Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

(1)

JAKARTA

(Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUHAMMAD ASHIP NIM: 107011000881

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

JAKARTA

(Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUHAMMAD ASHIP NIM: 107011000881

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pror. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor, MA.

19470902 196712 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada jenjang Strata Satu (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, dan atau merupakan jiplakan karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2014


(5)

i

Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).Universitas Islam Negeri Sayarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakartatahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Data penelitian diperoleh melalui angket, observasi, dan kajian dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.Ini dibuktikan dari hasil observasi (angket) yang menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama Islam pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 256 (42,67%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak 236 (39,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 90 (15,00%), dan jawaban responden sangat tidak setuju adalah sebanyak 18 (3,00%). Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 Jakarta adalah

sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 263 (43,83%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak 248 (41,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban responden yang sangat tidak setuju adalah sebanyak 8 (1,33%). Penerapan metode kooperatif Jigsaw berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Agama Islam pada siswa kelas VIII D di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Hal ini berdasarkan pada nilai t-hitung sebesar 5,374 > t-tabel sebesar 1,333 dan nilai probabilitas (Sig) < α = 0,05. Besarnya kontribusi (pengaruh) penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah 0,508 (50,8%).


(6)

ii

Cooperative Type of Jigsaw to Increase Students’ Learning Motivation in PAI Lesson in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Research Study at the Students VIII D Grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Thesis, Department of Islamic Education. Faculty of Tarbiya and Teaching (FITK). State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to improve students' motivation in learning PAI in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta in academic year 2013/2014 by using learning method cooperative type of jigsaw.

The methodology that was used in this research was research methodology of correlational. The data were obtained through questionnaires, observation, and study the documentations. The data analysis techniques used in the study is quantitative descriptive analysis. The validity of the data using a data source triangulation techniques.

The conclusion from this study is that the application of learning method cooperative type of jigsaw can increase students' motivation in subject of PAI in SMP Muhammadiyah Jakarta 8 in academic year 2013/2014. This is evidenced from the observation that indicates that the application of learning method cooperative type of jigsaw in teaching and learning in Islamic studies at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta is good or very good approach. It is based on the frequency of the number of respondents who strongly agree that as many as 256 (42.67%), respondents who agree are as many as 236 (39.33%), respondents who do not agree are as many as 90 (15.00%), and respondents who strongly disagree are as many as 18 (3.00%). Students’ learning motivation in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta is already good or approaching very good. It is based on the frequency of the number of respondents who strongly agree are as many as 263 (43.83%), respondents who agree are as many as 248 (41.33%), respondents who do not agree are as many as 81 (13.50%), and respondents who strongly disagree are as many as 8 (1.33%). The application of learning method cooperative type of jigsaw has positif effect and significant on motivation to learn Islamic study at the students VIII D grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. It is based on the percentage of 5,374 t count> t-table is 1.333 and the probability value (Sig) <α = 0.05. The amount of the contribution (influence) the application of the Jigsaw method on learning motivation is 0.508 (50.8%).


(7)

iii

Semesta Alam semata, yang karena taufiq dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meski harus melalui berbagai hambatan dan rintangan, hingga berjuang pada penyelesaian masa study yang cukup lama. Shalawat teriring salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada manusia agung, Muhammad al-Musthafa, yang warisan-warisannya senantiasa menjadi bahan kontemplasi dan rujukan di tengah kegelapan alam pikiran manusia dalam dunia yang semakin renta.

Dalam penyelesaian skripsi ini tak terhitung banyaknya lantunan do’a, motivasi, dukungan dan uluran tangan yang diretima oleh penulis. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak sehingga penulis mampu menjalani perkuliahan dan menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terima kasih kepada Seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu penulis dan mengerti keadaan penulis ketika terlambat mengembalikan buku pinjaman. Juga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk meminjamkan buku-bukunya.

Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada : ( Ibu Nurlena Rifa’I, MA.,Ph.D. selaku ketua Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ), Drs. Sapiudin, M.Ag. Selaku dosen Penasehat Akademik, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi'i Noor selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. H. Abdul Majid Khon, MA. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Ibu Marhkamah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bpk. Faza, selaku staf administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam dan seluruh Dosen Penguji Skripsi pada Sidang Munaqosah, serta penulis sampaikan pula kepada seluruh Pengelola dan Staf Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan juga Staf Akademik Pusat yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi. Ucapan


(8)

iv

Ucapan terima kasih yang se-tulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta, Almarhum Almaghfurlah Bpk. Amin Mundzir, yang nasihat-nasihat dan pesan-pesanya senantiasa penulis ingat, semangat dan perjuangan yang tak pernah padam hingga akhir hayat beliau, yang menjadi motivasi terdalam bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini demi mewujudkan cita-cita dan harapan yang sempat beliau sampaikan sebelum kepergiannya, serta untuk melanjutkan perjuangan beliau. Semoga Allah senantiasa menaunginya dengan Rahmat dan Cinta-Nya. Aamiinn… Juga untuk Ibunda tercinta, Ibu Fatimah, terima kasih atas curahan do'a, kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan perhatian yang diberikan sejak penulis kecil hingga saat ini. Semoga Allah senantiasa menjaganya dengan Kasih dan Sayang-Nya. Serta untuk keduanya-lah skripsi ini penulis persembahkan. Serta untuk kakak-kakakku tercinta, kang udin, kang mimin, kang ipah dan untuk adik-adikku tercinta, Ma’mun, Nur’aini dan Zubaedah yang telah mencurahkan perhatian, kasih saying, keikhlasan do’a yang tiada henti untuk penulis.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Guru kami yang terhormat Bpk. H. Bachron Fathin M.A “ dan " Bpk. Subchi Ahmad Fikri, MA., yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan taushiah-taushiah sepirit ke-Agama-an kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda H. Azhar Fuady Azuddin dan Bunda Faizah yang juga telah banyak meng-infaq-kan morilnya maupun materilnya. Penulis sampaikan juga terima kasih kepada bunda Hj. Radi’ah Salim, Hj. Retno Bambang Sumantri, Hj. Rosmawati Redha, H, Setidarma kanani selaku Pengurus dan pengasuh anak-anak yatim Majlis ta’lim Yayasan Istiqomah Tanah Kusir, Yang juga telah banyak membantu penulis, semoga Allah swt. Senantiasa memberikan balasan yang se-baik-baiknya kepada mereka semua. serta Selalu diberikan keberkahan, keselamatan, dan kebahagiaan, Dunia-Akhirat. Aamiiinnn…


(9)

v

memotivasi penulis serta mengajarkan tentang indahnya kebersamaan.

Kemudian penulis sampaikan pula terima kasih banyak kepada Istriku tercinta adinda Fatimatuzzahro, yang senantiasa setia mendampingi penulis dalam suka-maupun duka pada perjuangan ini, serta kesabaran yang begitu besar, juga lantunan do’a dan perhatiannya yang tak kenal lelah yang selalu mengiringi penulis dalam menyelesaikan skripsi. penulis sampaikan pula kepada sahabat-sahabat PAI, khususnya angkatan 2007, yang sama-sama dalam perjuangan keras pada penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kalian berhasil, dan dapat berjumpa kembali dalam dunia masa depan yang baik dan cemerlang. Aamiin..

Jakarta, 24 Juli 2014


(10)

vi SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 8

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw ... 10

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 12

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . 13 f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif .... 15


(11)

vii

b. Fungsi dan Peranan Motivasi ... 18

c. Macam-macam Motivasi ... 19

d. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar ... 22

3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 24

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 25

B. Kerangka Berfikir ... 26

C. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Subjek Penelitian ... 29

C. Metode Penelitian ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 30

E. Sumber Data dan Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Validitas Data ... 35

H. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Muhammadiyah 8 Jakarta 1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ... 40


(12)

viii

B. Uji Validitas dan Reabilitas... 42

C. Deskiptif data penelitian... 46

D. Deskriptif Jawaban Responden ... 50

E. Deskriptif Total Skor ... 55

F. Uji Prasyarat Data ... 55

1. Uji Normalitas Data ... 56

2. Uji Linieritas Data ... 56

3. Analisa Data dan Interpretasi ... 57

4. Uji Hipotesis ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

ix

Tabel 1. Uji Validitas Variabel Metode Jigsaw ... 43

Tabel 2. Reliabilitas Metode Jigsaw ... 44

Tabel 3. Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 45

Tabel 4. Reliabilitas Motivasi Belajar ... 46

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw ... 47

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ... 49

Tabel 7. Deskriptif Jawaban Metode Jigsaw ... 51

Tabel 8. Deskriptif Jawaban Motivasi Belajar ... 53

Tabel 9. Deskriptif Totak Skor Variabel Metode Jigsaw, dan Motivasi Belajar ... 55

Tabel 10. UjiNormalitas Data Lilifors Kolmogorov-Smirnov ... 56

Tabel 11. Uji Linieritas ... 56

Tabel 12. Uji Model Summary ... 57


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Menurut Trianto, “Perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan”.1 Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pada hakikatnya, pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mengembangkan kepribadian, kecerdasan, dan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih maju guna

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.1

2

Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) h. 5-6.


(15)

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi.

Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.

Salah satu mata pelajaran khusus yang diberikan kepada siswa adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan akhlak dan pribadi siswa. Pendidikan Agama Islam secara umum dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam. Sehingga menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pada umumnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan belajar mengajar masih monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu akan menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa dan kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI. Berdasarkan penelitian, permasalahan tersebut tidak jauh berbeda terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Perhatian siswa yang rendah terhadap mata pelajaran PAI disebabkan karena tidak adanya peningkatan motivasi belajar siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru didepan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri


(16)

yang berbicara, sedangkan mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Oleh karena itu, guru perlu menguasai model pembelajaran.

Perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan berbagai cara antara lain: perbaikan model pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan pra sarana, memberi motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan orang tua agar memberi motivasi belajar dirumah.

Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Rusman, “Model pembelajaran ini bisa melatih siswa aktif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk salin berinteraksi”.3

Penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja sama, mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Menurut Artzt & Newman, sebagaimana dikutip Trianto, "menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama".4

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Beberapa alasan lain yang menyebabkan model jigsaw perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikir yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan

3

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), hal.203 4


(17)

akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan teacher center.

Dengan adanya faktor kesamaan tersebut, maka dalam pencapaian keberhasilan siswa dapat pula dikombinasikan antara model pembelajaran jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Yang diharapakan dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PAI.

Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis adalah sangat penting dalam proses kegiatan belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Sardiman yang mengatakan bahwa seseorang itu akan mendapat hasil yang diinginkan dalam belajar bila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.5 Ini berarti bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Sebaliknya rendahnya motivasi siswa dalam belajar maka akan rendah pula hasil yang dicapai.

Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena adanya motivasi dalam dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang optimal. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 11 :



















Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dalam ayat lain juga Allah berfirman :

5

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


(18)



























Artinya : (2). apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah

mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.

(3). dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.S. At-Thalaq : 2-3)6

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai: “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran pada mata pelajaran PAI. 2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa pada mata pelajaran PAI.

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci


(19)

3. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI masih rendah.

4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum optimal.

5. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Jigsaw

Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil yang bertanggunga jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

2. Motivasi belajar

Yang dimaksud motivasi belajar di sini adalah adanya dorongan baik internal maupun eksternal pada siswa kelas VIII D untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka pokok perumusan masalah yang ingin penulis kemukakan yaitu:

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata Pelajaran Agama Islam di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan?

2. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan?


(20)

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui proses penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata pelajaran PAI.

b. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata pelajaran PAI.

2. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis dan praktis.

a. Secara Teoritis

Hasil penlitian diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan Islam.

b. Secara Praktis 1) Bagi para pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

2) Bagi siswa

Meningkatkan motivasi serta keaktifan siswa dalam belajar pendidikan Islam.

3) Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efektif ketika mengajar mata pelajaran PAI.


(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie mengatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajarkan".7 Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.

Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.8

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

7

Made, Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2009) Cet. II, h.189 8

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:


(22)

guru (multi way traffic comunication). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.

Menurut Eggen and Kauchak, "Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama".9

Pembelajaran kooperatif ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Diatas telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Johnson & Johnson, seperti yang dikutip oleh Richard M. Felder dan Rebecca Brent didalam bukunya Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, memberikan gambaran lebih rinci dengan menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

9

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).


(23)

melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan bersama, dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur dan prinsip-prinsip berikut :

1) Saling ketergantugan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran;

2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh materi pembelajaran;

3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan, dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan (motivasi) satu sama lain;

4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan di bantu untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik;

5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat berfungsi lebih efektif. 10

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.

Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Di dalam kelompok inilah siswa yang menjadi “ahli” dalam subtopik yang akan bertanggung jawab untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya agar dapat menguasai materi yang diberikan guru.

Hisyam Zaini dkk. Menyatakan bahwa “Tipe pembelajaran jigsaw merupakan tipe yang menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

10


(24)

apalagi materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada tipe ini seluruh siswa dilibatkan dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa yang lainnya”.11 Dengan kegiatan siswa mengajari siswa maka kondisi seperti ini dapat memotivasi siswa lain untuk mengungkapkan gagasannya serta bertukar pendapat. Adanya pencapaian tujuan bersama juga mendorong siswa saling membantu setiap anggota dalam kelompoknya agar dapat mencapai penguasaan materi.

Jhonson and Jhonson, seperti dikutip dalam bukunya Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perekembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

1) Meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatkan daya ingat;

3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tigkat tinggi; 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

8) Meningkatkan harga diri anak;

9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan 10)Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 12

Kegiatan yang dilakukan dalam metode jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperolah topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. 5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. 13

11

Hisyam Zainin, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),

h.56 12

Rusman, Op. Cit., h.219

13


(25)

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Di setiap kelompoknya bersifat heterogen dimana kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda.

Salah satu ciri yang membedakan dari metode-metode pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran model jigsaw yang dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif ini menandakan bahwa pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa, karena pada pembelajaran ini siswa tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa juga dapat berpartisipasi secara aktif serta saling terkait satu sama lain di dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif juga dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan di kehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran kooperatif

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pemebelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar


(26)

peserta dapat saling membelajarkan melalui bertukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana sebagian besar orang dewasa banyak melakukan pekerjaan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

Adapun menurut Warsono dan Hariyanto, keuntungan atau manfaat bersama yang di dapat dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Saling memperoleh hasil usaha orang lain (suksesmu menguntungkan aku dan suksesku menguntungkan kamu);

2) Kesadaran bahwa semua anggota kelompok akan saling berbagi manfaat yang sama (kita semua berenang atau tenggelam bersama di sini);

3) Merasa bangga dan mau bergabung untuk merayakan keberhasilan semua anggota kelompok. 14

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Priyanto, seperti yang telah dikutip oleh Made Wena, dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:15

1) Pembentukan Kelompok Asal

Setiap kelompok asal terdiri dari 4-6 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.

2) Pembelajaran pada Kelomok Asal

Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.

14

Warsono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 166

15


(27)

3) Pembentukan Kelompok Ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

4) Diskusi Kelompok Ahli

Anggota kelompok ahli mengajarkan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

5) Diskusi Kelompok Asal (Induk)

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.

6) Diskusi Kelas

Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

7) Pemberian Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang di peroleh masing- masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

8) Pemberian Penghargaan Kelompok

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Berikut adalah ilustrasi penjelasan jigsaw:


(28)

f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 1) Keunggulan

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:

a) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan

segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersoanal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2) Kelemahan

Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, di antaranya:

a) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasioanl kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang di anggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

b) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka


(29)

di bandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu siswa.

d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapan strategi ini.

e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. 16

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-sehari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.17

16

Wina, Op. Cit., h.249

17

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,


(30)

Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Silverstone menganggap motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu W.S. winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja.18 Sebab motif-motif itu tidak selamanya aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.19 Oleh karena itu, motif-motif menjadi aktif pada saat tertentu saja, dan bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.

Mc. Donald mengatakan bahwa, "Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions". (Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan).20 Yakni sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya. Dan motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.21

Menurut M. Ustman Najati, "Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku

18

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1993), h.129 19

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007). h. 73 20

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148

21


(31)

serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu".22 Sedangkan, menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik yang di kutip dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.23

Dari paparan berbagai definisi para ahli, dapat dipahami bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah laku, daya gerak, aktivitas seseorang yang menuntut atau mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang mempunyai tujuan dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi untuk mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin besar peluang untuk mencapai tujuan.

b. Fungsi dan Peranan Motivasi

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip dalam tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut.

1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar

Seseorang yang hanya berminat untuk belajar tapi belum sampai pada tataran motivasi dan belum menunjukkan aktivitas nyata, maka tidak akan ada kegiatan belajar. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat di manfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2) Motivasi Instrinsik Lebih Utama dari pada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar Efek yang diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karen itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar serta semangat belajarnya sangat kuat.

22

Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

Jakarta: Kencana, 2009. h. 183

23


(32)

3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman

Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang dikatakan itu tidak asal mengatakan, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. 4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar

Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar.

5) Motivasi Dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukan pekerjaan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.

6) Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selau menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. 24

Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan memepengaruhi serta mengubah kelakuan. Adapun fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya, antara lain :25

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

c. Macam-macam Motivasi

Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu bermacam-macam. Beberapa pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut.

Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological drive ialah dorongan-dorongan yang

24

Syaiful Bahri Op. Cit., h. 152

25


(33)

bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.26

Disamping itu Frandsen, menambahkan macam-macam motif yaitu: 1) Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

2) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.

3) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.27

Selain dua tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa di rangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk di baca. 2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi datang karena adanya perangsangan dari

luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.28

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit untuk

26

Abdul Rahman, Op. Cit., h. 192

27

Sadirman, Op. Cit., h. 87.

28


(34)

melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Sebaliknya seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa kini dan mendatang.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.29

Abraham Maslow, mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang

lain, diterima, memiliki)

29

Syaiful Bahri, Op. Cit., h.151

Aktualisasi diri Penghargaan

Sosial Keamanan


(35)

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

d. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Decee dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujan pengajaran.30

1) Menggairahkan Anak Didik

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberi kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. 2) Memberikan Harapan Realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurng tau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimistis.

30


(36)

3) Memberikan Insentif

Bila anak didik mendapat keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

4) Mengarahkan Perilaku Anak Didik

Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus di beri teguran secara arif dan bijaksana.

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik adalah sebagai berikut:

a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini kan menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan kepuasan.

b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki.

c) Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, akan merasa putus asa. d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.31

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

Menurut Tayar Yusuf, mengartikan "Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan pada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya", sedangkan menurut A. Tafsir, "Pendidikan agama Islam adalah

31


(37)

bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam".32 Lalu menurut Imam Bawani menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.33

Tohirin dalam bukunya, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, bahwa mengenai pendidikan agama Islam dapat dipahami, sebagai berikut:

1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam.

3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan jaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak ddidasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. 34

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Majid, pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:35

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam

32

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2012), h.11 33

Tohirin, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2006), h.9 34

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.121

35


(38)

keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam kepada anak didik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaanny serta menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan anak didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.36

36


(39)

Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.37

Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai nilai-nilai keagamaan dan kehidupan.

B. Kerangka Berfikir

Pada dasarnya, guru adalah seorang motivator bagi para siswanya dalam melakukan proses kegiatan belajar – mengajar, guru sebagai seorang pemimpin melakukan dua usaha utama: (1) memperkokoh motivasi siswa. (2) memilih strategi yang tepat.

Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) Motivasi intrinsik yang mengacu kepada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dari tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk menjelajah pengetahuan merupakan faktor intrinsik semua orang. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu mengacu kepada faktor-faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau pada diri siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.

Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang tepat akan membawa prestasi belajar siswa yang maksimal. Pemilihan metode mengajar ini harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan juga standar

37


(40)

kompetensi yang disampaikan, selain memperhatikan sarana dan prasaranayang ada dan kondisi dan situasi siswa.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter, sikap dan sifat siswa. Mata pelajaran ini juga erat sekali dengan lingkungan tempat siswa beradaptasi sehingga pada dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuan atau konsep-konsep dasar dalam mata pelajaran ini yang diperoleh dari lingkungan dan media massa.

Dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam guru dituntut untuk menggali konsep, pengetahuan atau informasi dasar yang telah dimiliki oleh siswa dan memilahnya ke dalam kumpulan konsep atau pengetahuan yang benar dan membangunnya dalam pengetahuan yang tepat untuk pembetukan sikap dan sifat yang baik yaitu sikap siswa berdasarkan ajaran-ajaran Islam.

Dengan metode ini guru dapat menggali konsep dan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh seorang siswa dan membangunnya dalam suatu konsep pengetahuan yang benar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kelompok. Dalam proses pembelajaran kooperatif terjadi peristiwa pengajaran teman sebaya (peer teaching) yang cenderung lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran oleh guru. Dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa berkesempatan untuk bekerjasama dengan teman untuk mengembangkan diri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator belajar sehingga hasil belajar akan lebih bermakna mendalam bagi siswa. Pada pembelajaran konvensional, guru yang lebih berperan aktif sebagai sumber belajar dan siswa hanya sebagai objek pembelajaran yang cenderung bersifat pasif.

Dengan metode yang berbeda yaitu metode kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional seperti terurai diatas akan membawa prestasi siswa yang berbeda.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai


(41)

berikut: “Semakin tepat penggunaan metode Jigsaw pada siswa maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan. Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.


(42)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, bentuk dan strategi pendidikan, sumber data dan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta yang berlokasi di Jl. Bendi Raya/Besar No. 42 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas VIII D, hal tersebut dikarenakan menurut pihak sekolah dan guru kelas yang mengajar dikelas VIII D serta hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, permasalahan pada motivasi belajar siswa yang menurun yang menjadikan kurangnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP

Muhammadiyah 8 Jakarta Tahun ajaran 2013/2014”. Jumlah siswa dikelas

tersebut adalah 30 siswa, yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri dengan peniliti bertindak sebagai guru kelas. Penelitian ini mengambil objek penelitian metode pembelajara kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).


(43)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional,yang bertujuan untuk melihat pengaruh atau hubungan antara dua variable.38 Yaitu dengan cara menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa data dan informasi mengenai masalah pengaruh antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan motivasi belajar siswa.

Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable bebas (Independent Variable) yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (X) dan Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu motivasi belajar siswa (Y).

Penelitian korelasi bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variable berpengaruh pada variable lainnya. Penelitian ini akan terlihat seberapa besar korelasi antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

Adapun sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang Disusun oleh Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2013

D. Populasi dan Sample

Agar pembahasan lebih terarah dan sistimatis sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian ini adalah : populasi dan sampel, instrumen pengumoulan data dan teknik analisis data.

1. Populasi

Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang populasi, terlebih dahulu akan diuraikan batasan-batasan populasi yang dimaksud, antara lain adalah sebagai berikut:

Menurut Donald Ary dalam bukunya Introduction to Research in Education, mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah yang lebih

38

Nuraida & Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat:Islamic Research


(44)

besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dan juga populasi dirumuskan sebagai seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas.39

Menurut Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dilakukan baik berupa manusia, hewan, benda, tumbuh-tumbuhan serta gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berkaitan dengan obyek dari suatu penelitian.40

Suharsimi Arikunto memberikan pengertian bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.41

Dalam buku Pengantar Metode Statistik II dikemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama.42

Jadi, yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian, baik itu seluruh anggota, sekelompok orang, kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas dan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama. Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian yaitu keseluruhan siswa dengan jumlah 492 sebagai obyek penelitian yang ada di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta tahun ajaran 2013-3014.

2. Sampel

Sampel menurut Suharsimi Arikunto dalam Nazar Bakry yang mengemukakan bahwa “sampel adalah sebahagian atau wakil populasi yang di

39

Donald Ary., et.all., Introduction to Research in Education, diterjemahkan oleh Arif

Furqan dengan judul Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya : Usaha Nasional, 1982),

h. 189. 40

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Cet. II. (Bandung : Tarsito, 1985),

h. 93. 41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka

Cipta, 2002), h.108. 42


(45)

teliti”. Sedangkan Mohammad Ali mengemukakan bahwa, “Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang akan diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan tehnik-tehnik tertentu.44

Kedua penjelasan tersebut di atas, maka dengan demikian, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sampel adalah anggota bagian dari suatu populasi yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai obyek yang diteliti dengan mengambil sebahagian saja dari populasi yang telah ditentukan tersebut.

Peneliti menggunakan tehnik sampling. Sebab penggunaan cara tersebut atas pertimbangan beberapa hal yaitu dengan mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa :

Jika peneliti mempunyai beberapa ratus atau beberapa puluh subyek dalam suatu populasi, mereka (peneliti) dapat menentukan kurang lebih 25 sampai 30% dari jumlah subyek tersebut. Jika jumlah subyek dalam populasi hanya meliputi 20 sampai 30 orang dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan daftar interview atau wawancara dan sebaiknya diambil jumlah subyek secara keseluruhan.45

Sampel dalam penulisan ini tetap akan dibatasi beberapa orang yang akan dijadikan obyek untuk memperoleh data ini. Hal ini sesuai dengan maksud jenis sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yang mengandung makna bahwa seluruh populasi yang ada hanya diwakilkan atas beberapa obyek saja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dijelaskan bahwa dari beberapa populasi yang ada, 30 orang siswa kelas VIII D yang akan diberi angket secara untuk memperoleh data berupa tanggapan siswa tentang penerapan Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

43

Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Cet. I. (Jakarta : Pedoman Jaya,

1995), h. 29. 44

Mohammad Ali, Penelitian Pendidikan (Prosedur dan Strtaegis), Cet. III. (Bandung :

Angkasa, 1985), h. 54. 45

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet. I. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990),


(1)

meningkatkan kemampuan berbaha sayang baik dalam berdiskusi.

19. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat menumbuhkan rasa percaya diri saya dalam belajar.

20. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya tertantang untuk belajar lebih giat lagi.


(2)

AngketMotivasi Belajar

Keterangan: SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Nama : Kelas :

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Hadir tepat waktu pada saat ada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam sampai selesai.

3. Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar Pendidikan Agama Islam.

4. Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Saya berusaha mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam dengan usaha sendiri.

6. Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

7. Saya mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam asal-asalan yang penting selesai.

8. Saya baru belajar Pendidikan Agama Islam ketika ada tugas atau ulangan.

9. Saya tidak pernah selesai mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam.

10. Saya puas jika mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam lebih baik dari kemarin.

11. Saya puas mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam yang rendah.

12. Jika saya merasa kesulitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam saya tingggalkan.

13. Saya tidak ingin mendapatkan nilai yang tinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

14. Ketika guru Pendidikan Agama Islam tidak masuk saya mendiskusikan pelajaran yang telah lalu dengan teman. 15. Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw

sangat menarik dan menyenangkan. 16.

Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok (jigsaw) membantu saya lebih mampu mengenal Pendidikan Agama Islam.

17. Belajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw membuat saya akrab dengan guru dan berani bertanya.

18. Tugas-tugas dan soal-soal mudah dimengerti, sehingga dapat saya kerjakan dengan baik.

19. Guru selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya.

20. Saya jadi semangat belajar, karena guru menggunakan metode yang bervariasi.


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi spiritual teaching terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (Al-Islam) SMP Muhammadiyah Parakan Tangerang Selatan

17 95 104

Pengaruh keaktifan siswa dalam ekstrakurikuler rohis terhadap prestasi belajar PAI di SMP Muhammadiyah Parakan Tahun ajaran 2013-2014

5 27 109

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENGELOLAAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 WONOGIRI Pengelolaan Kedisiplinan Belajar Siswa Di SMP Muhammadiyah 8 Wonogiri.

0 1 16

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8

0 1 9

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII C SMP N 1 Kalasan pada mata pelajaran ekonomi.

0 3 239

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 208

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Siswa Kelas VIII di Smp Negeri 13 Semarang.

0 0 2

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi - USD Repository

0 0 206