Peningkatan jumlah AVP akan meningkatkan jumlah aquaphorin pada bagian distal nefron yang akan menginduksi reabsorbsi air. Sebaliknya, supresi
AVP akan menurunkan eksositosis kanal aquaphorin-2, dan akan meningkatkan klirens air dari ginjal.
2.2.3. Argrinine Vasopressor Peptide
AVP merupakan suatu polipeptida yang dihasilkan oleh sel neurosekretori di bagian paraventrikuler dan supraoptik hipotalamus dan disekresikan melalui
kelenjar pituitary posterior. Hiperosmolaritas plasma yang dikenali oleh osmoreseptor merupakan stimulus utama sekresi AVP. Ambang batas tekanan
osmotik untuk pelepasan AVP kedalam darah adalah 280-290 msomkg. Selain itu, stimulasi nonosmotik juga dapat meningkatkan pelepasan AVP, misalnya
pada penurunan volume sirkulasi darah dan sekresi angiotensin II. Sensor baroreseptor pada karotid sinus memperantarai pelepasan AVP yang terkait pada
volume sirkulasi darah. Namun bila dibandingkan dengan stimulasi osmoreseptor, stimulasi baroreseptor tidak terlalu sensitif, dimana hanya pada perubahan volume
darah yang signifikan dan menyebabkan hipotensilah yang memicu stimulasi ini berlangsung.
Mekanisme kerja AVP ini diatur oleh reseptor vasopressin, misalnya reseptor V1a, V1b dan V2. Reseptor v2 terutama terdapat pada pemukaan
basolateral duktus koligentes dan mengatur transpor air melalui ekspresi aquaphorine-2. Bersamaan dengan terjadinya hipoosmolaritas dan penurunan
efektivitas volume sirkulasi tubuh misalnya pada keadaan hipotermia terus menerus dan gagal jantung akan menyebakan pelepasan AVP secara terus
menerus, walaupun seharusnya penurunan osmolaritas plasma dibawah normal sehatusnya menginhibisi sekresi AVP. AVP dimetabolisme dengan cepat, dengan
waktu paruh dalam sirkulasi darah kurang dari 20 menit. Melihat kembali pada mekanisme AVP yang telah diketahui, maka
kegagalan pompa pada ventrikel kiri akan meningkatkan sekresi AVP dari
Universitas sumatera Utara
kelenjar pituitari posterior. Peningkatan kadar AVP akan menyebabkan peningkatan regulasi transporter urea pada tubulus pengumpul, oleh karena itu
peningkatan kadar AVP akan diikuti oleh peningkatan BUN.
2.2.3 Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Sistem RAAS merupakan suatu sistem regulasi kompeks di dalam tubuh yang melibatkan pengaturan kardiovaskular, hemodinamik dan sistem ginjal.
Kortex juxtamedular ginjal merupakan sumber utama pelepasan renin. Angiotensin II berikatan dengan beberapa kelas angiotensin reseptor, yaitu AT-1
dan AT-2. AT-1A ditemukan pada pembuluh darah, otak dan organ tubuh lainnya. Sementara AT-1B banyak ditemukan pada hipofisis anterior dan korteks adrenal.
Selain efek tidak langsungnya melalui induksi pelepasan aldosteron, angiotensin II juga memiliki efek antidiuretik langsung kepada nefron. Aktivasi AT-1
meningkatkan aktivitas pertukaran natrium-hidrogen di membran apikal nefron. Pertama sekali angiotensin II akan meningkatkan absorbsi sodium dan air
pada tubulus proksimal dan akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi urea yang telah terfiltrasi pada tubulus proksimal. Hal ini akan meningkatkan
reabsorbsi pasif urea melewati gradien konsentrasi tubulus. Kedua, peningkatan reabsorbsi air pada tubulus proksimal akan menurunkan volume cairan yang
melewati bagian distal, sehingga akan mengakibatkan kecepatan aliran tubulus akan berkurang pada tubulus pengumpul, yang mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi urea yang bersifat flow dependent.
2.2.4. Sistem Saraf Simpatis