Asep Oop, 2014 CAMPUR KODE, ALIH KODE, DAN INTERFERENSI DALAM TUTURAN LISAN BAHASA INDONESIA
SISWA SERTA RANCANGAN PEMBELAJARANNYA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
5. Tahap Mempresentasikan Laporan Akhir
Tahap  ini  menggambarkan  interaksi  belajar  mengajar  siswa  di  kelas berdasarkan kriteria atau aturan  yang telah ditetapkan oleh guru dan siswa. Pada
tahap ini  guru berfungsi  sebagai  fasilitator, pengarah, dan pengelola kelas dalam interaksi  belajar  mengajar.  Guru  harus  berupaya  membangkitkan  kreativitas  dan
mendorong  partisipasi  para  siswa  dalam  setiap  permasalahan  yang  disampaikan masing-masing  kelompok.  Karena  itu,  guru  dapat  menghampiri  setiap  kelompok
dan membantu setiap kesulitan yang mereka rasakan. Pada tahap ini masing-masing kelompok mempresentasikan laporan akhir
atau hasil investigasi terhadap tokoh idola sampai selesai dengan melibatkan para siswa secara aktif. Setiap akhir pembahasan guru dan siswa menyimpulkan hasil
presentasi  masing-masing  kelompok  dan  menunjukkan  penggunaan  bahasa  yang kurang  tepat,  di  antaranya  penggunaan  campur  kode,  alih  kode,  dan  interferensi.
Dengan  cara  seperti  ini  para  siswa  dapat  memperhatikan  penggunaan  campur kode, alih kode, dan interferensi sehingga gejala tersebut dapat dihindari.
6. Tahap Evaluasi
Tahap  evaluasi  atau  penilian  hasil  belajar  didasarkan  pada  indikator pembelajaran  yang  ditetapkan.  Dalam  pembelajaran  menceritakan  tokoh  idola
penilaian dapat didasarkan pada kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa  lisan.  Penentuan  jenis  evaluasi  yang  digunakan  bertitik  tolak  dari  tujuan
pembelajaran  yang  diharapkan.  Dalam  pembelajaran  menceritakan  tokoh  idola evaluasi dapat dilakukan dengan cara tes unjuk kerja.
Dari  uraian  tersebut  dapat  dijelaskan  bahwa  model  pembelajaran kelompok  investigasi  grup  investigation  mencakup  enam  tahapan  dan  keenam
tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan,mulai dari tahapan satu sampai dengan  tahapan  enam.  Hal  ini  berarti  urutan  tahapan  model  pembelajaran
investigasi  tidak  bisa  diacak-acak.  Penggunaan  model  pembelajaran  investigasi dilakukan  secara  berurutan,  mulai  dari  tahap  satu  sampai  dengan  tahap  enam.
Tahapan-tahapan  model  pembelajaran  investigasi  dapat  dilihap  pada  bagan berikut ini.