KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

Septyan Riesky Hermawan I0207121 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

Septyan Riesky Hermawan I0207121 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

PENYUSUN : SEPTYAN RIESKY HERMAWAN NIM

Surakarta, Oktober 2012 Menyetujui,

Pembimbing I

Tugas Akhir

Ir. Suparno, MT. NIP. 19550516 198601 1 001

Pembimbing II

Tugas Akhir

Ir. Hari Yuliarso, MT. NIP. 19590725 199802 1 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS

Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbilalamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah membukakan jalan bagi hamba untuk mengenal dunia arsitektur, melalui kampus Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak pelajaran dalam berarsitektur. Mulai dari awal masa perkuliahan sampai pada saat dimana penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora ” sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan baik materiil maupun spiritual. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. M. Muqoffa, MT., selaku Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNS

2. Ir. Kahar Sunoko, MT., selaku Ketua Prodi Arsitektur FT-UNS

3. Ir. Suparno, MT., selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir

4. Ir. Hari Yuliarso, MT., selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir

5. Yosafat Winarto, ST. MT., selaku Ketua Panitia Tugas Akhir Jurusan Arsitektur FT-UNS

6. Ir. Hardiyati, MT., selaku Dosen Pembimbing Akademik

7. Rekan –rekan angkatan 2007 Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tahap Tugas Akhir bukan akhir dari segalanya. Melainkan sebuah perjalanan hidup penulis dalam mempelajari dunia arsitektur di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi masyarakat umum. Terimakasih.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam yang telah memberikan segala rahmat dan kemudahan dalam segala kehidupan dan melancarkan dalam mengerjakan semua tugas akhirku. Sholawat serta salam kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga & sahabat. Terimakasih ya Allah atas segala jalan yang diberikan meski tak selalu mulus namun pasti terbaik bagi saya

[Ayah] pendukung yang selalu mendukung segala aktivitas, memfasilitasi dan selalu menyemangatiku

agar lulus dengan nilai yang memuaskan … [Ibu] yang selalu merawat, mendoakanku, dan memberi nasehat tentang kehidupan.maaf selalu

merepotkan..luv u mom…. [Adek] yang terus mendoakan aku cepat lulus n cepat kerja, walaupun ujung- ujungnya ada maunya…

[Ir. Suparno, MT n Ir. Hari Yuliarso, MT] yang selalu meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dengan sabar, saran dan kritik yang membangun. terima kasih atas bimbingannya hingga selesainya tugas

akhir ini… [Ir. M. Asrori, MT n Tri Joko, ST, MT] yang telah menjadi penguji dan memberikan masukan yang

berarti demi s empurnanya tugas akhir ini… Dr.Ir. Mohammad Muqoffa, MT selaku ketua jurusan Arsitektur, Kahar Sunoko, ST, MT selaku

ketua prodi Arsitektur, Ir. Hardiyati, MT. Selaku pembimbing akademik dan seluruh dosen, staff, dan karyawan Arsitektur UNS.

[Teman-Teman Arsitek]

[ABC] thank’s for all broo…ayo dolan bareng meneh sing komplet kyo mbiyen…. [dr.Bangunan] tim tersukses se- arsitek hahaa….futsal…futsal…futsaallll… [studio 127] akhirnya kita lulus kawan- kawan…sukses selalu buat kalian… [ALL ‘07] terima kasih atas bantuan, dukungan, dan semua kenangan indahnya, semoga kita menjadi

orang-orang yang sukses … Amin, Amin, Amin ya robbal alamin…..

dan Semua Pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu...

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(QS. Al-Mujadillah : 11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapangan Sepak Bola Standart FIFA Gambar 2.2 Bola Resmi Event Piala Dunia dan Bola Jabulani PD 2010 Afrika Selatan. Gambar 2.3 Opera Sidney House Gambar 2.4 Church of Light Gambar 2.5 Reichstag Parlamentul Gambar 2.6 Logo Klub AC Milan Gambar 2.7 Logo Piala Eropa Polandia-Ukraina 2012 Gambar 2.8 Kostum Klub AC Milan Gambar 2.9 Wembley Stadium Gambar 2.10 Peta Surakarta Gambar 2.11 Stadion Sriwedari Gambar 2.12 Stadion Manahan Gambar 4.1. Kebutuhan ruang gerak tubuh manusia Gambar 4.2. Dimensi manusia dengan perabotan Gambar 4.3 Distribusi wilayah pengembangan Kota Surakarta Gambar 4.4 Foto udara lokasi jalan adi sucipto Gambar 4.5 Foto udara lokasi wilayah solo baru Gambar 4.6 Foto udara lokasi wilayah mojosongo Gambar 4.7 lokasi site terpilih Gambar 4.8 Analisa pendekatan pola pencapaian pada site Gambar 4.9 Pola Sirkulasi Lintasan Umpan Balik

Gambar 4.10 : Sirkulasi melewati ruang Gambar 4.11 Sirkulasi menembus ruang Gambar 4.12 Sirkulasi berakhir dalam satu ruang Gambar 4.13 Analisa kebisingan pada area site. Gambar 4.14 Rekomendasi mengatasi kebisingan pada area site. Gambar 4.15 Analisa mengatasi angin yang menuju area site. Gambar 4.16 Analisa sinar matahari pada area site. Gambar 4.17 Rekomendasi sinar matahari pada area site. Gambar 4.18 Analisa View ke dalam site. Gambar 4.19 Analisa View ke luar site Gambar 4.20 Zoning vertikal berdasarkan tingkat kebisingan Gambar 5.1 Site Existing Pusat Pelatihan Sepakbola Di Surakarta Gambar 5.2 Pola Pencapaian Pusat Pelatihan Sepakbola Di Surakarta Gambar 5.3 Pola Sirkulasi Lintasan Umpan Balik Gambar 5.4 : Material lansekap bangunan Gambar 5.5 Sistem sub struktur

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Pemindahan konsep kedalam karakteristik ruang Table 2.2 Klub-Klub Sepakbola Amatir dan Sekolah Sepakbola di Surakarta Table 2.3 Even Pertandingan Sepakbola Yang Digelar Di Surakarta Table 2.4 Venue Penyelenggaraan Event Sepak Bola Di Surakarta Table 3.1 Macam kegiatan dan karakter Table 3.2 Pelaku kegiatan dan motivasi Tabel 4.1 Pelaku dan kegiatan pengelolaan Tabel 4.2 Kegiatan pengunjung Pusat Pelatihan Sepakbola di Surakarta Tabel 4.3 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Rg.Pendidikan & Pelatihan Tabel 4.4 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Rg. Informasi Tabel 4.5 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Rg. Pengelola Tabel 4.6 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Rg. Penunjang Tabel 4.7 Analisa pendekatan tampilan bangunan Tabel 4.8 Empat unsur bangunan pintar Table 5.1 Kebutuhan dan besaran ruang fasilitas pendidikan dan pelatihan Table 5.2 Kebutuhan dan besaran ruang fasilitas informasi Table 5.3 Kebutuhan dan besaran ruang fasilitas pengelolaan dan pelayanan jasa Table 5.4 Kebutuhan dan besaran ruang fasilitas penunjang Table 5.5 Konsep Tampilan Bangunan

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Struktur Organisasi Klub Sepak Bola Profesional Skema 3.1 Hubungan antar lembaga Skema 4.1 Pola hubungan ruang fasilitas Pusat Pelatihan Sepakbola Skema 4.2: Pola hubungan ruang fasilitas pendidikan & latihan Skema 4.3: Pola hubungan ruang-ruang informasi Skema 4.4: Pola hubungan ruang fasilitas pelayanan jasa Skema 4.5: Pola hubungan ruang fasilitas pengelola Skema 4.6: Pola hubungan ruang fasilitas penunjang Skema 5.1 Pola hubungan ruang fasilitas pendidikan dan latihan Skema 5.2 Pola hubungan ruang fasilitas informasi Skema 5.3 Pola hubungan ruang fasilitas pelayanan jasa Skema 5.4 Pola hubungan ruang fasilitas pengelola Skema 5.5 Pola hubungan ruang fasilitas penunjang

PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora Septyan Riesky Hermawan

Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Sepak bola saat ini menjadi olahraga terpopuler di dunia. Diantara negara-negara di dunia, di Indonesia sepak bola merupakan olahraga paling populer dan Surakarta merupakan salah satu kota dengan fanatisme yang tinggi terhadap olahraga sepak bola. Dalam perkembangannya sepak bola sekarang bukan hanya sekedar sebuah olah raga untuk menyehatkan badan, akan tetapi sudah menjadi olah raga menghibur yang bisa di nikmati dan dilakukan oleh siapa saja. Selain itu, sepak bola sekarang sudah mengarah pada sebuah pertandingan kompetisi yang mengharuskan sebuah kemenangan dan prestasi. Fasilitas pelatihan digunakan untuk membentuk karakter pemain agar nantinya dapat berprestasi dan dapat meningkatkan mutu dari sebuah klub sepak bola professional. Maka keberadaan suatu Pusat Pelatihan Sepakbola di Surakarta sangatlah penting. Hal ini berkaitan erat dengan proses pembinaan dan pelatihan dari suatu klub sepakbola profesional. Sarana pelatihan sepakbola di Surakarta yang representatif dan lengkap merupakan salah satu tolak ukur serta cermin keprofesionalan dan kemajuan sebuah klub sepakbola.

Perencanaan Pusat Pelatihan Sepak Bola di Surakarta ini menggunakan desain arsitektur metafora. Dengan menerapkan unsur-unsur sepak bola yang kemudian ditransformasikan kedalam bentuk bangunan yang sesuai dengan spirit olahraga yang dinamis, spontan dan sportif dengan menekankan perancangan bentuk dan peruangan yang bebas, mengalir dan menghindari norma-norma perencanaan yang cenderung kaku dan mengikat. Metafora yang dipakai adalah metafora kombinasi dimana merupakan perpaduan antara metafora abstrak dan konkret. Pusat Pelatihan Sepak Bola di Surakarta ini diharapkan mampu mencerminkan fungsi yang diwadahi sebagai suatu bangunan pelatihan sepakbola dengan pendekatan pada arsitektur metafora sehingga dapat menunjang ekspresi bangunan dan dapat mewadahi semua kegiatan yang berhubungan dengan sepakbola, terutama pembelajaran sepakbola secara proporsional.

Kata Kunci: Pusat Pelatihan Sepak Bola, Sepak Bola, Surakarta, Arsitektur Metafora

FOOTBALL TRAINING CENTERS IN SURAKARTA With Metaphor Architecture Approach Septyan Riesky Hermawan Architecture Studies Program Department of Architecture, Faculty of Engineering Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

Football is now the most popular sport in the world. Among the countries in the world, in Indonesia football is the most popular sport and Surakarta is one of the cities with a high bigotry towards sport of soccer. In development now football is not just a sport for a healthy body, but it has become entertaining sport that can be enjoyed and performed by anyone. In addition, football has now led to a competitive game that requires a victory and achievement. Training facilities are used to shape the character of the player that will be able to perform and to improve the quality of a professional football club. So the existence of a Football Training Centre in Surakarta is essential. It is closely related to the development and training of a professional football club. Football training facility in Surakarta representative and complete a one benchmark and makeup professionalism and progress of a football club.

Planning Football Training Center in Surakarta uses the metaphor of architectural design. By applying the elements of football that later transformed into the shape of the building in accordance with the spirit of sport dynamic, spontaneous and sporty design emphasizing form and monetary affairs free, flowing and avoid planning norms tend to be rigid and binding. The metaphor is a metaphor used a combination which is a mix between abstract and concrete metaphor. Football Training Center in Surakarta is expected to reflect the function of the building housed as a football training metaphorical approach to the architecture that can support the expression of the building and can accommodate all the activities related to football, especially football lesson in proportion.

Key Words: Football Training Centre, Football, Surakarta, Architectural Metaphor

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul Pusat Pelatihan Sepak Bola Di Surakarta

Dengan Pendekataan Arsitektur Metafora

1.2 Pengertian Judul

Pusat : Pokok pangkal atau kumpulan atau himpunan dari suatu urusan, hal, dan sebagainya. Yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tempat yang menjadi kumpulan dari berbagai kegiatan berlaih sepak bola. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit: Pusat Bahasa, 2009).

Pelatihan : Pelatihan dapat diartikan sebagai suatu usaha memberikan pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan. Dalam hal ini adalah kecakapan bermain sepak bola. (Ibid, hal 570).

Sepak Bola: Salah satu cabang olahraga yang dimainkan di luar ruangan dan dimainkan oleh dua kelompok / team yang berlawanan yang disebut kesebelasan. Kesebelasan yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan dalam waktu yang telah ditentukan dianggap sebagai pemenang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit: Pusat Bahasa, 2009).

Surakarta: Salah satu kota di Indonesia yang terletak di propinsi Jawa Tengah; merupakan salah satu penyelenggara even olahraga khususnya sepakbola tingkat nasional dan internasional. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit: Pusat Bahasa, 2009).

Arsitektur Metafora: kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai bangunan. (Charles Jenks, The language of post modern Architecture).

Pusat Pelatihan Sepak Bola di Surakarta merupakan suatu area yang mewadahi berbagai kegiatan pembelajaran, pelatihan, pendidikan, pembinaan, dan penelitian tentang olahraga sepakbola yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, dengan menerapkan pendekatan arsitektur metafora yang bertujuan meningkatkan kemahiran dan keterampilan bermain Pusat Pelatihan Sepak Bola di Surakarta merupakan suatu area yang mewadahi berbagai kegiatan pembelajaran, pelatihan, pendidikan, pembinaan, dan penelitian tentang olahraga sepakbola yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, dengan menerapkan pendekatan arsitektur metafora yang bertujuan meningkatkan kemahiran dan keterampilan bermain

1.3 Latar Belakang

1.3.1 Sejarah Perkembangan Sepak Bola Dunia

Beberapa dokumen mengatakan sepak bola berasal dari masa Romawi, namun ada juga yang menyatakan bahwa sepak bola berasal dari daratan Cina. FIFA sendiri sebagai badan sepak bola dunia menyatakan bahwa sepak bola berawal dari permainan yang dilakukan oleh masyarakat Cina pada abad ke-2 hingga ke-3 sebelum Masehi. Olah raga ini dikenal dengan nama “cuju“. Sepak bola modern yang kita

kenal sekarang diakui oleh berbagai pihak berasal dari Inggris. Sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya. Pada tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di dunia, dengan nama Sheffield Football Club. Klub sepak bola ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah yang memainkan permainan sepak bola. Pada saat yang sama, tepatnya tahun 1863, berdiri badan asosiasi sepak bola di Inggris, dengan nama Football Association (FA). Pada saat itu badan inilah yang mengeluarkan peraturan dasar permainan sepak bola.

Pada tahun 1886 terbentuk badan yang mengeluarkan peraturan sepak bola modern di dunia, dengan nama International Football Association Board (IFAB). IFAB terbentuk setelah adanya pertemuan antara FA dengan Scottish Football Association, Football Association of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris. Hingga saat ini IFAB adalah badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada permainan sepak bola, mulai dari peraturan dasar hingga peraturan yang menyangku teknik permainan serta perpindahan pemain. Tidak adanya badan yang mengatur permainan sepak bola di dunia internasional membuat perkembangan olah raga ini agak terhambat. Disadari oleh para pelaku sepak bola bahwa penting untuk membentuk sebuah organisasi yang membawahi dan mengatur permainan sepak bola secara global.

Karena itu pada tanggal 21 Mei 1904 dibentuk sebuah badan sepak bola internasional di Perancis dengan nama Fédération Internatinale de Football Association (FIFA). Meskipun tebentuk di Perancis, namun kantor pusat dari FIFA terdapat di Zurich, Swiss. Sedangkan presiden pertama FIFA adalah Robert Guérin.

Sejak FIFA terbentuk, perkembangan sepak bola di dunia pun semakin pesat. Hal ini karena salah satu tugas utama dari FIFA adalah melakukan promosi dan sosialisasi tentang sepak bola ke berbagai belahan dunia. Perkembangan sepak bola yang pesat di dunia ini dapat dilihat dari banyaknya negara yang masuk menjadi anggota FIFA. Hingga saat ini sudah lebih dari 200 negara yang masuk menjadi anggota FIFA. Banyak orang menyangka sepak bola lahir di Inggris. Ternyata sepak bola yang dimaksud itu sepak bola modern, namun sebelum itu termyata sepak bola telah ditemukan sejak 3000 tahun yang lalu di berbagai pelosok dunia dalam bentuk yang berbeda-beda. Bola pernah ditemukan bukti-buktinya sebagai permainan para prajurit China sekitar abad ke 2-3 zaman pemerintahan Dinasty Han. Belakangan ditemukan juga bukti keberadaan sepak bola di Kyoto, Jepang.

Di Indonesia, sepak bola pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda, perkembangannya pun menjadikan sepak bola menjadi sebuah kelompok bergengsi pada awal abad 19. ( www.fifa.com/classicfootball/history ).

1.3.2 Perkembangan Sepak Bola Di Indonesia

Tim nasional sepak bola Indonesia pernah memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Ironisnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia (selain bulu tangkis), namun Indonesia tidaklah termasuk jajaran tim-tim kuat di Konfederasi Sepakbola Asia.

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim

Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, Vietnam. (www.wikipedia.com).

1.3.3 Permasalahan Sepak Bola Di Indonesia

Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah populasi sekitar 220 juta. Dengan jumlah penduduk yang demikian besar itu, tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi sepak bola nasional baik di tingkat ASEAN ataupun tingkat dunia.

Namun harapan itu, untuk saat ini masih sulit untuk diwujudkan. Mari kita lihat prestasi tim nasional sepak bola kita beberapa tahun terakhir. Pada saat Piala Asia tahun 2007 digelar di kawasan ASEAN dan Indonesia sebagai salah satu tuan rumah bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam banyak harapan dari seluruh rakyat Indonesia untuk tim nasional agar mampu berprestasi di turnamen tertinggi sepak bola kawasan Asia.

Harapan itu seakan menjadi kenyataan ketika Timnas kita berhasil mengalahkan Bahrain, namun menghadapi Arab Saudi dan Korea Selatan Timnas kita tidak berdaya walaupun sempat memberikan perlawanan sengit. Derita tim nasional kita seakan tidak habis-habisnya, puncaknya ketika SEA GAMES Laos akhir Desember tahun 2009. Untuk pertama kali nya sepanjang sejarah, timnas sepakbola U-23 kita dikalahkan oleh Laos, dan berakibat tidak lolosnya Timnas U-23 dari babak penyisihan grup.

Serangkaian prestasi memalukan tersebut tidak lepas dari buruknya kinerja para petinggi PSSI dalam mengelola sepakbola nasional. Dimulai dari kasus hukum yang menimpa ketua umum PSSI, kualitas Liga domestik yang buruk, ditandai dengan seringnya terjadi kerusuhan antar suporter, mafia wasit, dan banyaknya kuota pemain

Ditambah dengan kurang adanya pembinaan atlet muda berbakat secara berkesinambungan serta faktor non teknis lain seperti fasilitas pendukung atau kualitas lapangan sepakbola di Indonesia yang masih jauh dari standar resmi FIFA. ( www.wikipedia.com )

Akibatnya para pemain lokal yang sebenarnya memiliki potensi untuk berkembang, tidak mendapat kesempatan. Selain itu minimnya melakukan pertandingan persahabatan dengan negara-negara yang memiliki kualitas sepakbola yang lebih baik ditengarai sebagai salah satu sebab merosotnya prestasi timnas. ketidaktegasan sanksi yang diberikan kepada pelaku-pelaku kerusuhan antar suporter sepakbola dan mafia wasit semakin membuat suram masa depan sepakbola kita.

Pada kenyataannya sampai saat ini Indonesia masih kurang sarana dan fasilitas pembinaan dan pelatihan yang memadai dan memenuhi standar internasional. Pada prinsipnya proses pembinaan sepakbola yang kompetitif tidak mungkin terselenggara tanpa didukung sarana pengembangan terpadu yang representatif.

Salah satu penyebab utama menurunnya prestasi sepakbola nasional adalah kurang lancarnya proses pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkecimpung di dunia sepakbola nasional. Imbasnya pembinaan pemain muda terganggu akibat minimnya sarana dan fasilitas untuk berlatih. Dampak selanjutnya adalah tersendatnya regenerasi pemain karena para pemain muda kurang memiliki kesiapan, kemampuan dan pengalaman untuk menggantikan para pemain senior yang prestasinya mulai menurun.

Sarana Pelatihan Sepakbola, untuk pembelajaran teoritis dan praktis, secara khusus belum ada di Indonesia. Selama ini pengembangan pemain sepakbola hanya berupa pembelajaran praktis saja, bukan dalam studi yang terpadu. Diklat-diklat (pendidikan dan latihan) yang sudah ada seperti Diklat Ragunan, Diklat Salatiga, Diklat Sawangan, Diklat Mandau dsb yang belum menyentuh area pembelajaran teoritis sepakbola (bisa berupa studi literatur, diskusi, seminar, penelitian dan pengembangan dll). Pusat Studi ini dibutuhkan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pembinaan sepakbola nasional.

Tempat seperti ini sudah lazim di Eropa, yang merupakan pusat perkembangan sepakbola dunia, sebagai sarana pembentukan bibit-bibit pemain seperti sekolah sepakbola manchester united (manchester,inggris), Milanello (milan,italy) dan akademi sepakbola ajax (belanda), dll.

1.3.4 Potensi Sepak Bola Di Surakarta

Surakarta, seperti halnya beberapa kota besar lainnya di Indonesia seperti Malang, Makassar, Surabaya dan Bandung, memiliki potensi sangat besar dalam perkembangan sepakbola. Masyarakatnya mempunyai antusiasme yang luar biasa pada olahraga ini. Menjamurnya Sekolah Sepak Bola (SSB), dan maraknya even-even sepakbola yang berlangsung tiap tahunnya, dari level kompetisi resmi PSSI sampai ke tingkatan tarkam (antar kampung), merupakan indikator paling mudah yang bisa dijadikan pegangan. Yang juga tidak bisa diabaikan adalah keberadaan Pasoepati (Pasukan Suporter Solo Sejati) yang bisa disebut merupakan konsentrasi massa terbesar sebagai bukti nyata mengakarnya fanatisme sepakbola di kota Bengawan ini.

Di sisi lain, ironisnya segala potensi ini tidak diiringi dengan kemudahan- kemudahan dalam mengakses fasilitas yang berkaitan dengan sepakbola. Fasilitas yang ada kurang representatif untuk mewadahi semua kebutuhan para penggemar sepakbola. Penggemar yang saya maksud adalah mereka yang ingin mendapatkan kesempatan berlatih dan mengembangkan kemampuan bermain sepakbola serta yang hanya sekedar ingin beraktualisasi dengan dunia sepakbola misalnya mencari atau bertukar informasi tentang perkembangan sepakbola terkini. Dua kategori penggemar inilah yang akan menjadi “user target” dari desain yang saya buat. Di Surakarta terdapat banyak lokasi pembinaan sepakbola (SSB) yang tersebar di beberapa tempat tapi belum ada satu yang menjadi pusat orientasi dan referensi yang bisa menyatukan visi, mengontrol sekaligus menjadi barometer pengembangan sepakbola (untuk pemain muda). Selain itu juga tidak terdapat semacam community center yang bisa menjadi tempat kajian referensional atau menjadi spot untuk berkumpul (communal space ) diantara fans sepakbola. Kesemuanya itu ingin saya wadahi ke dalam suatu

Pusat Pelatihan Sepakbola yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat di Surakarta dan sekitarnya bila perlu.

Pemilihan Surakarta sebagai lokasi sebuah Pusat Pelatihan Sepakbola bukan tanpa dasar. PSSI sebagai organisasi berwenang dalam mengurusi masalah pembinaan nasional, telah jauh hari menetapkan Surakarta sebagai salah satu alternatif lokasi pusat pelatihan sepakbola yang rencananya akan dibangun di beberapa tempat di tanah air.

Dewasa ini perkembangan di kota ini, yang menampung remaja-remaja peminat sepakbola yang jumlahnya kian bertambah tiap tahunnya. Keinginan dan mimpi pemain-pemain sepakbola di kota Solo (Surakarta) semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan makin menjamurnya klub-klub (amatir) dan sekolah sepakbola (SSB) yang ada muda ini untuk menjadi pesepakbola profesional di masa datang boleh jadi menjadi sumber motivasi terbesar mereka masuk ke klub-klub yang ada di Surakarta.

Dengan terfasilitasinya sarana-sarana sepakbola yang dibutuhkan oleh masyarakat kota Solo (Surakarta), diharapkan hal ini akan memacu prestasi dari para pemain sehingga tercipta pemain-pemain yang mampu berprestasi baik di level nasional maupun internasional.

Pembangunan suatu Pusat Pelatihan Sepakbola merupakan hal yang perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas persepakbolaan di Surakarta pada masa yang akan datang. Eksistensi sepakbola sebagai olahraga yang paling diminati dan sekaligus paling berprospek, sebagai konsekuensi logis yang perlu terus dijaga dan dikembangkan.

1.3.5 Arsitektural Bangunan Pusat Pelatihan Sepak Bola

Di dalam Arsitektur, ekspresi suatu desain dapat langsung terlihat pada wujud fisiknya. Ekspresi ini menjadi semacam media komunikasi untuk memperlihatkan apa fungsi bangunan tersebut, bagaimana fasadenya, sebesar apa dimensinya dan berbagai pernyataan lainnya yang muncul dalam benak seseorang yang melihat bangunan tersebut. Sehingga representasi visual bangunan merupakan salah satu faktor penting yang dapat memberikan statement tentang tema yang ingin disampaikan bangunan itu

Arsitektur sebagai instrumen komunikasi harus dapat menyampaikan makna yang terkandung didalamnya. Arsitektur bukan hanya sekedar bangunan mati yang tidak memiliki jiwa, namun arsitrektur adalah sebuah bentuk bahasa, sehingga merupakan bagian dari komunikasi. Makna primer dari arsitektur adalah bangunan sebagai wujud fungsi dan struktur fisik, makna sekunder akan melewati dan menekankan pada bagian-bagian yang berkaitan dengan pengirim, penerima dan kode yang merupakan suatu sistem sehingga sebuah pesan dapat dimengerti.

Dalam kaitannya sebagai media komunikasi, ekspresi tidak lepas dari peran bentuk. Bentuk sendiri merupakan unit yang mempunyai unsur garis, lapisan, volume, tekstur dan warna. Kombinasi dari keseluruhan unsur tersebut dan juga setelah diselaraskan dengan skala, irama, dan proporsi akan menghasilkan suatu ekspresi serta memunculkan citra (image) pada bangunan.

Dari segi arsitektural, bangunan dari pusat pelatihan sepakbola yang ada belum mencerminkan fungsi yang diwadahi sebagai suatu bangunan pelatihan sepakbola. Dengan tidak adanya sarana olahraga yang rekreatif maka para pemain bisa jadi akan merasa jenuh jika harus tinggal dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan suatu rancangan bangunan pusat pelatihan sepakbola yang bisa mencerminkan fungsi yang diwadahi sebagai bangunan pelatihan sepakbola dengan pendekatan pada arsitektur metafora sehingga dapat menunjang ekspresi bangunan dan dapat mewadahi semua kegiatan yang berhubungan dengan sepakbola, terutama pembelajaran sepakbola secara proporsional.

Dengan melihat latar belakang di atas, maka sangat mungkin di Surakarta dibangun suatu wadah berupa Pusat Pelatihan Sepakbola yang mampu menjawab berbagai potensi dan kendala yang ada dengan melihat prospek ke depan bagi perkembangan sepakbola di Surakarta sendiri khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Sesuai dengan spirit olahraga yang dinamis, spontan dan sportif maka Pusat Pelatihan Sepakbola ini didesain dengan menekankan perancangan bentuk dan peruangan yang bebas, mengalir dan menghindari norma-norma perencanaan yang cenderung kaku dan mengikat. Dari sinilah kemudian saya memilih tema pendekatan Sesuai dengan spirit olahraga yang dinamis, spontan dan sportif maka Pusat Pelatihan Sepakbola ini didesain dengan menekankan perancangan bentuk dan peruangan yang bebas, mengalir dan menghindari norma-norma perencanaan yang cenderung kaku dan mengikat. Dari sinilah kemudian saya memilih tema pendekatan

Bertolak dari pemikiran tersebut saya menyusun sebuah konsep perencanaan yang di dalamnya tertuang ide-ide, gagasan-gagasan hasil kontemplasi yang dijadikan dasar untuk mendesain suatu Pusat Pelatihan Sepakbola dengan penekanan pada Arsitektur Metafora yang mampu mengakomodasikan semua angan-angan mengenai pembinaan dan pengembangan sepakbola khususnya di Surakarta dan Indonesia pada umumnya.

1.4 Permasalahan Dan Persoalan

1.4.1 Permasalahan

1. Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan sebuah Pusat Pelatihan Sepak Bola di Surakarta yang menerapkan unsur-unsur arsitektur metafora kedalam suatu bangunan yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang berlangsung sehingga dapat melahirkan pemain sepak bola berbakat dan berprestasi?

2. Bagaimana wujud fisik Pusat Pelatihan Sepakbola dengan pendekatan arsitektur metafora sehingga mampu menunjang ekspresi bangunan?

1.4.2 Persoalan

1. Bagaimana konsep pemilihan lokasi dari Pusat Pelatihan Sepakbola yang direncanakan?

2. Bagaimana konsep pengolahan tapak dari Pusat Pelatihan Sepak Bola yang direncanakan?

3. Bagaimana konsep peruangan dan pola sirkulasi yang direncanakan?

4. Bagaimana konsep tampilan dan gubahan massa yang direncanakan?

5. Bagaimana konsep desain tata ruang dalam dan luar yang direncanakan?

6. Bagaimana konsep sistem struktur dan utilitas yang akan digunakan pada Pusat Pelatihan Sepak Bola yang direncanakan?

7. Bagaimana menampilkan desain yang menerapkan arsitektur metafora pada Pusat Pelatihan Sepak Bola yang direncanakan?

1.5 Tujuan Dan Sasaran

1.5.1 Tujuan

 Merancang konsep suatu Pusat Pelatihan Sepak Bola yang berfungsi sebagai pusat pelatihan, pendidikan, pembinaan, dan penelitian tentang sepak bola dengan menerapkan pendekatan arsitektur metafora sehingga dapat menunjang ekspresi bangunan yang mewadahi fasilitas dan sarana- sarana pendidikan dan pelatihan yang dapat digunakan oleh para pemain sepakbola sebagai sarana untuk menempa kualitas, kemampuan dan keahlian bermain sepakbola dengan harapan meningkatkan prestasi pemain dan kualitas persepakbolaan lokal.

1.5.2 Sasaran

Menentukan konsep perancangan fisik bangunan Pusat Pelatihan Sepak Bola yang mampu menjawab permasalahan-permasalahan di atas dengan tujuan:

1. Terciptanya suatu bangunan pusat pelatihan sepakbola yang mengajarkan segala teknik dan keterampilan bermain sepakbola secara profesional yang sesuai kurikulum pendidikan sepakbola lengkap dengan sarana dan prasarananya.

2. Terciptanya suatu pusat pelatihan sepakbola yang mampu memenuhi seluruh konsep perencanaan yang ditentukan sebelumnya yang meliputi konsep kegiatan, peruangan, penataan sirkulasi, tampilan bangunan, pemilihan dan pengolahan site serta sistem struktur dan utilitas bangunannya.

3. Terciptanya sebuah fasilitas lapangan pelatihan, ruang pendidikan dan fasilitas penelitian tentang sepakbola yang baik dan berstandar internasional bagi para pemain maupun pihak penyewa yang akan memanfaatkan sarana dan prasarananya.

4. Terciptanya suatu wadah yang menjadi tempat pencarian bakat dan pengembangan potensi dalam bidang sepakbola, sehingga dapat memunculkan pemain sepak bola muda yang berbakat dan berprestasi.

1.6 Lingkup Dan Batasan Pembahasan

1.6.1 Lingkup Pembahasan

1. Pembahasan mengarah pada Pusat Pelatihan Sepak Bola serta fasilitas-fasilitas pendukung bangunan.

2. Pembahasan mengacu pada sasaran yang berupa tinjauan serta analisa yang akhirnya akan menghasilkan konsep berupa penyelesaian masalah.

3. Pembahasan menitik-beratkan pada hal-hal dan masalah di sekitar disiplin ilmu arsitektur serta hal-hal lain yang berpengaruh terhadap perencanaan dan perancangan Pusat Pelatihan Sepak Bola.

4. Hal-hal di luar disiplin ilmu arsitektur dalam perencanaan bangunan akan menjadi pertimbangan awal untuk memahami kondisi dan kebutuhan yang selanjutnya menjadi pertimbangan dalam proses perencanaan.

1.6.2 Batasan Pembahasan

 Dalam pembahasan ini ditekankan pada permasalahan dan persoalan yang ada, serta diarahkan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, sehingga

dapat dipakai sebagai masukan terhadap konsep perencanaan dan perancangan Pusat Pelatihan Sepak Bola dengan pendekatan arsitektur metafora.

1.7 Metoda Pembahasan

Dibagi atas beberapa tahap, antara lain:

1. Pengumpulan data

a. Studi observasi Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan, yaitu penulis tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan yang berlangsung. Tetapi hanya mengamati dan mencatat segala sesuatu yang behubungan dengan pusat pelatihan sepak bola.

b. Wawancara Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kelengkapan data.

c. Dokumentasi Berupa foto-foto atau rekaman dari obyek yang menjadi tujuan studi observasi guna menambah kelengkapan data dan memudahkan penjelasan obyek.

d. Studi literature Melakukan pengumpulan data dari berbagai buku, tugas akhir, dan website yang berhubungan dengan sepak bola dan pusat pelatihan sepak bola.

2. Pendekatan Konsep

a. Analisis: merupaka nmetode penguraian dan pengkajian dari data-data informasi dan pengalaman empiris yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perencanaan dan perancangan.

b. Sintesa: merupakan tahap penggabungan dari data sumber yang didapatkan di lapangan, literatur, pengalaman empiris yang telah dikaji pada tahap analisis dan kemudian diolah menjadi konsep perencanaan dan perancangan.

3. Pendekatan Rancangan Merupakan kesimpulan dari proses sintesa yang akan diterjemahkan ke dalam konsep desain berupa gambar rancangan.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I

PENDAHULUAN Memberi penjelasan mengenai judul, pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN Berupa tinjauan pustaka, tinjauan lokasi dan tinjauan preseden. Menyusun teori-teori yang diperoleh baik dari studi observasi, studi literatur, maupun wawancara yang nantinya akan menjadi bahan untuk membuat analisa guna memecahkan permasalahan dan dirangkum menjadi sebuah kesimpulan tinjauan.

BAB III PUSAT PELATIHAN SEPAK BOLA DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN Memberikan gambaran mengenai Pusat Pelatihan Sepak Bola Di Surakarta yang akan direncanakan.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membuat analisa-analisa dan alternatif penyelesaian permasalahan perencanaan dan perancangan Pusat Pelatihan Sepak Bola Di Surakarta.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Menyusun konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir untuk Pusat Pelatihan Sepak Bola Di Surakarta.

BAB II TINJAUAN

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Olahraga/Sport

2.1.1.1 Pengertian Olahraga

Sport dalam bahasa indonesia akan memiliki pengertian olahraga, dan merupakan kata yang terdiri dari dua frase yaitu olah dan raga.  Olah mempunyai arti (mengerjakan,mengusahakan) sesuatu (barang)

supaya menjasi lain atau menjadi sempurna.  Raga mempunyai arti badan atau tubuh. Sehingga olahraga (sport) dapat berarti mengusahakan badan supaya menjadi sempurna dalam pengertian menjadi sehat dan kuat. Demikian sehingga olahraga sering disebut juga sebagai sport. (Arismunandar, Manusia dan Olahraga, 1987)

Terdapat pula beberapa pengertian Sport/Olahraga, yaitu :  C.A. Bucher (1985) menyatakan bahwa Olahraga dapat dikatakan sebagai

cerminan ungkapan rasa olah tubuh yang timbul secara alami pada tiap individu manusia, dari keberadaan rasa keinginan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan secara fisik dan psikologis, serta untuk lebih mengekspresikan diri. (C.A Bucher, The physical educating and sport, 1985)

 Pengertian olah raga adalah gerak badan untuk menyehatkan dan menguatkan tubuh Adapun maksud dari menyehatkan dan menguatkan di

sini adalah bahwa tujuan akhir dari olah raga adalah agar didapatkan tubuh yang sehat dan kuat sehingga terhindar dari penyakit. (Depdikbud, 1996)

2.1.1.2 Konsep Dasar Olahraga

Arismunandar (1987) menyatakan terdapat beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan olahraga, yaitu :

1. Bermain (Play)

Johan Huisiniaga (1950) mengatakan bahwa bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan manusia. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar,sukarela tanpa paksaan dan tidak sungguhan dalam kurun waktu,tempat dan ikatan aturan. Dengan ciri tersebut,bermain dapat mendorong terjadinya pertumbuhan kelompok sosial,karena bukan dilakukan secara sendirian tetapi dalam suasana kelompok.

2. Pendidikan Jasmani

Yaitu kegiatan pendidikan yang memiliki tujuan untuk membentuk gerak, prestasi, sosial dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

3. Rekreasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang, menghilangkan kepenatan atas rutinitas yang dilakukan sehari-hari, dorongan yang dilakukan oleh kelompok tertentu, bersantai (leisure) dan mendapatkan kesenangan walaupun kadang dalam rekreasi kadang terdapat ketegangan dan aktivitas jasmani yang cukup melelahkan.

4. Olahraga ( Sport )

Olahraga merupakan perluasan dari bermain. Tiga ciri pokok dalam olahraga yaitu penekanan pada kemenangan,pengutamaan pada teknik dan ketrampilan yang baik serta adanya penonton. Matveyef (1981) mengatakan bahwa olahraga merupakan suatu kegiatan energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya dan kemauannya semaksimal mungkin.

Loy (1986) mengemukakan bahwa olahraga memerlukan peragaan ketangkasan fisik yang terungkap dalam ketrampilan, kesegaran jasmani atau kombinasi kedua hal itu. Berdasarkan penekanan pada tujuannya, olahraga (sport) dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Olahraga prestasi yang mengutamakan pada prestasi dan kemenangan, atau keunggulan dalam pertandingan.

2) Olahraga pendidikan (menekankan pada tujuan pendidikan).

3) Olahraga profesional, yaitu pencapaian tujuan yang bersifat profesional

4) Olahraga amatir,awal dari munculnya olahraga profesional yang dilakukan karena hobby.

5) Olahraga kesehatan, bertujuan untuk mencapai derajad sehat yang lebih baik.

6) Olahraga rekreasi, yang muncul sebagai akibat budaya dan gaya hidup remaja yang tujuannya untuk bersenang-senang dan lebih kearah gengsi agar tidak disebut ketinggalan jaman.

2.1.1.3 Sifat Dan Karakter Olahraga

Sifat dan karakter masing-masing cabang olahraga berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beragam maksud dan tujuandari tiap-tiap cabang olahraga. Sehingga selain bertujuan untuk menyehatkan tubuh, olahraga pun ada yang bersifat hiburan, seperti billiard dan bowling. Ataupun juga yang bersifat kompetitif untuk meningkatkan prestasi, seperti Sepakbola, basket, bulutangkis, renang, dll. Adapun sifat-sifat olahraga secara umum menurut Arismunandar, Manusia dan Olahraga, 1987 adalah:

1. Sifat Olahraga

1) Menyehatkan dan menguatkan tubuh.

2) Terdiri dari berbagai macam gerakan yang berbeda-beda yang

membentuk suatu kesatuan yang dinamis.

3) Gerakannya mempunyai ritme, pola tertentu dan berestetika.

4) Pola gerakan yang dibentuk selalu seimbang.

5) Terkadang gerakannya menitik beratkan pada salah satu bagian tubuh tertentu.

6) Mempunyai aktivitas gerakan yang tinggi

7) Menarik untuk dilihat dan menggugah perasaaan.

2. Karakteristik Olahraga

C.A. Bucher (1985) menyatakan ada beberapa karakteristik olahraga,

yaitu:

1) Beraktivitas.

Olahraga memiliki ragam aktivitas olah tubuh. Bentuknya bisa bermacam-macam seperti aktivitas fisik, psikis, sosial maupun emosiaonal.

2) Sukarela dan Universal.

Olahraga dapat dilakukan siapapun dengan bebas tanpa ada rasa paksaan. Bebas disini diinterprestasikan sebagai kebebasan berekspresi, berkreasi, dan pencarian jati diri.

3) Adanya Motivasi.

Olahraga dilakukan karena terdorong oleh berbagai motivasi, terkhususnya untuk mencapai sehat secara fisik dan psikis. Dengan adanya motivasi, orang dapat secara aktif berolahraga.

4) Fleksibel.

Olahraga tidak terikat oleh sesuatu tempat dan waktu. Olahraga dapat dilakukan dimana saja dan kapan pun.

5) Adanya Achievment.

Bila dilakukan secara teratur dan bersungguh-sungguh, dari olahraga dapat digali nilai-nilai potensi prestasi yang dapat berupa :

a. Physical Achievement

Pertumbuhan fisik yang baik, kesegaran jasmani, rehabilitasi, pengembangan skill, rileksasi, dan pengurangan ketegangan.

b. Mental Achievement

Aspek ini tidak terukur namun hasilnya dapat dirasakan. Ketenangan, kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan .

c. Sociality Achievement

Nilai positif yang dapat dikembangkan dalam aspek ini seperti keakraban, kesetiakawanan, dan kebersamaan.

d. Emotional Achievement

Olahraga berpotensi menyelaraskan ekspresi diri, dan kepercayaan diri.

e. Intellectual Achievement

Berpotensi untuk mmecahkan masalah, menemukan cara memenangi suatu tantangan.

f. Spirituality Achievement

Beberapa olahraga spiritual seperti olahraga pernafasan yoga dan meditasi sering disebut sebagai ibadah ritual suatu agama (Khonghucu dan Hindu).

2.1.1.4 Fasilitas Olahraga

Fasilitas Olahraga adalah fasilitas dari semua sarana olahraga dan pendukung, yang meliputi antara lain fasilitas latihan, fasilitas pertandingan, fasilitas penginapan, sekretariat klub dan sebagainya. Fasilitas latihan dan Fasilitas Olahraga adalah fasilitas dari semua sarana olahraga dan pendukung, yang meliputi antara lain fasilitas latihan, fasilitas pertandingan, fasilitas penginapan, sekretariat klub dan sebagainya. Fasilitas latihan dan

 Fasilitas outdoor yaitu fasilitas untuk latihan dan pertandingan yang

berada di ruang terbuka atau luar ruangan.  Fasilitas indoor yaitu fasilitas untuk latihan dan pertandingan yang berada di dalam ruangan. Kegiatan olahraga, outdoor maupun indoor, idealnya diwadahi dalam 1 fasilitas yang berada dalam 1 area dengan penyediaan peralatan serta berbagai fasilitas pendukung di dalamnya. Suatu pusat olahraga dapat terdiri dari berbagai cabang olahraga, ataupun hanya satu cabang saja sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dan kondisi lingkungan setempat.

2.1.2 Sepak Bola

2.1.2.1 Pengertian Sepak Bola

Sepak Bola: Salah satu cabang olahraga yang dimainkan di luar ruangan dan dimainkan oleh dua kelompok/team yang berlawanan yang disebut kesebelasan. Kesebelasan yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan dalam waktu yang telah ditentukan dianggap sebagai pemenang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit: Pusat Bahasa, 2009)

2.1.2.2 Elemen-Elemen Sepak Bola

1. Lapangan Sepakbola Adapun ukuran lapangan standar sepakbola yang telah ditetapkan oleh FIFA, yaitu :

1) Ukuran

: 105m x 68m.

2) Daerah penalti

: 40,32m x 16,5m.

3) Jari-jari lingkaran tgh

: 9,15m.

4) Titik tendangan pinalti

:11m dari gawang.

5) Gawang

: lebar 7,32m x tinggi 2,44m.

6) Permukaan daerah pelemparan harus halus, rata, dan tak abrasif.

Gambar 2.1: Lapangan Sepak Bola Standar FIFA.

2. Bola dan Perlengkapan Permainan Sepak Bola. Adapun ukuran bola menurut situs resmi FIFA adalah sebagai berikut :

: 410- 450 gram

3) Lambungan

: maks. 10m pada pantulan pertama

4) Bahan

: karet / karet sintetis (buatan) Perlengkapan permainan sepakbola antara lain sebagai berikut :

1) Kaos bernomor (sejak 1954)

2) Celana pendek.

3) Kaos kaki.

4) Pelindung tulang kering pada kaki.

5) Alas kaki bersolkan karet .

Gambar 2.2: Bola Resmi Event Piala Dunia dan Bola Jabulani PD 2010 Afrika Selatan.

3. Tim, Wasit dan Offisial Pertandingan.

1) Tim

Setiap tim maksimal memiliki sebelas pemain, salah satunya haruslah penjaga gawang. Kadang-kadang ada peraturan kejuaraan yang mengharuskan jumlah minimum pemain dalam sebuah tim (minimum delapan). Sang penjaga gawang diperbolehkan untuk mengambil bola dengan tangan atau lengannya di dalam kotak penalti di depan gawangnya.

Pemain lainnya dalam kedua tim dilarang untuk memegang bola dengan tangan atau lengan mereka ketika bola masih dalam permainan, namun boleh menggunakan bagian tubuh lainnya. Pengecualian terhadap peraturan ini berlaku ketika bola ditendang keluar melewati garis dan lemparan dalam dilakukan untuk mengembalikan bola ke dalam permainan.

Sejumlah pemain (jumlahnya berbeda tergantung liga dan negara) dapat digantikan oleh pemain cadangan pada masa permainan. Alasan umum digantikannya seorang pemain termasuk cedera, keletihan, kekurang efektifan, perubahan taktik, atau untuk membuang sedikit waktu pada akhir sebuah pertandingan. Dalam pertandingan standar, pemain yang telah diganti tidak boleh kembali bermain dalam pertandingan tersebut.

2) Wasit dan Offisal Pertandingan.

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai peraturan permainan dalam suatu pertandingan yang telah diutuskan kepadanya

dan

keputusan-keputusan

pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Wasit menggunakan peluit sebagai tanda suatu keadaan seperti pelanggaran, offside, gol dan menunjukan waktu pertandingan dimulai atau selesai.

Sang wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit (penjaga garis). Dalam banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.

4. Lama Permainan, Perpanjangan Waktu dan Adu Penalti.

1) Lama permainan

Sepak bola normal adalah 2×45 menit, ditambah istirahat selama

15 menit (kadang-kadang 10 menit). Jika kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, hingga didapat pemenang, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti.

2) Perpanjangan Waktu dan Adu Penalti.

Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamanya yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala pertandingan berakhir imbang: dua babak yang masing-masing sepanjang 15 menit dimainkan.