PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

SKRIPSI

Oleh: Nurul Deni Kistiyah K5407036 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

TAHUN 2011

(STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

Oleh:

Nurul Deni Kistiyah K5407036 SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

iii

commit to user

iv

commit to user

Nurul Deni Kistiyah, PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG

BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR

BATIK DAN GERAI BATIK). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Seb elas Maret. Surakarta, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui persebaran spasial rumah saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011, di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011. (2) Mengetahui pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tunggal. Populasi penelitian adalah seluruh saudagar batik dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi langsung yaitu pengamatan langsung ke Kampung Batik Laweyan, studi pustaka dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis peta, analisis tabel dan analisis tetangga terdekat.

Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran spasial rumah saudagar batik dan gerai batik tahun 2011. Sebaran spasial rumah saudagar batik hampir diseluruh Kelurahan Laweyan kecuali Kampung Kramat dan Kwanggan. Distribusi rumah saudagar batik banyak terdapat di Kampung Setono dengan jumlah sebanyak 7 saudagar batik (30,4%) dan paling sedikit terdapat di Kampumg Sayangan Kulon karena hanya terdapat 1 saudagar batik atau 4,3% dari 23 jumlah saudagar batik yang ada di Kampung Batik Laweyan. Pola persebaran saudagar batik di Kampung Batik Laweyan adalah mendekati acak dengan nilai T= 0.6. Sebaran spasial gerai batik banyak terdapat di sepanjang Jalan Sidoluhur Laweyan. Gerai batik kebanyakan merupakan bangunan baru yang bersifat semi permanen dan berupa etalase kaca. Pola persebaran gerai batik di Kampung Batik Laweyan adalah mendekati cluster dengan nilai T= 0.58. (2) Terdapat 11 urban heritage pada rumah saudagar batik atau 47.8% dari 23 saudagar batik, pada gerai batik terdapat 9 yang termasuk urban heritage atau 14.3% dari 56 gerai batik di Kampung batik Laweyan. Pola persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan adalah mendekati acak dengan nilai T= 0.59. Tindakan pelestarian yang dilakukan oleh pemilik rumah adalah melindung berupa merawat, mengganti bagian rumah yang rusak, menambah ruang atau bangunan baru untuk dijadikan gerai batik tanpa merubah bentuk asli bangunan, mengembangkan berupa menjadikan rumah sebagai gerai batik dan tetap menjaga keaslian bangunan yang telah diwariskan. Memanfaatkan sebagai showroom batik, galeri batik, museum batik, cafe, proses pembuatan batik dan pelatihan membatik.

Kata Kunci: urban heritage, saudagar batik, gerai batik

commit to user

vi

ABSTRAK

Nurul Deni Kistiyah, PRESERVATION URBAN HERITAGE IN KAMPUNG

BATIK LAWEYAN AT 2011 (CASE STUDY BATIK MERCHANTS HOUSE

AND BATIK SHOWROOM). Script, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, January 2012

The Purpose of the research are: (1) to find out spatial distribution of batik merchants house and batik showroom in Kampung Batik Laweyan. (2) to find out preservation urban heritage in Kampung Batik Laweyan at 2011

This research used descriptive qualitative method with spatial approach This research is single case study. The population of the research are all of batik merchants house dan batik showroom in Kampung Batik Laweyan. The technique of collection data are the direct observation is observation to Kampung Batik Laweyan, book study and interview. The technique of data analysis are map analysis and descriptive analysis

The result of the research are: (1) batik merchants house and batik showroom spasial distribution at 2011. The spatial distribution batik merchants house and batik showroom in almost all of the except Kramat and Kwanggan Village. Distribution batik merchants house mostly located in Setono Village with 7 batik merchants (33.3%), and the least in Sayangan Kulon Village with 1 batik merchant (4,7%) from 21 batik merchants in Kampung Batik Laweyan. The distribution pattern of merchants house in Kampung batik Laweyan is approach random with the value of T=0,6. .The spasial distribution of batik showroom mostly according to Sidoluhur street. The batik showrooms are mostly new buildings that are semi-permanent and is a storefront glass to show batik offered. The distribution pattern of batik showrooms in in Kampung batik Laweyan is approach random with the value of T=0,59. (2) There are 20 urban heritages in Kampung Batik Laweyan consist of batik merchants house or batik showroom. There are 9 buildings still protected, and the other was change. The action of preservation do at batik merchants house or batik showroom where consist of urban heritage . The action of preservation do by the owner of haouse are treat, replace the damaged part of the house, adding a new room or building to be used as batik showroom without changing the original shape of the building

Key word: urban heritage, batik merchants house, batik showroom

commit to user

vii

Jalani hidup dengan optimal dan terus melangkah maju

(penulis)

Saya berjalan lambat, tetapi saya tidak pernah berjalan mundur walaupun hanya

satu langkah. (NN)

commit to user

viii

Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Ibu dan bapakku, terimakasih atas jerih payah dan pengorbanan yang telah diberikan, kalian adalah motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Mas Rochmad Indrawanto dan keluarga, terimakasih atas semua dukungan yang telah

diberikan

Adik-adikku tersayang Latief, Dhani, Arifin dan Barid

Teman-teman geografi angkatan 2007

Almamater

commit to user

ix

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penulisan ditemukan hambatan namun demikian dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat diatasi, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis megucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Dra. Inna Prihartini, MS selaku Pembimbing II yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama ini.

7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan dan penyususnan skripsi ini.

8. Sahabatku Okta Efrien, terimakasih atas waktu, dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

commit to user

dan persahabatan yang tak terlupakan.

10. Bapak Ir. Alpha Fabela Priyatmono dan Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan terimakasih atas waktu dan bantuannya memperoleh data penelitian.

11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan .

Surakarta, Agustus 2012 Penulis,

Nurul Deni Kistiyah K5407036

commit to user

xiii

Tabel 1 Penelitian Yang Relevan.................................................................................... 25 Tabel 2

Waktu Perencanaan Penelitian ………………………………………………... 34 Tabel 3

Data dan jenis Data serta Sumber Data ……………………………………….. 38 Tabel 4

Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk.......................................................... 50 Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di Kelurahan Laweyan Bulan Mei Tahun 2011.......................................................................

51 Tabel 6

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Laweyan Tahun 2011....................................................................................................................

52 Tabel 7

Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Laweyan Tahun 2011................ 53 Tabel 8

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011...................... 54 Tabel 9

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011......................... 54 Tabel 10

Komposisi Penduduk Menurut Agama Tahun 2011.......................................... 55 Tabel 13

Distribusi rumah Saudagar Batik....................................................................... 60 Tabel 14

Jarak Terdekat Antar Rumah Saudagar Di Kelurahan Laweyan....................... 61 Tabel 15

Jarak Terdekat Antar Gerai Di Kelurahan Laweyan………………………….. 66 Tabel 18

Bangunan Kuno Di Kampung Batik Laweyan.................................................. 72 Tabel 19

Jarak Terdekat Antar Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan……………….. 75

Halaman

commit to user

xv

Peta 1 Administrasi Kelurahan Laweyan ……………………………………………..49 Peta 2

Persebaran Rumah Saudagar Batik Di Kelurahan Laweyan............................ 59 Peta 3

Pola Persebaran Rumah Saudagar Batik Di Kelurahan Laweyan......................64 Peta 4

Persebaran Gerai Batik Di Kelurahan Laweyan............................................... 69 Peta 5

Pola Persebaran Gerai Batik Di Kelurahan Laweyan........................................ 70 Peta 6

Persebaran Pengusaha Batik Di Kelurahan Laweyan........................................ 71 Peta 7

Persebaran Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan.......................................... 75 Peta 8

Pola Persebaran Urban Heritage Di Kelurahan Laweyan................................ 78

Halaman

commit to user

xvi

Lampiran No:

1. Tabel 11. Industri Batik

2. Tabel 14. Gerai Batik

3. Tabel 16. Penentuan Urban Heritage Pada Rumah Saudagar

4. Tabel 17. Penentuan Urban Heritage Pada gerai Batik

5. Pedoman wawancara

6. Hasil Wawancara

7. Tabel 20. Analisis pelestarian

8. Foto Penelitian

9. Monografi Penduduk Kelurahan Laweyan Bulan Mei tahun 2011

10. Draft Surat Keputusan Walikota Surakarta Tentang Penetapan Bangunan- Bangunan Kuno dan Kawasan Cagar Budaya Di Kota Surakarta.

11. Surat Ijin Menyusun Skripsi

12. Permohonan Ijin Research Kelurahan Laweyan

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman. Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut. Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya. Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari masa sebelum modern hingga kini menuju masa yang modern. Perkembangan budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju modernisasi dan mengabaikan struktur ruang asli dari kota tersebut. Setiap kota memiliki kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kawasan cagar budaya atau tempat-tempat bersignifikansi budaya ini yang merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi telah perlahan menggeser keaslian budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring dengan dinamika zaman dan perkembangan kota tersebut (eprints.undip.ac.id/6229/1/ndaru05.pdf diakses tanggal 2 januari 2012).

Penataan kota tidak akan terlepas dari rentetan kolektif memori dari masa lalu yang ditengarai menjadi urban heritage. Warisan budaya kota atau yang disebut dengan Urban Heritage adalah objek-objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan (Hardiyanti,Nurul Sri, http://puslit.petra.ac.id/ journals/pdf. php?PublishedID=ARS05330204 diakses tanggal 5 April 2012)

commit to user

Surakarta. Surakarta merupakan salah satu kota bersejarah di Jawa Tengah. Predikat tersebut tidak keliru, mengingat bahwa kota ini memiliki kisah yang panjang dan selalu tampil dalam panggung sejarah Indonesia. Sejak jaman pra sejarah, jaman islam, jaman penjajahan kolonial sampai jaman kemerdekaan, peran Kota Surakarta tidak pernah bisa diabaikan. Bila ditarik kebelakang, peran sejarahnya tidak kalah mengesankan, dan terwujud dalam banyak peninggalan bersejarah di Kota Surakarta (Hadi dalam Tanjung, 2005:3).

Surakarta merupakan salah satu kota yang mempunyai identitas tersendiri di Indonesia. Kota ini tumbuh dan berkembang melalui beberapa tahap yang masing- masing meninggalkan bekas yang terlihat secara nyata, mulai dari masa pra kerajaan, kerajaan, masa kolonial dan sampai saat sekarang sehingga mengekspresikan bangunan-bangunan yang unik. Kota Surakarta memiliki banyak peninggalan bersejarah baik berupa tangible heritage maupun intangible heritage.

Tangible heritage merupakan warisan budaya yang berwujud kebendaan seperti Keraton Kasunana, Keraton Mangkunegaran, Museum Radyapustaka, Kantor Bondo Laksono sebagaimna telah tersurat pada surat keputusan Walikota Surakarta tentang penetapan Bangunan-Bangunan Kuno Dan Kawasan Cagar Budaya Di Kota Surakarta yang dilindungi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 terdapat

68 situs budaya yang dilindungi. Adapun intangible heritage merupakan warisan budaya yang tidak berwujud seperti festival sekatenan, batik, muludan.

Salah satu situs kawasan budaya yang dikenal di Surakarta adalah kampung batik. Surakarta mempunyai dua kampung batik yaitu Kawasan Kampung Batik Kauman dan Kawasan Kampung Batik Laweyan. Kedua kawasan kampung batik tersebut perlu dilindungi dan masih butuh perhatian dari pemerintah. Kampung Batik Kauman merupakan salah satu kampung di pusat kota dengan kekentalan sejarah tinggi berkaitan dengan karaton Surakarta. Kampungnya menyatu dengan Masjid Agung, mempunyai bangunan-bangunan kuno bercirikan arsitektur tradisional Jawa, serta kegiatan masyarakat bernuansa Islami yang ada di dalamnya. Secara administrasi Kampung Batik Kauman merupakan seluruh wilayah di Kelurahan Kauman. Luas Kelurahan Kauman adalah 20,10 hektar.

commit to user

berada di Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan kota Surakarta yang mempunyai luas daerah 29,267 hektar. Kampung Batik Laweyan secara administrasi adalah Kelurahan Laweyan. Pada tanggal 25 September 2004, Kelurahan Laweyan telah dikembangkan menjadi Kawasan Kampung Batik Laweyan oleh Forum Pengembang Kampung Batik Laweyan, kemudian diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Ir Jero Wacik, S.E pada tanggal 8 Januari tahun 2010, menetapkan bahwa Kawasan Kampung Batik Laweyan yang berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai kawasan cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992 tentang cagar budaya.

Kampung Batik Laweyan merupakan suatu sentra industri batik yang unik,spesifik dan bersejarah. Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan yang unik dan spesifik dikarenakan banyak memiliki peninggalan bangunan kuno yang bercirikan bentuk dan arsitektur bangunan yang berbeda dengan tempat lain. Bangunan di Kampung Batik Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam (Priyatmono,2004,www.kampoenglaweyan.com/pdf/tata_ruang pdf, diakses pada tanggal 13 Juni 2011).

Kampung Batik Laweyan sebagai salah satu unsur perkotaan yang menjadi pembentuk citra kota Surakarta hingga dikenal sebagai Kota Batik. Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 1 mengemukakan benda cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.

Kampung Batik Laweyan telah ada sejak 1546 dan telah dikenal sebagai suatu kawasan penghasil tenun dan batik. Kampung Batik Laweyan selain dikenal sebagai penghasil batik, juga dikenal sebagai kawasan yang kaya akan bentuk arsitektur rumah tinggal dan lingkungannya yang unik dan indah (bangunan Jawa, Indische,art Deco), namun lambat laun berubah disesuaikan dengan perubahan

commit to user

.com/pdf/tata_ruang.pdf, diakses pada tanggal 13 Juni 2011) Keadaan bangunan di Kelurahan Laweyan cukup bagus tetapi banyak yang tidak terawat. Hal ini disebabkan karena banyak keturunan orang Laweyan yang sudah tidak bertempat tinggal di sana (http://repository.ipb.ac.id/bitstream /handle/123456789/52640/BABIIIGambaranUmumKotaSurakarta.pdf//,diakses 15 Juni 2012).

Kondisi yang tampak di kawasan Kampung Batik Laweyan adalah lebih banyak bangunan kuno dan bersejarah yang terancam hancur perlahan lahan. Satu persatu bangunan kuno mulai rusak, dan sebagian lain berubah fungsi menjadi ruko atau bangunan baru. Banyak di antara bangunan-bangunan tua tersebut yang dibiarkan dalam keadaan rusak dan tidak terpelihara. Banyaknya bangunan kuno yang terlantar dan tidak terpelihara karena kurangnya apresiasi masyarakat terhadap usaha pelestarian bangunan tua di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menjadi kontroversi, di satu sisi bangunan kolonial dianggap sebagai bukti kelam sejarah penjajahan sehingga sering kali bangunan tersebut dihancurkan dan ditelantarkan begitu saja. Penghancuran bangunan tua juga dipicu oleh pembangunan suatu kawasan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa keberadaan bangunan tua di Indonesia menjadi salah satu wajah yang menambah keragaman wujud kebudayaan Indonesia. (http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/ 22172/1/Tipologi-Ragam- Hias-Rumah-Tinggal-Kolonial-Belanda-di-Ngamarto Lawang.pdf diakses tanggal

5 April 2012) Bangunan tua di Kelurahan Laweyan yang ditetapkan sebagai cagar budaya seperti masjid, tembok-tembok tinggi dan rumah kuno di kawasan yang terkenal dengan produksi batik itu sebagian tidak mendapat sentuhan perawatan, 30% tidak terawat bahkan rapuh dimakan usia (Aryono, www.solopos.com, 6 November 2011). Kondisi tersebut jika dibiarkan terus-menerus dikhawatirkan identitas Kampung Batik Laweyan akan hilang, yang berarti juga hilangnya salah satu identitas Kota Surakarta.

Peninggalan yang dimiliki tersebut kurang teridentifikasi sehingga dalam upaya pelestarian yang dilakukan masih berjalan belum optimal karena pelestarian yang

commit to user

karenanya sangat diperlukan upaya pelestarian terhadap warisan budaya yang dimiliki.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan tindakan konkret dari pemerintah setempat ataupun peran serta masyarkat Laweyan dan sekitarnya dalam menjaga keberadaan warisan budaya baik berupa bangunan berupa pelestarian terhadap urban heritage di Kampung Batik Laweyan baik dari pemerintah setempat atau peran serta masyarakat dalam menjaga warisan budaya tersebut guna mempertahankan identitas Kota Surakarta, terutama kawasan Kampung Batik Laweyan. Sebagai sebuah cultural landscape , Kampung Batik Laweyan memiliki banyak warisan budaya baik berupa benda ataupun nilai-nilai budaya yang ada yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Penelitian ini dilakukan dengan menekankan mengidentifikasi dan mendeskripsikan rumah saudagar batik dan gerai batik karena di Kampung Laweyan banyak terdapat bangunan kuno yang memiliki usia antara 50 –100 tahun sebanyak 60%, sehingga untuk mempermudah penelitian, peneliti menekankan obyek penelitian pada rumah saudagar dan gerai batik yang ada melalui persebaran spasial yang dapat berguna sebagai informasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Batik Laweyan. Rumah saudagar dan gerai batik yang termasuk dalam kriteria urban heritage dan keberadaannya hingga dikatakan sebagai urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan urban heritage di Kampung batik Laweyan khususnya pada rumah saudagar dan gerai batik yang masih terjaga keasliannya. Rumah saudagar dan gerai batik yang teridentifikasi sebagai urban heritage pada berharap diperhatikan keberadaannya oleh empunya atau dari instansi pemerintah terkait. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Adapun hasil akhir dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan data bagi pemerintah atau instansi terkait dalam upaya melestarikan Kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai bagian dari Kawasan wisata budaya yang harus dipertahankan eksistensi khususnya pada bangunan kuno

commit to user

ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan latar belakang di atas dengan judul “ Pelestarian Urban Heritage Di Kampung Batik Laweyan Tahun 2011 (Studi

kasus Rumah Saudagar Batik dan Gerai Batik).

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latarbelakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kampung Batik Laweyan merupakan suatu sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah yang menjadi pembentuk citra kota Surakarta

2. Warisan budaya yang ada semakin tidak diperhatikan dan diubah menjadi bangunan baru tanpa memperhatikan karakter bangunan sebelumnya.

3. Perlunya mengetahui sebaran bangunan kuno sebagai bukti fisik kekayaan lingkungan yang khas, unik dan berkarakter.

4. Perlunya mengetahui tindakan pelestarian yang dilakukan masyarakat setempat dalam menjaga warisan budaya

C. Pembatasan Masalah

Mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan, waktu, tenaga dan biaya, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Maksud pembatasan masalah adalah agar masalah yang dikaji dapat lebih jelas dan terarah. Berdasar identifikasi masalah yang ada, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Persebaran dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di Kampung Batik Laweyan.

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan.

commit to user

Perumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian sehingga diperoleh data yang sesuai dengan tujuan arah dalam hubunganya dengan judul yang dipilih. Berdasarka uraian yang telah dikemukakan diatas maka dapat diketengahkan beberapa permasalahan yang pada pokoknya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana distribusi spasial dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di kawasan Kampung Batik Laweyan tahun 2011?

2. Bagaimana pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasar latarbelakang dan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan memetakan persebaran dan pola persebaran rumah saudagar dan gerai batik di kawasan Kampung Batik Laweyan.

2. Mengetahui pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik Laweyan.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan nantinya akan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran baik berupa teori maupun yang lain dalam kajian ilmu geografi pada umumnya, dan geografi kesejarahan pada khususnya

b. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya dilapangan.

commit to user

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memahami pengetahuan dalam bidang geografi , khususnya pemetaan yang mengkaji secara spasial persebaran urban heritage di Kampung Batik Laweyan.

b. Sebagai masukan rencana dan program fisik serta non fisik bagi pemerintah dan swasta tentang kawasan yang berpotensi sebagai urban heritage di Surakarta.

c. Memberikan wawasan kesadaran akan perlunya melestarikan aset budaya yang ada di Kota Surakarta.

d. Sebagai bahan pustaka bagi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kaidah Kota (Urban)

Kota merupakan suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis. Kota dapat diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala- gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang sifatnya heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland) (Bintarto 1983 : 36)

Menurut Bintarto ciri-ciri fisik kota dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1) Tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan Pasar selalu merupakan titik api atau fokus point dari suatu kota. Pada waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka, di mana para petani dan para pengrajin membawa barang-barangnya dan melaksanakan perdagangan secara barter. Kemajuan di bidang transportasi dan digunakannya sistem uang, maka sistem barter ini menjadi sistem jual beli.

2) Tempat-tempat untuk parkir Daerah-daerah pusat kegiatan di kota dapat hidup karena adanya jalur jalan, alat pengangkut sebagai wadah arus penyalur barang dan manusia. Kendaraan-kendaraan pengangkut barang maupun manusia tidak selalu dalam keadaan bergerak terus, tetapi berhenti di tempat-tempat tertentu. Dengan keadaan ini maka di kota timbulah daerah-daerah, tempat-tempat parkir sebagai stasiun pemberhentian.

3) Tempat-tempat rekreasi dan olahraga Tempat rekreasi dan olahraga di kota atau di desa adalah penting bagi manusia.

Pendekatan dalam konsep dari urban digunakan untuk menggambarkan sebuah perbedaan antara pertanyaan dari, apakah yang dimaksud dengan urban place dan

commit to user

sebagai sesuatu yang ada secara fisik dan membantu kita untuk mengerti kerumitan dari urban life, dan menjelaskan adanya perbedaan pendektan dari kota (Maichael Pacione,2008:20)

Kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat berekreasi. Oleh karena itu selayaknya kelestarian kota harus didukung oleh berbagai prasarana dan sarana yang cukup untuk jangka waktu lama. Kota dapat dipandang sebagai suatu gaya hidup. Kota memungkinkan penduduknya berkontak dengan orang asing, mengalami aneka hal yang berubahnya pesat, memungkinkan taraf individualisasi yang tinggi, mobilitas serta sekularisasi (file.upi.edu/Direktori/fips/jur./culture_heritage.pdf diakses 4 April 2012).

Kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang kegiatannya umum di sektor sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja kedalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara bagian-bagiannya dan pusatnya, yang pertumbuhannya yang sebagian besar disebabkan oleh tambahan kaum pendatang dan mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya.(Risdanti,Ndaru http://eprints.undip.ac.id/ 5683/1/ndaru05.pdf// diakses 31 Desember 2011)

Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman. Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut. Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya. Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari masa sebelum modern hingga kini menuju masa yang modern. Perkembangan budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju modernisasi dan mengabaikan struktur ruang asli dari kota tersebut.

commit to user

ber 2011) Lokasi suatu kota ditentukan oleh kerangka topografis yang dimiliki oleh kota sejak berdirinya. Dalam perkembangan lanjut menurut sejarahnya, kota dapat bergeser lokasiny. Ini tergantung dari fungsi kota dalam mengikuti zaman. Misalnya kota sebagai pusat pemerintahan, atau pusat perdagangan.

2. Kaidah Warisan Budaya (Heritage)

Heritage dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan sebagai warisan budaya, peninggalan budaya, atau tinggalan budaya. Apabila berangkat dari pemahaman tentang budaya di atas, maka warisan atau tinggalan budaya apapun bentuknya juga bagian dari kebudayaan karena ia merupakan perangkat-perangkat simbol/lambang kolektif milik generasi sebelumnya. Di sini, tinggalan budaya dapat didefinisikan sebagai perangkat-perangkat simbol kolektif yang diwariskan oleh generasi- generasi sebelumnya dari kolektivitas pemilik simbol tersebut.

Pusaka (heritage ) merupakan padanan kata yang lain dari “warisan”. Bila pusaka tersebut telah memiliki penetapan hukum, maka digunakan kata “cagar”,

misalnya cagar alam atau cagar budaya. Berdasarkan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, telah disepakati bahwa: Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana (JPPI, 2003 www.international.icomos.org/charters/indonesia-charter.pdf diakses tanggal 4 April 2012 ).

1. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa.

2. Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible).

3. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Pusaka saujana sejak dekade terakhir ini dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural landscape (saujana

commit to user

dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud.

Warisan didefinisikan secara luas bukan hanya mencakup situs bersejarah utama dan lembaga-lembaga, tetapi seluruh landscape daerah dengan basis geografis, dan pola pertanian lapangan, jalan, pelabuhan, bangunan industri, desa dan jalan utama, bangunan komersial dan tentu saja, masyarakat sendiri dengan tradisi mereka serta kegiatan ekonomi.

Menurut Undang-undang tentang Benda Cagar Budaya pasal 1 menjelaskan bahwa:

“Benda cagar budaya adalah: Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau

kebudayaan melalui proses penetapan.” Dalam penjelasan atas undang-undang RI nomor 11tahun 2010 tentang Benda

Cagar Budaya dinyatakan bahwa benda cagar budaya mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggan nasional, serta memperkokoh kesadaran jati diri bangsa, dan sejauh peninggalan sejarah merupakan benda cagar budaya, maka demi pelestarian budaya bangsa benda cagar budaya harus dilindungi dan dilestarikan, untuk keperluan ini benda cagar budaya perlu dikuasai oleh negara bagi pengamanannya sebagai milik bangsa. Warisan budaya merupakan harta pusaka budaya dari masa lampau yang digunakan untuk kehidupan masyarakat sekarang dan kemudian diwariskan untuk generasi mendatangsecara berkesinambungan. Warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu.

Warisan budaya fisik (tangible heritage) sering diklasifikasikan menjadi warisan budaya tidak bergerak (immovable heritage) dan warisan budaya bergerak (movable heritage). Warisan budaya tidak bergerak biasanya berada di tempat terbuka dan terdiri dari: situs, tempat-tempat bersejarah, bentang alam darat maupun air, bangunan kuno dan/atau bersejarah, patung-patung pahlawan. Warisan budaya bergerak biasanya berada di dalam ruangan dan terdiri dari: benda warisan

commit to user

kaset, video, dan film. (Agus,2007:7) Pasal 1 the World Heritage Convention membagi warisan budaya fisik menjadi

3 kategori, yaitu monumen, kelompok bangunan, dan situs. Yang dimaksud dengan monument adalah hasil karya arsitektur, patung dan lukisan yang monumental, elemen atau struktur tinggalan arkeologis, prasasti, gua tempat tinggal, dan kombinasi fitur-fitur tersebut yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan kelompok bangunan adalah kelompok bangunan yang terpisah atau berhubungan yang dikarenakan arsitekturnya, homogenitasnya atau posisinya dalam bentang lahan mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan situs adalah hasil karya manusia atau gabungan karya manusia dan alam, wilayah yang mencakup lokasi yang mengandung tinggalan arkeologis yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, estetika, etnografi atau antropologi. (Karmadi,AgusDono

http://www.javanologi.info/main/themes/images/pdf/Budaya _Lokal-Agus.pdf diakses tanggal 15 Mei 2012) Warisan budaya bukan kebendaan (intangible) berupa atribut kelompok atau masyarakat seperti cara hidup, folklore, norma dan tata nilai (Maryani,Enok http://file.upi.edu/direktori/Fpips/Jur._Pend._Geografi/196001211985032Enok_ Maryani/ Culture_Heritage.Pdf diakses tanggal 2 Februari 2012)

Warisan budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari generasi masa lalu dan diwariskan pada masa kini. Kelompok masyarakat yang diwarisi akan memberikan atau mewariskannya kembali di masa mendatang. Dalam pengertian ini warisan budaya dapat berupa ide dan nilai-nilai maupun benda. Warisan budaya tersebut memiliki nilai kesejarahan dari waktu ke waktu, dan menjadi suatu rangkaian yang termasuk dalam produk heritage yang perlu dilestarikan bahkan potensial untuk dikembangkan secar positif serta dijaga kesinambungannya (www. wikipedia.com/warisanbudaya diakses tanggal 10 januari2012).

commit to user

Warisan budaya kota atau yang disebut dengan Urban Heritage adalah objek- objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan suatu kota (Hardiyanti,Nurul Sri, http://puslit.petra.ac.id/ journals/pdf. php?PublishedID=ARS05330204 diakses tanggal 5 April 2012).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 tentang cagar budaya menjelaskan bahwa bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Kriteria bangunan cagar budaya menurut UU No 11 tahun 2010 bab 3 pasal 5 mengemukakan benda bangunan, atau struktur cagar budaya dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya apabila memenuhi kriteria:

a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;

c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan

d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Menurut Sidharta dalam Ardyanto (2005:10) mengemukakan bahwa warisan budaya perkotaan yang berbentuk fisik dari masa sebelum penjajahan era pembangunan, dimana

a. Masa sebelum penjajahan (< tahun 1600) Masa dimana sebelum penjajahan di Surakarta sudah terdapat karya berupa bangunan berciri khas seperti keraton, masjid, alun-alun dan sebagainya. Saat itu berdirinya bangunan sangat dipengaruhi oleh kerajaan yang berkuasa, belum adanya campur tangan pihak asing.

commit to user

Kolonialisme barat membawa serta pengaruh terhadap tata bangunan seperti bentuk,konstruksi, bahan bangunan dan sebagainya. Jika diperhatikan lebih jauh, pada masa ini banyak berdiri bangunan- bangunan yang dipengaruhi oleh arsitektur kolonialisme barat

c. Era kemerdekaan (tahun 1945-1965) Dengan dimulainya kemerdekaan maka terbukalah hubungan antar negara, sehingga tak dapat dihindarkan makin kuatnya pengaruh dari luar. Sering kali karena terobsesi modernisasi, pengaruh dari luar kurang disaring. Padahal tidak semua pengaruh dari luar positif, ada juga yang tidak sesuai dengan tat nilai, norma dan segenap kekhasan lokal. Akibatnya timbul anomi (tanpa normal) dan alienasi (keterasingan) yang menjadi sumber merosotnya identitas. Contohnya asal bangunana-bangunan baru dengan gaya internasional yang berlandaskan kaidah arsitektur modern yang dipelopori CIAM (Conggres Internationale des Archetecture Modern) yang dipelopori Le Corbusier

d. Era pembangunan (tahun 1966-2005) Pembangunan nasional yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa mendorong pesatnya pembangunan kota. Sayang perhatian terlalu banyak dicurahkan keadaan bangunan baru yang lebih mengesankan modernisasi. Lagipula perubahan masyarakat dan llingkungan binaan sering tidak terelakkan. Akibatnya banyak bangunan kuno bersejarah yang digusur dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan fasilitas baru. Hilangnya bangunan kuno bersejarah berarti terhapus bagian dari sejarah, juga kemiskinan paranorma mota dan menghilangkan jati diri yang menyiratkan citra khas suatu lingkungan kota, dan menimbulkan erosi identitas budaya,

commit to user

Pelestarian merupakan terjemahan dari conservation/konservasi. Pengertian pelestarian terhadap peninggalan lama pada awalnya dititikberatkan pada bangunan tunggal atau benda-benda seni, kini telah berkembang ke ruang yang lebih luas seperti kawasan hingga kota bersejarah serta komponen yang semakin beragam seperti skala ruang yang intim, pemandangan yang indah, suasana, dan sebagainya (menurut Adishakti dalam Ardyanto , 2005:15).

Mengingat pentingnya keberadaan dari benda-benda cagar budaya, maka Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya

Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

a. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi cagar budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

b. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah cagar budaya dari ancaman dan/atau gangguan.

c. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya

dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

d. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari.

e. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

a. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan

commit to user

pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

b. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

c. Adaptasi adalah upaya pengembangan cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

Pelestarian adalah upaya pengelolaan perubahan secara selektif melalui kegiatan perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan/atau pengembangan saujana budaya untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman, kualitas hidup yang lebih baik serta menciptakan pusaka masa datang. Kegiatan pelestarian perlu dilakukan untuk melindungi benda atau tempat yang mengandung nilai budaya dan memanfaatkannya untuk memajukan

(Risdanti,Ndaru

http://eprints.undip.ac.id/5683/1/ndaru05.pdf// diakses 31 Desember 2011)

Menurut Piagam Burra, kegiatan pelestarian perlu dilakukan karena tempat- tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia, sering memberikan ikatan rasa yang dalam dan inspirasional kepada masyarakat dan lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup. Tempat-tempat itu adalah rekaman sejarah yang penting sebagai ekspresi nyata dari identitas dan pengalaman suatu kota (The Burra Charter, http://www.International.icomos.org/ charter1//. Diakses tanggal 20 November 2011).

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada Bab II pasal 3 menjelaskan bahwa pelestarian cagar budaya bertujuan:

a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;

commit to user

c. memperkuat kepribadian bangsa;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Secara umun pengertian pelestarian adalah upaya mempertahankan keadaan asli (semula) benda cagar budaya dengan tidak merubah yang ada dan tetap mempertahankan kelangsungan kondisinya sekarang. Lebih lanjut pelestarian juga mempunyai pengertian perlindungan dan pemeliharaan dari kerusakan. Pelestarian tersebut dapat dicapai melalui berbagai upaya pemugaran seperti rekonstruksi atau rehabilitasi atau konsolidasi. Dengan pelestarian benda cagar budaya, maka upaya tersebut melalui perawatan, pemeliharaan, pemugaran, pengamanan dan bila terjadi ancaman dilakukan penyelamatan.

Dalam batasan pelestarian yang termasuk benda cagar budaya tidak bergerak, yakni yang bersifat monumental, dilakukan antaranya dengan cara pemugaran dan pemeliharaan, sedangkan pelestarian untuk benda budaya bergerak yang berupa temuan dilaksanakan dengan cara pemilikan oleh negara melalui ganti rugi temuan, hibah dan sitaan. Dengan demikian maka pelestarian cagar budaya meliputi pelestarian terhadap nilai dan fisik. Pelestarian dapat dilakukan melalui usaha melindungi, mengembangkan, memanfaatkan.

5. Kaidah Analisis Spasial (Analisis Keruangan)

Menurut Bintarto Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi, baik fisik maupun makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Batasan Geografi ini mengandung arti bahwa studi geografi merupakan pengkajian keilmuan, gejala dan masalah geografi. Geografi dibedakan menjadi dua yaitu geografi fisikal dan geografi manusia. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi sedang geografi manusia yaitu cabang geografi yang bidang studinya aspek keruangan gejala di permukaan bumi dengan mengambil manusia sebagai obyek pokoknya.

commit to user

pedologi dan sebagainya, sedangkan geografi manusia dapat dibagi lagi menjadi geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi pedesaan, geografi perkotaan dan sebagainya. (Bintarto dan Hadisumarno,1982:8)

Geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya meliputi struktur aktivitas keruangan ekonomi manusia yang di dalamnya termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan dan lain sebagainya. Geografi ekonomi sebagai ilmu yang membahas mengenai cara-cara manusia dalam kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan, dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari bahan mentah kemudian usaha transportasi, distribusi dan kegiatan konsumsi.

Di dalam geografi, arus manusia, materi, informasi, dan energi dicakup dalam pengertian interaksi keruangan. Interaksi keruangan merupakan suatu sifat dari gejala yang terdapat di dalam ruang dan mendorong diperolehnya jawaban atas pertanyaan : mengapa disitu, atau mengapa disana. Kesimpulannya, interaksi keruangan merupakan suatu permulaan dari usaha menerangkan lokasi dari gejala gejala, distribusinya (pembagian,sebaran dalam ruang) dan difusinya (persebaran, perluasan) (N.Daldjoeni,1992:194)

Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan, menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).

Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik- beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1982: 74). Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat

commit to user