \11

l ..... 1-. .. ,.. ........

セNヲL

n .. セ NZセ

...

セイfB

.. ⦅NAセ

M セL

-'

...... _•••

12

untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan ke1ompok sangat
ditentukan pada usaha setiap anggotanya. Dalam hal ini setiap
anggota kelompok memi1iki nilai sendiri dan nilai kelompok.
Penilaian didasarkan pada sumbangan anggota terhadap kelompok.

2) Individual accountability. Kemampuan melapor secara individu,
yakni semua anggota kelompok turut bertanggung jawab untuk
melakukan tugasnya dan mengembangkan ide-idenya untuk
keberhasilan kelompok.

3) Face-to-face promotive interaction. 1nteraksi berhadap-hadapan,
yakni setiap kelompok harns diberi kesempatan untuk bertatap
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan
sinergi yang menguntungkan semua anggota.

4) Appropriate

use

of

collaborative

skills.

Menggunakan

keteranlpilan sosial, yakni para siswa didukung dan dibantu untuk
mengembangkan

kemampuan

berkomunikasi,

kepemimpinan,

pengambilan keputusan, dan keterampilan pengendalian konflik.

5) Group

processing.

Proses

kelompok,

yakni

siswa

harus

mengevaluasi efektivitas kelompok. Anggota regu menetapkan
tujuan kelompok dan pada waktu tertentu menilai apa yang mereka
lakukan dan merumuskan apa yang harus mereka kerjakan
selanjutnya.
Secara umum pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri, yaitu
setiap anggota mempunyai peran, terjadi hubungan interaksi langsung
di antara para siswa, setiap anggota kelompok belianggung jawab atas
belajamya dan juga atas teman-teman sekelompoknya. Peran guru
membantu

para

Slswa

untuk

mengembangkan

keterampilan-

keterampilan kelompok dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok
saat diperlukan. II

13

Lundgren

dalam

Daroni

mendeskripsikan

keterampilan

kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif
meliputi tiga tingkatan yaitu, tingkat awal, tingkat menengah, dan
tingkat mahir. Dalam setiap tingkatan terdapat beberapa keterampilan
yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat me1aksanakan pembelajaran
kooperatif

dengan

baik.

Keterampilan

tersebut

antara

lain

menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran
dan berbagi tugas, berada dalam tugas, mendorong partisipasi (tingkat
awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan penghargaan dan
simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan
(tingkat l11enengah), l11engelaborasi, mel11eriksa dengan cermat,
menanyakan kebenaran, dan berkompromi (tingkat mahir).12

c. Pcmbclajaran Koopcratif pada Pcngajaran Biologi
Berkaitan

dengan

kajian

teori-teori

yang

l11elandasi

pembelajaran biologi SMU diperoleh pel11ikiran-pel11ikiran sebagai
berikut :13
I) Prinsip teori pel11belajaran konstruktivis pada hakikatnya telwang
dalanl pengajaran Biologi SMU melalui pendekatan keteral11pilan
proses (PKP) atau proses belajar mengajar dengan CBSA.
2) Salah satu penerapan teori pembelajaran konstruktivis adalah

pel11belajaran kooperatif
3) Peran setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif
lebih besar dibandingkan peran setiap

anggota kelol11pok

pel11belajaran konvensionaI. Peran ini diperoleh karena prinsip
pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan kelol11pok ditentukan
oleh keberhasilan anggotanya. Dengan adanya tanggung jawab
individu, mendorong setiap anggota kelompok untuk berusaha
saling membantu mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru

12

Ibid, h. 234

14

agar tujuan kelompok tercapai yaitu memperoleh penghargaan
kelompok. Jika tujuan kelompoknya telah tercapai, diharapkan
kelompok tersebut dapat meningkat hasil belajamya, dengan kata
lain setiap anggota kelompok dapat menurUukkan prestasi belajar
yang tinggi.
Bertitik tolak dari tujuan pembelajaran IPA SMU kurikulum
1994 yang menggunakan pendekatan keterampilan proses, tugas guru
adalah menyusun kegiatan sedemikian rupa yang memungkinkan para
. siswa

dapat

melakukan

kegiatan-kegiatan

untuk

mendapatkan

pengalaman yang sesuai dengan kebutuharmya. 14 Di sinilah prinsip
learning by doing, yaitu belajar sambil bekerja. IPA adalab produk,

proses, sikap ilmiah, dan teknologi. Oleh karena itu, di samping
mengajarkan produk (konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori), guru
juga harus

mengajarkan bagaimana cara atau

proses dalanl

memperoleh produk tersebut dengan mengembangkan sikap-sikap
ilmiah seperti jujur, berhati terbuka, selain ingin tabu, teliti, dan
sebagainya. Dalam kurikulum juga ditekankan persiapan siswa untuk
menghadapi

dunia

modem.

Perkembangan

teknologi

yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting
dari belajar IPA. Dengan demikian, guru juga harus mengajarkan
bagaimana siswa dapat berperan dalam penyelesaian masalab dunia
nyata, yaitu bagaimana dapat menerapkan konsep dan prinsip IPA
untuk menghasilkan karya teknologi sederhana. Dalam pembelajaran
IPA, dilakukan eksperimen dan pengamatan. Dalam melakukan
eksperimen maupun pengamatan ini guru membagi siswa dalam
kelompok-kelompok karena keterbatasan alat-alat,

bahan-baban,

maupun alat peraga yang digunakan. Jadi pembelajaran kooperatif
mutlak diperlukan dalam pembelajaran IP A.

15

Pembelajaran

kooperatif

periu

dilaksanakan

dalarn

pembelajaran IP A l11engingat perkembangan kognitif siswa lajunya
tidak sarna, walaupun usianya sarna. Dengan l11engatur kelas dalarn
kelompok-kelol11pok kecil, guru dapat l11embantu siswa dalarn belajar
yang lebih baik karena dapat mengenal siswa secara individual lebih
dekat. Dengan l11enggunakan keteral11pilan-keterampilan kooperatif
yang telah diperolehnya siswa dapat berbagi pengalaman l11elalui tutor
teman sebaya. Hal ini dapat meningkatkan l110tivasi dan peran aktif
siswa dalarn diskusi atau penyelesaian tugas-tugas pembelajaran.
Siswa terkadang dapat menjelaskan lebih baik dan lebih jelas atau
lebih l11udah diteril11a siswa lain dari pada guru. Hal ini mungkin
disebabkan karena anak lebih mudah berkomunikasi sesama anak.
Oleh karena itu, guru hendaknya banyak mel11beri kesel11patan kepada
siswa untuk bergabung dengan siswa lain yang kel11ampuannya
berbeda-beda, sehingga l11ereka dapat lebih mudah mel11ahami konsepkonsep yang sulit melalui diskusi dengan kelompoknya.

d. Langkah-Iangkah Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Leaming)
Terdapat 6langkah utarna dalarn cooperative learning, yaitu : 15
Tabell. Langkah-Iangkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-Iangkah

Kegiatan Guru

Guru l11enyal11paikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan mel110tivasi
siswa belaiar
Guru menyajikan inforl11asi kepada
siswa
dengan
baik
peragaan
(demonstrasi) atau teks
Guru menjelaskan kepada siswa
Langkah 3
caranya
Mengorganisasikan siswa ke bagail11ana
membentuk
dalam
kelompok-kelompok kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
belajar
perubahan yang efisien

Langkah 1
tujuan
Menyampaikan
pembelajaran dan l11el11otivasi
Slswa
Langkah2
Menyajikan informasi

15

Ml1

Dokumen yang terkait

Penggunaan peta konsep untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada konsep jaringan tumbuhan: penelitian tindakan kelas di MAN 10 Jakarta

1 13 76

Penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika (penelitian tindakan klas di madrasah tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta

0 9 373

Upaya meningkatkan belajar siswa melalui strtegi pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada konsep hidrokarbon: penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) di Madrasah Aliyah Annajah Pettukangan selatan Jakartach

4 24 102

Analisis Wacana Argumentasi Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Konsep Virus Kelas X (Penelitian Deskriptif Di Sma Negeri 9 Kota Tangerang Selatan)

1 7 275

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

5 21 92

Efektivitas Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI IPS II Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta

5 35 174