Madzhab Madzhab Ilmu Pengetahuan Hukum

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam pergaulan sehari-hari selalu berhadapan dengan hukum. Hukum mengatur proses interelasi dan interaksi antara manusia. Hukum itu pula memaksa setiap orang dikenai sanksi ketika melanggarnya. Hukum merupakan alat untuk menyelesaikan perselisihan dan menjamin adanya ketertiban dalam masyarakat. Untuk menjawab apakah sebenarnya hukum itu, mengapa memiliki kekuatan yang mengikat, dari mana hukum tersebut berasal dan sebagainya, para sarjana hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Akibat dari perbedaan sudut pandang yang berbeda, maka timbullah teori-teori yang memunculkan berbagai aliran-aliran dalam ilmu hukum.

Teori dalam dunia ilmu menempati kedudukan yang penting. Menurut Kartini Kartono, teori adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala yang saling berkaitan.1 Teori memberikan sarana

untuk dapat merangkum serta memahami masalah yang sedang dibicarakan secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri dapat disatukan dan dikaitkan satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan. Teori dapat disebut sebagai kelanjutan dari usaha


(2)

mempelajari hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah dapat direkonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.2

Timbulnya ketaatan seseorang terhadap hukum terlepas dari adanya sanksi baik secara sadar maupun tidak sadar, pada umumnya karena bermacam-macam sebab sebagaimana di kemukakan oleh Utrecht. Petanyaan-pertanyaan yang timbul atas dari mana hukum tersebut berasal, mengapa manusia harus mentaati hukum dan sebagainya, mengakibatkan berbagai madzhab bermunculan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang madzhab-madzhab ilmu pengetahuan hukum, maka akan dibahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja madzhab-madzhab yang timbul dalam ilmu pengetahuan hukum ? 2. Bagaimana pengertian madzhab-madzhab tersebut ?

C. Tujuan

1. Mengetahui madzhab-madzhab apa saja yang timbul dalam ilmu pengetahuan hukum

2. Mengetahui pengertian madzab-madzhab tersebut


(3)

BAB II

PEMBAHASAN

Persoalan terhadap hukum banyak menimbulkan berbagai teori dan aliran atau madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum. Teori-teori yang terdapat dalam kurun waktu abad yang tidak sama selalu harus berada dalam suasana harmoni. Pertentangan-pertentangan yang ada bukan merupakan suatu hal yang mustahil. Teori pemikiran dalam hukum timbul karena adanya perbedaan sudut pandang dalam mengkaji ilmu hukum. Berikut ini akan dibahas mengenai aliran-aliran atau madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum.

A. Madzhab Hukum Alam

Teori tentang hukum alam telah ada sejak zaman dahulu. Madzhab hukum alam merupakan suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak pada keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak dapat diganggu. Apabila keadilan tersebut terganggu, maka akan menimbulkan reaksi manusia yang akan berusaha untuk mengembalikan kepada situasi semula yaitu situasi yang adil menurut pandangan orang yang berpikir sehat. Jadi hukum alam adalah yang tidak bergantung pada pandangan manusia, berlaku kapan saja, dimana saja, bagi siapa saja, dan jelas bagi semua manusia.3 Hukum alam yang antara lain dikemukakan

oleh sebagai berikut:

1. Ajaran Hukum Alam Aristoteles


(4)

Terdapat dua macam hukum yang diajarkan oleh Aristotleles, yaitu: a) Hukum yang berlaku karena penetapan pemimpin negara

b) Hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia tentang baik buruknya hukum yang asli 4

Macam hukum yang kedua merupakan hukum alam, yaitu hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia, akan tetapi berlaku untuk semua manusia kapan saja dan dimanapun berada. Menurut Aristoteles, keadilan tidak sama, sehingga seakan-akan tidak ada hukum alam yang asli, namun harus diakui terdapat hukum yang bersifat mutlak. Oleh karena itu, bukanlah syarat mutlak bahwa hukum alam berlaku di zaman apa saja dan dimana saja, melainkan lazimnya yaitu dalam keadaan biasa, hukum alam tersebut memang didapati dimana saja dan di zaman apa saja. Jadi, hukum alam itu ialah hukum yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat alam.5

2. Ajaran Hukum Alam Thomas van Aquino

Thomas van Aquino berpendapat bahwa hukum kodrat itu ada, yaitu dalam hukum abadi yang merupakan ratio ke-Tuhanan (lex aeterna) yang menguasai seluruh dunia sebagai dasar atau landasan bagi timbulnya segala undang-undang atau berbagai peraturan hukum lainnya dan memberikan kekuatan mengikat pada masing-masing peraturan hukum tersebut.6

4 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 59

5Ibid, hlm. 68


(5)

Lex aeterna merupakan kehendak dan pikiran Tuhan yang menciptakan dunia. Manusia oleh Tuhan dikaruniai kemampuan berpikir dan kecakapan untuk membedakan baik dan buruk serta mengenal berbagai peraturan-peraturan yang berasal dari undang-undang abadi tersebut dan oleh Thomas van Aquino dinamakan hukum alam (lex naturalis). Hukum alam tersebut hanyalah memuat asas-asas umum seperti misalnya:

a) Berbuat baik dan jauhi kejahatan

b) Bertindaklah menurut pikiran yang sehat7

Hukum alam abadi (lex aeterna) itu sendiri pada dasarnya terdiri atas hukum positif Tuhan (lex divina) dan hukum alam (lex naturalis). Hukum positif Tuhan (lex devina) bersumber pada kemauan Tuhan, sedangkan hukum alam (lex naturalis) bersumber pada ratio ke-Tuhanan. Disamping itu, dalam hukum alam (lex naturalis) terdapat pula:

a) Principia prima, yang merupakan norma-norma kehidupan yang berlaku secara fundamental, universal, dan mutlak serta kekal (berlaku bagi segala bangsa dan masa)

b) Principia secundaria, yang merupakan norma-norma kehidupan yang tidak fundamental, tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif, tergantung pada manusianya. Meskipun demikian, principia secundaria ini pada dasarnya dapat dikatakan merupakan sebagai aktualisasi principia prima.


(6)

Principia scundaria inilah yang menghasilkan lex humana (hukum yang dibuat oleh manusia).8

Konsep ajaran Thomas Aquino dapat digambarkan sebagai berikut:

Hukum Abadi (lex aeterna)

Hukum Positif Tuhan (lex devina) Hukum Alam (lex naturalis)

Principia prima Principia secundaria

3. Ajaran Hukum Alam Hugo de Groot

Pada abad ke-17, muncullah seseorang yangn meletakkan dasar bagi hukum alam modern, yaitu Hugo de Groot yang menjadikan akal sebagai barang yang sama sekali berdiri sendiri, dasar baru untuk pandangannya tentang negara dan hukum.9 Hugo de Groot berpendapat bahwa sumber hukum alam

ialah pikiran atau akal manusia. Menurutnya hukum alam adalah pembawaan dari setiap manusia dan merupakan hasil pertimbangan dari akal manusia yang menunjukkan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Manusia harus hidup sesuai dengan kodratnya, karena menurut kodratnya manusia mempunyai akal maka manusia harus hidup menurut kehendak akalnya. Hukum alam

8 Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, hlm. 122-123


(7)

tersebut merupakan suatu pernyataan pikiran manusia yang sehat mengenai persoalan apakah suatu perbuatan sesuai dengan kodrat manusia dan karena itu apakah perbuatan tersebut diperlukan atau harus ditolak.10

4. Ajaran Hukum Alam Rudolf Stammler

Rudolf Stammler berpendirian bahwa kebenaran hukum selalu tergantung pada keadaan, waktu dan tempat. Ia tidak sependapat dengan ajaran hukum alam yang yang mengatakan bahwa hukum alam berlaku dimana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja. Pendirian Rudolf Stammler tersebut didasari suatu kenyataan bahwa adanya hukum adalah memenuhi kebutuhan manusia dalam masyarakat yang tidak sama satu sama lain. Maka, hukum yang berlaku di masyarakat yang satu dan lainnya berbeda karena hukum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda. Rudolf Stammler berkesimpulan bahwa tidaklah mungkin hukum yang sama berlaku di semua tempat, semua waktu dan semua orang. Ukuran hukum yang sesuai menurut Rudolf Stammler ialah hukum yang berlaku dalam masyarakat yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang berkehendak bebas.11 Masyarakat

demikian olehnya dinamakan sebagai suatu social ideal, yaitu masyarakat yang dicita-citakan. Keadaan masyarakat tersebut dapat dicapai dengan syarat:

a) Ada asas saling menghormati dalam masyarakat yang mengandung arti bahwa diantara anggota masyarakat harus saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing

10 C.S.T Kansil, Op.Cit., hlm. 59-60


(8)

b) Ada asas turut ambil bagian (principle of participation) yang berarti setiap masyarakat harus diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam kehidupan sosial masyarakat tersebut.12

B. Madzhab Sejarah

Reaksi terhadap para pengikut hukum alam, timbul suatu aliran baru di Eropa yang dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Lahirnya madzhab ini dipengaruhi oleh Montesquieu yang lebih dulu mengemukakan tentang adanya hubungan antara jiwa suatu bangsa dengan hukum dan pengaruh paham nasionalisme yang mulai timbul di awal abad ke-19. Von Savigny berpendapat bahwa hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa dan rohani bangsa, selalu ada hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu bangsa. Hukum bukanlah disusun atau diciptakan oleh orang, tetapi tiap-tiap hukum timbul sendiri di tengah-tengah rakyat. Madzhab sejarah menitik beratkan pandangannya pada jiwa atau semangat suatu bangsa (volksgeist) yang pada suatu saat juga akan mati apabila suatu bangsa kehilangan kepribadiannya. Maka berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa hukum merupakan suatu rangkaian kesatuan dan tak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa dan karena itu hukum selalu berubah-ubah menurut tempat dan waktu.13

Madzhab sejarah merupakan cerminan suatu reaksi yang sangat gigih terhadap dua kekuatan yang sangat dominan pada masa itu, yakni:

12 Daliyo,dkk, Op.Cit., hlm. 124-125


(9)

1. Aliran rasionalism abad ke-18 dengan kepercayaannya kepada hukum alam, daya kemampuan akal dan prinsip-prinsip utama yang semuanya mengkombinasikan pembentukan sebuah disiplin ilmu dengan metode deduksi umum tanpa mempedulikan sejarah, watak kebangsaan, dan kondisi-kondisi sosial

2. Kepercayaan dan semagat revolusi Prancis dengan pemberontakannya melawan kekuasaan dan tradisi, keyakinannya terhadap rasio dan daya kekuatan tekad manusia untuk mengatasi lingkungannya ialah seruan kesegala penjuru dunia.14

Hukum timbul melalui proses yang perlahan-lahan. Menurut madzhab sejarah, hukum bersumber pada perasaan keadilan naluriah yang dimiliki setiap bangsa. Karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang sama-sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menimbulkan hukum positif. Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal manusia yang secara sadar menghendakinya, tetapi hukum positif tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kesadaran bangsa secara organik. Jadi tumbuh dan berkembangnya hukum tersebut bersama-sama dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa. 15Ius constitutum atau

hukum positif menurut W.L.G Lemaire ialah hukum yang berlaku di daerah (negara) tertentu pada suatu waktu tertentu.16

C. Teori Teokrasi

14 Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 19

15 Daliyo, dkk, Log.Cit, hlm. 125


(10)

Teori tentang hukum alam merupakan bagian dari filsafat hukum yang bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan dari manakah asal hukum dan mengapa manusia harus tunduk pada hukum. Pada masa lampau di Eropa, para filosof menganggap dan mengajarkan bahwa hukum berasal dari Tuhan dan oleh karena itu maka manusia diperintahkan Tuhan harus tunduk pada hukum. Perintah-perintah yang datang dari Tuhan dituliskan dalam kitab suci. Tinjauan mengenai hukum yang dikaitkan dengan kepercayaan, agama dan ajaran tentang legitimasi kekuasaan hukum didasarkan atas kepercayaan dan agama. Teori-teori yang mendasarkan hukum atas kehendak Tuhan dinamakan teori ke-Tuhanan. Teori ini mengaggap bahwa hukum merupakan kemauan Tuhan. Berhubung perundang-undangan ditetapkan oleh pemimpin negara, maka oleh penganjur teori teokrasi bahwa pemimpin negara mendapat kuasa dari Tuhan seolah-olah mereka adalah wakil Tuhan.17 Oleh karena itu, pelanggaran terhadap kekuasaan pemimpin negara

merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Teori teokrasi di Barat diterima sampai zaman Renaissance. Penganjur teori ini ialah Federich Stahl.

D. Teori Kedaulatan Rakyat (Perjanjian Masyarakat)

Pada zaman Renaissance, timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar hukum ialah akal atau rasio manusia. Menurut aliran rasionalisme ini, raja atau pemimpin negara lainnya memperoleh kekuasaan bukan dari Tuhan melainkan dari rakyatnya. Pada abad pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan raja berasal


(11)

dari suatu perjanjian antara raja dan rakyatnya. Pada abad ke-18, Jean Jacques Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah perjanjian masyarakat (contrac social) yang diadakan oleh dan antara anggota masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Penganut teori kedaulatan rakyat lainnya diantaranya ialah Montesquieu dan John Locke.18

Teori Rousseau yang menjadi dasar dari teori kedaulatan rakyat mengajarkan bahwa negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua peraturan perundangan adalah penjelmaan dari kemauan rakyat tersebut. Orang menaati hukum karena sudah berjanji menaati hukum. Pada buku karangannya le contract social mengajarkan bahwa, dengan perjanjian masyarakat, orang menyerahkan hak serta wewenangnya kepada rakyat seluruhnya, sehingga suasana kehidupan alamiah berubah menjadi suasana kehidupan bernegara, dan natural liberty berubah menjadi civil liberty.19

Menurut aliran ini, hukum merupakan kemauan semua orang yang telah mereka serahkan kepada suatu organisasi (negara) yang telah terlebih dahulu mereka bentuk dan diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.20

E. Teori Kedaulatan Negara

Pada abad ke-19 teori perjanjian masyarakat ditentang oleh teori yang menyatakan bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauan

18 Soeroso, Op.Cit, hlm. 72-73

19 Ishaq, Op.Cit, hlm 204


(12)

bersama seluruh anggota masyarakat. Adapun pencetus teori ini adalah Han Kelsen. Pada karyanya yang berjudul rene rechtslehre, ia menyatakan bahwa: 1. Hukum ialah kehendak negara (eille des staates). Hukum bukan kemauan

bersama dari anggota masyarakat dan negara tersebut mempunyai kekuatan yang tak terbatas.

2. Hukum ditaati karena negaralah yang menghendakinya. Ditaatinya hukum oleh masyarakat bukan kerena negara menghendaki melainkan karena merasa wajib mentaati sebagai perintah negara. 21

F. Teori Kedaulatan Hukum

Pada abad ke-20, teori kedaulatan negara ditentang oleh Cruot, Duguit, dan Krabbe. Teori kedaulatan hukum timbul sebagai reaksi penyangkalan terhadap teori kedaulatan negara yang menyatakan bahwa kedudukan hukum lebih rendah dari pada kedudukan negara. Akan tetapi menurut teori kedaulatan hukum yang memiliki kekuasaan tertinggi adalah hukum.22 Menurut Krabbe dalam bukunya Die Lehre der Rechtssouvereinteit menyebutkan bahwa :

1. Rasa keadilan merupakan sumber hukum

2. Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak

3. Hukum yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak dapat mengikat

21 Soeroso, Op.Cit, hlm. 75


(13)

4. Hukum itu ada karena masyarakat mempunyai perasaan bagaimana hukum seharusnya. 23

G. Aliran Sociological Jurispundence

Aliran sociological jurispundence dipelopori oleh Eugen Ehrlich, Benyamin Cardozo, Gurvitch, dll. Madzhab ini menganggap bahwa hukum yang baik ialah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Sociological jurispundence merupakan suatu madzhab yang mempelajari timbal balik antara hukum dan masyarakat yang cara pendekatannya bermula dari hukum ke masyarakat. Madzhab ini mempunyai ajaran pentingnya living law. Namun, madzhab ini lahir dari anti these positivisme hukum. karena sociological jurispundence menganut paham bahwa hanya hukum yang mampu menghadapi ujian akal dapat hidup terus. Unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pernyataan akal yang berdiri di atas pengalaman akal dan diuji oleh pengalaman.24

H. Madzhab Fungsional

Tokoh madzhab fungsional ialah Rosco Pound. Menurutnya hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau tertib hukum saja tetapi hukum merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Hukum merupakan alat untuk menjamin pemuasan kebutuhan-kebutuhan semaksimal mungkin, tetapi dengan

23 Soeroso, Op.Cit, hlm. 76


(14)

friksi yang seminimal mungkin. Untuk menjelaskan pendiriannya, Roscoe Pound menggunakan istilah social engineering sebagai analogi. Hukum dalam hal ini sebagai alat sosial. Hukum yang berlaku mungkin sangat berbeda dengan hukum yang terdapat dalam buku-buku hukum atau kitab-kitab hukum.25

I. Asas Keseimbangan

Murid dari dan pengganti Krabbe bernama Kranenburg berusaha mencari dalil yang menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum. ia membela ajaran Krabbe bahwa kesadaran hukum orang itu menjadi sumber hukum. menurut Kranenburg, hukum berfungsi sebagai suatu dalil yang nyata. Dalil yang menjadi dasar fungsi kesadaran hukum yang dirumuskan oleh Kranenburg ialah bahwa tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu. Hukum atau dalil oleh Kranenburg dinamakan asas keseimbangan.26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keadaan hukum yang harus ditaati menimbulkan berbagai madzhab seperti madzhab hukum alam, madzhab sejarah, teori teokrasi, teori kedaulatan rakyat,

25 Daliyo, dkk, Op.Cit, hlm. 130


(15)

teori kedaulatan negara, teori kedaulatan hukum, aliran sociological jurispundence, madzhab fungsional dan asas keseimbangan.

2. Madzhab hukum alam bertitik tolak pada keadilan mutlak. Madzhab sejarah menyebutkan bahwa hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Teori teokrasi menyatakan bahwa hukum berasal dari Tuhan, sehingga peraturan perundangan yang dibuat oleh pemimpin negara yang dianggap sebagai wakil dari Tuhan harus dilaksanakan karena melanggarnya dianggap menentang Tuhan. Pada teori kedaulatan rakyat, hukum merupakan penjelmaan dari kemauan rakyat. Pada teori kedaulatan negara, hukum dianggap sebagai kehendak negara. Teori kedaulatan hukum menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum. Aliran sociological jurispundance menitikberatkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam hubungan hukum. Menurut madzhab fungsional, hukum merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Asas keseimbangan berfungsi sebagai dalil kesadaran hukum.

B. Saran

1. Adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam memahami madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum sebagai salah satu komponen dalam mata kuliah Studi Ilmu Hukum.


(16)

2. Makalah ini meskipun jauh dari kata sempurna diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa prodi ilmu syari’ah konsentrasi hukum keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986.


(17)

Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989. Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2013. Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.


(1)

bersama seluruh anggota masyarakat. Adapun pencetus teori ini adalah Han Kelsen. Pada karyanya yang berjudul rene rechtslehre, ia menyatakan bahwa: 1. Hukum ialah kehendak negara (eille des staates). Hukum bukan kemauan

bersama dari anggota masyarakat dan negara tersebut mempunyai kekuatan yang tak terbatas.

2. Hukum ditaati karena negaralah yang menghendakinya. Ditaatinya hukum oleh masyarakat bukan kerena negara menghendaki melainkan karena merasa wajib mentaati sebagai perintah negara. 21

F. Teori Kedaulatan Hukum

Pada abad ke-20, teori kedaulatan negara ditentang oleh Cruot, Duguit, dan Krabbe. Teori kedaulatan hukum timbul sebagai reaksi penyangkalan terhadap teori kedaulatan negara yang menyatakan bahwa kedudukan hukum lebih rendah dari pada kedudukan negara. Akan tetapi menurut teori kedaulatan hukum yang memiliki kekuasaan tertinggi adalah hukum.22 Menurut Krabbe dalam bukunya

Die Lehre der Rechtssouvereinteit menyebutkan bahwa : 1. Rasa keadilan merupakan sumber hukum

2. Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak

3. Hukum yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak dapat mengikat

21 Soeroso, Op.Cit, hlm. 75


(2)

4. Hukum itu ada karena masyarakat mempunyai perasaan bagaimana hukum seharusnya. 23

G. Aliran Sociological Jurispundence

Aliran sociological jurispundence dipelopori oleh Eugen Ehrlich, Benyamin Cardozo, Gurvitch, dll. Madzhab ini menganggap bahwa hukum yang baik ialah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Sociological jurispundence merupakan suatu madzhab yang mempelajari timbal balik antara hukum dan masyarakat yang cara pendekatannya bermula dari hukum ke masyarakat. Madzhab ini mempunyai ajaran pentingnya living law. Namun, madzhab ini lahir dari anti these positivisme hukum. karena sociological jurispundence menganut paham bahwa hanya hukum yang mampu menghadapi ujian akal dapat hidup terus. Unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalah pernyataan akal yang berdiri di atas pengalaman akal dan diuji oleh pengalaman.24

H. Madzhab Fungsional

Tokoh madzhab fungsional ialah Rosco Pound. Menurutnya hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau tertib hukum saja tetapi hukum merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Hukum merupakan alat untuk menjamin pemuasan kebutuhan-kebutuhan semaksimal mungkin, tetapi dengan

23 Soeroso, Op.Cit, hlm. 76


(3)

friksi yang seminimal mungkin. Untuk menjelaskan pendiriannya, Roscoe Pound menggunakan istilah social engineering sebagai analogi. Hukum dalam hal ini sebagai alat sosial. Hukum yang berlaku mungkin sangat berbeda dengan hukum yang terdapat dalam buku-buku hukum atau kitab-kitab hukum.25

I. Asas Keseimbangan

Murid dari dan pengganti Krabbe bernama Kranenburg berusaha mencari dalil yang menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum. ia membela ajaran Krabbe bahwa kesadaran hukum orang itu menjadi sumber hukum. menurut Kranenburg, hukum berfungsi sebagai suatu dalil yang nyata. Dalil yang menjadi dasar fungsi kesadaran hukum yang dirumuskan oleh Kranenburg ialah bahwa tiap orang menerima keuntungan atau mendapat kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu. Hukum atau dalil oleh Kranenburg dinamakan asas keseimbangan.26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keadaan hukum yang harus ditaati menimbulkan berbagai madzhab seperti madzhab hukum alam, madzhab sejarah, teori teokrasi, teori kedaulatan rakyat,

25 Daliyo, dkk, Op.Cit, hlm. 130


(4)

teori kedaulatan negara, teori kedaulatan hukum, aliran sociological jurispundence, madzhab fungsional dan asas keseimbangan.

2. Madzhab hukum alam bertitik tolak pada keadilan mutlak. Madzhab sejarah menyebutkan bahwa hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Teori teokrasi menyatakan bahwa hukum berasal dari Tuhan, sehingga peraturan perundangan yang dibuat oleh pemimpin negara yang dianggap sebagai wakil dari Tuhan harus dilaksanakan karena melanggarnya dianggap menentang Tuhan. Pada teori kedaulatan rakyat, hukum merupakan penjelmaan dari kemauan rakyat. Pada teori kedaulatan negara, hukum dianggap sebagai kehendak negara. Teori kedaulatan hukum menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum. Aliran sociological jurispundance menitikberatkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam hubungan hukum. Menurut madzhab fungsional, hukum merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Asas keseimbangan berfungsi sebagai dalil kesadaran hukum.

B. Saran

1. Adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam memahami madzhab-madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum sebagai salah satu komponen dalam mata kuliah Studi Ilmu Hukum.


(5)

2. Makalah ini meskipun jauh dari kata sempurna diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa prodi ilmu syari’ah konsentrasi hukum keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986.


(6)

Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989. Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2013. Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.