Fenomena Batik Perkembangan Batik Semakin Beragam.

1.2. Latar Belakang : 1.2.1. Pelestarian Pusaka Indonesia. Pusaka indonesia terbagi menjadi pusaka alam bentuk alam yang istimewa , Pusaka budaya Hak cipta karya dan karsa yang lebih dari 500 suku bangsa di tanah air , Dan pusaka saujana Gabungan pusaka budaya dan pusaka alam yang menjadi satu kesatuan . Untuk pusaka budaya sendiri mencakup pusaka tangible bendawi sepertyi kerajinan, obat tradisional, dokumentasi pusaka secara digital bangunan, dan pusaka intangible non bendawi seperti adat istiadat, musik dan lagu religi bahkan perilaku atau kebiasaan. Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu dengan berbagai perkembangan zaman yang terseleksi. Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, Tujuanya adalah untuk memelihara sumber budaya dan identitas suatu lingkungan pusaka dan membangun aspek tertentu untuk memenuhi kebutuhan masa depan tanpa merusak serta menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik. Kata batik berasal dari sebuah kata dalam bahasa Jawa yaitu ambatik yang artinya kurang lebih yaitu menuliskan atau menorehkan titik-titik. Dalam proses pembuatan kain batik, seorang pengrajin batik menorehkan motif-motif indah ke selembar kain mori dengan menggunakan canthing yang berisi lilin panas. Proses membatik ini dilakukan secara hati-hati dan sering kali seorang pengrajin batik harus menorehkan serangkaian titik-titik demi memperoleh sebuah motif batik yang rumit. Sumber Ensiklopedia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1989.

1.2.2. Fenomena Batik

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya indonesia khususnya jawa sejak lama. Perempuan-perempuan jawa dimasa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan ekslusif perempuan sampai ditemukanya ” Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki pada bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak ”Mega Mendung ”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal seperti bunga tulip dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah gedung atau kereta kuda, termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.http:www.pii- mesir.orgNUSANTARABatik-Seni-Eksotik-Bangsa-Bertaraf- Internasional.htmlusg=

1.2.3. Perkembangan Batik Semakin Beragam.

Indonesia telah lama dikenal memiliki hasil budaya yang sangat indah dan diakui dunia. Salah satu unsur budaya Indonesia yang diakui keindahannya adalah kain adat. Hampir semua wilayah di Indonesia memiliki kain adat yang masing-masing memancarkan keunikan tersendiri. Kain adat asli indonesia umumnya berupa kain tenun dan batik. Sejak beberapa dekade lalu, batik telah menjadi trade mark kebudayaan Indonesia. Batik secara historis dikenal bangsa Indonesia sejak abad XVII dan didokumentasikan di daun lontar. Saat itu, motif-motif yang umum ditemukan berupa bentuk hewan dan tumbuhan. Lambat laun, motif-motif baru serta variasi motif terdahulu menambah kekayaan batik Nusantara. Walaupun kain lukis asli Indonesia ini bermacam-macam asal dan motifnya, ada benarnya jika hingga sekarang batik Jawa-lah yang paling dikenal dunia. Dan berbicara mengenai batik Jawa, tentu tidak bisa melepaskan diri dari Jawa Tengah. Bersanding dengan wayang kulit dan wayang orang, batik Jawa telah menjadi ikon budaya Jawa Tengah. Jawa Tengah telah lama menjadi barometer perkembangan batik Indonesia. Hampir tiap wilayah sub-budaya di provinsi ini mengembangkan berbagai motif tersendiri yang akhirnya dianggap sebagai batik khas daerah itu. Corak dan variasi batik Jawa sendiri berjumlah ratusan. Tiap variasi tersebut memiliki makna dan filosofi tersendiri. Jawa Tengah paling tidak memiliki 3 daerah yang menjadi sentra batik tingkat regional maupun nasional, yaitu Pekalongan Jogjakarta dan Surakarta Solo. Tidak hanya memproduksi batik dalam jumlah besar, seniman di tiga daerah ini aktif memajukan batik dengan cara menciptakan motif-motif baru. Ketiga daerah ini juga memelopori produksi batik dengan harga terjangkau tanpa mengorbankan keindahannya. Perkembangan batik terus beragam di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan para desainer Indonesia sudah banyak yang memiliki identitas khusus dalam mengadaptasi fashion dengan materi-materi yang ada di Indonesia. Sebut saja sudah banyak desainer yang bisa membudidayakan batik, tenun, dan juga sutera, yang kemudian dimodifikasi ke dalam busana. Di tahun ini, motif batik akan terdapat di setiap jenis busana. Tidak ada yang menonjol, kesemuanya mengalami tren yang berbeda dan unik. Namun prediksi para perancang busana Indonesia, di tahun ini motif “batik” akan lebih banyak mendapat sorotan. Untuk pakaian remaja unsur balon masih tetap eksis, sedangkan untuk dewasa khususnya wanita karir, berbasis pada busana batik klasik yang memadupadankan klasik feminim dengan maskulin. Secara tidak langsung hal ini dapat mengangkat kembali kebudayaan batik yang merupakan salah satu pakaian tradisional khas Indonesia. Banyak yang beranggapan bahwa batik hanyalah pakaian resmi yang biasa dipakai oleh para orang tua. Namun hal tersebut jelas-jelas ditampik oleh sejumlah kalangan muda yang memang sangat mencintai batik. Mereka menilai perbedaan antara batik untuk kawula tua dan kawula muda hanya terletak di permainan warna batik itu sendiri. Bagi sebagian orang tua lebih suka memakai busana batik dengan corak dan warna yang lebih sederhana dan salem, sedangkan unruk para kawula muda batik identik dengan corak yang ramai dengan warna yang mencolok dan cerah. Model batik itu sendiri di tahun 2008 ini sangat beragam, dari model tanktop, rok mini, rok lilit, busana kasual hingga resmi yang kesemuanya disesuaikan dengan permintaan pasar yang hingga saat ini sangat tinggi. Hingga saat ini, banyak anak muda yang menggunakan batik sebagai busana sehari-hari. Hal ini tentu menjadi pertanda baik disaat semakin banyak budaya kita yang terlupakan hingga diakui oleh bangsa lain. Mengingat batik merupakan budaya asli bangsa kita dimana setiap daerah memiliki corak batik yang khas. http:images.google.co.idimages? mozilla- =galeri+batik+surakartabtnG=Telusuri+gambar

1.2.4. Isu Batik.