1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam sains yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga sains bukan hanya sebagai penguasa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kimia kita tidak boleh mengesampingkan proses ditemukannya konsep. Sebagian besar pokok
bahasan dalam bidang studi kimia memerlukan penguatan pemahaman dan pengembangan wawasan melalui penerapan metode praktikum Jahro, 2008.
Disamping itu, saat ini pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
dalam menghadapi tuntutan globalisasi dan industrialisasi. Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap serta
kompeten dibidangnya. Kecakapan dan kompetensi ini tercermin dalam suatu sikap ilmiah yang diimplementasikan ke dalam pembelajaran sains, termasuk
didalamnya pembelajaran kimia sebagai bagian dari pendidikan sains Mulyati, 2012.
Pengajaran kimia di SMA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan sikap ilmiah. Mempelajari alam dan
fenomena alam sekitarnya yang berdampak terhadap pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dikehidupan sehari-hari maupun industri Jahro, 2008.
Salah satu metode yang paling penting dalam menumbuhkan sikap ilmiah dalam proses pembelajaran kimia adalah melakukan kegiatan belajar di
laboratorium, yang lazim disebut praktikum. Praktikum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang sangat berperan penting
dalam menunjang keberhasilan proses mengajar IPA. Serta keberadaan penuntun praktikum atau LKS yang sesuai tuntutan KTSP juga berperan utuk mengetahui
hasil belajar siswa dilaboratorium Abidin, 2011.
Keberhasilan penggunaan metode praktikum tersebut didukung oleh ketersediaan alat dan bahan kimia di laboratorium serta keterampilan guru dalam
pelaksanaan praktikum. Namun, dipelosok bahkan diperkotaan jarang menggunakan metode praktikum. Alasannya klasik, karena: tidak tersedianya
laboratorium, tidak tersedianya alat-alat praktikum, tidak tersedianya bahan kimia yang diperlukan, tidak adanya guru kimia, tidak adanya LKS atau penuntun
praktikum yang sesuai standart dan guru kimia yang ada tidak mau membimbing praktikum Anonim, 2008.
Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menunjukkan pelajaran kimia sebagai bagian ilmu sains di SMA yang bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah. Sikap ilmiah seperti jujur dan objektif terhadap data, ulet dan tidak cepat putus asa, kritis terhadap
pernyataan ilmiah, dapat bekerjasama dengan orang lain, serta memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen
Depdiknas, 2003. Namun pada kenyataannya pembelajaran praktikum disekolah-sekolah
banyak memiliki kendala-kendala dalam pelaksanaannya, seperti : 1.
Keterbatasan waktu, khususnya waktu belajar dikelas. 2.
Kurangnya perhatian Depdiknas terhadap kesesuaian isi silabus praktikum yang tidak laksanakan disekolah.
3. Penggunaan bahan-bahan praktikum yang tidak optimal dilaboratorium.
4. Tidak tersedianya laboratorium dan fasilitas laboratorium yang memadai.
5. Guru kurang paham membimbing dalam praktikum.
6. Ditambah lagi kurangnya ketersediaan Lembar Kegiatan Kerja LKS atau
penuntun praktikum kimia yang sesuai dengan yang dibutuhkan merupakan salah satu faktor terhambatnya pelaksanaan praktikum.
Terhambatnya pelaksanaan praktikum disekolah berdampak proses pembelajaran menjadi tidak optimal, karena LKS atau penuntun praktikum
merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan praktikum dan juga sebagai alat evaluasi dari studi pendidikan kimia tepatnya. bahwa kendala yang dialami guru
kimia dalam pelaksanaan praktikum antara lain tidak adanya laboratorium
13,665, tidak ada bahan atau zat 29,814, tidak adanya penuntun praktikum 14,1865, dan lain-lain 27,32 Wirna : 2012
Penelitian dengan topik yang sama juga pernah diterapkan dalam penelitian Savitri 2013 yang berjudul pengembangan lembar kegiatan siswa
LKS inkuiri berbasis berpikir kritis pada materi daur biogeokimia kelas x dimana hasil yang diperoleh adalah rata-rata kelayakan LKS secara keseluruhan
mendapatkan skor 93,75 pada LKS 1 dan 94,00 pada LKS 2. Skor ini dikategorikan sangat layak berdasarkan kriteria interpretasi yang ditentukan.
Penelitian kedua yaitu pengembangan lembar kerja siswa LKS mata pelajaran sains kimia untuk SMP oleh Eli 2013 dimana hasil yang diperoleh adalah
Kelayakan LKS Praktikum secara teoritis melalui hasil validasi dari ahli yaitu 3 dosen biologi dan 2 guru biologi dengan nilai validasi sebesar 3,39 dapat
dikategorikan “Baik” sehingga LKS ini layak untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Dengan adanya suatu Lembar kerja siswa yang disusun dengan baik dan mudah dimengerti siswa yang sesuai dengan KTSP maka pelaksanaan praktikum
akan lebih dapat berjalan secara optimal. LKS tersebut diupayakan dapat terlaksanakan dilingkungan sekolah menengah atas SMA sesuai dengan tuntutan
KTSP. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Analisis Penuntun Praktikum Kimia Pada Buku Lembar Kerja Siswa LKS Untuk Kelas XII SMA Pokok Bahasan Sifat
Koligatif Larutan Sesuai Dengan Tuntutan KTSP”.
1.2 Identifikasi Masalah