KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI P ERKEMBANGAN PADA REMAJA TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : AGAM DJOHAR AFANDI

I 0206029

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB V

NAMA : AGAM DJOHAR AFANDI NIM : I0206029 JUDUL TUGAS AKHIR : WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA REMAJA

A PLACE OF 3E FOR TEENS IN SURAKARTA

WITH PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT IN ADOLESCENTS APPROACH

Pembimbing I Pembimbing II

Tugas Akhir

Tugas Akhir

Ir. Untung J. Cahyono, M.Arch Ir. Maya Andria N, M.Eng NIP. 19630219 198903 1 002

NIP. 19600513 198803 2 001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR WADAH 3E BAGI REMAJA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI P ERKEMBANGAN PADA REMAJA

PENYUSUN : AGAM DJOHAR AFANDI NIM

Oktober 2012 Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Tugas Akhir

Tugas Akhir

Ir. Untung J. Cahyono, MArch. Ir. Maya Andria N, MEng. NIP. 19630219 198903 1 002

NIP. 19600513 198803 2 001

Mengesahkan,

KetuaJurusanArsitektur Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS

FakultasTeknik UNS

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19620610 199103 1 001

NIP. 19690320 199503 1 002

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Wadah 3E Bagi Remaja di Surakarta Dengan Pendekatan Psikologi Perkembangan Pada Remaja.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi ilmu maupun spiritual. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bp. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS

2. Bp. Kahar Sunoko, ST, MT. selaku Ketua Prodi Arsitektur

3. Bp Ir. Tri Djoko D, MT. selaku pembimbing akademik

4. Bp. Ir. Untung J Cahyono, MArch. selaku dosen pembimbing I

5. Ibu Ir. Maya Andria N, MEng. selaku dosen pembimbing II

6. Bp. Yosafat Winarto, ST, MT. Panitia Tugas Akhir Jurusan Arsitektur FT-UNS.

7. Dosen-dosen di Jurusan Arsitektur FT-UNS atas segala ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang telah dibagikan selama ini.

8. Keluarga penulis, Bapak Njak Djohan, Ibu Sri Sulastri, dan abang Hans Mardiansyah yang semuanya selalu bersabar, memberi semangat dan doa.

9. Bp. Imam Subchan, Mas Ndo Dermawan, Bp. Aswin dan Mas Budi. yang telah bersedia mengajarkan ilmu dan pengalamannya.

10. Teman-teman arsitek angkatan 2006, Fizhon, Ade, Fatur, Bima, Ojan, Addin, Daniel, Ari, Gilang, Hakim, Faiz, Jalal, Ega, Mamat, Lukman, Didik, Ariza, Atikah, Sela, Westi, Wahyu dan semuanya yang tidak bias disebutkan satu-satu.

11. (Alm) Rahmadi Saputra, teman arsitek angkatan 2006 dan teman kos,

12. Teman – teman Klub Fotografi Arsitektur (KFA) UNS, Alfa, Lala, Buyung, Mas Ade, Mas Kesit, Mas Dias, Mas Menyut, Mas Hallala, Mas Sam, Mas Iksan, Mas Muslim, Mas Arfin, Mas Faris, Mas Adit,

Mas Gema untuk berbagi ilmu dan pengalaman.

13. Teman – teman Solo Berkebun, Mas Budi, Mas Helmi, Mas Gatot, Diah, Renny, Bias, Noval, Wulan, Bety, Mili, Ita, Putri, dan pegiat- pegiat lainnya.

14. Teman-teman Indonesia Berkebun, Om Achmad, Mas Sigit, Uda Ardi, Mas Shafiq, Ibu Ida, Ibu Indri, Idnul, Bang Hajar, Mas Mamat dan pegiat-pegiat lainnya.

15. Teman – Teman Studio 126 dan teman seperjuangan di ruang studio dua, Wina, Acha, Desi, Mba Nadia, Mas Muslim, Mas Hari, Arsad, Yoyok, Aji, hari-hari studio TA memang hari yang paling mantap.

16. Teman-teman angkatan 2009, Nana, Ocha, Erly yang telah membatu membuat maket.

17. Teman-teman Kos Al-Fistha 1, Agung, Helmi, Adi, Ridwan, Tanto, Mas Robby, Mas Sulis, Ms Doni, Mas Septa, Mas Febri, Danan, Fudit, Kiki, Kurnia, (Alm) Putra, Danang, Arif dan Welly.

18. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Penulis berharap semoga kebaikan dari mereka semua memperoleh imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan yang mungkin penulis tidak sadari, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Terima Kasih. Surakarta, Oktober2012

Penulis,

Agam Djohar Afandi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Aktivitas Remaja

Masa remaja dibagi menjadi 2, yaitu masa remaja fase awal yang lebih dikenal dengan masa puber dan masa remaja fase akhir. Remaja pada masa puber yaitu antara umur 11 tahun sampai dengan 16 tahun. Dalam masa puber, antara laki-laki dan perempuan memiliki masa puber yang berbeda- beda. Untuk perempuan dimulai dari umur 11 sampai dengan 15 tahun, dan pada laki-laki dimulai dari umur 12 sampai dengan 16 tahun.

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolensance yang berarti to grow atau to grow maturity ( Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Remaja didefinisikan juga sebagai masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad1 ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Banyak pendapat para ahli tentang batasan umur remaja. Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Aktifitas remaja secara umum mengikuti minat yang berkembang pada remaja itu sendiri dan juga yang berkembang di antara kelompok teman sebaya ( peer groups ). Pengaruh dari kelompok teman sebaya adalah factor yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan remaja dan memberikan pengaruh yang sangat besar. Yang dimaksud dengan teman sebaya ialah remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2003). Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya dituliskan bahwa Aktifitas remaja secara umum mengikuti minat yang berkembang pada remaja itu sendiri dan juga yang berkembang di antara kelompok teman sebaya ( peer groups ). Pengaruh dari kelompok teman sebaya adalah factor yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan remaja dan memberikan pengaruh yang sangat besar. Yang dimaksud dengan teman sebaya ialah remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2003). Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya dituliskan bahwa

yaitu diantaranya minat rekreasi, minat sosial, minat pribadi, minat pendidikan, minat simbol status, minat agama, dan minat pada pekerjaan. Tren yang berkembang di kalangan remaja juga dipengaruhi dari minat remaja dalam ketertarikan dalam tren tersebut. Tren yang berkembang dapat berasal dari budaya setempat/ tradisional dan tren yang berasal dari luar wilayah ataupun tren yang berasal dari wilayah lain. Tren yang berasal dari budaya setempat/ tradisional merupakan warisan turun-temurun dari generasi remaja yang sudah menjadi generasi dewasa ke generasi remaja berikutnya, dan tren yang berasal dari daerah lain merupakan tren yang proses mempopulerkannya dibantu oleh media dan musik. Media disini yaitu seperti internet, dan televisi, sebab dalam perkembangan remaja tidak dapat dipisahkan oleh media dan music.

Kegiatan remaja di kota Solo cukup beragam, namun yang terlihat jelas ialah remaja di solo senang dengan kegiatan berkumpul bersama. Ini terlihat jelas kerumunan remaja sering terlihat seperti pada malam minggu ataupun hari libur sering berkumpul bersama kelompoknya ataupun komunitasnya seperti sering terlihat pada jalan Slamet Ryadi, selain itu juga terlihat di tempat lainnya seperti area kampus ISI Surakarta, jalan Adi Sucipto, dan taman-taman di kota Solo. Kegiatan lainnya juga terlihat remaja banyak berkumpul pada saaat konser musik yang suka diadakan di kota Solo, dan juga event seni kota Solo seperti SIEM, SIPA, dan lainnya. Hal ini menandakan bahwa remaja yang ada di kota So lo tidak dapat terlepas dari hal yang berbau dengan kesenian, baik tradisional maupun modern. Selain itu, sama dengan kota-kota besar lainnya, merebaknya game center, warnet, dan area hotspot juga menjadikan remaja di kota solo aktif di dalam dunia maya. Baik aktifitasnya seperti bermain game dan juga membuka akun jejaring sosial yang belakangan ini menjadi terkenal. Sebenarnya kemajuan teknologi merupakan satu pencapaian yang besar bagi kehidupan manusia. Namun jika mereka sudah terbuai di dalamnya sebagai penikmat,

Di kalangan remaja ini nantinya juga menjadikan remaja yang pasif dan konsumtif, mereka mungkin akan berfikir dengan internet mereka sudah

tersambung dengan dunia, dan tidak usah bersusah payah keluar rumah untuk melakukan berbagai kegiatan, dan jika budaya ini sudah menjamur ke dalam kalangan remaja, maka budaya ini seterusnya akan diwariskan ke generasi remaja berikutnya. Remaja merupakan masa yang aktif dan juga masa yang banyak melakukan eksplorasi dalam berbagai hal. Oleh karena itu cukup disayangkan jika remaja nantinya menjadi sebuah individu yang tidak produktif lagi. Pasar di kota Solo cukup menjanjikan dengan adanya kegiatan remaja yang masih banyak dilakukan di ruang terbuka, walaupun sampai saat ini yang banyak terlihat merupakan kegiatan berkumpul bersama, namun jika nantinya sudah ada sebuah wadah yang dirancang sebagai area kegiatan mereka, mereka akan mempunyai agenda kegiatan dan juga dengan perencanaan event yang teroganisir. Remaja di kota So lo sebenarnya tidak hanya sekedar berkumpul di suatu tempat, mereka memilih tempat tersebut dengan suatu alasan, yaitu agar dapat dilihat oleh orang lain. Hal itu terlihat dari cara mereka memilih tempat seperti di jalan utama kota Solo, yaitu sepanjang jalan Slamet Ryadi hingga bundaran Balai kota, sedangkan di daerah lainnya yaitu di area kampus ISI, yang merupakan daerah yang ramai dan sering dilalui oleh masyarakat.

1.1.2 Wadah aktifitas remaja Di Surakarta jumlah total remaja pada tahun 2009 hampir mencapai

1/5 dari total jumlah penduduk Surakarta tahun 2009, yakni sekitar 90 ribu jiwa lebih dari total 520 ribu jiwa penduduk Surakarta. Angka putus sekolah dikalangan remaja kota Surakarta tahun 2009 juga cukup tinggi, yakni setengah dari jumlah remaja yang ada di kota Surakarta, yaitu sekitar 50 ribu jiwa lebih, dan yang artinya setengah dari jumlah remaja yang ada di kota Surakarta melakukan aktifitas lain pada saat jam pelajaran di sekolah. Ruang atau Wadah yang diperuntukan secara khusus untuk kegiatan remaja dalam mengapresiasikan diri mereka di Surakarta ini masih belum ada. Hal ini 1/5 dari total jumlah penduduk Surakarta tahun 2009, yakni sekitar 90 ribu jiwa lebih dari total 520 ribu jiwa penduduk Surakarta. Angka putus sekolah dikalangan remaja kota Surakarta tahun 2009 juga cukup tinggi, yakni setengah dari jumlah remaja yang ada di kota Surakarta, yaitu sekitar 50 ribu jiwa lebih, dan yang artinya setengah dari jumlah remaja yang ada di kota Surakarta melakukan aktifitas lain pada saat jam pelajaran di sekolah. Ruang atau Wadah yang diperuntukan secara khusus untuk kegiatan remaja dalam mengapresiasikan diri mereka di Surakarta ini masih belum ada. Hal ini

Jakarta dan gelanggang pemuda yang ada di Bandung, walaupun sampai saat ini kondisi dari wadah tersebut juga memprihatinkan yang disebabkan oleh berbagai hal, dan salah satunya ialah bergesernya fungsi mal yang menjadi fungsi sebuah plaza modern. Sebagian remaja di kota Surakarta banyak menghabiskan di ruang terbuka seperti taman kota yang telah disediakan oleh kota Surakarta, yaitu monument 45 Banjasari, Taman Balekambang, Taman Sekar Taji, dan Taman yang berada di depan terminal Tirtonadi, selain itu ruang terbuka umum lainnya yang dijadikan sebagai tempat favorit remaja di kota Surakarta ialah area Gelora Manahan, jalan Adisucipto, jalan Slamet Ryadi, area pasar Ngarsopuro, area kampus ISI, dan boulevard UNS. Kota Surakarta sudah berusaha untuk memberikan ruang bagi masyarakatnya bukan hanya remaja, namun ruang terbuka umum tersebut masih belum optimal untuk menyalurkan dan mengapresiasikan semangat yang ada pada remaja.

Selain public area diatas, sebagian remaja di Surakarta juga banyak menghabiskan waktu di mal. Pembangunan mal yang marak di Indonesia, khususnya di kota-kota besar selain membawa dampak yang positif di bidang ekonomi, dapat juga membawa dampak yang buruk. Mal sekarang ini d iartikan sebagai sebuah plasa modern. Masyarakat modern yang mengutamakan kenyamanan dan kesejukan lebih memilih mal sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi, dan akibatnya pada remaja dapat menggeser sifat remaja yang produktif menjadi remaja yang konsumtif. Di Surakarta sendiri terdapat 2 buah mal yang sudah berdiri, dan 1 mal dalam tahap pembangunan, sehingga total mal yang ada di Surakarta berjumlah 3 buah. Sama halnya dengan orang dewasa, remaja sendiri juga banyak yang memilih mal sebagai tempat bersosialisasi disamping tempatnya yang

nyaman dan sejuk. Hal ini yang mengakibatkan wadah remaja yang ada di kota-kota besar di Indonesia sudah mulai berkurang penghuninya.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Permasalahan umum Bagaimana wujud rancangan wadah 3E ( education, entertainment, dan

expression ) bagi remaja sebagai wadah yang dapat menjawab kebutuhan remaja terhadap ruang aktifitas mereka, khususnya remaja yang ada di kota Solo dan juga menjadikannya sebagai tempat ketiga, selain itu juga dapat membangun sebuah hubungan emosional (desain dan pelaku).

1.2.2 Permasalahan khusus

1) Bagaimana rumusan konsep lokasi dan site yang tepat guna?

2) Bagaimana rumusan konsep program ruang pada “wadah 3E bagi

remaja”?

3) Bagaimana rumusan konsep tampilan bangunan

4) Bagaimana rumusan konsep sistem struktur

5) Bagaimana rumusan konsep sistem utilitas

1.3 Tujuan Menyusun konsep perencanaan dan perancangan wadah 3E ( education,

entertainment, dan expression ) bagi remaja sebagai desain proyek tugas akhir yang menjadi acuan untuk menganalisis dan mendesain pada proses perancangan bangunan. Acuan tersebut meliputi beberapa hal, yaitu lokasi, site, bentuk, dan tata pola massa, program ruang, system struktur dan system utilitas.

1.4 Sasaran Menentukan lokasi dan site yang dapat mudah diakses oleh masyarakat khususnya remaja darimana saja dan kapan saja.

Menentukan tata massa. Menentukan program ruang. Menentukan system struktur dan system utilitas

1.5 Metode Perancangan Arsitektur Tahap I

Pada tahap I pembahasan meliputi penjabaran tentang latar belakang dari wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja ini. Perjabaran dilakukan dengan poin-poin seperti pengertian remaja secara umum, dan wadah aktifitas remaja. Tahap II Membuat alur pola pikir dari perencanaan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja. Tahap III Dari penjabaran latar belakang dan juga dengan adanya pola pikir, permasalahan-permasalahan kemudian dimunculkan berdasarkan poin-poin diatas, kemudian dari permasalahan yang ada diselaraskan pada poin-poin di tujuan dan sasaran. Tahap IV

Menggali tinjauan pustaka yang berkaitan dengan konsep perencanaan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja. Tinjauan meliputi tentang remaja, tinjauan preseden terhadap wadah sejenis, tinjauan teori tentang arsitektur yang berhubungan dengan perencanaan wadah 3E bagi remaja, dan tinjauan lokasi yang akan dipilih.

Tahap V Mengemukakan ide gagasan wadah 3E ( education, entertainment, dan expression ) bagi remaja yang direncanakan.

Tahap VI Melakukan analisa pendekatan terhadap konsep perencanaan wadah 3E bagi remaja dalam hal pola sirkulasi secara makro dan mikro pada bangunan, sehingga nantinya mendapatkan kebutuhan ruang dan pola hubungan ruang secara makro dan secara mikro pada bangunan.

Tahap VII Melakukan analisa besaran ruang dengan mengacu dari hasil kebutuhan

ruang pada tahap sebelumnya. Dalam mendapatkan ukuran yang sesuai, maka dalam perhitungan besaran ruang berpedoman pada data arsitek jilid 1 dan jilid 2, serta time saver standart.

TAHAP VIII Melakukan perhitungan besaran site yang dibutuhkan dengan mengacu pada hasil perhitungan besaran ruang pada tahap sebelumnya.

TAHAP IX Pemilihan site pada lokasi yang sesuai dalam RUTRK dengan fungsi utama pada bangunan. Pemilihan meliputi beberapa alternatif site yang kemudian dikerucutkan menjadi 1 pilihan site yang paling tepat untuk lokasi wadah 3E yang direncanakan.

TAHAP X Memunculkan konsep perancangan yang merupakan kesimpulan yang sudah secara detail meliputi konsep site, konsep program ruang, konsep sistem struktur, dan sistem utilitas yang kemudian dikembangkan ke dalam transformasi desain dan gambar kerja.

1.6 Pola Perancangan Arsitektur

TAHAP I

TAHAP II

TAHAP III

TAHAP IV

TAHAP V

TAHAP VI

PROPOSAL

TINJAUAN

Latar Belakang

KONSEP

wadah aktivitas untuk

Tinjauan Teori

PERENCANAAN

remaja yang masih

Tinjauan terhadap

minim

remaja ( ciri, sifat,

Fungsi bangunan

perkembangan remaja.

perilaku, dan

Fasilitas Utama

Tinjauan terhadap

pengelolaan

Analisis solusi

bagaimana mewujudkan

GAMBAR DESAIN

arsitektur perilaku

Sasaran pengguna

desain

Konsep Perancangan

sebuah wadah untuk

remaja yang menjawab Denah

Frekuensi

Analisa peruangan

Konsep penataan

kebutuhan remaja Tampak

Tinjauann Empiris

kegiatan

Analisa site

site

terhadap ruang Potongan

Tinjauan mengenai objek

Persoalan dan

terpilih

Konsep program

aktivitasnya dan menjadi Perspektif

yang sejenis.

Strategi Desain:

Analisa psikologi

ruang

ruang ketiga bagi Maket, 3D

o Kriteria

perkembangan

Konsep gubahan

Tinjauan Objek

pemilihan site

remaja dalam

massa dan

mereka, serta rancangan

Tinjauan kota Surakarta

o Program ruang

rancangan

tampilan

yang dapat membangun

sebagai kota layak remaja

o Pola kegiatan

arsitektur

Konsep sistem

hubungan emosional

o Tampilan

Analisa sistem

bangunan

(desain & pelaku).

bangunan

bangunan

o Sistem

Tujuan

bangunan

Merumuskan konsep

(struktur dan

perencanaan dan

utilitas)

perancangan wadah bagi remaja

Pencarian Data

dan Analisis

Fasilitas yang

Konsep

Desain

direncanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja Pencarian hakikat remaja sudah ada sejak zaman Yunani kuno, dimana Plato

dan Aristoteles membuat pernyataan tentang hakikat remaja. Dalam buku The Republik, Plato menjelaskan adanya 3 faset 1 dari perkembangan manusia, yaitu

keinginan, semangat, dan nalar. Menurut Plato, nalar sebagai faset tertinggi belum berkembang pada masa anak, dan baru muncul pada saat masa remaja. Karena nalar belum berkembang pada anak, pendidikan anak seharusnya dipusatkan pada musik dan olahraga. Untuk pengembangan pikiran rasional pada masa remaja memerlukan perubahan kurikulum pendidikan, olahraga dan musik harus diganti dengan ilmu

eksakta 2 . Menurut Aristoteles, bahwa hal terpenting dalam masa remaja ialah

pembentukan kemampuan untuk memilih. Kemampuan untuk menentukan secara mandiri ini merupakan tanda dari kematangan. Menurut Aristoteles pada kira-kira umur 21 tahun, kebanyakan individu telah mempunyai kontrol yang baik. Aristoteles merupakan orang pertama yang melukiskan periode masa tertentu dari perkembangan manusia. Ada tiga tahap, yaitu (1) masa balita-7 tahun pertama dari kehidupan; (2) masa anak-usia 7 tahun sampai pubertas; (3) dewasa muda-pubertas

sampai usia 21 tahun. 3 . Pandangan masyarakat tentang remaja berubah selama zaman pertengahan.

Pada zaman pertengahan itu, anak dan remaja tidak dibedakan statusnya dari orang dewasa ( Muuss, 1989 ), karena anak dianggap sebagai miniatur orang dewasa. Pada abad 18, Jean-Jacques Rosseau, seorang filsuf dari Prancis menegaskan bahwa Pada zaman pertengahan itu, anak dan remaja tidak dibedakan statusnya dari orang dewasa ( Muuss, 1989 ), karena anak dianggap sebagai miniatur orang dewasa. Pada abad 18, Jean-Jacques Rosseau, seorang filsuf dari Prancis menegaskan bahwa

a. Masa Balita ( infancy ) ( 4-5 tahun pertama ). Anak serupa dengan binatang, dengan kebutuhan fisik yang kuat dan sifat hedonistic ( didominasi oleh kesenangan dan rasa sakit.

b. Masa Primitif ( savage ) ( 5-12 tahun ). Pada masa ini, perkembangan sensoris sangat penting. Pengalaman sensoris seperti bermain, olahraga, dan

permainan lainnya harus menjadi focus pendidikan. Seperti Aristoteles, nalar belum berkembang pada masa ini.

c. Tahap tiga ( 12-15 tahun ). Nalar dan kesadaran diri berkembang pada tahap ini, bersamaan dengan melimpahnya energy fisik. Rasa ingin tahu harus dikembangkan dalam pendidikan anak umur12-15 tahun dengan menyediakan berbagai kegiatan eksploratif.

d. Tahap empat ( 15-20 tahun ). Individu mulai menjadi matang secara emosional selama masa ini; sifat mementingkan diri diganti dengan minat pada orang lain. Nilai dan mral juga tampil pada masa perkembangan ini.

Pada akhir abad ke 19 dan permulaan abad 20, G. Stanley Hall ( 1844- 1924 ) menerbitkan buku tentang remaja. G. Stanley Hall juga dikenal sebagai bapak studi ilmiah tentang remaja. Menurut Stanley Hall factor perkembangan dikendalikan oleh faktor fisiologis dan lingkungan kecil, jadi dalam kaitannya dengan remaja, Stanley Hall percaya bahwa hereditas berinteraksi dengan pengaruh lingkungan untuk menentukan perkembangan individu. Stanley Hall juga menyebutkan adanya empat tahap perkembangan: masa balita (infancy), masa anak (childhood), masa pemuda (youth), dan remaja (adolescense). Menurut Stanley Hall remaja adalah masa antara 12-23 tahun dan penuh dengan topan dan tekanan. Topan dan Tekanan adalah konsep Stanley Hall tentang remaja sebagai masa goncangan

yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati 5 . Remaja pada saat ini yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati 5 . Remaja pada saat ini

Remaja bukanlah kelompok individu yang homogen. Remaja melalui perjalanan panjang menuju kedewasaan dengan melewati perbedaaan etnik, budaya, gender, sosio-ekonomi, usia, dan gaya hidup. Pada konteks social-budayaterdapat

peningkatan minat dari perkembangan remaja. Konteks (contects) 6 adalah situasi dimana perkembangan terjadi, sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor sejarah, ekonomi, sosial, dan budaya. Tiap perkembangan remaja yang terjadi dengan latar belakang konteks budaya, ( cooper, 1995, Mcloyd dan Ceballo, 1995 ). Konteks atau lingkungan ini meliputi Rumah, Sekolah, Kelompok Teman Sebaya, Institusi Keagamaan, Kota, Negara, Tetangga, Masyarakat, dan lainnya dengan warisan sejarah, ekonomi, social dan budaya.

2.1.2 Kelompok Usia Remaja Masa remaja yang diambil ialah menurut Granville Stanley Hall. Stanley

Hall merupakan bapak studi ilmiah tentang remaja. Masa remaja yang menurut Hall yaitu rentang waktu 12 tahun sampai dengan 23 tahun. Dimana dalam rentang 12-

23 tahun, remaja umumnya berada pada tingkat sekolah yang berbeda-beda.

a. Usia remaja 12-15 tahun (remaja tingkat awal), umumnya merupakan remaja yang duduk di sekolah menengah pertama (SMP).

b. Usia remaja 15-18 tahun (remaja tingkat madya), umumnya merupakan remaja yang duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA), ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

c. Usia remaja 18-23 tahun (remaja tingkat akhir), umumnya merupakan remaja yang sedang melakukan pendidikan D3 dan S1 di Perguruan Tinggi.

2.1.3 Perkembangan Psikologi Remaja Setiap tahap perkembangan manusia selalu dibarengi dengan berbagai

tuntutan baik fisik maupun psikis, termasuk di dalamnya perkembangan pada remaja. Makna perkembangan yaitu perubahan-perubahan yang dialami individu, atau organism menuju tingkat kedewaasan atau kematangannya yang berlangsung

secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan 7 . Perkembangan secara umum mempunyai ciri-ciri yang ada pada aspek fisik dan aspek psikis, yaitu diantaranya terjadinya perubahan dalam kemampuan berfikir, kemampuan mengingat, prosporsi badan, perubahan imajinasi menjadi realitas, dan juga tanda-tanda pada organ tubuh, seperti tulang, gigi, dan lainnya.

Ada 3 tahap perkembangan dalam perkembangan remaja dalam proses menuju kedewasaan :

Remaja awal Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan terhadap perubahan

dalam fisiknya. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, dan cepat tertarik pada lawan jenis. Kepekaan yang berlebih, serta kurangnya terhadap pengendalian ego. Remaja dalam tahap ini juga mulai berfikir yang khayal (abstrak).

Remaja madya Remaja tahap ini sangat membutuhkan teman. Pribadi remaja cenderung

senang banyak teman yang mengakuinya, dan ada kecenderungan narsistis pada remaja tahap ini, yaitu menyukai dirinya sendiri. Remaja ini juga berada dalam kondisi kebingungan untuk mencari identitas diri dan memilih mana yang peka atau tidak peduli, bersama atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialistis, dan sebagainya.

Remaja akhir Tahap ini merupakan tahap menuju periode dewasa dan ditandai dengan

pencapaian lima hal, yaitu:

- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek - Memiliki kemampuan berfikir khayal (abstrak) - Ego untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang-orang lain dan

dalam pengalaman-pengalaman yang baru - Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi - Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri degan orang lain. - Tumbuh ‘dinding’ yang memisahkan dirinyasendiri dan masyaraka

umum (Sarwono, 2010).

Dalam setiap perkembangan remaja dari tingkat anak-anak menjadi remaja tahap awal, kemudian menjadi remaja tahap madya, dan terakhir menjadi remaja tahap akhir sebelum menjadi tingkat dewasa, terdapat faktor yang mempengaruhinya yaitu diantaranya ialah faktor lingkungan, dimana di dalam faktor lingkungan tersebut juga terbagi ke dalam 3 jenis lingkungan diantaranya ialah lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan teman sebaya.

2.1.3.1 Lingkungan Lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat merupakan

ruang lingkup yang memberikan pengaruh besar dalam perkembangan seseorang dalam membentuk identitasnya.

1) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkup sosial terkecil yang ada

di dalam masyarakat. Remaja akan belajar dalam kehidupan sosial pertama kali dalam lingkungan keluarga. Ada 2 bentuk dalam lingkungan keluarga, yaitu yang pertama ialah keluarga inti (nuclear family), yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak- anak dari pasangan suami istri tersebut ataupun juga termasuk anak tiri dari keluarga tersebut jika ada. Bentuk yang kedua dari lingkungan keluarga ialah keluarga yang lebih luas, yaitu orang- orang yang tinggal bersama mereka selain suami istri dan anak- anaknya, seperti orang tua dari suami atau istri, saudara dari suami atau istri, dan juga pembantu rumah tangga yang tinggal.

Salah satu manfaat dalam peran orang tua dalam memberikan perawatan kasih sayang serta mengajarkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan, membantu mempersiapkan perkembangan psikologi remaja menjadi remaja yang sehat di dalam masyarakat. Keluarga yang memiliki hubungan yang tidak harmonis akan mengembangkan masalah-masalah mental bagi remaja. Dalam psikososiologis fungsi keluarga ialah pemberi rasa aman setiap anggota keluarga, sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis, sumber kasih saying dan penerimaan, model perilaku yang tepat bagi anak/ remaja untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku sosial yang tepat, pembentuk anak/ remaja yang menghadapi masalahnya Salah satu manfaat dalam peran orang tua dalam memberikan perawatan kasih sayang serta mengajarkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan, membantu mempersiapkan perkembangan psikologi remaja menjadi remaja yang sehat di dalam masyarakat. Keluarga yang memiliki hubungan yang tidak harmonis akan mengembangkan masalah-masalah mental bagi remaja. Dalam psikososiologis fungsi keluarga ialah pemberi rasa aman setiap anggota keluarga, sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis, sumber kasih saying dan penerimaan, model perilaku yang tepat bagi anak/ remaja untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku sosial yang tepat, pembentuk anak/ remaja yang menghadapi masalahnya

Dalam sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga diklarifikasikan dalam fungsi-fungsi, yaitu fungsi biologis ( sandang, pangan, dan papan ), fungsi ekonomis, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi perlindungan, fungsi rekreatif, dan fungsi agama. Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan maka akan mengalami disfungsi. Remaja yang mengalami disfungsi memiliki resiko yang besar berkepribadian anti sosial. Dalam penelitian Adam & Gullota 1983, remaja yang disfungsi cenderung menunjukkan perilaku yang nakal, mengalami depresi, melakukan hubunga seksual secara aktif, dan kecenderungan terhadap obat- obatan terlarang.

Kelas sosial dan status ekonomi juga mempengaruhi perkembangan remaja pada lingkungan keluarga yang nantinya akan berujung pada masyarakat. Pikunas (1976) menjelaskannya sebagai berikut:

o Kelas bawah: orang tua pada kelas bawah cenderung lebih keras dan sering menggunakan hukuman fisik dalam menghukum anaknya sehingga remaja pada kelas ini lebih

agresif, independen, dan lebih awal dalam pengalaman seksual.

o Kelas menengah: orang tua cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatian. Para orang tua merasa

bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya, dan menerapkan control yang lebih halus. Remaja pada kelas menengah ini cenderung mempunyai ambisi untuk meraih

status yang lebih tinggi, dan mengejar status melalui pendidikan dan latihan.

o Kelas atas: remaja pada kelas atas cenderung memiliki sikap percaya diri, dan senang mengembangkan apresiasi

estetikanya.

2) Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan formal, yang membantu siswanya untuk mengembangkan potensi dan mengajarkan ilmu- ilmu yang untuk diamalkan di masyarakat. Hurlock (1986) berpendapat peranan sekolah sebagai pengembangan kepribadian remaja sangat penting. Sekolah sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substisusi orang tua. Menurut Hurlock ada beberapa alasan sekolah mempunyai peran penting dalam perkembangan anak atau remaja, yaitu para siswa harus hadir di sekolah, sekolah memberikan perkembangan konsep diri dari anak atau remaja, remaja yang bersekolah banyak menghabiskan waktu di sekolah dibandingkan dengan tempat lain, sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan sekolah memberikan kesempatan kepada anak atau remaja untuk menilai diri dan kemampuannya secara realistik. Kualitas hubungan interpersonal antara guru dan murid di dalam kelas juga menjadi faktor penting di dalam pengembangan diri dari murid-murid. Menurut M. Ray Loree (1970) kualitas ini dapat berupa hubungan yang bersifat Sekolah merupakan tempat pendidikan formal, yang membantu siswanya untuk mengembangkan potensi dan mengajarkan ilmu- ilmu yang untuk diamalkan di masyarakat. Hurlock (1986) berpendapat peranan sekolah sebagai pengembangan kepribadian remaja sangat penting. Sekolah sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substisusi orang tua. Menurut Hurlock ada beberapa alasan sekolah mempunyai peran penting dalam perkembangan anak atau remaja, yaitu para siswa harus hadir di sekolah, sekolah memberikan perkembangan konsep diri dari anak atau remaja, remaja yang bersekolah banyak menghabiskan waktu di sekolah dibandingkan dengan tempat lain, sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan sekolah memberikan kesempatan kepada anak atau remaja untuk menilai diri dan kemampuannya secara realistik. Kualitas hubungan interpersonal antara guru dan murid di dalam kelas juga menjadi faktor penting di dalam pengembangan diri dari murid-murid. Menurut M. Ray Loree (1970) kualitas ini dapat berupa hubungan yang bersifat

Lingkungan sekolah di setiap tingkatan sekolah mempunyai suasana yang berbeda, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Kondisi dari taman kanak-kanak adalah suatu lingkungan yang diawasi dimana batasnya adalah ruangan kelas. Siswa taman kanak-kanak berinteraksi dengan satu atau dua guru yang umumnya ialah guru perempuan yang menjadi figur berkuasa dalam hidup anak-anak. Ruangan kelas juga tetap menjadi konteks utama dari siswa sekolah dasar, meskipun ruangan kelas menjadi lebih berarti sebagai suatu unit sosial dalam kehidupan siswa dibandingkan dengan individu yang masih berada di taman kanak- kanak. Guru dan teman sebaya memiliki pengaruh penting dalam diri setiap siswa sekolah dasar. Peran kelompok sebaya menonjol sejalan dengan meningkatnya minat individu terhadap persahabatan. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu komunitas belajar dimana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi. Pada sekolah lanjutan pertama, lingkungan sekolah meningkat dalam hal ruang lingkup dan tingkat kompleksitasnya. Sekarang ini tidak hanya terbatas pada ruangan kelas namun menjadi sekolah secara keseluruhan. Perilaku sosial di titik beratkan pada teman sebaya, aktifitas ekstrakulikuler, dan klub-klub.

Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan aspek penting dalam kehidupan remaja. Teman sebaya (peers) 8 adalah anak-anak atau remaja

dengan tingkat kedewasaan yang sama. Salah satu fungsi utama dengan tingkat kedewasaan yang sama. Salah satu fungsi utama

konformitas 9 (conformity) yaitu muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang

nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif (Camarena, 1991; Foster Clark & Bliyth, 1991; Pearl, Bryan & Herzog, 1990; Wall, 1993). Sebagai contoh remaja akibat dari konformitas negatif ialah mencuri dan tawuran. Selain itu juga ada konformitas yang positif pada remaja misalkan menghabiskan waktu bersama perkumpulan untuk kegiatan sosial yang positif. Selain itu juga ada Nonkomitas (nonconformity) muncul ketika apa yang diharapkan oleh orang-orang sekitarnya, tetapi mereka tidak menggunakan harapan tersebut untuk mengarahkan tingkah laku mereka. Dan juga dengan Anti- konformitas (anti-conformity) muncul ketika individu berhasil menolak terhadap harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari tindakan atau kepercayaan yang dianut oleh

kelompok. Dua versi antikonformitas masa kini antara lain “skinheads” dan “punks”.

2.1.4 Kegiatan dan Minat Remaja Dalam perkembangannya, remaja memiliki 2 tugas perkembangan dimana 2 tugas tersebut yaitu kegiatan dan minat, dimana kegiatan merupakan sebuah tuntutan yang berasal dari luar individu ( di dalam masyarakat) dan minat ialah sebuah kesukaan yang berasal dari dalam ( dari diri sendiri). Pengertian terhadap tugas perkembangan diambil berdasar pendapat dari Robert Havighurst yang 2.1.4 Kegiatan dan Minat Remaja Dalam perkembangannya, remaja memiliki 2 tugas perkembangan dimana 2 tugas tersebut yaitu kegiatan dan minat, dimana kegiatan merupakan sebuah tuntutan yang berasal dari luar individu ( di dalam masyarakat) dan minat ialah sebuah kesukaan yang berasal dari dalam ( dari diri sendiri). Pengertian terhadap tugas perkembangan diambil berdasar pendapat dari Robert Havighurst yang

disapproval, and difficulty with later tasks “ (tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu,

yang apabila tugas itu di dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam mencapai tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka

akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan

tugas-tugas berikutnya)” 10 .

Ada banyak pendapat yang mengartikan tugas-tugas perkembangan bagi remaja itu seperti apa dan secara garis besar maksud yang ditangkap ialah sama, dan disini diambil pendapat dari Hurlock (1981), karena umumnya banyak yang mengambil pendapat yang berasal dari Hurlock. Menurut Hurlock, tugas perkambangan ini muncul bersumber dari beberapa faktor, yaitu:

- Kematangan fisik. - Tuntutan masyarakat secara cultural, seperti belajar membaca, menulis,

berhitung, berorganisasi dan lainnya. - Tuntutan dan dorongan dari cita-cita individu sendiri. - Tuntutan norma agama.

Secara umum remaja disini merupakan remaja yang berada pada kelompok umur yang menempuh pendidikan formal di sekolah baik SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, namun juga tidak semua kelompok remaja menempuh pendidikan formal di sekolah di karenakan oleh faktor-faktor tertentu. Oleh sebab itu kegiatan remaja di kelompokan menjadi 2, yaitu kegiatan remaja di sekolah dan di luar sekolah.

a. Kegiatan remaja di sekolah Bagi remaja yang mengikuti pendidikan formal di sekolah, kegiatan mereka secara umum mempunyai pola yang jelas yaitu kegiatan belajar setiap hari

kecuali sabtu dan minggu, mulai pukul 7 pagi hingga pukul 12 siang. Selepas dari kegiatan belajar, di sekolah juga terdapat kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler di SMP dan SMA relatif sama, yaitu PRAMUKA, PASKIBRA, PMR, ekstrakulikuler olahraga (basket, futsal, sepakbola, bulu tangkis, catur, tenis meja, volli, karate, dan lainnya), kelompok ilmiah remaja (KIR), seni (musik, tari, dan lainnya), rohis, PASKIBRA, majalah dinding, dan lainnya. Bagi remaja yang berada di pendidikan tingkat Perguruan Tinggi pada semester awal hingga semester 5, jadwal mereka umumnya lebih fleksibel, dan terdapat UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang berada langsung dibawah Universitas seperti MAPALA, sepak bola, bola basket, futsal, bela diri, marching band, koperasi mahasiswa, paduan suara, dan lainnya, serta klub-klub kegiatan yang berada di bawah fakultas seperti fotografi, film, radio, kelompok penelitian, pers mahasiswa, basket, sepakbola dan lainnya.

b. Kegiatan remaja di luar sekolah Remaja yang memiliki kegiatan di luar sekolah dapat dibagi ke dalam 3 kelompok pelaku, yaitu diantaranya :

Aktifitas remaja yang putus sekolah Ialah remaja yang sudah tidak melanjutkan atau tidak menempuh pendidikan formal akibat beberapa faktor biasanya merupakan faktor ekonomi. Umumnya remaja yang putus sekolah tidak memiliki kegiatan lagi atau menganggur, namun ada juga yang bekerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh remaja yang putus sekolah bisanya pekerjaan yang tidak begitu membutuhkan pendidikan tinggi atau sektor informal (bekerja di tempat umum). Aksi negatif yang dilakukan remaja yang putus sekolah juga cukup banyak, khususnya di wilayah Surakarta, seperti menjambret dan mencuri. Berdasar Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, sebenarnya remaja yang diijinkan untuk bekerja ialah remaja yang minimal berumur 18 tahun, namun sekarang masih banyak ditemui remaja putus sekolah di bawah 18 tahun sudah bekerja. Ada

keringanan peraturaturan tentang remaja yang boleh bekerja untuk umur 13-15, yaitu maksimal 3 jam dengan tujuan sebagai pengembangan minat dan bakat. Aktifitas remaja yang tidak hadir di sekolah Remaja yang sebenarnya menempuh pendidikan formal, namun akibat beberapa faktor mereka tidak masuk sekolah pada saat jam aktif sekolah. Aktifitas remaja yang membolos ini antara lain berkumpul bersama kelompoknya di tempat yang mereka anggap nyaman hal ini masuk ke dalam ketertarikan tempat oleh para remaja. Biasanya tempat-tempat remaja yang bolos sekolah diantaranya warung internet, game center, warung atau toko, mal, dan jalan. Menurut Kearney (2001) ada 3 aktor penyebab remaja mebolos, diantaranya faktor personal, keluarga, dan sekolah. Faktor personal menurunnya motivasi atau minat belajar dari siswa yang diakibatkan oleh kondisi dan pergaulan. Kondisi dimana siswa sudah tertuinggal jauh oleh teman-temannya dari materi yang diajarkan di sekolah, dan pergaulan siswa terhadap lingkungan yang tidak tepat. Faktor keluarga akibat kurang perhatian dan partisipasi orang tua. Sedangkan faktor sekolah yaitu minimnya interaksi antara pihak sekolah dengan orang tua murid, guru-guru yang kurang suportif, kurannya kepedulian sekolah terhadap siswanya. Di Surakarta Aktifitas remaja di luar sekolah Remaja yang beraktifitas saat jam sekolah sudah selesai, yaitu dari siang hari sampai dengan malam hari ataupun di hari libur. Aktifitas remaja yang sudah pulang sekolah bermacam-macam diantaranya mengikuti bimbingan belajar, kursus bahasa ingris, kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, kegiatan olahraga di luar sekolah, kumpul bersama kelompok temannya, kumpul bersama komunitasnya, dan lainnya.

Dari berbagai kegiatan remaja yang merupakan dorngan dari luar, maka secara tidak langsung akan memunculkan minat (dorongan dari dalam) bagi Dari berbagai kegiatan remaja yang merupakan dorngan dari luar, maka secara tidak langsung akan memunculkan minat (dorongan dari dalam) bagi

semua yang ada di dunia 11 . Minat-minat tersebut ialah:

Minat Rekreasi Remaja cenderung menghentikan aktifitas rekreasi yang menuntut

banyak tenaga dan kemudian bertindak sebagai pengamat yang pasif. Akibat dari banyak tuntutan tugas dan kegiatan di dalam kegiatan sekolah, maka remaja biasanya focus pada satu jenis rekreasi. Aktifitas yang ada di dalam minat rekreasi antara lain yaitu permaianan/ olahraga yang umumnya dilakukan oleh penyuka olahraga tersebut ataupun orang yang hanya sekedar mencari hiburan; aktifitas bersantai yang bisa diartikan sebagai tidak melakukan pekerjaan seperti melamun ataupun kegiatan yang tidak berat seperti minum kopi atau teh, berkumpul, menonton tivi, membaca, dan lainnya; kegiatan bepergian seperti pergi ke kebun binatang atau ke tempat-tempat yang dianggap menghibur seperti mal; melakukan aktifitas yang menjadi hobi dari setiap individu seperti membaca, menonton, mendengarkan radio/ music dari perangkat lainnya, olahraga dan lainnya.

Minat sosial Dalam minat ini bergantung pada kesempatan yang didapat oleh remaja

itu sendiri. Kesempatan-kesempatan tersebut yang dapat memunculkan aktifitas yang diperoleh dari remaja itu, apakah nantinya berkembang ke arah yang positif ataupun ke arah negatif. Aktifitas yang ada di dalam minat social antara lain yaitu kegiatan berpesta yang umumnya dilakukan bersama kelompok teman sebayanya; kegiatan minum-minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang yang umumnya dilakukan remaja yang memiliki masalah dan nantinya dapat berkembang kea rah yang negatif dari remaja itu sendiri; kegiatan berdiskusi ataupun berkumpul bersama kelompok teman sebaya dan mendiskusikan berbagai hal; kegiatan menolong orang lain yang biasanya itu sendiri. Kesempatan-kesempatan tersebut yang dapat memunculkan aktifitas yang diperoleh dari remaja itu, apakah nantinya berkembang ke arah yang positif ataupun ke arah negatif. Aktifitas yang ada di dalam minat social antara lain yaitu kegiatan berpesta yang umumnya dilakukan bersama kelompok teman sebayanya; kegiatan minum-minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang yang umumnya dilakukan remaja yang memiliki masalah dan nantinya dapat berkembang kea rah yang negatif dari remaja itu sendiri; kegiatan berdiskusi ataupun berkumpul bersama kelompok teman sebaya dan mendiskusikan berbagai hal; kegiatan menolong orang lain yang biasanya

Minat –minat pribadi Dalam minat pribadi, setiap individu berusaha menggali dirinya sendiri

dengan berbagai kegiatan yang menjadi tujuan utamanya ataupun kesukaannya, beberapa diantaranya ialah kesukaan terhadap penampilan diri sendiri yang umumnya dilakukan pada remaja akhir baik laki-laki maupun wanita berusaha mencoba tampil maksimal di depan umum; remaja yang mengejar prestasi di sekolah ataupun diluar sekolah sebagai pegangan untuk mendapatkan cita- citanya; kesukaan terhadap kemandirian, dimana remaja mulai mempersiapkan diri dimana kelak akan menjadi seorang dewasa yang akan hidup mandiri terlepas dari orang tuanya. Minat pendidikan

Kesukaan remaja terhadap pendidikan disebabkan dengan pendidikan akan menjadi bekal mereka nantinya untuk melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi dengan kualitas yang bagus untuk mendapatkan cita-cita yang diinginkan setiap remaja masing-masing, seperti remaja masuk universitras ke jurusan teknik arsitektur sebab ingin menjadi seorang arsitek atau seorang remaja masuk ke jurusan kedokteran karena ingin menjadi seorang dokter dan lainnya . Minat pada agama

Dalam minat ini, remaja yang mencoba tumbuh di masyarakat membutuhkan suatu pedoman bagi mereka agar perilaku yang dihasilkan dapat membawa mereka menjadi pribadi yang baik atau pribadi yang mengarah ke dalam hal yang positif, sehingga minat terhadap agama menjadi suatu pengaruh yang baik dalam perkembangan remaja.

2.2 Fasilitas Untuk Aktivitas Remaja Aktifitas remaja berkaitan dengan semua kegiatan dan minat remaja secara fisik,

antara lain seperti interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang menjadikan suatu antara lain seperti interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang menjadikan suatu

Salah satu hal yang dipersepsi manusia (termasuk remaja di dalamnya) tentang lingkungannya ialah ruang disekitarnya, baik ruang natural maupun ruang buatan, dan dalam aspek sosialnya ialah bagaimana remaja berbagi dan membagi ruang baik dengan sesama remaja ataupun kelompok lainnya.

2.2.1 Ruang Personal Robert Sommer (1969) mendefinisikan ruang personal sebagai suatu area

dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan masuk ke dalamnya. Ruang personal digambarkan seolah-olah seperti sebuah selubung yang berada di sekitar seseorang dan dapat membesar atau mengecil ruangnya bergantung dari apa yang sedang dihadapi. Luas atau sempitnya ruang personal dipengaruhi dari kadar dan sifat hubungan seseorang dengan orang lainnya.

Edward Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah suatu jarak berkomunikasi, dimana jarak antar individu merupakan jarak berkomunikasi. Hall membagi jarak tersebut dengan 4 jenis, yaitu: