Psychosocial Therapy Center Tema Human Senses
STUDIO TUGAS AKHIR
PSYCHOSOCIAL THERAPY CENTER
TEMA
HUMAN SENSES
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER GANJIL 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
ANGGA SUKANDAR PUTRA
104 10 009
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTERUNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA TAHUN 2014 / 2015
(2)
(3)
(4)
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Puji syukur yang amat dalam saya sampaikan kepada Allah SWT Rabb semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya laporan tugas akhir ini dapat saya selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan laporan ini dibuat adalah untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar S1 di program studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia. Begitu banyak bimbingan, bantuan, maupun dorongan positif yang saya dapatkan selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua saya, Mimin Suminar ibu saya dan Tatang Sukandar ayah saya, mereka berdua yang telah mengasuh serta mendidik saya sejak lahir hingga sekarang akhirnya saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini, semoga mereka berdua selalu disayang oleh Allah Rabb semesta alam, amin.
2. Istri saya Septen Mia Dini dan putri saya Talitha Hasna Sabira Sukandar, yang telah banyak memberikan dorongan positif dan penghibur hati ketika menghadapi hambatan dalam pengerjaan tugas akhir.
3. Bapak Heru Wibowo S.T.,M.T. sebagai dosen pembimbing yang sangat pengertian dan terus menerus memberikan masukan serta saran positif dalam pengerjaan tugas akhir.
4. Ibu Kiki, bagian psikolog Grha Atma dan Bapak Teguh, bagian umum RSJ Cisarua Cimahi, yang telah membantu dalam proses studi banding dan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam pengerjaan tugas akhir.
(5)
iii 5. Tim penguji, yang telah mengoreksi dan memberikan saran dan
masukan dalam hal desain maupun literatur.
6. Ibu Ir. Dhini D. Tantarto, M.T. sebagai koordinator tugas akhir, yang telah memberikan ijin kepada saya agar dapat mengikuti mata kuliah tugas akhir.
7. Keluarga besar yang turut membantu dalam pengerjaan tugas akhir, dan memberikan doa untuk kelancaran tugas akhir yang saya kerjakan.
8. Teman – teman yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam pengerjaan tugas akhir ini.
Akhir kata saya berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan banyak kegunaan bagi yang membacanya.
Terima kasih.
Wa ‘alaikum salam Wr.Wb.
Bandung, 9 Februari 2015 Disusun Oleh,
(6)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Masalah Perancangan ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 4
1.4. Kerangka Berpikir ... 5
1.5. Sistematika Laporan ... 5
BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 7
2.1. Data Umum ... 7
2.2. Definisi Proyek ... 7
2.2.1. WHAT ... 7
2.2.2. WHERE ... 8
2.2.3. WHO ... 8
2.2.4. WHY ... 9
2.2.5. WHEN ... 10
(7)
v
2.3. Program Kegiatan ... 11
2.3.1. Terapi Kognitif-Behavioral (Cognitive Behaviour Therapy) ... 11
2.3.2. Terapi Keluarga (Family Therapy) ... 12
2.3.3. Terapi Kelompok (Group Therapy) ... 12
2.3.4. Terapi Okupasi (Occupational Therapy) ... 13
2.3.5. Terapi Rekreasi ... 13
2.3.6. Terapi Musik ... 13
2.4. Kebutuhan Ruang ... 14
2.5. Standar Fasilitas Kesehatan Gangguan Kejiwaan ... 17
2.6. Studi Banding Proyek Sejenis ... 17
2.6.1. Grha Atma ... 17
2.6.2. Puri Prima Harapan ... 20
BAB III ELABORASI TEMA ... 26
3.1. Pengertian ... 26
3.2. Interpretasi Tema ... 26
3.3. Studi Banding Tema Sejenis ... 27
BAB IV ANALISIS ... 29
4.1. Analisis Kondisi Tapak ... 29
4.2. Bubble Diagram ... 31
4.3. Analisis Hubungan Fungsional Skala Makro ... 33
4.4. Analisis Hubungan Fungsional Skala Mikro ... 36
BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 39
5.1. Masalah Perancangan ... 39
5.2. Desain terhadap Stigma Negatif Masyarakat ... 39
(8)
vi
5.4. Desain Bangunan Terhadap Kondisi Tapak ... 41
5.5. Penerapan Tema Human Senses ... 43
BAB VI HASIL RANCANGAN ... 47
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, hal ini disebabkan oleh pusat pemerintahan dan perekonomian Indonesia terpusat di Jawa Barat. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi tersebut menimbulkan banyak masalah lainnya seperti masalah gaya hidup, masalah keamanan, masalah polusi hingga masalah kemacetan. Masalah – masalah tersebut menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis penduduk yang tinggal di wilayah Jawa Barat.
Diagram 1.1 Pengaruh Masalah Perkotaan Sumber : Data Pribadi
Menurut Tjhin Wiguna, seorang seorang dokter spesialis kejiwaan, stres merupakan tekanan yang membuat seorang individu harus beradaptasi dalam menghadapinya. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan stres tersebut, maka akan beresiko mengalami gangguan kejiwaan baik dalam skala ringan maupun beratGangguan kejiwaan ringan dapat menimbulkan penyimpangan perilaku pada penderitanya, yang merupakan sumber masalah baru yang dapat berimbas pada bertambahnya penderita gangguan kejiwaan.
(10)
2
Diagram 1.2 Siklus terjadinya gangguan kejiwaan Sumber : Data Pribadi
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana keadaan individu seseorang tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Gangguan jiwa juga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat terdapat stigma negatif bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya.
Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa gangguan jiwa identik dengan gila, padahal dalam dunia medis psikiatri kondisi gila diasumsikan sebagai kondisi yang sudah kehilangan akal dan daya pikir logis atau disebut dengan schizophrenia yang digolongkan sebagai gangguan jiwa berat. Stigma tersebut berdampak buruk pada enggannya masyarakat untuk mengobati gangguan kejiwaan yang dideritanya.
Gangguan jiwa secara prinsip medis dibagi menjadi dua kategori yaitu psikosis dan non-psikosis. Gangguan jiwa psikosis
adalah gejala gangguan jiwa berat di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengenali realitas atau berhubungan dengan orang lain dan mereka biasanya berperilaku dengan cara yang tidak tepat dan aneh.
(11)
3 Sedangkan gangguan jiwa non-psikosis adalah gangguan jiwa kategori ringan, dimana penderita masih mampu untuk berhubungan dengan orang lain dan masih bisa melakukan pekerjaan biasa sehari-hari. Namun karena ketidaktahuan masyarakat, pada umumnya gangguan jiwa non-psikosis ini dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan, padahal jika terus menerus dibiarkan gangguan jiwa non-psikosis dapat menjadi pemicu utama gangguan jiwa psikosis.
Penanganan gangguan jiwa dapat ditangani melalui 2 disiplin ilmu, yaitu psikologi dan psikiatri. Pada gangguan jiwa berat atau psikosis peranan disiplin ilmu psikologi dan psikiatri sama besarnya, dimana disiplin ilmu psikologi berperan mengobati dari sisi kejiwaan, melalui pendekatan secara sosial dan emosional sedangkan disiplin ilmu psikatri berperan dalam memperbaiki dan mengobati organ biologis manusia yang berkaitan dengan masalah kejiwaan.
Sedangkan pada gangguan jiwa ringan atau non psikosis, disiplin ilmu psikologi mempunyai peran lebih dominan dbandingkan dengan disiplin ilmu psikiatri. Seorang psikolog berperan penting dalam memahami, mengobati serta memperbaiki sistem kejiwaan dan pola pikir pasien, sedangkan dalam hal ini seorang psikiater hanya membantu proses pengobatan melalui pemberian obat penenang jika dibutuhkan.
1.2 Masalah Perancangan
Berikut ini adalah beberapa data terkait mengenai masalah gangguan kejiwaan yang dialami oleh penduduk di Jawa Barat 1. Riskesdas 2013
Jumlah penderita gangguan jiwa Jawa Barat pada tahun 2013 sebanyak 465.975 Jiwa (naik 63% dari tahun 2012)
(12)
4 Dari 100% penderita gangguan jiwa, sebanyak 98.9% menderita ganguan jiwa ringan
3. Riset Diklit RSJ Cisarua Cimahi
Penderita gangguan jiwa ringan tidak sadar sedang sakit, sehingga tidak mendapatkan penanganan dan pengobatan bahkan cenderung dibiarkan serta beraktivitas layaknya orang normal
4. Wawancara terhadap psikolog Grha Atma
Gangguan kejiwaan ringan psikososial mampu menimbulkan siklus masalah kejiwaan yang baru
5. Wawancara terhadap pengunjung Grha Atma
5 dari 6 pengunjung Graha Atma yang diwawancara merasa malu ketika berobat, karena adanya stigma negatif tentang gangguan kejiwaan
1.3 Maksud dan Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan data masalah perancangan tersebut melalui tugas akhir ini bermaksud untuk memberikan solusi berupa bangunan yang berfungsi sebagai tempat penanganan dan pengobatan khusus bagi penderita gangguan kejiwaan psikososial, yang bertujuan untuk :
Mengurangi dan mencegah permasalahan gangguan kejiwaan dengan cakupan wilayah Jawa Barat.
Mengurangi dan menghilangkan stigma negatif masyarakat tentang gangguan kejiwaan
(13)
5
1.4. Kerangka Berpikir
Diagram 1.4.1. Kerangka Berpikir Sumber : Data Pribadi
1.5. Sistematika Laporan
Berikut ini adalah sistematika yang diterapkan dalam penyusunan laporan tugas akhir :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, masalah perancangan, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Sehat Jiwa
Penanganan &
Rehabilitasi
Penanganan
Gangguan Jiwa
Interaksi
Tekanan
Sumber
Masalah
KEPADATAN PENDUDUK MASALAH BERADAPTASI AKTIVITAS NORMAL TIDAK DAPAT BERADAPTASI RINGAN PSYCHOSOCIAL THERAPY CENTER KEMBALI KE MASYARAKAT BERAT RSJ PSYCHOSOCIAL THERAPY CENTER KEMBALI KE MASYARAKAT(14)
6 Pada bab ini dibahas mengenai deskripsi keseluruhan mengenai proyek yang dipilih sebagai judul tugas akhir, beserta hasil studi banding mengenai proyek sejenis. BAB III ELABORASI TEMA
Bab ini berisi mengenai uraian tema yang diterapkan sebagai konsep dasar pada bangunan, serta uraian tentang hasil studi banding mengenai tema bangunan sejenis.
BAB IV ANALISIS
Pada bab ini dibahas mengenai hasil analisis fungsional beserta dengan hasil analisis kondisi lingkungan sekitar.
BAB V KONSEP RANCANGAN
Bab ini berisi uraian mengenai konsep dasar dan penerapannya pada bangunan serta tapak.
BAB VI HASIL RANCANGAN
Pada bab ini berisi gambar-gambar hasil rancangan, mulai dari peta situasi, denah, siteplan hingga tampilan perspektif.
(15)
7
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Data Umum
Judul Proyek : Psychosocial Therapy Center
Sifat Proyek : Tidak Nyata Pemilik Proyek : Pemerintah Sumber Dana : Pemerintah Lokasi : Jalan Cipunegara Peruntukkan Lahan : Residential
Luas Lahan : 1.4 Ha Luas Lantai Dasar : 7500 m2 Luas Bangunan : 1.2 Ha KDB Maksimum : 80% KLB Maksimum : 1.5 KDH Minimum : 10% GSB Minimum : 3m
2.2. Definisi Proyek
2.2.1. WHAT
Psychosocial Therapy Center merupakan rumah sakit khusus untuk penanganan dan pengobatan gangguan kejiwaan ringan psikososial, dengan cakupan wilayah Jawa Barat dan menitik fokuskan pengobatan dengan metoda psikologis dan sosial untuk memperbaiki keadaan psikologis dan sosial klien dimasyarakat, sehingga dapat mempengaruhi perubahan social masyarakat menjadi lebih baik.
(16)
8 Secara harafiah psychosocial therapy center dapat diartikan sebagai berikut :
Psychosocial
•Psyche = human soul, human mind (Encarta)
•Social = relating to interaction of people (Encarta)
Therapy = treatment to cure (Encarta)
Center = middle point or part (Encarta)
Psychosocial Therapy menurut Sheafor & Horejsi (2003) adalah perawatan untuk membantu orang- orang dalam mencapai tingkat keberfungsian psikososial yg efektif dan mempengaruhi perubahan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan semua manusia.
2.2.2. WHERE
Psychosocial Therapy Center terletak di Kota Bandung, dengan lokasi tapak berada di antara Jln. Cipunegara dan Jln. Ciwulan.
Gambar 2.2.1 Lokasi Tapak Sumber : www.wikimapia.com
2.2.3. WHO
Psychosocial Therapy Center diperuntukkan bagi kalangan menengah atas, namun bagi kalangan menengah
(17)
9 bawah dapat menggunakan BPJS untuk dapat menggunakan fasilitasnya.
Jenjang usia pengguna mulai dari 5 tahun hingga seterusnya, yang beresiko atau memiliki gangguan kejiwaan ringan psikososial, seperti:
• Depresi
• Labil secara Emosional
• Fobia akibat kejadian psikologis
• Penyimpangan perilaku
2.2.4. WHY
Berikut ini adalah diagram yang menjelaskan mengapa dibutuhkannya Psychosocial Therapy Center
Diagram 2.2.1. Needs Diagram Sumber : Data Pribadi
(18)
10 2.2.5. WHEN
Psychosocial Therapy Center dapat digunakan ketika seseorang merasa tidak mampu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapinya, dan juga digunakan ketika seseorang sudah mengalami gangguan kejiwaan ringan.
Diagram 2.2.2. Siklus Penggunaan Psychosocial Therapy Center Sumber : Data Pribadi
2.2.6. HOW
Melalui Psychosocial Therapy Center dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya perilaku negatif yang memberikan dampak buruk terhadap keadaan sosial masyarakat, menjadi perilaku positif yang tentunya memberikan dampak baik bagi keadaan sosial masyarakat.
Diagram 2.2.3. Pengaruh Psychosocial Therapy Center Sumber : Data Pribadi
(19)
11
2.3. Program Kegiatan
Psychosocial therapy center adalah tempat khusus untuk penanganan dan perawatan bagi penderita gangguan kejiwaan ringan psikososial, dalam cakupan wilayah Jawa Barat dengan menggunakan metode pengobatan secara psikologis dan sosial sehingga memperbaiki kedaan psikologis dan social di masyarakat guna mempengaruhi perubahan sosial
Berikut adalah macam dari terapi psikososial :
Terapi Kognitif Behavioral (Cognitive Behaviour Therapy)
Terapi Keluarga (Family Therapy)
Terapi Kelompok (Group Therapy)
Terapi Okupasi (Occupational Therapy)
Terapi Rekreasi
Terapi Musik
2.3.1. Terapi Kognitif-Behavioral (Cognitive Behaviour Therapy) Terapi Kognitif-Behavioral atau Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat secara mental, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku. Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain. Selain itu, terapi ini juga memfokuskan pada upaya pembelajaran klien agar memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam kehidupannya dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan jiwa yang sedang dialaminya. Dengan kata lain, konseling kognitif memfokuskan pada kegiatan mengelola dan memonitor pola pikir klien sehingga dapat mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran
(20)
12 agar dapat memperoleh emosi yang lebih positif. Sedangkan Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan tindakan yang tidak dikehendaki.
2.3.2. Terapi Keluarga (Family Therapy)
Terapi keluarga menurut Gurman, Kniskern & Pinsof (1986) adalah salah satu jenis terapi yang bertujuan untuk mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya.
2.3.3. Terapi Kelompok (Group Therapy)
Terapi Kelompok adalah terapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-sama dengan cara saling berdiskusi satu sama lain dengan dipimpin oleh seorang terapis dengan berbagai macam tujuan.
Tujuan Umum :
Meningkatkan kemampuan uji realitas
Membentuk sosialisasi
Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive
Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif
(21)
13 Tujuan Khusus :
Meningkatkan identitas diri
Menyalurkan emosi
Keterampilan hubungan social
Tujuan Rehabilitatif :
Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
Soialisasi di tengah masyarakat
Empati
Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.
2.3.4. Terapi Okupasi (Occupational Therapy)
Terapi Okupasi (Occupational Therapy) adalah salah satu jenis terapi untuk membantu seseorang menguasi keterampilan motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan
2.3.5. Terapi Rekreasi
Terapi reakreasi adalah suatu bentuk terapi yang menggunakan media reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mengurangi gangguan emosional dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan rekreasi yang telah dilakukan, sehingga perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
2.3.6. Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu jenis terapi yang memanfaatkan keahlian seorang terapis dalam bermain
(22)
14 musik untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spritual. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuai dengan keinginan, seperti musik klasik, intrumental, slow music, orkestra, dan musik modern lainnya.
2.4. Kebutuhan Ruang
Zoning Nama Ruang Aktivitas Sifat Kuantitas
PENERIMA Hall Datang Publik 1
Reception + Pendaftaran + kasir
Registrasi Pembayaran layanan telepon
Private 1
R. Tunggu Menunggu Publik 1
PENGELOLA R. Direktur Bekerja Private 1
R. sekretaris Menerima telepon Menerima tamu
Private 1
R. KABAG Bekerja Private 3 R. Rapat Rapat Private 1 R. Bagian
Pelayanan
Bekerja Private 1
R. Bag. Keuangan, Administrasi & informasi
Bekerja Private 1
R. Bag. Umum, SDM & Pelayanan
(23)
15 R. Istirahat
Dokter & Psikolog
Istirahat Private 2
RAWAT JALAN
R. Anemnesis Periksa riwayat Semi Publik 3
R. Konseling Konseling Semi Publik 10
R. Observasi Pengamatan Private 2
R. Oneway Mirror
Konseling Tes Perilaku
Private 2
RAWAT INAP Kamar Tidur+ Kamar Mandi (Pasien)
Tidur Istirahat Mandi Ganti pakaian
Private 32
Kamar Tidur+ Kamar Mandi (Terapis)
Tidur Istirahat Mandi Ganti pakaian
Private 4
Ruang serbaguna
Terapi okupasi Terapi kelompok
Semi Private 4
Ruang jaga Berjaga Mengawasi
Private 4
TERAPI RAWAT INAP
R. Anemnesis Periksa riwayat Semi Publik 1
R. Konseling Konseling Semi Publik 6
(24)
16 R. Oneway
Mirror
Konseling Tes Perilaku
Private 2
Ruang Hydrotherapy
Hydrotherapy Semi Publik 2
Ruang Meditasi Meditasi Semi Publik 1
Ruang Karaoke dan terapi musik
Bernyanyi Bermain musik
Semi Publik
Ruang Olahraga Olah raga Semi Publik
Ruang Terapi Okupasi
Aktivitas terapi okupasi (memasak, menulis, menggambar, berkebun, dll) Semi Publik SERVICE DAN PENDUKUNG
Gudang Penyimpanan barang
service
Laundry Laundry service
Ruang ganti dan locker pengelola
Ganti pakaian Pemyimpanan
barang
service
Dapur memasak service
Ruang makan pengelola
makan semiprivate
Ruang genset Penyimpanan genset
service
Ruang Bahan Bakar
Penyimpanan bahan bakar
(25)
17 Ruang
mekanikal
mekanikal service
Ruang elektrikal elektrikal service
Ruang absensi absen service
Toilet Buang air service
Tabel 2.4.1 Kebutuhan Ruang Sumber : Data Pribadi
2.5. Standar Fasilitas Kesehatan Gangguan Kejiwaan
Terlampir
2.6. Studi Banding Proyek Sejenis
2.6.1. Grha Atma
Grha atma merupakan salah satu tempat untuk menangani pasien gangguan kejiwaan. Lokasi graha atma berada di Jl. Laks. RE Martadinata no 11, Bandung.
Sebelumnya grha atma dinamakan dengan RS Jiwa Riau 11, yang kemudian mengalami renovasi bangunan dan pergantian nama pergantian nama tersebut merupakan suatu bentuk perhatian pemerintah Jawa Barat, untuk menghapus stigma negatif tentang seorang yang mengidap penyakit kejiwaan.
(26)
18
Gambar 2.6.1 Grha Atma Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jenis pelayanan yang disediakan oleh grha atma antara lain:
Rawat jalan
Konseling dan konsultasi jiwa
Rawat observasi kedaruratan jiwa
Pemeriksaan psikologi dan psikometri
Laboratorium dan radiologi
One day care
Home visit
Manajemen kasus
Aksesibilitas
Grha atma berlokasi di Jl. Laks. RE Martadinata no 11, Bandung. Dari segi aksesibilitas, grha atma dapat diakses melalui Jl. Wastukencana, Jl. Ir. H. Juanda (TDago), dan melalui jalur lingkar Kota Bandung.
(27)
19
Gambar 2.6.2 Peta Situasi Grha Atma Sumber : www.wikimapia.com
Tingkat Kebisingan
Jl. Laks. RE Martadinata merupakan salah satu jalur yang padat di Kota Bandung, dan sering sekali terjadi kemacetan di sepanjang jalan ini terutama di depan grha atma. Hal ini berdampak pada tingkat kebisingan yang tinggi. Tingkat kebisingan yang tinggi tersebut sangat mengganggu dan menghambat proses penyembuhan bagi pasien yang sedang dirawat di grha atma.
Fasade Bangunan
Gambar 2.6.3 Fasade Grha Atma Sumber : Dokumentasi Pribadi
Grha atma memiliki fasade bangunan yang terkesan formal. Dan masih memberi kesan sebagai bangunan rumah sakit.
(28)
20 Interior Bangunan
Suasana interior grha atma menyerupai suasana interior rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengunjung, sebagian besar pengunjung merasa terganggu dan kurang nyaman dengan suasana interior yang menyerupai rumah sakit, hal ini dikarenakan mereka merasa sehat dan tidak mau berada di rumah sakit, dan takut dikatakan sedang berada didalam rumah sakit jiwa, karena stigma masyarakat umum yang menganggap gangguan jiwa sama dengan gila.
Gambar 2.6.4 Interior Grha Atma Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap psikolog, suasana bangunan sangat berpengaruh terhadap proses pengobatan pasien gangguan kejiwaan. Suasana bangunan sebaiknya menyerupai rumah agar pasien merasa nyaman dan tenang, sehingga dapat membantu proses pengobatan.
2.6.2. Puri Prima Harapan
Puri Prima Harapan merupakan tempat rehabilitasi mental bagi penderita gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Puri Prima Harapan berlokasi di Jl. Ciguruwik KM 3.5 (Terusan Cipadati) Kp. Cikoneng III , Desa Cibiru Wetan, Kec. Cileunyi Kabupaten Bandung.
(29)
21 Fasilitas Ruang
Berikut ini adalah fasilitas ruang yang disediakan oleh Puri Prima Harapan :
1. Ruang UGD
Ruang UGD disediakan bagi pasien gangguan jiwa yang sedang dalam kondisi tidak dapat dikendalikan (tidak tenang, mengamuk dan sebagainya)
2. Ruang istirahat pasien (Kamar Tidur)
Satu ruang istirahat pasien pada Puri Prima Harapan dihuni oleh 2 orang pasien, fasilitas yang diberikan untuk ruang istirahat pasien hanya berupa tempat tidur, hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antar sesame penghuni kamar.
Gambar 2.6.5 Kamar Tidur Pasien Puri Prima Harapan Sumber : www.primaharapan.com
3. Toilet
4. Ruang Kamar Keluarga
Ruang Kamar Keluarga diperuntukkan bagi pasien yang ingin didampingi oleh keluarganya. Di dalam ruang kamar keluarga terdapat fasilitas tempat tidur berukuran double dan lemari untuk menyimpan barang bawaan. Di dalam ruang kamar keluarga juga terdapat fasilitas toilet khusus bagi pengguna kamar.
(30)
22
Gambar 2.6.6 Ruang Kamar Keluarga Sumber : www.primaharapan.com 5. Ruang Kebersamaan
Ruang kebersamaan berfungsi sebagai ruang tempat diadakannya group therapy, dan juga sebagai tempat dimana pasien dapat saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
6. Lapangan Olahraga
Lapangan olahraga disediakan sebagai tempat dilaksanakannya terapi rekreasi dan juga tempat olah raga ringan bagi pasien, seperti senam, yoga dan sebagainya.
Gambar 2.6.7 Lapangan Olahraga Puri Prima Harapan Sumber : www.primaharapan.com
(31)
23
.
7. Taman
Taman berfungsi sebagai tempat yang memberikan efek relaksasi secara visual, sehingga memberikan kenyamanan bagi pasien yang sedang menjalani terapi.
Gambar 2.6.8 Taman Puri Prima Harapan Sumber : www.primaharapan.com 8. Ruang periksa psikiatri
Yaitu ruang yang disediakan khusus untuk memeriksa keadaan pasien dari sisi psikiatri.
9. Ruang Konseling
Yaitu ruang yang disediakan khusus bagi pasien untuk menjalani konseling maupun terapi family.
Gambar 2.6.9 Ruang Konseling Puri Prima Harapan Sumber : www.primaharapan.com
(32)
24
10. Ruang Karaoke
Merupakan salah satu fasilitas untuk penerapan terapi musik bagi pasien.
11. Ruang Seminar
Ruang seminar diadakan untuk memberikan motivasi dan pengarahan positif bagi pasien dalam menghadapi permasalahan.
Gambar 2.6.10 Ruang Seminar Puri Prima Harapan Sumber : www.primaharapan.com
Metode Penyembuhan
Di Puri Prima Harapan metode penyembuhan yang digunakan bagi penderita gangguan jiwa, terbagi menjaid 2 tahap, yaitu :
Tahap 1. Pemulihan Psikiatrik
Farmakoterapi oleh psikiater dengan dibantu jururawat (suster dan mantri)
Psikoterapi oleh psikiater, psikolog dan konselor
Siraman rohani
Evaluasi pasien oleh psikiater dan psikolog
Disajikan makanan dengan nutrisi yang tepat dan seimbang sesuai kebutuhan pasien
(33)
25 Tahap 2. Pemulihan Kualitas Hidup
Dilakukan oleh konselor, pekerja sosial, keluarga, serta profesional lainnya :
Pendidikan / pelatihan / penyuluhan
Pemberian contoh
Pemberdayaan Pasien sesuai minat bakat
(34)
26
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian
Psychosocial therapy center merupakan tempat penanganan dan pengobatan bagi pasien penderita gangguan kejiwaan ringan psikososial. Untuk membantu proses penyembuhan, maka dibutuhkan tema bangunan yang dapat menunjang fungsi dari bangunan tersebut.
Untuk mendukung fungsi, tema yang diusung pada desain bangunan psychosocial therapy center adalah human senses.
Secara bahasa kata human senses memiliki arti indra manusia.
3.2. Interpretasi Tema
Melalui tema human senses pada bangunan psychosocial therapy center berarti bangunan didesain secara khusus sehingga dapat menciptakan interaksi antara bangunan dengan panca indra manusia, sehingga menimbulkan perasaan positif terhadap pasien, yang dapat membantu jalannya terapi pengobatan bagi pasien.
Diagram 3.2.1. Tema Bangunan Terhadap Indra Manusia Sumber : Data Pribadi
(35)
27
3.3. Studi Banding Tema Sejenis
The Falling Water
The Falling Water merupakan salah satu karya Frank Lloyd Wright yang dibangun pada tahun 1930, yang berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal keluarga Kaufmann.
Gambar 3.3.1. Eksterior The Falling Water Sumber : www.fallingwater.org
Gambar 3.3.2. Interior The Falling Water Sumber : www.fallingwater.org
(36)
28 Pada bangunan ini terjadi interaksi yang melibatkan bangunan dengan panca indra manusia, yang menimbulkan perasaan positif bagi manusia yang berada di dalamnya, seperti :
Indra Penglihatan
Warna Hijau yang mendominasi lingkunan eksterior bangunan, dipadukan denagn warna oranye pada material interior bangunan, secara visual menimbulkan perasaan santai dan nyaman, perasaan tersebut sangat mendukung fungsi bangunan sebagai tempat tinggal.
Indra Pendengaran
Suara gemericik air yang berasal dari sungai disekitar bangunan mampu menimbulkan suasana tenang dan damai.
Indra Penciuman dan Indra Perasa
Aroma dedaunan, aroma bebatuan dan aroma tanah yang basah ditangkap oleh indra penciuman sehingga membangkitkan sensasi rasa di dalam mulut, yang dapat menimbulkan kesan dingin, alami dan menenangkan.
Indra PerabaMaterial bebatuan yang digunakan pada bagian eksterior dan interior bangunan dipadukan dengan keadaan iklim yang mendukung, menghasilkan temperatur bebatuan yang dingin, sehingga ditangkap oleh indra peraba manusia dan menimbulkan kesan sejuk dan santai.
(37)
29
BAB IV
ANALISIS
4.1. Analisis Kondisi Tapak
Psychosocial Therapy Center terletak di Kota Bandung, dengan beberapa kelebihan sebagai berikut :
o Kota Bandung merupakan Ibu Kota Jawa Barat, sehingga
cocok dijadikan sebagai pusat.
o Kota Bandung Terletak di tengah wilayah Jawa Barat,
sehingga mempermudah aksesibilitas dari kota – kota di wilayah Jawa Barat.
o Kota Bandung memiliki fasilitas transportasi yang
mendukung, seperti :
• Bandara
• Stasiun Kereta
• Terminal
• Jalan Tol
Gambar 4.1.1. Peta Jawa Barat Sumber : http://disperindag.jabarprov.go.id/
(38)
30 Sedangkan lokasi tapak Psychosocial therapy Center berada di antara Jln. Cipunegara dan Jln. Ciwulan dengan beberapa kelebihan sebagai berikut :
• Mudah diakses melalui Jalan Tol Pasteur maupun Jalur Lingkar Selatan Kota Bandung.
• Berada diantara Bandara Husein Sastranegara, Stasiun Kereta Api Bandung, Terminal Leuwi Panjang dan Terminal Cicaheum.
• Dekat dengan Gedung Sate sebagai salah satu landmark di Kota Bandung, sehingga mudah ditemukan.
• Berada ditengah kota, sehingga mempermudah dalam terapi sosial.
• Fungsi bangunan sekitar didominasi perumahan, dan berada di jalan lokal sehingga terhindar dari kebisingan.
Gambar 4.1.2. Peta Situasi Tapak Sumber : www.wikimapia.com
(39)
31
4.2. Bubble Diagram
Diagram 4.2.1. Bubble Diagram Keseluruhan Sumber : Data Pribadi
Diagram 4.2.2. Bubble Diagram Area Rawat Jalan Sumber : Data Pribadi
(40)
32
Diagram 4.2.3. Bubble Diagram Area Rawat Inap Sumber : Data Pribadi
Diagram 4.2.4. Bubble Diagram Area Terapi Sumber : Data Pribadi
(41)
33
Diagram 4.2.5. Bubble Diagram Area Pengelola Sumber : Data Pribadi
4.3. Analisis Hubungan Fungsional Skala Makro
Secara makro, hubungan fungsional Psychosocial Therapy Center dapat dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 2222. Peta Situasional Hubungan Skala Makro Sumber : www.wikimapia.com
1. Kebun Binatang
Kebun binatang yang berlokasi di Jalan Taman Sari dapat digunakan sebagai salah satu area untuk terapi. Pada waktu
(42)
34 tertentu pasien rawat inap dapat diajak menuju kebun binatang untuk menjalani terapi rekreasi dan juga terapi sosial.
Gambar 4.3.1. Kebun Binatang Bandung Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. RS ST. Borromeus
Lokasi Rumah Sakit ST Borromeus yang dekat dengan lokasi tapak dapat dijadikan sebagai pilihan rumah sakit bila suatu waktu terjadi kecelakaan.
Gambar 4.3.2. RS ST. Borromeus Sumber : Dokumentasi Pribadi
3. Grha Atma
Keberadaan Grha Atma dapat mendukung fungsi
Psychosocial Therapy Center dalam penanganan penderita gangguan kejiwaan, karena merupakan salah satu fungsi bangunan yang memiliki fungsi serupa yaitu menangani gangguan kejiwaan ringan.
(43)
35
Gambar 4.3.3. Grha Atma Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. RSJ Cisarua Cimahi
Psychosocial Therapy Center sangat bermanfaat bagi mantan pasien RSJ Cisarua Cimahi, yaitu sebagai tempat penanganan lebih lanjut, agar mantan pasien RSJ mampu beradaptasi sosial secara lebih baik dan diberikan masukan positif untuk memunculkan kembali kepercayaan diri di tengah masyarakat
Gambar 4.3.4. RSJ Cisarua Cimahi Sumber : Dokumentasi Pribadi
5. Kawasan Car Free Day
Lokasi tapak Psychosocial Therapy center dekat dengan kawasan Car free Day Dago. Event Car Free Day yang diadakan rutin setiap hari minggu tersebut, dapat digunakan sebagai salah satu area untuk dilakukannya terapi rekreasi dan juga terapi social, untuk memunculkan kembali rasa percaya diri pasien.
(44)
36
Gambar 4.3.5. Event Car Free Day Sumber : dinolefty.wordpress.com
4.4. Analisis Hubungan Fungsional Skala Mikro
Fungsi Psychosocial Therapy Center sangat erat kaitannya dengan bangunan sekitar terutama dalam menciptakan keadaan sosial masyarakat yang lebih baik. Hubungan fungsional skala mikro tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 4.4.1. Peta Situasional Hubungan Skala Mikro Sumber : www.wikimapia.com
1. Lapangan Gasibu
Lapangan gasibu dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk kegiatan terapi rekreasi dan juga terapi sosial, seperti olahraga dan permainan kelompok.
Gambar 4.4.2. Lapangan Gasibu Sumber : Dokumentasi Pribadi
(45)
37 2. Gedung Sate
Gedung merupakan salah satu landmark di Kota Bandung yang terkenal, keberadaan Gedung Sate yang dekat dengan lokasi tapak dapat dijadikan patokan untuk memberikan gambaran pemetan tuntuk memperjelas posisi tapak.
Gambar 4.4.3. Gedung Sate Sumber : http://hotel-di.com/
3. Taman Lansia dan Taman Kandaga Puspa
Taman Lansia dan Taman Kandaga Puspa yang berada dekat dengan lokasi tapak dapat dijadikan sebagai tempat konseling maupun sebagai tempat kegiatan terapi rekreasi. Pada hari minggu lokasi di sekitar taman ini pun menjadi pusat keramaian, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk berlatih dan beradaptasi untuk berinteraksi sosial.
Gambar 4.4.4. Taman Lansia Sumber : Dokumentasi Pribadi
4. Pengadilan Negeri Bandung
Pengadilan merupakan salah satu fungsi bangunan yang berpotensi meningkatkan tingkat stres yang tinggi terutama bagi seseorang yang akan diadili. Fungsi Psychosocial Therapy
(46)
38
Center dapat memberikan efek positif bagi masalah kejiwaan bagi seseorang yang akan diadili.
5. Gereja Maranatha
Gereja Maranatha yang dekat dengan lokasi tapak dapat menunjang kegiatan terapi kerohanian bagi klien yang beragama Kristen
Gambar 4.4.5. Gereja Maranatha Sumber : Dokumentasi Pribadi
6. PUSDAI
PUSDAI dapat dijadikan sebagai salah satu penunjang pelaksanaan terapi kerohanian bagi klien yang beragama Islam.
Gambar 4.4.6. PUSDAI Sumber : http://www.skyscrapercity.com/
(47)
47
BAB VI
HASIL RANCANGAN
6.1. Siteplan
Terlampir
6.2. Denah
Terlampir
6.3. Tampak
Terlampir
6.4. Potongan
Terlampir
6.5. Bentuk Bangunan
Gambar 6.5.1 Bentuk Bangunan 1 Sumber : Data Pribadi
(48)
48
Gambar 6.5.2 Bentuk Bangunan 2 Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.5.3 Bentuk Bangunan 3 Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.5.4 Bentuk Bangunan 4 Sumber : Data Pribadi
(49)
49
6.6. Perspektif Suasana
Gambar 6.6.1 Open Space 1 Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.6.2 Open Space 2 Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.6.3 Side Entrance Sumber : Data Pribadi
(50)
50
Gambar 6.6.4 Main Entrance Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.6.5 Drop off Area Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.6.6 Hall Sumber : Data Pribadi
(51)
51
Gambar 6.6.7 Area Tunggu Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.6.8 Taman dan Area Tunggu Sumber : Data Pribadi
Gambar 6.6.9 Area Tunggu Anak Sumber : Data Pribadi
(52)
52
6.7. Foto Maket
Gambar 6.7.1 Foto Maket 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 6.7.2 Foto Maket 2 Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 6.7.3 Foto Maket 3 Sumber : Dokumentasi Pribadi
(53)
39
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Masalah Perancangan
Terdapat beberapa masalah perancangan yang akan mempengaruhi desain bangunan, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Bangunan harus mampu menghilangkan stigma negatif masyarakat tentang gangguan jiwa.
• Bangunan mampu beradaptasi dengan Iklim Tropis.
• Bangunan mampu beradaptasi dengan kondisi Tapak.
• Penerapan tema human senses pada bangunan
5.2. Desain terhadap Stigma Negatif Masyarakat
Open Space
Stigma Negatif Masyarakat, dapat dihilangkan melalui adanya
open space. Open space tersebut bertujuan untuk menciptakan ruang bagi pengunjung maupun warga sekitar untuk berinteraksi sosial, sehingga secara tidak sadar mereka diajak untuk melihat dan mengenal berbagai macam aktivitas di dalam bangunan, sehingga secara perlahan masyarakat akan teredukasi dan lebih mengenal tentang gangguan kejiwaan.
(54)
40
Gambar 5.2.1. Open Space Sumber : Data Pribadi
Bentuk Bangunan
Psychosocial Therapy Center mempunyai bentuk bangunan yang iconic namun tetap selaras dengan bentuk bangunan sekitarnya, bentuk bangunan iconic tersebut mempunyai tujuan untuk menarik perhatian masyarakat, sehingga masyarakat akan merasa penasaran tentang fungsi bangunan Psychosocial Therapy Center. Melalui rasa penasaran tersebut masyarakat secara tidak sadar akan mencari tahu lebih dalam fungsi bangunan tersebut yang dapat menimbulkan sisi positif berupa menambah pengetahuan tentang masyarakat tentang gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan fungsi bangunan.
Gambar 5.2.2. Bentuk Bangunan Sumber : Data Pribadi
(55)
41
5.3. Desain Bangunan Terhadap Iklim Tropis
Massa Bangunan
Bentuk massa bangunan Psychosocial Therapy Center
memanjang dari arah timur menuju arah barat, hal ini bertujuan untuk menyesuaikan terhadap arah datangnya sinar matahari.
Atap Bangunan
Bangunan Psychosocial Therapy Center menggunakan atap pelana yang mempunyai sudut kemiringan yang bertujuan untuk beradaptasi terhadap curah hujan pada iklim tropis.
Gambar 5.3.1. Atap Bangunan Sumber : Data Pribadi
Atap bangunan tersebut didesain dengan kemiringan yang berbeda yang merupakan perwujudan keadaan emosional gangguan kejiwaan, sehingga menimbulkan kesan iconic, selain itu juga bertujuan untuk memungkinkan sinar matahari masuk melalui irama atap sehingga bangunan mempunyai sistem pencahayaan alami.
5.4. Desain Bangunan Terhadap Kondisi Tapak
Nodes dan Arah Datangnya Pengunjung
Pada arah nodes arah datangnya pengunjung, bentuk bangunan memberikan sikap bentuk melengkung, sehingga terkesan ramah dan memberikan kesan ramah. Pada bagian
(56)
42 tersebut juga diletakkan open space dan side entrance yang dapat meningkatkan kesan menerima.
Gambar 5.4.1. Desain terhadap Arah Datangnya Pengunjung Sumber : Data Pribadi
Bangunan Sekitar
Bangunan Psychosocial Therapy Center menggunakan jenis atap pelana yang merupakan penyesuaian terhadap bentuk bangunan sekitar sehingga keberadaan bangunan Psychosocial Therapy Center tetap selaras dengan bangunan sekitar.
Pada bagian bangunan rawat inap, memiliki penyesuaian terhadap ketinggian dengan bangunan sekitar, sehingga secara psikologis kondisi bangunan tidak terkesan tinggi dan juga pencahayaan bangunan sekitar tidak terganggu.
(57)
43
Gambar 5.4.2. Sikap Terhadap Ketinggian Bangunan. Sumber : Data Pribadi
5.5. Penerapan Tema Human Senses
Interior dan Eksterior
Taman dan area tunggu pada bangunan Psychosocial Therapy Center didesain secara sadar untuk menciptakan interaksi manusia, melalui bentuk area tunggu yang memusat, sehingga secara psikologis memicu penggunanya untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Kolam dan air mancur yang berada di tengah taman bertujuan untuk menciptakan suara gemericik air yang dapat menimbulkan ketenangan, selain itu tujuan adanya kolam dan air mancur juga untuk menjaga keadaan termal ruangan agar tetap sejuk.
(58)
44
Gambar 5.5.1. Taman dan Ruang Tunggu Sumber : Data Pribadi
Penggunaan vegetasi berupa tanaman lavender dan geranium bertujuan untuk menciptakan aroma wewangian yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan rileks.
Rumput banyak digunakan pada taman sebagai alas untuk duduk, hal ini bertujuan untuk menciptakan interaksi dengan indra peraba manusia.
Bagian interior menggunakan material parquette yang didominasi oleh warna coklat dan oranye, serta dipadukan dengan warna vegetasi yang didominasi oleh warna hijau. Perpaduan warna - warna tersebut mampu menciptakan kesan nyaman, tenang, dan rileks.
Detail Kamar Pasien
Kamar bagi pasien rawat inap didesain secara sadar untuk menciptakan interaksi dengan indra manusia tanpa mengurangi segi keselamatan bagi pasien di dalamnya.
Gambar 5.5.2. Detail Kamar Tidur Pasien Sumber : Data Pribadi
(59)
45 1. Tempat tidur dan Ruang Penyimpanan
Tempat tidur pasien dan ruang penyimpanan barang kebutuhan bagi pasien didesain dan diletakkan pada posisi yang mudah terlihat dari arah pintu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengecekkan yang dilakukan oleh perawat dan terapis, sehingga jika suatu waktu terjadi keadaan darurat, perawat dan terapis dapat dengan sigap mengambil keputusan.
2. Windtrap
Windtrap adalah perangkap angina yang dapat digunakan untuk mengatur sirkulasi udara. Di dalam windtrap terdaoat tanaman lavender yang bertujuan sebagai sumber wewangian dan juga mencegah datangnya nyamuk ke dalam ruangan. 3. Jendela
Jendela pada kamar tidur pasien dibuat agar tidak dapat dibuka, sehingga mencegah pasien untuk keluar melalui jendela kamar
4. Interior fountain
Fungsi dari interior fountain adalah sebagai penghasil suara gemericik air yang dapat menimbulkan efek ketenangan bagi pasien.
Konsep Human Senses pada Kamar Tidur Pasien
Angin dari eksterior bangunan ditangkap oleh windtrap, sehingga ketika windtrap dibuka aliran udara dari eksterior bangunan masuk ke dalam interior kamar tidur pasien dengan membawa aroma tanaman lavender, yang ditangkap oleh indra penciuman sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan tenang.
(60)
46
Gambar 5.5.3. Konsep pada Kamar Tidur Pasien Sumber : Data Pribadi
(61)
53
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K. (2000). Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan Edisi 2. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid I Edisi 33. Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid II Edisi 33. Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta : Erlangga
Frederick, Matthew. (2007). 101 Things I learned in Architecture School. Cambridge : The Mit Press
Llewelyn – Davies. Urban Design Compendium.
Hunt, James. (2013). Design Guide for the Built Environment of Behavioral Health Facilities. NAPHS
Design Guide : Mental Health Facilities. Department of Veteran Affairs
Ulrich, Roger. (2007). Effect of Interior Design on Welness: Theory and Scientific Research
http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/infojabar-51.html Diakses pada tanggal 3 Oktober 2014, pukul 10:30.
(62)
(63)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae
Data Pribadi/ Personal Details
Nama : Angga Sukandar Putra, S.T. Jenis kelamin : Pria
Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 25 Juni 1988 Kewarganegaraan : WNI
Status : Menikah Tinggi, berat badan : 173cm, 55kg
Kesehatan : Baik
Agama : Islam
Alamat lengkap : Jl. Oto Iskandardinata No.277 RT 004, RW 002, kelurahan Balong Gede, Kecamatan Regol, Bandung
Telepon, HP : 0856 9411 2775
E-mail / Website : angga.oboto@gmail.com
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan / Educational and Professional Qualification
» Formal
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jurusan Jenjang IPK
1995 - 2001 SD Islam Al-Azhar Cirebon - - -
2001 - 2004 SMP N 1 Cirebon - - -
2004 - 2005 SMAN 2 Cirebon - - -
2005 - 2007 SMA YPHB Bogor - - -
2008 2009 Bogor Hotel Institute Perhotelan D1 3.8
2010 - 2015 Universitas Komputer Indonesia Arsitektur S1 3.45
» Non – Formal
(64)
Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PT. Rasy Cipta
Mengikuti Seminar “Urban Vernacular” di UNIKOM.
Mengikuti Seminar “Past and Future”di UNIKOM.
(1)
45 1. Tempat tidur dan Ruang Penyimpanan
Tempat tidur pasien dan ruang penyimpanan barang kebutuhan bagi pasien didesain dan diletakkan pada posisi yang mudah terlihat dari arah pintu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengecekkan yang dilakukan oleh perawat dan terapis, sehingga jika suatu waktu terjadi keadaan darurat, perawat dan terapis dapat dengan sigap mengambil keputusan. 2. Windtrap
Windtrap adalah perangkap angina yang dapat digunakan untuk mengatur sirkulasi udara. Di dalam windtrap terdaoat tanaman lavender yang bertujuan sebagai sumber wewangian dan juga mencegah datangnya nyamuk ke dalam ruangan. 3. Jendela
Jendela pada kamar tidur pasien dibuat agar tidak dapat dibuka, sehingga mencegah pasien untuk keluar melalui jendela kamar
4. Interior fountain
Fungsi dari interior fountain adalah sebagai penghasil suara gemericik air yang dapat menimbulkan efek ketenangan bagi pasien.
Konsep Human Senses pada Kamar Tidur Pasien
Angin dari eksterior bangunan ditangkap oleh windtrap, sehingga ketika windtrap dibuka aliran udara dari eksterior bangunan masuk ke dalam interior kamar tidur pasien dengan membawa aroma tanaman lavender, yang ditangkap oleh indra penciuman sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan tenang.
(2)
46
Gambar 5.5.3. Konsep pada Kamar Tidur Pasien Sumber : Data Pribadi
(3)
53
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K. (2000). Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan Edisi 2. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid I Edisi 33. Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid II Edisi 33. Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta : Erlangga
Frederick, Matthew. (2007). 101 Things I learned in Architecture School. Cambridge : The Mit Press
Llewelyn – Davies. Urban Design Compendium.
Hunt, James. (2013). Design Guide for the Built Environment of Behavioral Health Facilities. NAPHS
Design Guide : Mental Health Facilities. Department of Veteran Affairs
Ulrich, Roger. (2007). Effect of Interior Design on Welness: Theory and Scientific Research
http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/infojabar-51.html Diakses pada tanggal 3 Oktober 2014, pukul 10:30.
(4)
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae
Data Pribadi/ Personal Details
Nama : Angga Sukandar Putra, S.T. Jenis kelamin : Pria
Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 25 Juni 1988 Kewarganegaraan : WNI
Status : Menikah Tinggi, berat badan : 173cm, 55kg
Kesehatan : Baik
Agama : Islam
Alamat lengkap : Jl. Oto Iskandardinata No.277 RT 004, RW 002, kelurahan Balong Gede, Kecamatan Regol, Bandung
Telepon, HP : 0856 9411 2775
E-mail / Website : angga.oboto@gmail.com
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan / Educational and Professional Qualification
» Formal
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jurusan Jenjang IPK
1995 - 2001 SD Islam Al-Azhar Cirebon - - -
2001 - 2004 SMP N 1 Cirebon - - -
2004 - 2005 SMAN 2 Cirebon - - -
2005 - 2007 SMA YPHB Bogor - - -
2008 2009 Bogor Hotel Institute Perhotelan D1 3.8
2010 - 2015 Universitas Komputer Indonesia Arsitektur S1 3.45
» Non – Formal
(6)
Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PT. Rasy Cipta Mengikuti Seminar “Urban Vernacular” di UNIKOM. Mengikuti Seminar “Past and Future”di UNIKOM.