Pertimbangan maslahahh dan mafsadah keluarga menurut madzhab Hnaafi dan madzhab Syafii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PERTIMBANGAN MASLAHAH DAN MAFSADAH
KELUARGA BERENCANA MENURUT MADZHAB HANAFI DAN
MADZHAB SYAFI’I, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Mei
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada juurusan Ahwal al-Syakhshiyah Program Studi Peradilan
Agama.
Jakarta, 14 Juni 2010
Mengesahkan
Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.
NIP. 1955 0505 1982 03 10 12
PANITIA SIDANG MUNAQASYAH
1. Ketua

: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA
NIP. 195003061976031001

(…………………..)


2. Sekretaris

: Kamarusdiana, M.Ag., M.H
NIP. 197202241998031

(….…………..……)

3. Pembimbing :Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM (……..…….)
NIP. 1955 0505 1982 03 10 12
4. Penguji I

: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA
NIP. 195003061976031001

(.…..………………)

5. Penguji II

: Hotnidah Nasution, S.Ag., M.A

NIP. 197106301997032

(….…………..……)

PERTIMBANGAN MASLAHAH DAN MAFSADAH
KELUARGA BERENCANA
MENURUT MADZHAB HANAFI DAN MADZHAB SYAFI’I
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:
IMAMUL HAFIDIN
NIM : 105044101410

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

NIP: 195505051982031012

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SAYKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H / 2010 M

PERTIMBANGAN MASLAHAH DAN MAFSADAH
KELUARGA BERENCANA
MENURUT MADZHAB HANAFI DAN MADZHAB SYAFI’I
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Imamul Hafidin

NIM: 105044101410

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S 1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 14 Januari 2010

Imamul Hafidin

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr. Wb.
Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba selain puji dan
syukur kepada Allah Swt, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap
langkah-langkah kita di permukaan bumi ini. Tak lupa pula, shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhamad Saw, keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya,
hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PERTIMBANGAN


MASLAHAH

DAN

MAFSADAH

KELUARGA

BERENCANA MENURUT MADZHAB HANAFI DAN MADZHAB SYAFI‟I”
sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Islam di Fakultas
Syariah dan Hukum. Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak mengalami kesulitan
serta hambatan yang penulis alami dan berkat kesungguhan hati, kerja keras dan
motivasi serta bantuan dari para pihak, maka segala kesulitan tersebut memberikan
hikmah tersendiri bagi para penulis. Maka atas tersusunnya skripsi ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, petunjuk serta dukungan terutama kepada kedua

i

orang tua penulis yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya serta berharap

ananda dapat dapat menjadi anak yang mulia dan sukses dalam menempuh hidup di
dunia dan akhirat. “Semoga amal baik keduanya mendapat balasan yang setimpal
disisi Yang Maha Kuasa”. Amin.
Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi
ini, penulis secara khusus mempersembahkan ungkapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar dalam
memberikan arahan dan masukan yang amat bermanfaat kepada penulis hingga
selesainya skripsi ini, tiada kata yang pantas selain ucapan rasa terima kasih dan
do‟a semoga Allah Swt membalasnya.
2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag, MH.
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali penulis dengan
ilmu yang berharga. Dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya
yang sangat membantu penulis dalam memperoleh referensi-referensi untuk karya
ilmiah ini.


ii

4. Teristimewa buat Umi (Hj. Mu‟inah Khairayah) dan Aba (H.M. Usman Khatib)
tercinta yang selalu memberikan motifasi inspirasi hidup kepada saya, serta kedua
kakak (Isnani, Arif Rahman) dan kedua adikku (Imamatul Azimah, dan Achmad
Rifa‟i A‟idin) tercinta, Paman dan kedua Bibiku (Paklek Shaleh, Bulek Fatimah,
dan Bulek Aliyah) yang telah banyak membantu saya selama di Jakarta dalam
masa pendidikan saya, serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa,
dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga dalam menyelasaikan
skripsi ini.
5. Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan (Beni, Awang, Yusuf, Ayub,
kak Manan, Ghulam, Kvie, Leman) dan teman-teman kosan atas (Yeyen, Zeky,
Fitri, Arfah, Mega Neng Yayah, Sri Pujianti), terima kasih untuk semua canda,
tawa, kekonyolan dan yang terpenting adalah motivasinya.
6. Sahabat-sahabat IMM Cab. Ciputat yang senantiasa tidak lepas mengawasiku
masuk ke dalam pengabdianmu dan yang selalu memberikan arahan yang baik.
7. Sahabat-sahabat di Yayasan An-Nahdlah Pondok Petir Sawangan Depok
(Muhaimin, Saipul, Suyut, Fauzi, Ari, Mursyidi, Dayat, Asri, dll) karena kalianlah
saya mempunyai kesempatan tersenyum dan tertawa bahagia selama penyusunan
skripsi ini.


iii

Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang
diberikan mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah Swt, amin. Selain itu semoga
segala aktivitas yang kita kerjakan diberikan kemudahan dan menjadi nilai ibadah di
sisi-Nya. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Jakarta, 14 Januari 2010

Penulis

iv

MOTTO PENULIS

“Kebiasaan itu belum tentu benar, namun kebenaran itu haruslah
dibiasakan”
___oo00oo___

“Manusia yang kaya adalah manusia yang selalu merasa cukup
dan bersyukur, sebaliknya manusia yang berlimpah karunia
namun merasa kurang dan kikir akan rasa syukur adalah
kemiskinan yang sesungguhnya.”
___oo00oo___
“Ketika Allah ingin menaikkan derajat manusia, pastilah ujian
sebagai tiket berharga menuju sesuatu yang lebih baik, dan Allah
tidak akan memberi ujian diluar kemampuan manusia itu sendiri.”
___oo00oo___
“Kesempatan tak selalu datang dua kali maka gunakanlah
kesempatan itu sebaik-baiknya karena mungkin itu adalah
kesempatan terakhirmu”
___oo00oo___

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………...………………..…………….i
MOTTO PENULIS…………………………………………….……………..…….v

DAFTAR ISI………………………………………………………….……..…….vi
TRANSLITERASI……………………………………………………..……….…viii
BAB I

PENDAHULUAN………………………………….…..……….………….1
A. Latar Belakang Masalah……………..……………..…...…………….1
B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………….…………..….7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………..…..……….8
D. Tinjauan Pustaka…………………………………...………………....9

BAB II

E.

Metode Penelitian…………………………………..…..……………10

F.

Sistematika Penulisan..........................................................................11

TINJAUAN UMUM TENTANG KELUARGA BERENCANA...........13
A. Pengertian Pernikahan.........................................................................13
B. Kriteria Keluarga Sejahtera dalam Islam.............................................16
C. Pengertian Keluarga Berencana...........................................................18
D. Macam-Macam Alat Kontrasepsi........................................................24

vi

BAB III METODE ISTINBAT HUKUM IMAM HANAFI DAN IMAM
SYAFI’I…………………………………………………………………..33
A. Metode Isntinbat Hukum Imam Hanafi, Pola Pemikiran serta
Penyebaran dan Perkembangan Madzhabnya…………………..…..33
B. Metode Isntinbat Hukum Imam Syafi‟i, Pola Pemikiran serta
Penyebaran dan Perkembangan Madzhabnya….………………...….37
C. Konsep Maslahah dan Mafsadah………………………………...…..43

BAB IV PENDAPAT MADZHAB HANAFI DAN MADZHAB SYAFI’I
TENTANG KELUARGA BERENCANA...............................................46
A. Pengertian Al-„Azl……………………………………….……......…46
B. Pandangan Madzhab Hanafi dan Madzhab Syafi‟i.............................58
C. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Hanafi dengan Syafi‟i................68
D. Analisa Penulis....................................................................................43
BAB V PENUTUP ..................................................................................................73
A. Kesimpulan..........................................................................................73
B. Saran-Saran..........................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………........…77

vii

TRANSLITERASI

Skripsi ini menggunakan alih aksara (translitersi) yang mengikuti atau sesuai
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam pedoman transliterasi arab-latin
dengan menggunakan pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2007.

I.

Konsonan
Arab
‫ا‬
‫ب‬
‫ت‬
‫ث‬
‫ج‬
‫ح‬
‫خ‬
‫د‬
‫ذ‬
‫ر‬

II.

Latin
tidak dilambangkan
B
T
Ts
J
H
Kh
D
Dz
R

Arab
‫ز‬
‫س‬
‫ش‬
‫ص‬
‫ض‬
‫ط‬
‫ظ‬
‫ع‬
‫غ‬
‫ف‬

Latin
z
s
sy
s
d
t
z

gh
f

Vokal Pendek

Arab
‫ق‬
‫ك‬
‫ل‬
‫م‬
‫ن‬
‫و‬
‫هـ‬
‫ء‬
‫ي‬

III.

Latin
q
k
l
m
n
w
h
,
y

Vokal Panjang

_َ_

:a

‫أا‬



-َِ --

:i

‫ﺇي‬



_َ_

:u

‫أو‬



viii

IV. Vokal Rangkap

V.

‫أي‬

: ai

‫أو‬

: au

Singkatan
Swt

: Subhanahu wa ta’ala

Saw

: Shalla Allah ‘alaihi wa Sallam

Ra

: Radhiya Allah ‘anhu

H

: Tahun Hijriyah

M

: Tahun Masehi

m

: Tahun Milad

W

: Wafat

Tt

: Tanpa Tempat

Tth

: Tanpa Tahun

Tp

: Tanpa Penerbit

Ed

: Editor

ix

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut sejarah peradaban manusia, hubungan keluarga dikenal sebagai suatu
persekutuan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan
inilah manusia berkembang biak baik menjadi suatu komunitas masyarakat dalam
wujud marga, puak, kabilah, dan suku yang seterusnya menjadi suatu umat dan
bangsa-bangsa yang bertaburan dimuka bumi ini. Keluarga merupakan inti dari jiwa
dari suatu bangsa.1 Kemajuan dan keterbelakangan suatu komoditas bangsa menjadi
cerminan dari keadaan keluarga, keluarga yang hidup pada bangsa tersebut. Begitu
penting peran keluarga, maka dapat di temui bahwa semua agama dan kepercayaan
yang menjadi sumber acuan nilai norma masyarakat, memiliki ajaran yang mengatur
masalah keluarga.2
Sebelumnya pernikahan adalah hal mendasar dalam pembentukan keluarga
Islam. Nabi Muhammad SAW memuji institusi suatu persekutuan (unit) terkecil
dalam masyarakat ini sebagai bagian dari sunnah beliau. Menurut beliau, kehidupan
manunggal secara permanen atas kehendak sendiri bukanlah cara yang terbaik dalam
kehidupan beragama dan bermasyarakat.
1

Aminuddin Yakub, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Subtantif Islam, (Jakarta: PBB UIN,
KAS, 2003) h. 3.
2

Ibid., h. 4.

2

Pernikahan juga merupakan ibadah yang dengannya wanita Muslimah telah
menyempurnakan setengah dari agamanya serta akan menemui Allah SWT. dalam
keadaan suci dan bersih.3
Dalam hal ini Pernikahan merupakan sunnatullah bagi hamba-hamba-Nya
untuk menempuh bahtera kehidupan, dan Allah SWT tidak ingin dunia ini statis atau
berkembang biak menurut keinginan penghuninya. Akan tetapi Allah swt mengatur
naluri dan menetapkan pokok-pokok dan kaidah-kaidah, sehingga dapat memelihara
martabat manusia. Sedangkan manusia harus memelihara keutamaan, kesucian dan
keluhuran budi pekertinya dengan cara-cara yang salah satunya adalah melakukan
pernikahan.4
Meskipun demikian, perintah berkeluarga ini harus dibarengi dengan kesiapan
fisik, mental dan kemampuan material. Syarat ini penting karena dalam kehidupan
berkeluarga terdapat hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang harus dipenuhi
oleh suami isteri. Bagi mereka yang belum mampu berkeluarga diperintahkan untuk
tetap memelihara kesucian dirinya.
Disamping itu, salah satu tujuan utama disyari‟atkannya berkeluarga adalah
untuk memiliki keturunan. Al-Qur‟an juga mengingatkan dan menegaskan bahwa
memiliki keturunan merupakan ketentuan dan karunia Allah SWT.

3

Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h.

4

Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Muslimah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h. 253.

378.

3

Kehadiran anak dalam keluarga merupakan Qurra A‟yun (buah hati yang
menyejukkan [QS. Al-Furqân: 74]), dan merupakan Zînah Hayât al-Dunyâ (perhiasan
kehidupan manusia [QS. Al-Kahfi: 46]). Namun tentu saja seorang anak akan
menjadi buah hati dan perhiasan dunia jikalau ia tumbuh menjadi manusia yang baik
dan berkualitas. Al-Qur‟an juga mengingatkan bahwa seorang anak juga dapat
menjadi musuh dan ujian (fitnah), dalam arti terkadang dapat menjerumuskan orang
tua melakukan perbuatan yang di larang agama akibat cintanya kepada anak. Anak
juga merupakan amanah, dan menjaga amanah adalah kewajiban orang beriman. Oleh
karena itu, orang tua berkewajiban memberi nafkah dan memenuhi kebutuhan anak,
baik secara materiil maupun secara spiritual sehingga anak itu mencapai usia dewasa.
Berkaitan dengan kesejahteraan keluarga, M.Quraish Shihab dalam bukunya
yang berjudul “Membumikan Al-Qur‟an” menyebutkan bahwa jika kemampuan
material seseorang / keluarga atau kapasitas ruangan keluarga yang tersedia hanya
cukup untuk 10 orang – misalnya – kemudian ia mengundang 15 orang, maka
keluarga tersebut dikatakan tidak efektif dan tidak baik karena ia mengabaikan faktor
keseimbangan dalam kehidupan keluarga tersebut yang pada dasarnya di tuntut oleh
ajaran Islam.5
Jikalau dilihat pada dasawarsa tahun 1990-an terakhir di Indonesia,
diperkirakan jumlah penduduknya bertambah menjadi 193 juta jiwa, setelah jumlah
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan,2003), h. 256-257.
5

4

179,3 juta jiwa yang terdapat pada tahun 1990. Jumlah 147,5 juta jiwa pada sensus
tahun 1980, 119,2 juta jiwa pada tahun 1971, 97 juta jiwa pada tahun 1961, yang
tadinya dilakukan sensus kependudukan pada tahun 1930 itu hanya 61 juta jiwa saja. 6
Kepadatan penduduk tersebut yang secara signifikan itu sebab beberapa anggota
keluarga yang tidak mempertimbangkan pengaturan jumlah dalam keluarganya.
Ada suatu Ka‟idah Fiqh menyebutkan

‫“ أ ضرر يزال‬Kesulitan itu harus

dihilangkan”,7 bahwa suatu hal, dimana sebuah tindakan manusia yang akan
diperkirakan timbulnya suatu kemudlaratan lebih lanjut, maka tindakan tersebut
seyogyanya ditinggalkan. Ketika diperkirakan dalam suatu keluarga dikhawatirkan
akan mendapatkan kekurangan dari sektor ekonomi rumah tangga atau sektor-sektor
yang lain yang dapat memberikan dampak mudlarat terhadap suatu keluarga tersebut,
disebabkan tiadanya pertimbangan perencanaan kehamilan sebab kebanyakan jumlah
anak, atau bahkan bisa jadi dapat melebihi dari kadar kemampuan keluarga tersebut,
maka hal itu hendaknya ditinggalkan karena dampaknya adalah kemudlaratan.
Kalau kita tahu salah satu langkah dari pemerintah untuk menempuh
pembatasan perimbangan dalam suatu keluarga adalah membentuk Program yang
disebut dengan Keluarga Berencana (KB). Sejak tahun 1973 keluarga berencana (KB)
sudah dicantumkan dalam GBHN dan mutlak harus dilaksanakan oleh seluruh rakyat
6

Kantor Menteri Negara Kependudukan / Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional, 25
Tahun Gerakan Keluarga Berencana, (Jakarta: Keluarga Sejahtera), h. 5.
7

Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh : Sejarah dan Kaidah Asasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 147.

5

Indonesia, dengan ketentuan pelaksanaannya harus dilandasi dengan cara sukarela
dan dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama.8 Pentingnya pengendalian
pertumbuhan dan jumlah penduduk dengan program KB ini memiliki implikasi
terhadap peningkatan ekonomi dan kualitas sumberdaya manusia, karena anak yang
banyak dan penduduk yang besar akan membawa manfaat, jika mereka benar-benar
memiliki kualitas sumberdaya yang tinggi. Namun sebaliknya, jika kualitas mereka
rendah, maka anak dan penduduk yang banyak itu, akan berubah menjadi beban yang
cukup berat bagi keluarga itu sendiri atau bahkan buat Negara ini (salah satu pidato
yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rapat Kerja
(Raker) tentang membahas Program Keluarga Berencana (KB) Nasional pada tahun
2005).9
Kendatipun wakil-wakil rakyat telah menetapkan KB itu dalam GBHN, masih
ada persoalan lain yang perlu dituntaskan, yaitu bagaimana pandangan agama Islam
menanggapi soal KB itu, karena mayoritas bangsa Indonesia menganut agama Islam.
Tidakkah fungsi KB ini ternyata bertolak belakang dengan perintah Nabi yang
menyuruh kita menikah dengan perempuan yang dapat memberikan keturunan yang
produktif pula, karena dengan melaksanakan KB itu berarti sebuah pasangan suami
istri (pasutri) sudah berkeinginan tidak memfungsikan pernikahan lagi sebagai proses
memberikan keturunan atau bahkan karena punya motivasi kekhawatiran kekurangan
8

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Hadîtsah: Pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum
Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), h. 28.
9

http://kbi.gemari.or.id/

6

rezeki yang bertentangan dengan keimanan akan qadla‟ dan qadar Allah SWT yang
telah menentukan rezeki setiap hamba-hamba-Nya.
Dari sisi Negara yang telah memberikan kebijakan bahwa program KB itu
menjadi salah satu amanat dalam GBHN, begitu juga Negara Indonesia ini yang
penduduknya adalah mayoritas umat Muslim, maka sepantasnyalah kita telusuri latar
belakang pembentukan program KB tersebut dan bagaimanakah pandangan madzhab
Hanafi dan madzhab Syafi‟i tentang masalah KB, dimana kedua ulama fikih tersebut
adalah merupakan tokoh ulama bidang fikih yang dianut oleh mayoritas umat Muslim
di Indonesia, terutama madzhab Syafi‟i.

B. Batasan dan Rumusan Masalah
Maka jelas bahwa masalah Keluarga Berencana menurut pendapat kedua
madzhab tersebut (madzhab Hanafi dan madzhab Syafi‟i) memerlukan penelitian
secara intensif, karena masalah KB merupakan masalah akar dalam sebuah kehidupan
bermasyarakat yang penulis anggap urgen untuk diadakan penelitian, dan juga sebab
kedua madzhab tersebut merupakan madzhab fikih yang di anut oleh mayoritas umat
Islam di Indonesia. Agar pembahasan dalam skripsi ini terarah dan lebih spesifik,
mengingat materi dalam fikih kedua madzhab tersebut tidak hanya membahas
masalah pernikahan saja, akan tetapi bahasannya meliputi waris, wakaf, zakat, dsb.
Maka, pada skripsi ini dibatasi hanya pada pertimbangan maslahah dan mafsadah
Keluarga Berencana menurut madzhab Hanafi dan madzhab Syafi‟i.

7

Setelah mengetahui Pembatasan Masalahnya, maka penulis membuat
rumusan-rumusan masalah dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagaimana
berikut:
1. Bagaimanakah pendapat madzhab Hanafi dan madzhab Syafi‟i tentang
permasalahan KB ?
2. Dimanakah letak persamaan dan perbedaan pendapat kedua madzhab
tersebut?
3. Bagaimana maslahah dan mafsadah Keluarga Berencana ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui maksud pembahasan yang dikemukakan oleh Madzhab
Hanafi dan Madzhab Syafi‟i tentang Program KB.
2) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapatnya.
3) Untuk mengetahui maslahah dan mafsadah dalam melaksanakan Program
KB.

8

Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi penulis dapat menambah sebuah wawasan pengetahuan tentang Program
KB (keluarga berencana) secara umum dan menurut pendapat Madzhab
Hanafi dan Madzhab Syafi‟i.
2) Dapat mengetahui antara maslahah dan mafsadahnya Program KB dalam
sebuah kehidupan berkeluarga.
3) Bagi Fakultas dapat memberikan sumbangan kepustakaan dalam rangka
pengembangan akademis.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan (Literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan,
atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya penulisan
skripsi ini.
Diantaranya:
1. Al-Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1997).
Buku ini memberikan banyak pengertian tentang KB yang di konsep oleh
pengarangnya dengan berbagai literatur modern dan klasik.
2. Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh: Sejarah dan Kaiah Asasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002). Buku ini yang menjadikan dasar masalah dalam

9

penulisan skripsi ini atas adanya unsur maslahah dan mudlaratnya Program
KB yang telah membumi di kalangan masyarakat.
3. Aminuddin Yakub, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Subtantif Islam,
(Jakarta : PBB UIN, KAS, 2003). Buku ini menekankan bahwa Islam
merupakan agama yang universal yang mencakup terhadap aspek kehidupan
umat manusia terutama tentang mengkontribusikan sebuah hukum.

E. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Penulisan

skripsi

ini

sepenuhnya

menggunakan

metode

penelitian

kepustakaan (library research), yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai literatur
yang relevan dengan pokok masalah Program Keluarga Berencana (KB) yang penulis
jadikan sebagai sumber penulisan, yang kemudian diidentifikasi secara sistematis dan
analisis dengan berbagai sumber primer dan sekunder.
2. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif
analisis perbandingan. Metode deskriptif yaitu suatu pembahasan yang bermaksud
untuk membuat gambaran mengenai data-data dalam rangka menguji hipotesa atau
menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu sedang berjalan dari
pokok masalah.

10

Sedangkan metode analitis perbandingan yaitu suatu pembahasan dengan cara
memberikan penafsiran-penafsiran dan perbandingan terhadap data yang telah
terkumpul dan tersusun. Jadi, metode deskriptif analisis perbandingan adalah suatu
pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang telah
tersusun dan terkumpul dengan cara memberikan interpretasi dan analisa
perbandingan terhadap data tersebut.
3. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada buku penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hiayatullah Jakarta tahun 2009.

F. Sistematika Penulisan
Merujuk pada apa yang dituliskan diatas dan metode yang digunakan,
disamping itu untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membagi
pembahasan ini menjadi lima bab pembahasan:
BAB I:

PENDAHULUAN, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tinjauan
Penulisan.

Pustaka,

Metodologi

Penelitian

dan

Sistematika

11

BAB II:

TINJAUAN

UMUM

KELUARGA

BERENCANA,

Pernikahan,

TENTANG

Pengertian

PERNIKAHAN

yang terdiri

Keluarga

dari

Sejahtera

DAN

Pengertian

dalam

Islam,

Pengertian Keluarga Berencana, Macam-Macam Alat Kontrasepsi.
BAB III:

MENGENAL IMAM HANAFI DAN IMAM SYAFI’I, yang
membahas tentang: Biografi Singkat Imam Hanafi, Pola Pemikiran
serta Penyebaran dan Perkembangan Madzhabnya, Biografi
Singkat Imam Syafi‟i, Pola Pemikiran serta Penyebaran dan
Perkembangan Madzhabnya,

BAB IV:

PENDAPAT MADZHAB HANAFI DAN MADZHAB SYAFI’I
TENTANG

KELUARGA

BERENCANA,

yang

membahas

tentang: Pengertian al-‟Azl, Keluarga Berencana dalam Pandangan
Madzhab Hanafi dan Madzhab Syafi‟i, Persamaan dan Perbedaan
Pendapat Madzhab Hanafi dengan Madzhab Syafi‟i mengenai KB,
Analisa Penulis.
BAB V:

PENUTUP, yang berisikan Kesimpulan yang diambil berdasarkan
rumusan masalah dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan
juga membuat Saran-Saran serta Daftar Pustaka.

12

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KELUARGA BERENCANA

A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah salah satu kodrat dalam perjalanan hidup manusia.
Pernikahan bukan hanya sekedar jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan
menuju pintu perkenalan, akan tetapi juga menjadi jalan untuk menyampaikan
pertolongan antara satu dengan lainnya. Disamping itu juga pernikahan merupakan
jalan untuk menghindarkan manusia dari kebiasaan hawa nafsu yang menyesatkan.
Dan pengertian pernikahan itu sendiri dapat dilihat dari segi bahasa dan istilah.
Secara bahasa nikah berasal dari bahasa Arab ‫ن ح ي ْن ِح نِ احا‬.10 Sedangkan dalam
Kamus Besar Indonesia nikah mempunyai arti hubungan antara laki-laki dan
perempuan untuk menjadi suami istri secara resmi.11
Ada juga arti nikah menurut syara‟ yaitu akad yang membolehkan seorang
laki-laki bergaul bebas dengan perempuan tertentu dan pada akad menggunakan akad
nikah.12 Jadi apabila antara laki-laki dan perempuan yang sudah siap untuk
membentuk suatu rumah tangga, maka hendaklah perempuan harus melakukan akad

10

Syarifuddin, Kamus Al-Mishbah, (Jakarta: Bina Aksara, t.t.)., h. 573

11

Departemen P dan K, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. 3, h. 614

12

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan
Ahli Sunnah dan Negara-negara Islam, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. 1, h. 104

13

nikah terlebih dahulu. Dalam al-Qur'an bahwa pernikahan disebut dengan nikâh dan
mîtsâq (perjanjian).13
Nikah pada hakekatnya adalah akad yang diatur oleh agama untuk
memberikan kepada pria hak memiliki dan menikmati faraj dan seluruh tubuh wanita
untuk penikmatan sebagai tujuan primer.14 Pengertian hak milik, sebagaimana yang
dapat ditemukan hampir semua definisi dari fuqaha, ialah milk al-intifâ‟, yaitu hak
milik penggunaan atau pemakai suatu benda.
Bagi ulamâ Hanafiah akad nikah membawa konsekuensi bahwa suami istri
berhak memiliki kesenangan (milk al-mut‟ah) dari istrinya, dari ulamâ Mâlikiyah
akad nikah membawa akibat pemilikan bagi suami untuk mendapatkan kelezatan
(taladzudz) dari istrinya. Sedangkan bagi ulama Syafi‟iyah akad membawa akibat
suami memiliki kesempatan untuk melakukan jimâ‟ (bersetubuh) dengan istrinya.15
Sebagian ulamâ Syâfi‟iyyah memandang bahwa akad nikah bukanlah untuk
memberikan hak milik pada kaum laki-laki saja akan tetapi kedua belah pihak. Maka
golongan itu berpendapat bahwa seorang istri berhak menuntut persetubuhan dari

Dengan kata Nikah. Perhatikan surat An Nisâ‟ (4) : 3 dan An-Nûr (24): 32, sedangkan kata
mîtsâq dalam surat An-Nisâ‟ (4) : 21
13

14

Bakri A. Rahman dan Ahmadi Sukadja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undangundang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1981), h. 13
Abd Ar-Rahmân al-Jazîri, Kitâb al-Fiqh „Alâ Al-Madzâhib Al-Arba‟ah, (Beirut: Dâr alFikr, 1969), h. 2-3.
15

14

suami dan suami berkewajiban memenuhinya sebagaimana suami berhak menentukan
persetubuhan dari istrinya.16
Sedangkan menurut UU No. 1/1974 tentang perkawinan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.17 Adapun syarat sah perkawinan itu apabila
telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-undang maupun hukum
Islam. Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang Perkawinan menyatakan bahwa
pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing. Sedangkan
menurut hukum perkawinan Islam yang dijadikan pedoman sah dan tidaknya
pernikahan itu adalah dipenuhinya rukun pernikahan berdasarkan hukum agama
Islam. Rukun merupakan sebagian dari hakekat pernikahan itu sendiri dan jika tidak
dipenuhi maka pernikahan tidak akan terjadi.18
Rukun pernikahan tersebut antara lain :
1. Adanya kedua mempelai
2. Adanya wali dari pihak calon mempelai wanita
3. Adanya dua orang saksi

16

Ibid., h. 40

17

Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan, (Jakarta: PT. Pradya
Paramita), No. 1/1974, pasal 2 ayat (1)
18

Ahmad Ichsan, Hukum Perkawinan bagi yang Beragama Islam, Suatu Tinjauan dan
Ulasan secara Sosiologi Hukum, (Jakarta: Pradia Paramita1986), cet. 1, h. 31

15

4. Adanya shighat akad nikah atau ijab qabul
5. Mahar atau mas kawin.19

B. Kriteria Keluarga Sejahtera dalam Islam
Yang dimaksud dengan keluarga adalah unit sosial dasar dan perkawinan
adalah lembaga Islam yang sifatnya fundamental. Perkawinan dan pembentukan
keluarga adalah tanggung jawab yang serius dan harus tunduk kepada peraturan yang
spesifik.20 Di samping itu haruslah ditanamkan sikap amanah bersama dalam
membina sebuah keluarga. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika
menempatkan masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya
masalah-masalah yg timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak tidak bisa
memenuhi amanah tersebut.21
Keluarga selalu dipandang sebagai institusi masyarakat terkecil tempat
bernaung dan penggantungan hidup anggota-anggotanya mulai dari orangtua, anakanak, hingga anggota keluarga lainnya yang hidup bersama, seperti kakek, nenek,
bibi, uwak, dan sebagainya. Begitu besarnya peran keluarga sebagai tempat bernaung
dan penggantungan hidup, segenap anggotanya pasti mengharapkan suasana aman,
nyaman, tenteram dan dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahiriah maupun
batiniah. Dengan demikian, keluarga sejahtera yang antara lain ditandai dengan
19

Slamet Abidin dan H. Aminudin, Fiqih Munakahat, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 72

20

„Umran, Islam…, h. 11.

21

http://www.acehforum.or.id/keluarga-islam

16

tercukupinya kebutuhan lahir batin serta memiliki hubungan yang serasi antar
anggota keluarga, akan selalu menjadi idaman, dambaan dan cita-cita bagi setiap
insan manusia.
Agama Islam memiliki prinsip bahwa membangun keluarga sejahtera
merupakan upaya yang wajib ditempuh oleh setiap pasangan (keluarga) yang telah
diawali dengan pernikahan Islami. Dalam agama Islam, keluarga sejahtera
disubstansikan dalam bentuk Keluarga Sakinah (keluarga yang harmonis atau
sejahtera).
Dasar utama membangun keluarga sejahtera ini adalah penjelasan ayat 21
dalam Surat Ar-Rûm yang berbunyi:

            
        
Artinya:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”(Ar-Rûm:21).
Ayat tersebut menjelaskan tujuan berkeluarga adalah untuk mencapai
ketenteraman dan kebahagiaan atas dasar kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling
cinta-mencintai dan sayang-menyayangi sehingga anggota keluarga merasa aman,

17

tenteram, tenang dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan
yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.
KH. Sahal Mahfudz (Mantan Ketua Umum MUI), menjelaskan bahwa
keluarga yang sejahtera senantiasa mengutamakan terciptanya ketentraman dan
kedamain dalam rumah tangga, hingga membangkitkan semangat untuk saling
memadu keharmonisan dan kasih sayang diantara seluruh anggota keluarganya.22
Maka dari itulah perencanaannya yang berkaitan dengan kesejahteraan dalam
keluarga adalah layak.23

C. Pengertian Keluarga Berencana
Untuk dapat dengan mudah memahami arti dari pengertian Keluarga
Berencana ini, adalah dengan mendefinisikannya. Keluarga Berencana merupakan
kata majmuk dari pada dua kata, yaitu Keluarga dan Berencana. Keluarga secara
etimologi berarti “Ibu bapak dengan anak-anaknya seisi rumahnya; seluruh isi rumah
yang menjadi tanggungjawab batin”.24 Secara terminologi, keluarga yang dimaksud
disini adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil dalam masyarakat, yang diikat dalam
tali perkawinan yang sah.25 Sedangkan kata Berencana merupakan akar kata dari
“rencana”, yang mendapat awalan ber yang berarti konsep atau cara. Rencana berarti
22

http://zanikhan.multiply.com/journal/item/4674/._KELUARGA_BERENCANA_DALAM_

ISLAM
23

„Umran, Islam…, h. 11.

24

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. 3, h. 741.

25

Masfuk Zuhdi, Masa‟il al-Fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), h. 5.

18

“rancangan” atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. 26 Berencana artinya “cara
atau konsep merencanakan atau merancangkan”.
Setelah diketahui dari perpaduan dua buah kata Keluarga Berencana, maka
dapat diartikan dengan cara merencanakan keluarga meliputi; jumlah, jarak lahir,
penggunaan alat kontrasepsi dan sebagainya. Adapun pengertian logisnya adalah
mengatur keluarga tentang jumlah atau jarak kelahiran dengan cara menggunakan
alat-alat kontrasepsi tertentu.27
Pengertian secara umum keluarga berencana adalah suatu usaha yang
mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun
bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak
akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Baik
kerugian tersebut dilihat dari segi kemampuan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan
tanggung jawab lain yang dapat menjamin keluarga tersebut menjadi keluarga yang
sejahtera dan bahagia.28
Apabila permasalahan keluarga dilihat dalam hubungannya dengan ajaran dan
hukum Islam, maka lebih dahulu dapat difahami bahwa istilah tersebut haruslah
diartikan dalam konotasi yang khas, yaitu dalam pengertian cara atau proses

26

Depdikbud, Kamus…, h. 741.

27

Masfudli Sahli, Biologi Perkawinan tentang Syahwat, Jima‟, dan KB, (Solo: CV. Aneka,

tt), h. 145.
28

Bahan Pendidikan dan Kependudukan, (Jakarta: DPPTAI, 1981), h. 187.

19

mengatur kelahiran anak secara individual disebabkan oleh beberapa hal yang
menyebabkan suami isteri harus melakukan hal demikian.29
Adapun istilah Keluarga Berencana itu sendiri mempunyai persamaan arti
dalam istilah Inggris Family Planing atau Planed Parenthood. Sedangkan dalam
istilah

bahasa

Arab

dikenal

dengan

sebutan

‫ا نس‬

‫تنظيم‬

(pengaturan

keturunan/kelahiran). Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Muhammad
Syalthut yang mendefinisikan istilah tersebut sebagai “pengaturan kelahiran atau
usaha mencegah kehamilan sementara atau selamanya sehubungan dengan situasi dan
kondisi tertentu baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi kepentingan
masyarakat dan Negara”.30
Jika setelah ditinjau dari definisi diatas, maka dapat diambil suatu pengertian
bahwa KB merupakan pengeturan rencana kelahiran anak dengan menggunakan suatu
cara atau alat yang dapat mencegah kehamilan. Hal ini berarti KB bukanlah birth
control atau ‫ تح ي ا نس‬yang berkonotasi pembatasan atau pencegahan kehamilan,
yang kotroversial dengan salah satu daru tujuan perkawinan yaitu melanjutkan
keturunan.
Disebutkan pada tanggal 6 sampai 10 Juli 1995, Rekomendasi Muktamar dan
Keputusan Majlis Tarjih ke-23 di Banda Aceh mengatakan bahwa program KB
29

H.S.M. Nasaruddin latif, Keluarga Berencana Ditinjau dai Sudut Agama Islam, Dalam
Pandangan Agama Terhadap KB, (Panitia ADHOC KB, tt), h. 12, 24.
30

Chuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Anshary AZ., (ed), Keluarga Berencana Menurut
Tinjauan Hukum Islam, Dalam Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: LSIK, 1994), cet.1,
h. 143.

20

adalah ‫( تنظيم ا نس‬pengaturan jarak kelahiran) dan bukanlah ‫( تح ي ا نس‬pembatasan
jumlah anak).31
Jadi Keluarga Berencana merupakan perencanaan besarnya keluarga dengan
berusaha mengatur kelahiran dan merencanakan keluarga kecil yakni keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak atau panca warga.
Di Indonesia, KB selain untuk kepentingan Nasional juga sangat berkaitan
dengan pribadi suami isteri. Harun Nasution dalam hal ini menekankan bahwa
sebaiknya keluarga dihubungkan dengan keadaan ekonominya. Kalau kondisi
ekonominya memang tidak dapat memikul, lebih baik kelahiran anak
dijarangkan, dengan demikian pertumbuhan jasmani dan pendidikan anak
akan dapat terjamin. Kalau jumlah anak banyak, sedangkan keadaan
ekonominya tidak sepadan, keharmonisan keluarga akan terganggu. Keluarga
bahagia adalah keluarga yang dapat menyesuaikan kelahiran dengan
kesanggupan ekonomi.32
UU No. 10 tahun 1992 mengamanatkan bahwa KB bertujuan “untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera yang diupayakan dengan
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui empat paket dukungan
yaitu, pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga dan peningkatan kesejateraan keluarga”.33

31

Rekomendasi Muktmar dan Keputusan Majlis Tarjih, Republika, (Jakarta), 11 Juli 1995, h.

10, t.d.
32

Syaiul Muzani (ed), Islam Nasional : Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution,
(Bandung: Mizan, 1995), cet. 1, h. 440.
33

BKKBN, Panduan Pelayanan KB Sektor Swasta, ( Jakarta: Kantor Menteri Kependudukan,
1995), h. 35.

21

Dalam konsep yang lebih luas, maka KB mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Terpeliharanya kesehatan ibu dan anak baik secara fisik maupun psikis.
b. Mengatur kehamilan atau kelahiran sesuai dengan kemampuan manusia yang
terbatas.
c. Terpeliharanya keselamatan jiwa, jasmani dan rohani anak serta tersedianya
pendidikan anak.
d. Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang dibebani kewajiban
mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
e. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang harkat dan tanggung jawab
keluarga.34
Secara khusus program Keluarga Berencana bertujuan :
1. Agar orang tua dapat memahami dan menyadari:
a. Keuntungan berkeluarga.
b. Pengaruh besarnya keluarga terhadap kesejahteraan keluarga baik pangan
dan gizi, kesehatan atau pendidikan, perumahan serta kesempatan kerja
c. Manfaat pengaturan penjarakan kehamilan.
d. Pentingnya kesejahteraan hidup melalui pembentukan keluarga kecil.
2. Agar orang tua dapat memahami dan menyadari tentang perubahan penduduk
dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan kesehatan serta
akibat ledakan penduduk terhadap lingkungan hidup dan sumber daya alam
serta pelestariannya.
3. Agar orang tua, khususnya yang usianya muda dapat memahami dan
menyadari manfaat tentang pendewasaan perkawinan.
4. Agar orang tua memahami pentingnya mempersiapkan kelahiran bayi sehat,
memelihara dan membinanya agar tumbuh menjadi manusia Indonesia
seutuhnya, yang sehat jasmani dan rohani.35

34

LKK-NU dan BKKBN, Pedoman Penerangan tentang Keluarga Berencana, (Jakarta: t.p,
1982), cet. 2, h. 111.
35

Depdikbud dan BKKBN, Pedoman Pendidikan Keluarga Berencana untuk Tutor dan
Sumber Belajar, (Jakarta: t.p, 1987), h.11.

22

Tujuan-tujuan

tersebut akan lebih mudah dicapai apabila suatu keluarga

relatif kecil, yang secara ekonomis lebih mudah dijangkau, dan secara psikologis
antara suami isteri akan mendapatkan keadaan keluarga yang sakînah mawaddah
warahmah.
Dari sanalah diharapkan akan hadir generasi manusia yang potensial dan
berkualitas menuju terciptanya masyarakat yang baik dan yang terpenting
mendapatkan Ridla dari Allah SWT.36
Peserta keluarga berencana (akseptor KB) adalah pasangan usia subur dimana
salah seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk
tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program.
Pencegahan kehamilan ini meliputi hal-hal sebagaimana berikut:

a) Kekhawatiran

akan

nasib

anak-anaknya;

kesehatannya

buruk

atau

pendidikannya tidak teratasi.37
b) Agar bayi memperoleh susuan dengan baik dan cukup, dan dikhawatirkan
kehadiran anak selanjutnya dalam waktu cepat membuat hak susuannya tidak
terpenuhi.

36

Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), cet. 2,

37

Yusuf al-Qaradhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Jakarta: Era Intermedia, 1998), cet.II,

h. 21.

h.285-288.

23

c) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan
kesehatan ibu dan anak.38
Adapun metode yang digunakan di waktu lebih dini dalam kerja tentang
perencanaan keluarga (KB) adalah metode al-„azl, dan karena semua kitab fikih
sampai masa-masa akhir ini menggunakan istilah al-„azl tersebut, dan penulis akan
tetap mempertahankan istilah tersebut di banyak kesempatan dalam penulisan skripsi
ini. Semua aturan tentang al-„azl berlaku dengan menggunakan analogi pada metodemetode kontrasepsi lain. Hal ini yang ditekankan oleh ulama ahli fikih.

D. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
Sudah diketahui bahwa satu-satunya metode kontrasepsi yang dilakukan pada
masa kehidupan Nabi Muhammad SAW. adalah al-„azl. Al-„azl merupakan metode
kontrasepsi yang paling klasik dan relative lebih aman serta merupakan “embrio”
muncul dan berkembagnya metode-metode kontrasepsi modern.
Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi ini telah ditemukan berbagai
macam alat kontrasepsi yang fungsinya sama dengan al-„azl yakni mencegah
kehamilan.39

38

„Umran, pada pendahuluan bukunya yang berjudul “Islam…, h. xxvii.

39

Pusat Studi Wanita, Relasi Suami Isteri dalam Islam, (Jakarta: PSW, 2004), h. 138.

24

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel
sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut.
Alat kontrasepsi bekerja dengan cara yang bermacam-macam tetapi pada
umumnya mempunyai fungsi :
1. Mengusahakan agat tidak terjadi ovulasi
2. Melumpuhkan sperma
3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi. Sebelumnya
harus mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi
yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi
sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.40
Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi metode
kontrasepsi sederhana dan modern.
1.

Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode Kontrasepsi Sederhana adalah suatu cara yang dikerjakan sendiri oleh

peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Metode ini terdiri dari dua

40

http:/psikis.bkkbn.go.id/gemopria.articles.php

25

macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat dan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat.

a) Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat
(1) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan
dapat dicegah.
(2) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan senggama pada masa subur
seorang wanita yaitu waktu terjadinya ovulasi. Agar kontrasepsi dengan cara
ini berhasil, seorang wanita harus benar-benar mengetahui masa ovulasinya
(waktu dimana sel telur siap untuk dibuahi). Kerugian dengan cara ini adalah
masa puasa bersenggama sangat lama sehingga menimbulkan rasa kecewa
dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak mentaati.
b) Metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat
(1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis
saat berhubungan seksual.
Cara kerja kondom yaitu untuk menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang

26

dipasang pasa penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan, selain itu kondom juga dapat mencegah
penularan mikroorganisme (HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan
yang lain.
Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 212 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Keuntungan menggunakan kondom adalah :
a. Efektif bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu kesehatan pengguna
c. Murah dan dapat dibeli secara umum
Kerugian menggunakan kondom adalah :
a. Agak

mengganggu

hubungan

seksual

(mengurangi

sentuhan

langsung)
b. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
c. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
(2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. Cara kerjanya yaitu menekan sperma agar tidak mendapatkan akses
mencapai saluran alat reproduksi bagian atas.
Keuntungan menggunakan diafragma adalah :
a. Tidak mengganggu reproduksi ASI

27

b. Tidak mengganggu kesehatan pengguna
c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai
6 jam sebelumnya
Kerugian menggunakan diafragma adalah :
a. Pemasangannya membutuhkan keterampilan
b. Untuk pemakaian¸ perlu instruksi dan cara pemasangan oleh tenaga
klinik yang terlatih
c. Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
2.

Metode Kontrasepsi Modern
a) Kontrasepsi Hormonal
(1) Pil KB
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk
pil/tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormone estrogen dan hormon
progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja.
Keuntungan menggunakan pil KB adalah :
a. Mudah menggunakan
b. Mudah dihentikan setiap saat
c. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
d. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
Kerugian menggunakan pil KB adalah :
a. Memerlukan disiplin dari pemakai

28

b. Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen
c. Kembalinya kesuburan agak lambat
(2) Suntik KB
Suntik KB ini mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, dan
mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak
dapat masuk ke dalam rahim.
Keuntungan menggunakan suntik KB adalah :
a. Jangka panjang
b. Risiko terhadap kesehatan kecil
c. Aman
Kerugian menggunakan suntik KB adalah :
a. Terjadi perubahan pada pola haid
b. Kemungkinan

terlambatnya

pemulihan

kesuburan

setelah

penghentian pemakaian
(3) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK/Implant/Susuk KB)
AKBK yaitu kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Dengan
disusupkannya implan dibawah kulit, setiap hari dilepaskan secara tetap
suatu hormon ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang
terbuat dari bahan silastik tersebut, sehingga dapat menghambat terjadinya
ovulasi.
Keuntungan menggunakan susuk KB adalah :
a. Tidak menekan produksi ASI

29

b. Tidak terdapat faktor lupa
c. Masa pakai jangka panjang (3-5 th)
d. Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormone estrogen
Kerugian menggunakan susuk KB adalah :
a. Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang
terlatih
b. Petugas kesehatan perlu dilatih khusus dan praktek untuk
pemasangan dan pengangkatan implant
c. Implant sering mengubah pola haid
d. Intra Uterine Devices (IUD,AKDR)
IUD/AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik.
Keuntungan menggunakan IUD adalah :
a. Praktis
b. Jangka panjang dan sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingatingat
Kerugian menggunakan IUD adalah :
a. Tidak dapat dilepas oleh dirinya sendiri (pengguna)
b. Sedikit nyeri setelah pemasangan AKDR
c. Kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah salah satu kontrasepsi dengan
tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran mani yang

30

mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan
memperoleh keturunan lagi.
Kontrasepsi mantap dibagi menjadi dua macam:
a) Vasektomi (MOP)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan operasi kecil sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Keuntungan MOP adalah :
a. Efektif
b. Sederhana
c. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
d. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi
lokal saja
e. Biaya rendah
f. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria untuk
kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita
Kerugian MOP adalah :
a. Diperlukan suatu tindakan operatif
b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendar