Perancangan Stress Care Center Dengan tema Peacefull Releasing.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Manusia diciptakan memiliki 3 elemen utama dalam hidup yaitu, fisik, emosi dan jiwa. Saat mengalami tekanan pada salah satu elemen tersebut menyebabkan ketidakseimbangan pada elemen yang lain karena ketiga elemen tersebut saling mendukung satu sama lain. Sehingga manusia memasuki sebuah tahap dimana terdapat kejenuhan dengan kondisi yang dialami yang dinamakan dunia medis dengan stress. Setiap elemen dapat mengalami stres, bila stres berkelanjutan dan tidak terobati dapat menyebabkan gangguan pada kejiwaan yang berakhir pada fase kegilaan bahkan dapat menyebabkan kematian. Dengan semakin padatnya aktifitas yang dimiliki tiap-tiap pribadi saat ini, dapat dicermati betapa mudahnya kita untuk mengalami stress tersebut. Mengambil hikmah dari apa yang terjadi saat ini baiklah bila terdapat sebuah fasilitas untuk menyalurkan kegelisahan dan mendapatkan terapi lanjutan. Maka untuk tujuan tersebutlah Stress Care Center dirancang.


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah pencipta langit dan bumi atas hikmah, berkat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan sebaik-baiknya. Adapun judul perancangan tugas akhir ini adalah "PERANCANGAN STRESS CARE CENTER". Tugas ini dapat terlaksana berkat dukungan dan kerjasama yang baik dari dosen pembimbing tugas akhir, teman-teman serta pihak lain sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun dan memberikan hikmah kepada penulis untuk mengetahui apa yang harus penulis buat.

2. Bapak Gai Suharja, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha

3. Bapak Krismanto K, ST.,MT., selaku Ketua Jurusan Desain Interior dan dosen mata kuliah studi mandiri.

4. Ibu Yunita Setyoningrum M.Ds., selaku Sekretaris Jurusan Desain Interior.

5. Bapak Yuma Candrahera, S.sn., selaku Koordinator Tugas Akhir Desain Interior atas konsultasi dan sarannya.

6. Bapak Drs. Rahman Yuda, MBA., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing selama pengerjaan tugas akhir ini.

7. Ibu Ryanty Derwentyana, S. ds, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dan membinbing selama pengerjaan tugas akhir ini.

8. Dosen-dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha lainnya yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di universitas.


(3)

iii Universitas Kristen Maranatha

9. Keluarga dan orang tua yang selalu mengasihi, mendampingi dan mendukung secara jasmani dan rohani.

10.Teman-teman dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan informasi yang diperlukan. Segala kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan yang berharga

Bandung, 18 Juni 2011


(4)

iv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Abstrak... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... v

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel dan Diagram... x

Bab I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Ide Gagasan... 3

1.3 Identifikasi Masalah... 4

1.4 Tujuan Perancangan... 5

1.5 Sistematika Penulisan... 6

Bab II PEMAHAMAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS STRESS CARE CENTER.. 7

2.1 Stress... 7

2.1.1 Stres Kerja... 11

2.1.2 Dampak Stres Kerja... 15

2.1.3 Gejala- Gejala Stress... 15

2.2 Terapi... 18

2.2.1 Meditasi... 18

2.2.2 Destructotherapy... 19

2.2.3 Reflexology... 20

2.2.4 Konseling... 21

2.2.5 Hypnotherapy... 22

2.2.6 Zen Therapy... 23

2.3 Standar Perancangan... 25

2.3.1 Elemen Desain Interior... 25


(5)

v Universitas Kristen Maranatha

2.3.1.2 Skala... 28

2.3.1.3 Warna... 31

2.3.1.4 Cahaya... 34

2.3.1.5 Tekstur... 41

2.3.1.6 Pola... 43

2.3.2 Kenyamanan Manusia... 44

2.3.3 Ergonomi... 51

Bab III STRESS CARE CENTER... 55

3.1 Deskripsi Objek Studi... 55

3.1.1 Analisa Fungsi... 56

3.1.2 Analisa User... 57

3.1.3 Tabel Kebutuhan Ruang... 60

3.2 Tema dan Konsep... 61

3.2.1 Tema Peaceful... 61

3.2.2 Konsep Releasing... 62

3.2.2.1 Konsep Material... 63

3.2.2.2 Konsep Bentuk... 64

3.2.2.3 Konsep Warna... 65

3.2.2.4 Konsep Pola... 66

3.2.2.5 Konsep Skala... 67

3.2.2.6 Konsep Penghawaan... 69

3.2.2.7 Konsep Pencahayaan... 69

3.3 Analisa Bangunan dan Site... 74

3.3.1 Analisa Bangunan... 74

3.3.2 Analisa Site... 76

3.4 Survey Fungsi Sejenis... 80

3.4.1 Canyon View Office... 80

3.4.2 Yelo Reflexology Napping, New York... 83

3.5 Programming Ruang... 85

3.5.1 Bubble Diagram... 86

3.5.2 Matrix Diagram... 87

3.5.3 User Activity... 87

3.5.4 Mind Map Therapy... 91


(6)

vi Universitas Kristen Maranatha

3.5.6 Zoning dan Blocking... 98

Bab IV PERANCANGAN STRESS CARE CENTER... 99

4.1 Penerapan Tema dan Konsep Dalam Desain... 99

4.2 Perancangan General... 100

4.3 Perancangan Area Khusus... 102

4.3.1 Entrance... 102

4.3.2 Lobby dan Receptionist... 103

4.3.3 Smoking Room... 104

4.3.4 Cafe... 106

4.3.5 Waiting Room... 108

4.3.6 Reading Room... 109

4.3.7 Reflexology Area... 110

4.3.8 Ruang Meditasi... 112

4.3.9 Ruang Konseling dan Hypnotherap... 113

4.3.10 Ruang Destructotherapy... 114

4.3.11 Office Area... 115

Bab V SIMPULAN DAN SARAN... 117

5.1 Simpulan... 117

5.2 Saran... 120 Daftar Pustaka


(7)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.2.1 Destruction Therapy... 20

Gambar 2.2.6.1 Zen Interior... 24

Gambar 2.3.1.1.1 Bentuk dua dimensi dan tiga dimensi... 26

Gambar 2.3.1.1.2 Sebuah pola dapat diubah menjadi bentuk bulat atau elips... 27

Gambar 2.3.1.1.3 Plaza yang berbentuk oval pada arsitektur Barok... 27

Gambar 2.3.1.2.1 Skala berdasarkan objek... 29

Gambar 2.3.1.2.2 Ruang skala kecil dan skala besar berdasarkan skala hubungan 29 Gambar 2.3.1.2.3 Potongan dan denah pada ruang dengan skala yang berbeda.... 30

Gambar 2.3.1.5.1 Ruang yang didesain dengan material tekstur... 41

Gambar 2.3.1.6.1 Pola lantai... 44

Gambar 2.3.2.1 Gambar Kebutuhan Manusia akan Lighting... 45

Gambar 2.3.2.2 Reflection, Absoption and Transmission... 46

Gambar 2.3.2.3 Glare... 47

Gambar 2.3.2.4 Reflected Glare... 47

Gambar 2.3.1.5 Panas dari Pelingkup Bangunan... 48

Gambar 2.3.3.1 Personal Space... 53

Gambar 3.2.2.3.1 Elemen manusia... 65

Gambar 3.2.2.4.1 Pola memusat... 67

Gambar 3.2.2.5.1 Ekspos Rangka Atap... 68

Gambar 3.2.2.5.2 Ruangan Luas... 68

Gambar 3.2.2.7.1 Pencahayaan Alami... 70

Gambar 3.2.2.7.2 Pencahayaan Buatan... 70

Gambar 3.3.1.1 Pemetaan Site SMAK DAGO... 75

Gambar 3.3.1.2 Fasad Bangunan SMAK DAGO... 76

Gambar 3.4.1.1 Canyon View Office Site Plan... 80

Gambar 3.4.1.2 Canyon View Office Section Plan... 81


(8)

viii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.4.1.5 Canyon View Office Interior... 82

Gambar 3.4.2.1 Exterior Yelo Reflexology Napping... 83

Gambar 3.4.2.2 Lobby Yelo Reflexology Napping... 84

Gambar 3.4.2.3 Reflexology Room... 85

Gambar 3.5.6.1 Zoning dan Blocking... 98

Gambar 4.2.1 General plan... 101

Gambar 4.2.2 Specific plan... 101

Gmabar 4.3.1.1 Entrance Area... 102

Gambar 4.3.2.1 Lobby and Receptionist... 104

Gambar 4.3.3.1 Smoking Room... 105

Gambar 4.3.4.1 Bar dan Cashier... 106

Gambar 4.3.4.2 Cafe View 1... 107

Gambar 4.3.4.3 Cage View 2... 107

Gambar 4.3.5.1 Waiting Room... 109

Gambar 4.3.6.1 Reading Room... 110

Gambar 4.3.7.1 Reflexology Area View 1... 110

Gambar 4.3.7.2 Reflexology Area View 2... 111

Gambar 4.3.8.1 Top View Meditation Room... 113

Gambar 4.3.8.2 Elevation Meditation Room... 113

Gambar 4.3.9.1 Topview Counseling Room and Hypnotherapy... 114

Gambar 4.3.10.1 Topview Destructotherapy... 115


(9)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel 2.1.1.1 Sumber Stress... 14

Tabel 2.3.1.1.1 Pengaruh bentuk terhadap kondisi psikologi manusia... 28

Tabel 2.3.1.3.1 Tabel faktor refleksi warna bahan permukaan bangunan... 34

Tabel 2.3.1.4.1 Tabel efek psikologis manusia terhadap warna... 37

Tabel 3.1.3.1 Kebutuhan Ruang... 61

Tabel 3.2.2.7.1 Tabel Konsep... 40

Tabel 3.3.2.1 Analisis Site... 79

Diagram 3.5.1.1 Bubble Diagram Kantor... 86

Diagram 3.5.1.2 Bubble Diagram General... 86

Diagram 3.5.2.1 Hubungan kedekatan Ruang... 87

Diagram 3.5.4.1 Mind Set R. Konseling... 92

Diagram 3.5.4.2 Mind Set R. Hypnotherapy... 92

Diagram 3.5.4.3 Mind Set R. Meditasi... 93

Diagram 3.5.4.4 Mind Set R. Destructotherapy... 93

Diagram 3.5.4.5 Mind Set R. Reflexology... 94

Diagram 3.5.4.6 Mind Set Zen Therapy... 94


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata. Berbagai pola aktivitas dan kebutuhan hidup masyarakat yang semakin ramai menyebabkan kepadatan di berbagai sektor, misalnya lahan perumahan yang semakin sempit, akses transportasi yang semakin sulit dan waktu yang terbuang di jalan dikarenakan kemacetan lalu lintas yang tidak dapat dihindarkan. Maka wajar bila orang-orang yang bekerja akan berangkat pada pagi hari dan pulang di malam hari. Dari pola hidup yang berulang-ulang dan cenderung membosankan, menimbulkan terjadinya kepenatan dan jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan stress berkepanjangan.


(11)

2 Universitas Kristen Maranatha Stress adalah suatu kondisi tekanan dari luar memberikan pengaruh pada tubuh kita. Tubuh dibagi menjadi 3 bagian penting yaitu fisik, emosi dan mental. Masing-masing bagian memiliki tipe stress sendiri, stress fisik didapati karena tenaga yang digunakan tanpa istirahat biasanya gejala dari stress fisik adalah sakit kepala, sakit leher dan otot tegang. Bila sudah melebihi batas akan menimbulkan kelelahan yang amat sangat, kegugupan, insomnia 1

Saat ini tidak ada orang yang tidak mengalami stress dan proses pemenuhan kebutuhan akan stress sangat tipis di Indonesia. Setiap proses pekerjaan dan kebutuhan pasti memiliki jenis pemenuhan tersendiri seperti saat seseorang lapar, ia akan makan, saat seseorang ingin pergi, ia butuh transportasi. Fasilitas dan pemenuhan tersebut yang dibutuhkan untuk masyarakat modern dewasa ini. Dengan adanya institusi khusus untuk memenuhi kebutuhan seseorang saat dilanda berbagai macam stress baik fisik, emosi maupun mental maka angka kematian dan gangguan darah tinggi, stroke, sakit jantung dan kerontokan rambut. Biasanya dampak dari stress fisik yang tidak ditanggulangi menyebabkan gangguan pada emosi. Emosi terganggu, marah, frustasi, depresi merupakan gejala yang dapat dicermati bila seseorang sedang mengalami gangguan emosional. Dan bila kedua tingkat stress tersebut masih terus berlanjut kondisi selanjutnya adalah gangguan pada mental atau kejiwaan, efeknya adalah menarik diri dari pergaulan, fobia, gangguan dalam nafsu makan dan perasaan diteror. Jika ketiga hal tersebut tidak segera ditanggulangi maka pengidap stress akan kelebihan beban dan berakhir pada gangguan jiwa.

1

Insomnia adalah gejalakelainan dalam berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun


(12)

3 Universitas Kristen Maranatha kejiwaan yang disebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dapat diminimalkan.

Semua jenis pekerjaan tentu mempunyai titik jenuhnya, didasarkan juga pada kondisi psikologis pekerjanya. Bahkan pekerjaan yang terdengar mudahpun misalnya, sebagai ibu rumah tangga juga menyebabkan stress karena pengulangan aktivitas yang monoton. Juga sebagai seorang profesional, pegawai, buruh dan pekerjaan-pekerjaan lain menyebabkan berbagai macam stress. Hanya pemenuhan kebutuhan akan stress antara tiap-tiap pekerjaan bisa saja berbeda. Sebagai contoh, ibu rumah tangga yang kesehariannya berada di rumah dan mengurus rumah, akan merasakan kebosanan akan rumah itu sendiri berbeda dengan orang kantoran yang sepertiga hidupnya dihabiskan untuk bekerja di kantor, mereka akan lebih nyaman dengan kondisi yang homy.

Maka dapat dilihat pada umumnya sarana untuk melepas kepenatan berbeda. Ibu rumah tangga lebih senang untuk pergi ke mall, belanja, mencari kesibukan diluar berkumpul bersama teman dan berbagi cerita. Sedangkan untuk orang kantoran yang lelah dengan pekerjaan yang padat biasanya lebih menyukai tempat-tempat relaksasi yang cenderung tenang dan melepaskan ketegangan pada otot-otot saat bekerja.

1.2 Ide Gagasan

Dalam pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan padat ini, dibutuhkan sebuah lembaga atau institusi khusus untuk mengelola dan menyalurkan stress yang didapat setelah beraktivitas. Fasilitas ini tidak hanya berhenti sampai stress tersalurkan saja,


(13)

4 Universitas Kristen Maranatha tetapi juga mendapatkan timbal balik dengan adanya terapi-terapi psikologis untuk mencegah terjadinya stress berkelanjutan.

Institusi ini diharapkan dapat memfasilitasi para pengunjung terutama para profesional dan karyawan dengan pemenuhan kebutuhan akan stress mereka misalnya untuk stress fisik disediakan ruangan untuk relaksasi, untuk stress emosional dapat dipenuhi dengan menyediakan ruangan untuk melampiaskan kemarahan dan diakhiri dengan konseling pribadi. Dengan konseling pribadi ini, pengidap stress dapat meluapkan kegelisahan dan memperoleh pendapat psikolog tentang masalah yang sedang dihadapi. Dengan cara tersebut diharapkan pengidap stress dapat menanggulangi masa-masa stressnya dan untuk kedepannya dapat mengatur tingkat stress yang didapat.

Lokasi bangunan sendiri berada di pusat kota yaitu di jalan Dago yang relatif mudah dijangkau oleh masyarakat. Penulis menganggap lokasi tersebut cocok sebagai tempat pelepas stress karena terdapat banyak bukaan dan ruang-ruang luar yang dapat digunakan sebagai sarana terapi. Penulis akan merancang sebuah bangunan yaitu Stress Care Center.

1.3 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan Stress Care Center adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengidap stress untuk dapat menurunkan tingkat kepenatan yang sedang dialami?


(14)

5 Universitas Kristen Maranatha b. Bagaimana mendesain sebuah fasilitas untuk orang-orang yang sedang

mengalami stress?

c. Bagaimana mengolah ruang yang bersifat tenang yang memberikan efek kelegaan pada pengunjung?

d. Bagaimana mengelola elemen desain dan furniture agar memberikan kenyamanan dan efek yang positif bagi kejiwaan pada pengidap stress?

e. Bagaimana mengolah unsur modern kontemporer pada bangunan kolonial yang terkesan tua?

1.4 Tujuan Perancangan

Perancangan Stress Care Center ini diharapkan dapat memberikan dampak positif baik bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri. Maka, dalam pengolahan Stress

Care Center ini ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai, yaitu:

a. Menciptakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang sedang mengalami stress.

b. Mengolah ruang yang bersifat tenang, bertujuan agar pengunjung yang menggunakan ruang tersebut dapat melepaskan stress.

c. Mengelola elemen desain dan furniture serta mempelajari material yang tepat untuk memberikan kenyamanan pada penunjung dan menimbulkan energi positif yang memacu kondisi psikologis pengidap stress untuk merespon lingkungannya.

d. Mengolah unsur-unsur dan material-material modern kontemporer dengan mengaplikasikan pada bangunan kolonial yang terkesan tua.


(15)

6 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan perancangan Stress Care Center ini terdapat sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab.

Bab I merupakan bab Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang pemilihan topik perancangan, identifikasi maslaah yang membahas permasalahan dalam perancangan, serta sistematika penulisan yang terdapat pada laporan perancangan ini.

Bab II adalah bab Landasan Teori. Pada bab 2 dipaparkan teori-teori pendukung yang didapat dari berbagai sumber sebagai landasan perancangan obyek Tugas Akhir yang dipilih. Teori pendukung ini didapat melalui studi literatur, yaitu melalui buku dan juga internet.

Bab III yaitu bab Deskripsi Obyek Studi. Bab ini berisi penjelasan mengenai proyek yang akan dibuat, analisa-analisa terhadap obyek studi (baik berupa analisis fisik maupun fungsional), serta analisis pengguna dan program (programming).

Bab IV adalah bab Perancangan yang memaparkan tema yang dipilih, penjelasan konsep, dan aplikasi konsep pada perancangan.

Bab V sebagai bab terakhir adalah bab Simpulan dan Saran yang berisi kesimpulan dari perancangan yang telah dibuat dan saran yang ditujukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan perancagan dengan topik yang serupa.


(16)

117 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah melalui proses perancangan maka penulis pada bab ini akan menyimpulkan hasil perancangan yang telah penulis buat dan memberikan saran yang penulis harapkan dapat berguna bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari perancangan dan studi yang penulis lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

a. Manusia merupakan makhluk yang sensitif dengan berbagai masalah yang kompleks yang dapat memicu terjadinya kelabilan emosi sehingga menimbulkan stres ringan, dan bila tidak segera diatasi stres yang bertumpuk dapat menjadi depresi berat yang pada akhirnya menyebabkan kegilaan.


(17)

118 Universitas Kristen Maranatha

b. Ada berbagai cara penyaluran stres, misalnya dengan reflexology yang dapat mengendurkan urat-urat syaraf yang tegang. Untuk pribadi yang membutuhkan saran dan perawatan lebih lanjut, bisa melakukan konseling dengan para psikolog.

c. Cara penyaluran stres manusia ada bermacam-macam, mulai dari cara yang halus contohnya berkumpul bersama teman atau keluarga, menonton film yang disenangi, atau sekedar mendengarkan lagu. Tetapi ada juga pribadi yang emosinya meledak-ledak hingga susah dikendalikan dan dapat memicu pengrusakan. Maka perlu adanya tempat terapi khusus bagi pribadi ini sehingga dapat melampiaskan dan mengontrol emosinya.

d. Desain dibuat untuk menghindarkan user dari kehidupan sehari-hari yang monoton. Maka dalam perancangan tempat-tempat pelepas stres, dibutuhkan ruang-ruang perantara yang dapat mengantarkan user memasuki kondisi relaks sebelum masuk ke ruang terapi utama.

e. Untuk mendapatkan kesan rileks dalam ruangan dapat dilakukan berbagai cara pendekatan interior:

• Bentuk

Bentuk-bentuk yang dipakai dalam pengolahan desain interior dapat mempengaruhi kondisi psikologis user yang menggunakan ruangan tersebut. Menurut studi literatur yang penulis dapatkan bentuk lingkaran,


(18)

lengkung-119 Universitas Kristen Maranatha

lengkung halus, dan garis-garis horizontal dapat membawa efek psikologis perlindungan, kehangatan, lembut, ketenangan, kedamaian dan persahabatan.

• Warna

Sudah sejak dulu warna dipakai untuk melakukan terapi pada kejiwaan manusia. Warna-warna yang memberikan efek psikologis tenang dan damai adalah biru, hijau dan putih. Tapi saat penggunaan warna tersebut terlalu dominan maka user akan sulit membedakan hal yang rileks dan tidak, maka penulis menggunakan warna-warna pembanding minor agar user merasakan suasana rileks dengan cara membandingkan antara suasana yang rileks dan yang tidak. Warna kontras yang dimaksud penulis adalah warna merah dan coklat.

• Material

Bahan-bahan yang dipakai dalam konsep perancangan interior juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis penggunanya. Bentuk kasar dapat memicu penolakan pada jiwa seseorang, sedangkan bentuk-bentuk lembut lebih mudah diterima oleh kebanyakan orang. Maka penulis menggunakan material-material dengan finishing halus agar tidak menyerang kondisi user. Tetapi untuk mengantarkan user pada kondisi yang diinginkan, penulis memberikan adaptasi penggunaan material mulai dari material paling kasar, ke material yang setengah halus kemudian material yang paling halus.


(19)

120 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari data-data studi literatur dan perancangan

Stress Care Center, maka penulis bermaksud untuk memberikan saran yang

bermanfaat bagi pembaca maupun peneliti dan perancang berikutnya .

Terdapat beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi pembaca, yaitu:

a. Kita hendaknya peka dengan kondisi sosial dan lingkungan yang ada disekitar kita. Maka dengan kepekaan yang kita miliki, dapat merancang sebuah karya yang berdasarkan kebutuhan masyarakat saat ini sehingga dapat mengurangi permasalahan yang berada didalam maupun diluar lingkungan sosial ataupun komersial.

b. Karena isu pemanasan global bukanlah hal-hal yang baru saat ini, hendaknya kita sebagai desainer juga ikut menjaga kelestarian alam dengan menggunakan bahan-bahan yang sehat dan hemat energi. Salah satu cara yang paling mudah yaitu mengganti penggunaan lampu fluorescent dan

incandescent dengan lampu LED yang hemat energi.

c. Dalam perancangan tempat-tempat terapi kejiwaan, perlu diperhatikan penggunaan bentuk, material dan bahan. Maka sebelum merancang sebuah gedung, diharapkan desainer meneliti dan merencanakan terlebih dahulu material, bahan dan bentuk-bentuk apa yang dapat digunakan sehingga menghasilkan efek yang tepat bagi usernya.


(20)

121 Universitas Kristen Maranatha

d. Bagi pembaca, kondisi kejiwaan memang patut dijaga dalam jangka panjang maka saat mengalami stres ringan hendaknya disalurkan pada hiburan-hiburan disekitar sehingga tekanan dapat disalurkan. Bila sudah merasa tidak mampu dalam menyelesaikan masalah dan membutuhkan pertolongan orang yang lebih berpengalaman ada baiknya bila melakukan konseling dengan psikolog agar masalah yang dihadapi dapat terpecahkan bersama.


(21)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Beehr, T. A. (1978). Psychologycal Stress In The Workplace. London: Rotledge. Copper, Cory L. (1981), Executive Families Under Stress,California: Prentice Hall Inc. Cooper, C. L., Dewe, P. J., & O’Driscoll, M. P. (1991). Organizational Stress: A Review and

Critique of Theory, Research, and Applications. California : Sage Publications, Inc.

Greenberg, J., & Baron, R. A. (1993). Behavior In Organizations: Understanding And

Managing The Human Side Of Work. USA: Allyn & Bacon.

Luthans, F. (1992). Organizational Behavior (6th ed.). Singapore: McGraw-Hill, Inc.

Flammer & Bongartz, "On the efficacy of hypnosis: a meta-analytic study", Contemporary

Hypnosis, 2003

Hardjana, Agus M. (1999), Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal, Jakarta: Gramedia Lazarus, Richard S. (1984), Stress, Appraisal, and Coping, USA: Springer Verlag

Melani, Be Optimal: Reach Real Success In.(2003), Jakarta: Grasindo

Mitchell, T. R., & Larson, J. R. (1987). People in Organizations: An Introduction to

Organizational Behavior (3rd ed.). USA: McGraw-Hill, Inc.

Morgan, Clifford T. (1986), Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw-Hill Boook Co

Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984). Organizational Stress And Preventive Management. USA: McGraw-Hill, Inc.

Rice, P. L. (1999). Stress and Health (3rd ed.). California : Brooks Cole Publishing Company Selye, H. (1956). The Stress of Life. New York : McGraw Hill.

Selye, Hans (1980), Selye's Guide to Stress Research, New York: Van Nostrand Rainhold www.e-psychology/workstressor/

15 Agustus 2010

15 Agustus 2010

15 Agustus 2010

http://www.designshoot.com/modern-spa-interior-design-yelo-reflexology-napping-new-york.html/ : 15 Agustus 2010


(22)

Universitas Kristen Maranatha

BIODATA PENULIS

Nama : Fajar Agung Pemana

Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 06 Agustus 1988

Alamat : Selo Mas 6/265, Tanah Mas, Semarang

Jenis Kelamin : Pria

Golongan Darah : O

Email : kaizen.idc@gmail.com

Agama : Kristen

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan : SMP Theresiana Tanah Mas, Semarang (2000-2003) SMTIK-PIKA, Semarang (2003-2007)

Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Desain Interior (2007-2011)


(1)

b. Ada berbagai cara penyaluran stres, misalnya dengan reflexology yang dapat mengendurkan urat-urat syaraf yang tegang. Untuk pribadi yang membutuhkan saran dan perawatan lebih lanjut, bisa melakukan konseling dengan para psikolog.

c. Cara penyaluran stres manusia ada bermacam-macam, mulai dari cara yang halus contohnya berkumpul bersama teman atau keluarga, menonton film yang disenangi, atau sekedar mendengarkan lagu. Tetapi ada juga pribadi yang emosinya meledak-ledak hingga susah dikendalikan dan dapat memicu pengrusakan. Maka perlu adanya tempat terapi khusus bagi pribadi ini sehingga dapat melampiaskan dan mengontrol emosinya.

d. Desain dibuat untuk menghindarkan user dari kehidupan sehari-hari yang monoton. Maka dalam perancangan tempat-tempat pelepas stres, dibutuhkan ruang-ruang perantara yang dapat mengantarkan user memasuki kondisi relaks sebelum masuk ke ruang terapi utama.

e. Untuk mendapatkan kesan rileks dalam ruangan dapat dilakukan berbagai cara pendekatan interior:

• Bentuk

Bentuk-bentuk yang dipakai dalam pengolahan desain interior dapat mempengaruhi kondisi psikologis user yang menggunakan ruangan tersebut.


(2)

119 Universitas Kristen Maranatha lengkung halus, dan garis-garis horizontal dapat membawa efek psikologis perlindungan, kehangatan, lembut, ketenangan, kedamaian dan persahabatan.

• Warna

Sudah sejak dulu warna dipakai untuk melakukan terapi pada kejiwaan manusia. Warna-warna yang memberikan efek psikologis tenang dan damai adalah biru, hijau dan putih. Tapi saat penggunaan warna tersebut terlalu dominan maka user akan sulit membedakan hal yang rileks dan tidak, maka penulis menggunakan warna-warna pembanding minor agar user merasakan suasana rileks dengan cara membandingkan antara suasana yang rileks dan yang tidak. Warna kontras yang dimaksud penulis adalah warna merah dan coklat.

• Material

Bahan-bahan yang dipakai dalam konsep perancangan interior juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis penggunanya. Bentuk kasar dapat memicu penolakan pada jiwa seseorang, sedangkan bentuk-bentuk lembut lebih mudah diterima oleh kebanyakan orang. Maka penulis menggunakan material-material dengan finishing halus agar tidak menyerang kondisi user. Tetapi untuk mengantarkan user pada kondisi yang diinginkan, penulis memberikan adaptasi penggunaan material mulai dari material paling kasar, ke material yang setengah halus kemudian material yang paling halus.


(3)

5.2 Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari data-data studi literatur dan perancangan Stress Care Center, maka penulis bermaksud untuk memberikan saran yang bermanfaat bagi pembaca maupun peneliti dan perancang berikutnya .

Terdapat beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi pembaca, yaitu:

a. Kita hendaknya peka dengan kondisi sosial dan lingkungan yang ada disekitar kita. Maka dengan kepekaan yang kita miliki, dapat merancang sebuah karya yang berdasarkan kebutuhan masyarakat saat ini sehingga dapat mengurangi permasalahan yang berada didalam maupun diluar lingkungan sosial ataupun komersial.

b. Karena isu pemanasan global bukanlah hal-hal yang baru saat ini, hendaknya kita sebagai desainer juga ikut menjaga kelestarian alam dengan menggunakan bahan-bahan yang sehat dan hemat energi. Salah satu cara yang paling mudah yaitu mengganti penggunaan lampu fluorescent dan incandescent dengan lampu LED yang hemat energi.

c. Dalam perancangan tempat-tempat terapi kejiwaan, perlu diperhatikan penggunaan bentuk, material dan bahan. Maka sebelum merancang sebuah gedung, diharapkan desainer meneliti dan merencanakan terlebih dahulu material, bahan dan bentuk-bentuk apa yang dapat digunakan sehingga menghasilkan efek yang tepat bagi usernya.


(4)

121 Universitas Kristen Maranatha d. Bagi pembaca, kondisi kejiwaan memang patut dijaga dalam jangka panjang

maka saat mengalami stres ringan hendaknya disalurkan pada hiburan-hiburan disekitar sehingga tekanan dapat disalurkan. Bila sudah merasa tidak mampu dalam menyelesaikan masalah dan membutuhkan pertolongan orang yang lebih berpengalaman ada baiknya bila melakukan konseling dengan psikolog agar masalah yang dihadapi dapat terpecahkan bersama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Beehr, T. A. (1978). Psychologycal Stress In The Workplace. London: Rotledge. Copper, Cory L. (1981), Executive Families Under Stress,California: Prentice Hall Inc. Cooper, C. L., Dewe, P. J., & O’Driscoll, M. P. (1991). Organizational Stress: A Review and Critique of Theory, Research, and Applications. California : Sage Publications, Inc.

Greenberg, J., & Baron, R. A. (1993). Behavior In Organizations: Understanding And Managing The Human Side Of Work. USA: Allyn & Bacon.

Luthans, F. (1992). Organizational Behavior (6th ed.). Singapore: McGraw-Hill, Inc.

Flammer & Bongartz, "On the efficacy of hypnosis: a meta-analytic study", Contemporary Hypnosis, 2003

Hardjana, Agus M. (1999), Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal, Jakarta: Gramedia Lazarus, Richard S. (1984), Stress, Appraisal, and Coping, USA: Springer Verlag

Melani, Be Optimal: Reach Real Success In.(2003), Jakarta: Grasindo

Mitchell, T. R., & Larson, J. R. (1987). People in Organizations: An Introduction to Organizational Behavior (3rd ed.). USA: McGraw-Hill, Inc.

Morgan, Clifford T. (1986), Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw-Hill Boook Co

Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984). Organizational Stress And Preventive Management. USA: McGraw-Hill, Inc.

Rice, P. L. (1999). Stress and Health (3rd ed.). California : Brooks Cole Publishing Company Selye, H. (1956). The Stress of Life. New York : McGraw Hill.

Selye, Hans (1980), Selye's Guide to Stress Research, New York: Van Nostrand Rainhold www.e-psychology/workstressor/

15 Agustus 2010

15 Agustus

2010


(6)

Universitas Kristen Maranatha BIODATA PENULIS

Nama : Fajar Agung Pemana

Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 06 Agustus 1988

Alamat : Selo Mas 6/265, Tanah Mas, Semarang

Jenis Kelamin : Pria

Golongan Darah : O

Email : kaizen.idc@gmail.com

Agama : Kristen

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan : SMP Theresiana Tanah Mas, Semarang (2000-2003) SMTIK-PIKA, Semarang (2003-2007)

Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Desain Interior (2007-2011)