Efektivitas Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI IPS II Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta

(1)

PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh :

Nur Putri Maulidia

NIM. 1112011000002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1438 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Efektivitas Metode Jigsaw pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI IPS II Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta

Kata kunci : Efektivitas, Metode Jigsaw, Fiqih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Metode Jigsaw pada Mata

Pelajaran Fiqih Kelas XI IPS II Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian

ini dilaksanakan di MA Pembangunan UIN Jakarta, dengan subjek penelitian yaitu semua siswa kelas XI IPS II sebanyak 33 orang siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus dihentikan ketika indikator keberhasilan, yakni semua siswa telah mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran Fiqih kelas XI IPS II yaitu 75. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Fiqih siswa pada setiap siklus. Peningkatan hasil belajar ditunjukan dengan rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 32% dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 74%, siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 59% pada

siklus I ke II dikarenakan perbaikan dalam implementasi metode Jigsaw setelah

mengevaluasi kegiatan proses belajar dan hasil belajar. Dari hasil observasi pada proses pembelajaran, menunjukkan bahwa implementasi metode pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran Fiqih membuat siswa merasa senang dalam belajar. Siswa menjadi lebih aktif, semangat dan motivasi siswa dalam belajar meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw


(7)

ABSTRACK

The Effectiveness Method of Jigsaw on Fiqih Subject Class XI IPS II Student of MA Pembangunan UIN Jakarta

Keywords : The Effectiveness, Method of Jigsaw, Fiqih

This research aims to know The Effectiveness Method of Jigsaw on Fiqih Subject

Class XI IPS II Student of MA Pembangunan UIN Jakarta. This research implemented in MA Pembangunan UIN Jakarta, with the subject of research is all students of class XI IPS II as much as 33 students. This research using a method is Classroom Active Research which consists of two cycle, every cycle covering planning, acting, observing and reflecting. Cycle stopped when achieved indicator, it is all students who have achieved mastery of learning which is assigned by the school for Fiqih subject class XI IPS II that 75. Result of the research show an increase student learning outcome on Fiqih subject in every cycle. The improvement of learning outcomes is shown by average of N-Gain on cycle I is 32% and an increase become 74% on cycle II, the students who

achieved mastery learning of implementation Jigsaw method 59% on cycle I and

II after evaluation activities of learning process and learning outcomes. So an

observation result of learning process is the implementation method of Jigsaw on

Fiqih subject it is makes students enjoyable. Then students become more active, spirit up and motivated in their study. It is concluded that learn using method of Jigsaw is effective, because it can improve the learning result on Fiqih subject.


(8)

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kemampuan bagi penulis untuk menyusun skripsi ini. Serta berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw. yang telah menjadi suri teladan bagi umatnya terutama dalam hal mendidik.

Dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini tentunya, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,

Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA.

3. Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. H.

Abdul Majid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc, MA.

4. Dosen Pembimbing Akademik, Tanenji Sagma, MA yang selalu

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan akademik penulis.

5. Dosen Pembimbing Skripsi, Drs. H. Ghufron Ihsan, MA yang selalu

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak ibu dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menjadi fasilitator dalam memperoleh ilmu selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.


(9)

8. Kepala Sekolah MA Pembangunan, Drs. Rusli Ishaq, M.Pd dan Yayat Hidayatul Mutaqin, S.Pd.I, Guru Mata Pelajaran Fiqih MA Pembangunan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Guru-guru, staf TU serta siswa/i kelas XI IPS II MA Pembangunan UIN

Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

10.Kedua orang tua penulis, Bapak Drs. Misro Sholih dan Ibu Dahlia

Fardiana Sari. Ketiga adik tercinta Nur Suci Hanifa, Nur Arsyi Himmatul Ulya dan Nur Citra Humairo Lestari serta keluarga besar yang telah memberikan banyak nasehat, kasih sayang dan curahan perhatian baik

berupa moril maupun materil serta do’a yang selalu teriring setiap waktu.

11.Sukmana Galih Maulana, S.Kom.I, sahabat sekaligus lelaki yang telah

meluangkan waktunya, memberi motivasi, do’a dan inspirasi dalam segala

hal. Terima kasih untuk kasih sayangnya, semoga Allah selalu menjaga dan memelihara.

12.Keluarga kecilku tercinta “NANINU” Rina Winarni, Puji Ni’matul Ulya,

Umi Hafizhah, Dhea Izzati Farhani, Karimah, Sarah Hayatin Nufus dan Vionia Gemifanny. Keluarga yang selalu ku jadikan tempat mengeluh dan berbagi keceriaan, menghabiskan waktu dengan hanya mengobrol hal penting sampai hal tidak penting, keluarga yang memberi warna, nasehat dan dukungan dalam hal apapun. Terima kasih untuk kebersamaan, semoga ukhuwah islamiyah kita kembali utuh dan tetap terpelihara seperti kali pertama duduk dibangku perkuliahan dan layaknya biasa kita selalu menerima satu sama lain meskipun ada saja hal-hal yang tidak disukai dan dibicarakan di belakang keluarga kita sendiri.

13.Keluarga besarku terkasih, Keluarga Besar Prodi Pendidikan Agama Islam

(PAI) 2012 UIN Jakarta yang selalu terupdate dalam memberikan bantuan, dukungan, dan kerja samanya. Semoga rahmat serta hidayah-Nya tak pernah terputus kepada kita.

14.Keluarga besarku PMII Rayon PAI, PMII KOMFAKTAR dan PMII


(10)

perkembangan pribadi penulis, mendidik penulis sejak penulis menjadi mahasiswa baru hingga sekarang. Banyak hal yang penulis pelajari dalam PMII. Semoga Allah melimpakan banyak barakah-Nya kepada kita semua,

sahabat/i. “Zikir, Fikir, Amal Shaleh”

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih

telah membantu, memberikan dukungan serta saran kepada peneliti sampai skripsi ini selesai dengan baik.

Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT. semoga jasa

yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya.

Banyak hal yang perlu diperbaiki dan dipelajari oleh penulis untuk menjadi guru profesional dan dapat berperan sebagai pengajar dan juga pendidik. Oleh sebab itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun dan mengembangkan kegiatan pendidikan dikemudian hari, terlebih apabila penulis benar-benar memegang amanah untuk melaksanakan tugas sebagai agen pembelajar, pengajar dan pendidik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Jakarta, 3 Oktober 2016


(11)

PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH

ABSTRAK

... i

ABSTRACT

... ii

KATA PENGANTAR

... iii

DAFTAR ISI

... vi

DAFTAR TABEL

... x

DAFTAR GAMBAR

... xi

DAFTAR LAMPIRAN

... xii

BAB I PENDAHULUAN

... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI

... 8

A. Acuan Teori tentang Area dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Belajar dan Hasil Belajar ... 8

a. Pengertian Belajar ... 8

b. Pengertian Hasil Belajar ... 9


(12)

1) Pengertian Metode Kooperatif Jigsaw ... 14

2) Tujuan Metode Kooperatif Jigsaw ... 16

3) Prinsip-prinsip Belajar Kooperatif Jigsaw ... 17

4) Pelaksanaan Belajar Berdasarkan Kooperatif Jigsaw ... 18

3. Mata Pelajaran Fiqih MA ... 21

a. Pengertian Bidang Studi Fiqih di MA ... 21

b. Tujuan Pembelajaran Fiqih di MA ... 22

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di MA ... 23

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fiqih di MA ... 24

e. Materi Jinayah dan Hikmahnya ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

C. Hipotesis Tindakan ... 36

D. Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 37

C. Subjek yang Terlibat dalam Penelitian ... 39

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 39

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 39

1. Tahap Pra Penelitian ... 39

2. Tahap Penelitian Siklus I ... 39

a. Perencanaan (Planning) ... 39

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ... 40


(13)

a. Perencanaan (Planning) ... 41

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ... 41

c. Pengamatan (Observing) ... 41

d. Refleksi (Reflecting) ... 41

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 42

G. Data dan Sumber Data ... 42

H. Instrumen Penelitian ... 42

1. Instrumen Tes ... 42

2. Instrumen Non Tes ... 43

I. Teknik Pengumpulan Data ... 44

J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 44

K. Tindak Lanjut /Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

... 46

A. Kondisi Objektif Sasaran Penelitian ... 46

1. Sejarah MA Pembangunan ... 46

2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 48

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 50

4. Data Siswa ... 54

5. Sarana dan Prasarana ... 54

B. Deskripsi Data Sebelum Tindakan ... 55

C. Interpretasi Hasil Analisis ... 60

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 60

a. Tahap Perencanaan ... 60

b. Tahap Pelaksanaan ... 60

c. Tahap Observasi ... 62

1) Catatan Lapangan ... 62

2) Wawancara ... 66


(14)

b. Tahap Pelaksanaan ... 71

c. Tahap Observasi ... 73

1) Catatan Lapangan ... 73

2) Wawancara ... 77

3) Hasil Belajar ... 77

d. Tahap Refleksi ... 81

e. Keputusan Siklus II ... 81

D. Pembahasan ... 81

E. Keterbatasan Peneliti ... 83

BAB V PENUTUP

... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 25

Tabel 2 Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan MA Pembangunan UIN Jakarta ... 56

Tabel 3 Keadaan Siswa MA Pembangunan UIN Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 59

Tabel 4 Aktivitas Siswa Siklus I ... 67

Tabel 5 Aktivitas Guru Siklus I ... 69

Tabel 6 Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Kelas XI IPS II Pada Siklus I ... 72

Tabel 7 Aktivitas Siswa Siklus II ... 78

Tabel 8 Aktivitas Guru Siklus II ... 79

Tabel 9 Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Kelas XI IPS II Pada Siklus II ... 82


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ilustrasi yang Menunjukkan Tim Jigsaw ... 19 Gambar 2 Siklus PTK menurut Kurt Lewin ... 40 Gambar 3 Struktur Organisasi MA Pembangunan UIN Jakarta


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I

Lampiran 5 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 8 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 9 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Siklus I

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 13 Lembar Observasi Guru Siklus II

Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II

Lampiran 16 Lembar Wawancara Guru


(18)

Lampiran 18 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal


(19)

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuannya yang berlangsung seumur hidup. Melalui pendidikan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan manusia akan terus berkembang, guna memperoleh ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Peranan pendidikan juga sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan bangsa dan negara. Dalam agamapun pendidikan merupakan kewajiban yang harus ditempuh agar manusia memperoleh derajat yang tinggi dihadapan Allah SWT. seperti dalam firman-Nya:

...











“....Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Mujadalah (58): 11)1

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang berilmu akan diberikan derajat yang tinggi oleh Allah SWT, karena orang berilmu memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Orang beriman dan berilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, akan dipercaya untuk mengendalikan dan mengelola apapun dalam kehidupan. Ini berarti

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid X Juz 28-29-30, (Universitas Islam Indonesia), h. 24.


(20)

tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu.

Pendidikan Nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, “bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pendidik yang secara sadar merencanakan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan bidang studinya masing-masing dengan berpedoman pada seperangkat aturan yang dikenal dengan istilah kurikulum.

Hasil belajar siswa yang baik didapat dari pendidikan yang baik. Peningkatan hasil belajar siswa merupakan gambaran dari keberhasilan mutu pendidikan. Keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya perkembangan dan pembaharuan, yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan berbagai macam metode belajar yang dalam penggunaannya perlu disesuaikan dengan karakteristik, materi, kondisi lingkungan di mana proses pembelajaran berlangsung, sarana dan prasarana yang digunakan, kemampuan guru itu sendiri sebagai pelaksana metode serta kemampuan murid yang kesemuanya itu disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Salah satu mata pelajaran agama di tingkat Madrasah Aliyah (MA) adalah mata pelajaran fiqih. Fiqih berguna untuk pengetahuan terhadap

masalah-masalah agama (syari’at) tentang perbuatan manusia dalam

2

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 7.


(21)

kehidupan sehari-hari, seperti pengetahuan terhadap masalah thaharah, shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya. Selain itu, fiqih juga berguna sebagai patokan dalam menjalani kehidupan serta mengetahui status hukum, seperti halal, haram, mubah, makruh, sunnah, dan wajibnya sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas dan realita yang didapat dari lapangan tentang masalah pendidikan khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam mata pelajaran Fiqih masih monoton, yaitu guru cenderung

menggunakan metode ceramah saja dan masih bersifat teacher centered

learning di mana pada kegiatan belajar mengajar banyak interaksi yang berjalan satu arah, sehingga guru mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini, dikarenakan kurangnya variasi guru dalam memilih strategi pembelajaran, metode maupun model-model dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian siswa menjadi kurang aktif (cenderung pasif) dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentunya

menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih rendah.3

Untuk itu diperlukan solusi pembelajaran yang tepat, agar siswa aktif dan mampu mengembangkan pikirannya terhadap materi yang dipelajari, serta solusi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa, agar hasil belajar fiqih mengalami peningkatan, salah

satunya dengan menggunakan pembelajaran koperatif tipe Jigsaw. Teknik

Jigsaw ini serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada

satu perbedaan penting: yakni tiap siswa mengajarkan sesuatu.4

Dalam jurnal pendidikan Joel M. Mokowitz mengemukakan defenisi Jigsaw, dapat diuraikan bahwa “Jigsaw is a cooperative learning technique whereby students teach part of the regular curriculum to a small group of interdependent peers. Prior research on Jigsaw has found positive effects on elementary students' achievement, self-esteem, and attitudes toward peers

3

Hasil Observasi tentang Masalah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Fiqih) di MA Pembangunan UIN Jakarta dengan Guru Mata Pelajaran Fiqih pada hari Senin, 18 Juli 2016 pukul 13.00 Wib.

4

Melvin L. Siberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa Cendekia, 2013), h. 180.


(22)

and school.”5 Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dapat mengajar beberapa dari materi ajar kepada siswa-siswa lain yang telah di kelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil, yang di mana mereka saling bergantung satu sama lainnya. Penelitian sebelumnya pada Jigsaw menghasilkan efek positif pada prestasi belajar siswa SD, yakni siswa lebih menghargai diri sendiri, antar siswa, dan sekolah.

Oleh karena itu, penulis ingin mencoba dan mengetahui apakah

implementasi metode Jigsaw pada mata pelajaran fiqih kelas XI IPS II dalam

meningkatkan hasil belajar siswa MA Pembangunan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena melalui metode ini siswa dapat berperan aktif, kreatif dan inovatif dalam belajar.

Atas dasar uraian di atas, penulis bermaksud untuk meneliti lebih jauh mengenai hal tersebut dalam sebuah tulisan dengan judul, EFEKTIVITAS METODE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI IPS II SISWA MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian, antara lain:

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih masih rendah.

2. Pembelajaran fiqih masih berpusat pada guru (teacher centered

learning).

3. Guru cenderung menggunakan metode ceramah saja.

4. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran fiqih.

5. Beberapa metode yang dapat mengaktifkan siswa masih belum

diterapkan, seperti metode Jigsaw, Poster comment, Number head

together, dll.

5

Joel M. Mokowitz., et al., Evaluation of a Cooperative Learning Strategy, American Educational Research Journal, 20, 1983, pp. 687-696.


(23)

C.

Pembatasan Masalah

Karena setiap masalah pada hakikatnya kompleks, maka agar tidak menyimpang dan agar memperjelas objek penelitian ini, maka penulis perlu membatasinya. Masalah yang akan diteliti penulis terbatas pada:

Efektivitas metode Jigsaw pada mata pelajaran fiqih kelas XI IPS II siswa

MA Pembangunan UIN Jakarta.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana efektivitas metode Jigsaw pada mata pelajaran fiqih kelas XI IPS

II siswa MA Pembangunan UIN Jakarta?

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

Untuk mengetahui efektivitas metode Jigsaw pada mata pelajaran fiqih kelas

XIIPS II siswa MA Pembangunan UIN Jakarta.

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan baik secara langsung bagi penulis atau secara tidak langsung bagi pihak lain yang memerlukannya, antara lain sebagai berikut:


(24)

1. Bagi Peneliti

Peneliti berharap hasil penelitian ini akan berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal metode pembelajaran yang tepat untuk menyajikan mata pelajaran fiqih di sekolah.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dalam

upaya pemantapan belajar siswa.

b. Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam

proses pembelajaran fiqih.

3. Bagi Guru Fiqih

a. Meningkatkan kopetensi pedagogik guru fiqih dalam melakukan aktivitas

belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.

b. Membantu guru mata pelajaran fiqih dalam melakukan perbaikan metode

mengajar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna.

4. Bagi Sekolah

a. Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan terutama

kebijakan pembelajaran.

b. Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru

khususnya guru mata pelajaran fiqih.

c. Memberi sumbangsih pada sekolah dalam menghasilkan guru-guru yang

kreatif.

5. Bagi Fakultas

a. Memberikan masukan dalam penyusunan program penelitian di perguruan

tinggi.

b. Memberikan motivasi pada mahasiswa lain agar melakukan penelitian

dengan metode yang lebih baik.

c. Memberikan kontribusi hasil penelitian yang relevan terhadap


(25)

KAJIAN TEORI

A.

Acuan Teori tentang Area dan Fokus yang Diteliti

1. Belajar dan Hasil Belajar

a.

Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing, bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan, baik malam hari, siang hari, sore hari

atau pagi hari.6

Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Rachman Abror,

“Pengertian belajar ialah sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam

perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan

yang serupa itu.”7

Belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor.8

Oleh karena itu, belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan melakukan aktivitas belajar manusia melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Perubahan dapat dilihat dari perubahan tingkah

6

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 12.

7

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), h. 67.

8


(26)

laku menjadi lebih baik (misalnya dari tidak tahu menjadi tahu) yang diperoleh dari aktivitas pengalaman belajar peserta didik. Hal ini menyangkut tiga ranah perubahan dalam diri individu, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

b.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Hasil belajar akan

memberikan pengaruh dalam dua bentuk, yakni: Pertama, peserta didik

akan mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan atas perilaku

dan hasil belajar yang diinginkan. Kedua, peserta didik akan mengalami

perubahan perilaku menjadi lebih baik. Kesinambungan tersebut

merupakan dinamika proses belajar sepanjang hayat.9

Menurut Benyamin Bloom sebagaimana yang dikutip A. Tabrani Rusyan, dkk, hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu:

1) Kognitif, hal ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam jenis, yaitu pengamatan atau perseptual, hafalan atau ingatan, pengertian atau pemahaman, aplikasi atau penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Afektif, berkenaan dengan hasil belajar sikap yang terdiri dari lima

jenis, yaitu penerimaan, sambutan, penghargaan atau apresiasi, internalisasi atau pendalaman, dan karakterisasi atau penghayatan.

3) Psikomotorik, ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan yang

terdiri dari dua jenis, yaitu keterampilan bergerak atau bertindak dan

keterampilan ekspresi verbal serta non verbal.10

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar merupakan taraf keberhasilan tujuan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan peserta didik. Adapun perubahan hasil belajar yang menyangkut aspek kognitif, yakni dengan bertambah kembangnya ilmu pengetahuan serta pola berpikirnya individu, hal ini biasanya dibuktikan dengan perubahan normatif (angka) misalnya pada nilai ulangan yang tercantum di rapor dari nilai 7 menjadi nilai 8. Sedang perubahan yang

9

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 208.

10

A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya CV, 1989), h. 22-23.


(27)

menyangkut afektif, yaitu perubahan tingkah laku atau watak individu menjadi lebih baik. Kemudian, psikomotorik yaitu ditandai dengan

terlihatnya kemampuan atau skill seorang individu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berikut faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:

1) Faktor Internal

a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan panca indera siswa dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan olahraga rekreasi dan ibadah.

b) Aspek Psikologis

Aspek psikologis dapat mempengaruhi proses dan perolehan hasil belajar siswa, di antaranya intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara mengusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian, disesuaikan dengan hobi atau bakatnya, dan perlu tanamkan motif-motif dalam rangka memusatkan perhatian,


(28)

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

berhubungan/menunjang belajar siswa.11

2) Faktor Eksternal

a) Aspek Lingkungan

Kondisi lingkungan alam dan sosial dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya keluarga, sekolah dan masyarakat.

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa; cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga.12 Sedang sekolah berupa; cara guru

mendidik dan suasana teman dan sekolah, kemudian masyarakat yaitu segala hal yang berkaitan dengan teman bermain dan lingkungan tempat tinggal kita.

b) Aspek Instrumental

Yang termasuk faktor instrumental ialah faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi, seperti kurikulum dan bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas sekolah yang memadai sehingga segala aktivitas sekolah dapat berlangsung dengan baik, serta

manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan.13

e. Pengukuran Hasil Belajar

Pengukuran hasil belajar dapat disebut juga dengan evaluasi hasil belajar. Pengukuran hasil belajar yakni merupakan kegiatan menilai

11

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 54-57.

12

Ibid.

13

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya CV, 1984), h. 107.


(29)

sampai sejauh mana keberhasilan perencanaan pembelajaran terhadap

pencapaian tujuan.14

Dalam hal ini pengukuran mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penilaian yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengukuran dengan sifatnya yang lebih objektif, dapat mendukung

objektivitas suatu proses penilaian hasil belajar.15

Pengukuran merupakan penilaian hasil belajar. Evaluasinya ada yang bersifat hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang. Keberhasilan belajar jangka pendek dapat diketahui dari pelaksanaan evaluasi formatif, sedangkan keberhasilan belajar jangka

panjang dapat diketahui melalui evaluasi sumatif.16

Di samping evaluasi formatif, hasil evaluasi proses dan kemampuan melaksanakan pekerjaan dalam lembaran kerja siswa pun dapat dijadikan acuan keberhasilan jangka pendek. Dengan sasaran yang hendak dicapai adalah untuk menilai keberhasilan proses

pembelajaran untuk suatu materi pembelajaran tertentu.17

Demikian pula keberhasilan jangka panjang, di samping dapat digunakan acuan hasil evaluasi sumatif, juga dapat digunakan kumpulan hasil evaluasi baik melalui evaluasi formatif maupun hasil evaluasi proses. Manfaat yang hendak dicapai adalah menilai keberhasilan program belajar atau perencanaan pembelajaran

berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa.18

Tes hasil belajar dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1) tes lisan (oral

test), 2) tes tertulis (written test), dan 3) tes tindakan atau perbuatan (performance test). Penggunaan setiap jenis tes tersebut seyogianya

disesuaikan dengan kawasan (domain) perilaku siswa yang hendak

14

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 165.

15

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 27.

16

Lukmanul Hakim, loc. cit.

17

Ibid., h. 166.

18


(30)

diukur. Misalnya tes tertulis atau lisan dapat digunakan untuk mengukur kawasan kognitif, sedangkan kawasan psikomotor tepat bila diukur dengan tes tindakan, dan kawasan afektif biasanya diukur

dengan skala penilaian, seperti skala sikap.19

Dalam tes tertulis dapat digunakan beberapa bentuk butir soal,

yaitu: 1) tes berbentuk uraian (essay test), yang terdiri atas tes uraian

bebas dan terikat; 2) tes bentuk objektif (objective test), yang terdiri atas

butir soal benar-salah (true-false), pilihan berganda (multiple choice),

isian (completion), jawaban singkat (short answer), dan menjodohkan

(matching).20

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Hal ini dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan Standar Penilaian

Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.21

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara berkelompok dan tidak individual. Siswa secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir logis, berkomunikasi efektif, dan

bekerja sama.22

Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja sama guna mencapai

19

Mudjijo, op. cit., h. 29.

20

Ibid., h. 29-30.

21

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), h. 13.

22


(31)

satu tujuan yang sama. “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen”.23 Keberhasilan belajar ditentukan bukan hanya

berdasarkan aktivitas individu melainkan masing-masing anggota kelompok.

Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang saat ini digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar

yang berpusat pada siswa (student centered learning), terutama untuk

mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa pada proses kegiatan belajar mengajar serta memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan siswa misalnya, dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif siswa menjadi lebih berani dalam

mengemukakan pendapat, siswa menjadi lebih aktif dalam dikusinya dan siswa dapat memecahkan permasalahannya dalam pembelajaran.

b. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

1) Pengertian Metode Kooperatif Jigsaw

Metode cooperative learning tipe Jigsaw ini pertama kali

dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada

juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki

menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif metode Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja

sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.24

23

Rusman, op. cit., h. 202.

24


(32)

Belajar ala Jigsaw merupakan teknik yang paling banyak dipraktikkan. Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok-dengan-kelompok, namun ada satu perbedaan penting, yakni tiap siswa mengajarkan sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau

keterampilan yang padu.25

Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali

lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya

dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai

topik secara keseluruhan.26

Dalam jurnal Pendidikan, yang diterbitkan oleh Electronic

Journal of Ecological Society of America diuraikan bahwa Jigsaw is for implementing jigsaw, the students must be comfortable and effective with group work to use jigsaws in large classes. At the beginning of the semester, students form permanent groups composed of four or five students. Everyone reads the entire paper as homework, but each student in a group becomes an

„expert’ on part of the paper. During the next class session, all the experts for each section of the paper meet, share their knowledge, and clarify their understanding. After 15 minutes, groups reform and discuss the paper. All members of the group learn from each other and put together different parts of the

25

Melvin L. Siberman. loc. cit.

26


(33)

paper.27 Para siswa harus nyaman dan efektif dalam penerapan

metode Jigsaw di kelas. Di awal pembelajaran, siswa membentuk

kelompok asli yang terdiri dari empat hingga lima siswa. Setiap kelompok mendapatkan topik dan masing-masing siswa mendapat kertas berisi materi untuk dipelajari. Kemudian, dari kelompok

asli berkembanglah menjadi kelompok ‘pakar’ (ahli), yakni

dengan cara menunjuk salah satu siswa dari anggota kelompok aslinya. Selama sesi kelas selanjutnya, semua ahli berbagi pengetahuan, dan mengklarifikasi pemahaman mereka tentang masing-masing topik yang telah diperoleh pada kelompok asli.

Setelah 15 menit, kelompok mengomunikasikan dan

mendiskusikan topik. Maka, terjadilah proses pembelajaran antar siswa/ siswa dengan siswa.

Dengan demikian, pembelajaran kooperatif Jigsaw

merupakan pembelajaran dengan belajar bersama dan berdiskusi

secara kelompok. Jigsaw memiliki perbedaan dengan diskusi

kelompok lainnya, yaitu dengan adanya pembagian dua kelompok; kelompok ahli dan kelompok asal. Tim atau kelompok ahli bertugas untuk membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan dipresentasikan pada

anggota kelompoknya. Dalam Jigsaw siswa memiliki peran ganda

dalam kelasnya, yakni pertama, siswa berperan sebagai guru, di

mana dalam Jigsaw siswa dituntut untuk dapat mempresentasikan

hasil dari diskusi dan pemahamannya sendiri secara individu.

Kemudian yang kedua, siswa berperan sebagai siswa itu sendiri, di

mana siswa harus memerhatikan siswa lain yang sedang presentasi.

2) Tujuan Metode Kooperatif Jigsaw

Di atas telah disebutkan, bahwa ide utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Oleh karena itu, sebagaimana Johnson & Johnson yang dikutip oleh Trianto menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah

27

Christopher Finelli., et al., Collaborative Learning: A Jigsaw, Electronic Journal of Ecological Society of America, 3, 2005, pp. 220-221.


(34)

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan

keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.28

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak

kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat

menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.29

3) Prinsip-prinsip Belajar Kooperatif Jigsaw

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto, terdapat lima prinsip belajar kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan merasa sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.

b) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Hal ini terjadi

dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok

c) Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual siswa

dalam hal: (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa tidak dapat hanya sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

28

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 57.

29


(35)

d) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam hal ini, seorang siswa dituntut untuk belajar berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya, bersikap dan menyampaikan ide.

e) Proses kelompok. Proses kelompok terjadi ketika anggota

kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai

tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.30

4) Pelaksanaan Belajar Berdasarkan Kooperatif Jigsaw

Berikut langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw,

sebagai berikut:

a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya

5-6 orang).

b) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang

telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

c) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan

bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.

d) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang

sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk

mendiskusikannya.

e) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya

bertugas mengajar teman-temannya.

f) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai

tagihan berupa kuis individu.31

30

Trianto, op. cit., h. 60-61.

31


(36)

Gambar 1

Ilustrasi yang Menunjukkan Tim Jigsaw

Jurnal Pendidikan Timothy Hedeen dengan judul The Reverse

Jigsaw menyebutkan terdapat langkah-langkah pembelajaran

kooperatif Jigsaw, yakni The Jigsaw is similar to other cooperative

learning exercises, and may be summarized in four steps:

a) Students gather in "jigsaw groups" or "learning groups" of three to six and the instructor divides the material to be covered into the same number of sections.

b) Each member of the group is provided materials related to one of the sections, so that all materials will be covered within the group. Students are provided sufficient time to review their respective sections.

c) Students form "expert groups" or "preparation groups" by gathering with members of other jigsaw groups who were provided the same section of the material. In these expert groups, students discuss their materials and plan how they will teach the material to other members of their respective jigsaw groups.

d) Students return to their jigsaw groups with two tasks: (1) to teach their material to their group with appropriate time for clarifying questions and discussion and (2) to learn the materials taught by other members.

The above process outlines the four essentialstages of the Jigsaw process.32 Pada jurnal The Reverse Jigsaw di atas, menjelaskan tentang empat proses penting yang terdapat dalam

metode pembelajaran tipe Jigsaw, yakni (a) Siswa berkumpul dalam

32

Timothy Hedeen,The Reverse Jigsaw: A Process of Cooperative Learning and Discussion, Journal of Teaching Sociology, 31, 2003, pp. 325-332.

Kelompok Asal

5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan

Kelompok Ahli

(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)

® ® ® ® ® ® • • • • • • ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ® ®


(37)

"kelompok jigsaw" atau "kelompok belajar" tiga sampai enam dan instruktur membagi materi yang akan dibahas dalam jumlah yang sama dari bagian. (b) Setiap anggota kelompok diberikan materi yang berhubungan, sehingga semua materi akan dibahas dalam kelompok. Siswa diberikan waktu yang cukup untuk meninjau bagian masing-masing. (c) Siswa membentuk "kelompok ahli" atau "kelompok persiapan" dengan mengumpulkan dengan anggota

kelompok jigsaw lain yang diberikan bagian yang sama dari materi.

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan materi mereka dan merencanakan bagaimana mereka akan mengajarkan materi kepada

anggota lain dari kelompok jigsaw mereka masing-masing. (d) Siswa

kembali ke kelompok jigsaw mereka dengan dua tugas: 1) untuk

mengajar materi mereka ke kelompok mereka dengan waktu yang tepat untuk mengklarifikasi pertanyaan dan diskusi, dan 2) untuk mempelajari materi yang diajarkan oleh anggota lain.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode

pembelajaran Jigsaw sebagai berikut.

a) Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.

b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari

bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkannya.

f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

g) Guru memberi evaluasi.

h) Penutup.33

33

Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 48-49.


(38)

3. Mata Pelajaran Fiqih MA

a. Pengertian Bidang Studi Fiqih di MA

Kata fiqih dalam bahasa Arab berasal dari kata

ها

ْقف

-

هقْفي

هقف

,

artinya paham atau tahu betul tentang sesuatu. Sedangkan, ilmu fiqih menurut istilah berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil tafsil (jelas dan terperinci). Orang yang mendalami fiqih

disebut dengan fakih, jamaknya adalah fukaha.34 Karena itu mengenai

definisi ilmu fiqih dikemukakan:

َيِعْرَشلا ِماَكْحَْْاِب ُمْلِعْلا َوُه : ِيِعْرَشلا ِح ََِطْصِْْا ىِف ِهْقِفْلا ُمْلِعَف

َمَعْلا ِة

ِةَيِل

ِةَيِلَمَعْلا ِةَيِعْرَشلا ِماَكْحَْْا ُةَعْوُمْجَم َوُه ْوَأ ِةَيِلْيِصْفَ تلا اَهِتَلِدَأ ْنِم ِبَسَتْكُمْلا

ِةَيِلْيِصْفَ تلا اَهِتَلِدَأ ْنِم ِةَداَفَ تْسُمْلا

“Maka ilmu fiqih menurut istilah syara’: ialah ilmu tentang

hukum-hukum syariat praktis yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terperinci atau ia adalah kumpulan hukum-hukum syari’at praktis yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terperinci.”35

Dari definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan

perbuatan dan perkataan mukallaf (orang yang sudah terbebani/diberi tugas menjalankan syariat agama), yang diambil dari dalil-dalilnya

yang bersifat terperinci, berupa nas-nas Al-Qur’an dan As-Sunnah

serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.

2) Hukum-hukum syariat itu sendiri.36

Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut ialah bahwa yang pertama digunakan untuk mengetahui hukum-hukum (seperti seseorang

34

Djedjen Zainuddin, Pendidikan Agama Islam Fikih Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2014), h. 4.

35

Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987), h. 11.

36


(39)

yang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada). Sedangkan, yang kedua adalah untuk hukum-hukum syariat itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam salat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun kewajiban-kewajiban, atau sunah-sunahnya).

Berdasarkan uraian di atas ilmu fiqih adalah ilmu tentang

sekumpulan hukum-hukum syara’ atau agama yang berkenaan dengan

masalah amal perbuatan manusia (mukallaf), seperti shalat, zakat, puasa, haji dan amalan perbuatan keseharian lainnya yang diperoleh melalui dalil-dalil terperinci.

b. Tujuan Pembelajaran Fiqih di MA

Adapun tujuan mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah, yaitu:

1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan

tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.

3) Mengenal, memahami, dan menghayati terhadap sumber hukum

Islam dengan memanfaatkan usul fikih sebagai metode penetapan dan pengembangan hukum Islam dari sumbernya.


(40)

4) Menerapkan kaidah-kaidah pembahasan dalil-dalil syara’ dalam rangka melahirkan hukum Islam yang diambil dari dalil-dalilnya

untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.37

Maka tujuan ilmu fiqih adalah untuk mengetahui dan menerapkan

hukum-hukum syara’ dari amal perbuatan manusia, yaitu apa saja yang

wajib dikerjakan maupun apa saja yang wajib ditinggalkan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci ke dalam kehidupan sehari-hari, demi untuk kemaslahatan manusia dan mencegah timbulnya kerusakan di tengah-tengah mereka.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di MA

Fiqih Islam mencakup seluruh perbuatan manusia, karena kehidupan manusia meliputi segala aspek. Fiqih Islam membahas hukum-hukum yang Allah syariatkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah tindakan timbulnya kerusakan di tengah-tengah mereka. Maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan beserta

hukum-hukumnya.38

Adapun, ruang lingkup pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah

Aliyah meliputi: kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at

dalam Islam; hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji serta hikmah dan cara pengelolaannya; hikmah qurban dan aqiqah; ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang pelepasan perubahan harta beserta

hikmahnya; hukum Islam tentang wakalah dan sulhu beserta

hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafalah beserta

hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinayah,

37

Lampiran SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2676 Tahun 2013 Tentang Kurikulum 2013Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, h. 63-64.

38


(41)

hudud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam

tentang siyasah syar’iyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi;

dasar-dasar istinbath dalam fiqih Islam; kaidah-kaidah ushul fiqih dan

penerapannya.39

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat

Madrasah Aliyah (MA) Fiqih kelas XI Bab I dengan materi jinayatdan

hikmahnya di Semester Ganjil.40

Tabel 1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

1.1. Meyakini syariat Islam tentang

hukum jinayat 2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,

kerja sama, toleran, damai),

santun, responsif dan proaktif dan

menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai

2.1. Menunjukkan sikap adil dan

tanggung jawab dalam

penerapan materi hukum jinayat

39

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

40

Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, Pendidikan Agama Islam Fikih Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2014), h. 2.


(42)

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3. Memahami, menerapkan, dan

menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan

metakognitif berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1. Menelaah ketentuan Allah

tentang jinayat dan hikmahnya

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara

efektif dan kreatif, mampu

menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan

4.1. Menunjukkan contoh

pelanggaran yang terkena

ketentuan jinayat

e. Materi Jinayah dan Hikmahnya

Materi bab I ini tentang jinayah dan hikmahnya yang berisikan

hukum pembunuhan, qisas dan hikmahnya, diyat dan kaffarat, yakni


(43)

1) Hukum Pembunuhan

a) Pengertian dan Dasar Hukum Pembunuhan

Pembunuhan yaitu melenyapkan nyawa seseorang sehingga menjadi mati, baik disengaja maupun tidak, baik memakai alat maupun tidak. Dasar hukum larangan pembunuhan yang disengaja adalah dosa besar. Karena Allah dan Rasul-Nya melarang dengan tegas perbuatan tersebut. Firman Allah Swt.





















































“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang

mendapat pertolongan.” (QS. Al-Isra/17: 33)

Pembunuhan yang disengaja adalah dosa besar. Bahkan orang-orang yang bersekongkol dalam pembunuhan, baik ikut merencanakan, menyediakan alat, ikut membuat teknik pembunuhan dan lain-lain, diancam dengan sanksi yang berat.

b) Macam-macam Pembunuhan

Pertama, Pembunuhan yang disengaja

(

ُدْمَعْلا ُلْتَقْلا

)

, yaitu pembunuhan yang dilakukan seseorang dengan alat yang lazim dipakai untuk membunuh, atau alat yang bisa membunuh, dengan anggota badan yang membunuh, maupun tanpa menggunakan alat. Pembunuhan jenis ini biasanya terencana. Misalnya, seseorang membunuh dengan meracuni,


(44)

membunuh dengan menyiksa dengan batu, atau membiarkan seseorang tanpa makan dan minum, dan sebagainya.

Kedua, pembunuhan seperti disengaja

(

دْمَعْلا

ُهْبِش

ُلْتَقْلا

)

, yakni pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan alat yang menurut perkiraan tidak akan menyebabkan kematian, dan orang yang membunuhnya tidak bermaksud membunuh orang lain. Misalnya, seseorang memukul kepala orang lain tetapi tiba-tiba yang dipukul mati, seseorang mendorong temannya ke belakang, lalu jatuh dan mengakibatkan kematian, dan lain-lain.

Ketiga, pembunuhan yang tidak disengaja

(

ْاَط

َخْلا

ُلْتَقْلا

)

, merupakan pembunuhan yang sama sekali tidak disengaja membunuh. Contohnya, seseorang sedang menembak binatang buruan, tetapi terkena manusia sehingga mati. Seseorang melempar mangga di atas pohon dengan batu,

tetapi batunya mengenai kepala orang sehingga

mengakibatkan kematian, dan lainnya.

c) Hukuman Bagi Pembunuh

Pembunuhan adalah perbuatan tercela dan dosa besar. Oleh karena itu, pelakunya harus diberikan balasan (hukuman) yang setimpal berdasarkan keadilan yang digariskan oleh agama. Bentuk-bentuk hukuman tersebut adalah qisas, diyat dan kafarat.41

d) Hikmah Larangan Membunuh

Adanya syariat yang melarang melakukan pembunuhan

ini mengandung beberapa hikmah, antara lain: Pertama,

manusia tidak berbuat semena-mena terhadap harga diri manusia. Sebaliknya ia akan menghargai keberadaan

manusia. Kedua, manusia akan menempatkan manusia yang

41


(45)

lain dalam kedudukan yang tinggi baik di mata hukum

maupun di hadapan Allah Swt. dan Ketiga, menjaga dan

menyelamatkan jiwa manusia.42

2) Qisas dan Hikmahnya

a) Pengertian dan Dasar Hukum Qisas

Qisas adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan anggota badan seseorang yang dilakukan dengan sengaja. Yang dimaksud balasan hukuman yang seimbang adalah apabila seseorang membunuh dengan sengaja, maka hukumannya dibunuh pula. Apabila merusak atau menghilangkan anggota badan orang lain dengan sengaja atau aniaya, maka balasannya diberikan seperti pelaku berbuat pada korbannya. Membunuh dengan sengaja hukumnya haram, dan pelakunya selain di dunia harus dijatuhi hukuman, kelak di akhirat mendapat siksa yang

pedih. Dasar hukum dilaksanakannya qisas telah ditegaskan

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah/2 ayat 178, sebagai

berikut.













































































“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa

42


(46)

yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.”43

Ayat ini berisikan tentang hukuman qisas bagi

pembunuh yang melakukan kejahatannya secara sengaja dan pihak keluarga korban tidak memaafkan pelaku. Kalau keluarga korban ternyata memaafkan pelaku, maka sanksi qisas tidak berlaku dan beralih menjadi hukuman diyat.44

b) Syarat-syarat Qisas

Hukuman qisas wajib dilaksanakan apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut: (1) Pembunuh sudah balig dan berakal sehat, maka anak-anak dan orang gila tidak

dikenakan hukum qisas. (2) Pembunuh bukan orang tua dari

orang yang dibunuh. (3) Jenis pembunuhan adalah pembunuhan yang disengaja. (4) Orang yang terbunuh terpelihara darahnya, artinya bukan orang jahat. (5) Orang yang dibunuh sama derajatnya misalnya, Islam dengan orang

Islam, merdeka dengan merdeka, dan (6) Qisas dilakukan

dalam hal yang sama; jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, dsb.45

c) Hapusnya Hukuman Qisas

Hukuman qisas dapat hapus karena, sebagai berikut:

Pertama, Hilangnya tempat untuk diqisas, maksudnya adalah

hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang diqisas

sebelum dilaksanakannya hukuman qisas.46 Kedua,

Pemaafan, menurut Imam Syari’i dan Imam Ahmad artinya

43

Ibid., 10-11.

44

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 5.

45

Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, op. cit. h. 12-13.

46


(47)

pemaafan qisas tanpa imbalan. Sedang menurut Imam Malik dan Abu Hanifah pemaafan bisa dilaksanakan bila ada

kerelaan pelaku/terhukum.47 Ketiga, Perdamaian yaitu

dengan melalui perdamaian pihak pembunuh bisa membayar tanggungan yang lebih kecil, sama atau lebih besar daripada

diyat. Keempat, Diwariskan hak qisas.

Memaafkan orang yang melakukan pembunuhan dan atau pelukaan dari si korban atau keluarganya sangat didorong dan terpuji, walaupun demikian tidak berarti si pembunuh atau orang yang melukai tidak kena hukuman. Sanksinya diserahkan kepada Ulil Amri, karena si pembunuh ini melanggar dua hak yaitu perorangan (hak damai) dan hak

masyarakat/jamaah/Allah.48

d) Hikmah Hukum Qisas

Di antara hikmah hukum qisas antara lain: (1)

Memberikan pelajaran kepada manusia untuk tidak melakukan kejahatan, ataupun mempermainkan nyawa manusia. (2) Manusia akan merasa takut berbuat jahat pada orang lain, terutama penganiayaan tubuh dan jiwa manusia. (3) Melindungi jiwa dan raga manusia. (4) Timbulnya ketertiban, keamanan, dan kedamaian dalam masyarakat, sebagai bukti janji Allah. (5) Menunjukkan bahwa syariat Islam itu luwes dalam menangani masalah dan keadilan dapat

ditegakkan dengan merata.49

3) Diyat

a) Pengertian dan Dasar Hukum Diyat

Diyat adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh sebab tindakan kejahatan, kemudian diberikan kepada si

47

Ibid., h. 152.

48

Ibid., h. 153.

49


(48)

korban kejahatan atau kepada walinya.50 Diyat dalam pembunuhan sengaja itu bukan hukuman pokok , melainkan

hukuman pengganti dari qisas bila qisas itu tidak dapat

dilaksanakan atau dihapus dengan sebab-sebab yang telah

disebut di muka.51

Diyat artinya denda, yaitu denda yang diwajibkan

kepada pembunuh yang tidak dikenakan hukum/qisas,

dengan membayar sejumlah barang atau uang sebagai

pengganti hukum qisas karena dimaafkan oleh anggota

keluarga.52 Dasar hukum wajibnya diyat adalah firman Allah:













































































“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

50

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Alma’arif, 1987), h. 90.

51

A. Djazuli, op. cit. h. 156.

52


(49)

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”53

b) Macam-macam Diyat

Diyat ada dua macam, yaitu: (1) Diyat mugallazah atau

denda yang berat. Ialah harus membayar denda 100 ekor unta terdiri dari 30 ekor hiqaq (unta betina berumur 3-4 tahun 30 ekor jaza’ah (unta betina berumur 4-5 tahun), dan 40 ekor

khalifah (unta betina yang bunting), dan (2) Diyat

mukhaffafah atau denda yang ringan. Yaitu dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari; 20 ekor hiqqah, 20 ekor jaza’ah, 20 ekor binta labun (unta betina berumur lebih dua tahun), 20 ekor unta ibnu labun (unta jantan unmur lebih dua tahun), dan 20 ekor unta binta makhad (unta betina

berumur lebih dari satu tahun).54

c) Hikmah Diyat

Hikmah diyat, antara lain: (1) Dapat mencegah kejahatan terhadap jiwa dan raga manusia. (2) Diyat menjadi obat pelipur lara korban atau keluarga korban. (3) Timbulnya ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat. (4) memberi kesempatan pembunuh untuk bertaubat dan lebih berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan, serta (5) Mendidik jiwa pemaaf, baik bagi keluarga maupun pelaksana diyat.55

4) Kaffarat

a) Pengertian Kaffarat dan Dasar Hukum Kaffarat

Kaffarat adalah tebusan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, karena

53

A. Djazuli, op. cit. h. 155.

54

Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, op. cit., h. 16-17.

55


(50)

melakukan kesalahan atau pelanggaran yang diharamkan

Allah swt. Kaffarat wajib dilakukan, dan dalam hal

pembunuhan, kaffarat merupakan perbuatan untuk memenuhi

rida-Nya. Sedangkan pembayaran diyat, selain untuk

memperoleh rida-Nya juga guna memuaskan ahli waris yang

menjadi korban.56

b) Macam-macam Kaffarat

Macam-macam kaffarat, sebagai berikut: (1) Kaffarat

karena pembunuhan, dengan memerdekakan hamba sahaya

atau berpuasa dua bulan berturut-turut. (2) Kaffarat karena

melanggar sumpah, dengan menggunakan nama Allah, lalu

melanggarnya, maka baginya kaffarat yaitu memberi makan

10 orang miskin atau memberi pakaian, memerdekakan

seorang budak, atau puasa tiga hari. (3) Kaffarat karena

membunuh binatang buruan pada waktu melaksanakan ihram, dengan mengganti dengan binatang ternak yang seimbang atau memberi makan orang miskin atau dengan

berpuasa. (4) Kaffarat karena zihar, yaitu menyerupai isteri

dengan ibu suami. Dengan memerdekakan hamba sahaya, atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau jika tidak bisa yaitu memberikan makanan kepada 60 orang miskin. (5) Kaffarat karena melakukan hubungan intim suami isteri di

siang hari pada bulan Ramadhan, kaffaratnya sama dengan

kaffarat zihar ditambah qada pada hari di mana ia bergaul.

(6) Kaffarat illa’ yaitu suami yang berjanji tidak akan

menggauli isterinya selama masa tertentu maka kaffaratnya

sama dengan kaffarat melanggar sumpah.

c) Hikmah Kaffarat Pembunuhan

Disyariatkan adanya kaffarat pembunuhan ini

mempunyai beberapa hikmah, antara lain: (1) Manusia

56


(51)

benar jera dan menyesali perbuatannya yang keliru. (2) Agar manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. untuk selanjutnya bertaubat kepada-Nya, serta (3) Memberikan

ketenangan kepada pembunuh.57

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

1. Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta, Oleh Dewi Puspasari (1110011000146), Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2015.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas X SMAN 90 Jakarta. Pada siklus I pencapaian nilai rata-rata prestasi belajar siswa yaitu 77, 58 dan siklus II meningkat menjadi 81,82 dengan presentase nilai KKM pada siklus I yaitu 66,67% dan pada siklus II meningkat menjadi 90,91%. Peningkatan prestasi belajar PAI menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw adalah sebesar 24,24%. Dalam penelitian ini menekankan pada

prestasi belajar PAI siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw.

2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Penelitian Tindakan

Kelas IV di SDI Hudatul Khairiyah), oleh Mohammad Rido (18100110000025), Program Studi Pendidikan Agama Islam Dual Mode, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tahun 2014. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran PAI dengan pencapaian hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata siswa 71,25 pada siklus I menjadi 78, 12 pada siklus II. Dalam penelitian ini

57


(1)

Lampiran 18

DOKUMENTASI

PEMBELAJARAN FIQIH KELAS XI IPS II DENGAN

MENGGUNAKAN METODE

JIGSAW


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Nur Putri Maulidia, kelahiran Tangerang, 31 Agustus

1994. Penulis berdomisili di Jalan Kertamukti No.17 B Rt. 001/08 Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Ketika menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Penulis pernah menjadi bendahara PMII Rayon PAI, Wakil Bendahara II PMII KOMFAKTAR Cab. Ciputat, dan anggota Bidang Advokasi KOPRI PMII Cab. Ciputat.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Minat belajar sosiologi kooperatif dengan metode student team achievement division (STAD) kelas XI di MA Pembangunan UIN Jakarta

0 6 187

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Pengaruh Penerapan Metode Quiz Team Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di Mts Darul Ma'arif Jakarta Selatan

2 18 139

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian

0 27 235

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI MATA Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Pemahaman Siswa Pada Materi Mata Pencaharian Penduduk Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 1 Klego Tah

0 2 12

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI MATA Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Pemahaman Siswa Pada Materi Mata Pencaharian Penduduk Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 1 Klego Tah

0 3 15

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KUIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 0 15

BAB II PENERAPAN METODE EDUTAINMENT MELALUI HUMANIZING THE CLASSROOM PADA MATA PELAJARAN FIQIH - PENERAPAN METODE EDUTAINMENT MELALUI HUMANIZING THE CLASSROOM PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI KELAS XI MA YPI KLAMBU KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PE

1 2 26

Efektivitas Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas Xi Ips Sman 10 Pekanbaru

0 0 8