Perancangan Kampanye Sosial Gangguan Makan Berlebih

(1)

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan tempat perusahaan tempat penelitian,

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty Nonekslusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 19 Agustus 2016 Penulis,

Menyetujui :

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305

Mengetahui, Pembimbing

Gema Arifprahara, M.DS. NIP 4127 32 06 032


(2)

(3)

i LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL GANGGUAN MAKAN BERLEBIH

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal: ( / / )

Menyetujui, Pembimbing

Gema Arifprahara, M.DS. NIP 4127 32 06 032

Dekan Fakultas Desain

Prof. Dr. Primadi Tabrani NIP. 4127 32 06 036

Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual

M. Syahril Iskandar, S.Sn., M.Ds. NIP. 4127 32 06 012


(4)

ii SCAN


(5)

ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM : 51912305

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, 15 Agustus 2016

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305


(6)

iii SCAN


(7)

BIODATA

Data Personal

Nama Lengkap : Alfi Awaludin Juliana Wijaya Tempat, Tanggal

Lahir

: Cimahi, 02 Juli 1994

Alamat : Jln. Babakan Cianjur Rt01/ Rw07 No.100 Kel. Campaka Kec. Andir

Bandung 40184 No Telepon/Hp : 087821392040 E-mail : sialfi02@gmail.com NIM/Kelas : 51912305/DKV 7 2012 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tinggi : 170 cm Golongan Darah : AB Status

Perkawinan

: Belum Menikah Pekerjaan : Pelajar

Berat : 75 kg Agama : Islam Nama Ayah : Rohaedi

Nama Ibu : Dewi Mustikawati Alamat Orang

tua

: Jln. Babakan Cianjur Rt01/ Rw07 No.100 Kel. Campaka Kec. Andir


(8)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL GANGGUAN MAKAN BERLEBIH

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Alfi Awaludin Juliana Wijaya NIM. 51912305

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(9)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Perancangan Kampanye Sosial Gangguan Makan Berlebih”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir program studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia.

Berbagai macam hambatan dan kesulitan banyak ditemui selama pengerjaan laporan ini. Namun atas bantuan, dorongan berbagai pihak, laporan ini dapat berhasil diselesaikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan laporan ini, baik dari penyampaian materi maupun teknis penyajiannya, mengingat kekurangan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan semua pihak yang menunjang dalam pelaksanaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pihak yang membutuhkan.

Bandung, 15 Agustus 2016

Penulis,


(10)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan... 3

BAB II. GANGGUAN MAKAN ... 4

II.1 Definisi Gangguan Makan ... 4

II.2 Etiologi Gangguan Makan ... 4

II.3 Faktor Resiko Gangguan Makan ... 5

II.4 Jenis - Jenis Gangguan Makan ... 6

II. 5 Gagguan Makan Berlebih ... 7

II.5.1 Definisi Gangguan Makan Berlebih ... 7

II.5.2 Demografis Gangguan Makan Berlebih ... 8

II.5.3 Gejala Gangguan Makan Berlebih ... 8


(11)

vii

II.5.5 Dampak Gangguan Makan Berlebih Pada Kesehatan ... 10

II.5.6 Pencegahan dan Penanganan Gangguan Makan Berlebih ... 10

II.7 Kampanye ... 11

II.7.1 Definisi Kampanye ... 11

II.7.2 Jenis-Jenis Kampanye ... 11

II.7.3 Tahapan-Tahapan Kampanye ... 12

II.6 Analisa Survey... 13

II.7 Analisa 5W+1H ... 14

II.8 Kondisi Khalayak Saat Ini ... 16

II.9 Solusi ... 16

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 17

III.1 Strategi Perancangan ... 17

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 17

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 17

III.1.3 Materi Pesan ... 18

III.1.4 Gaya Bahasa ... 18

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 18

III.1.6 Strategi Kreatif ... 20

III.1.7 Strategi Media ... 23

III.1.8 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 25

III.2 Konsep Visual ... 26

III.2.1 Format Desain ... 26

III.2.2 Tata Letak... 26

III.2.3 Huruf ... 27


(12)

viii

III.2.5 Warna ... 29

BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 30

IV.1 Tahapan Produksi... 30

IV.2 Teknis Produksi ... 30

IV.2.1 Media Utama ... 30

IV.2.2 Media Pendukung ... 35

IV.1.3 Gimmick ... 38


(13)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Gangguan Makan ... 4

Gambar II.2 Anoreksia Nervosa ... 6

Gambar II.3 Binge Eating Disorder ... 7

Gambar III.1 Ilustrasi Masalah Pada Ukuran Pakaian ... 21

Gambar III.2 Ilustrasi Masalah Pada Pergerakan ... 21

Gambar III.3 Ilustrasi Kursi Yang Rusak ... 22

Gambar III.4 Ilustrasi Timbangan Yang Rusak ... 22

Gambar III.5 Ilustrasi Masalah Pada Angkutan Umum ... 23

Gambar III.6 Tata Letak ... 27

Gambar III.7 Impact ... 27

Gambar III.8 Arial ... 28

Gambar III.9 Referensi Karakter Flat Design ... 28

Gambar III.10 Warna Pastel ... 29

Gambar IV.1 Poster Praproduksi ... 31

Gambar IV.2 Poster Pascaproduksi ... 31

Gambar IV.3 Web Banner... ... 32

Gambar IV.4 Aplikasi Web Banner ... 32

Gambar IV.5 Leaflet Praproduksi ... 33

Gambar IV.6 Leaflet Pascaproduksi ... 33

Gambar IV.7 X-Banner Praproduksi ... 34

Gambar IV.8 X-Banner Pascaproduksi ... 34

Gambar IV.9 T-Shirt Praproduksi ... 35

Gambar IV.10 T-Shirt Pascaproduksi ... 35

Gambar IV.11 Sticker Praproduksi ... 36

Gambar IV.12 Sticker Pascaproduksi ... 36

Gambar IV.13 Laman Facebook ... 37

Gambar IV.14 Laman Instagram ... 37

Gambar IV.15 Buku Catatan Praproduksi ... 38

Gambar IV.16 Buku Catatan Pascaproduksi ... 38


(14)

x

Gambar IV.18 Kalender Pascaproduksi ... 39

Gambar IV.19 Jam Dinding Praproduksi ... 40

Gambar IV.20 Jam Dinding Pascaproduksi ... 40

Gambar IV.21 Pulpen Praproduksi ... 41

Gambar IV.22 Pulpen Pascaproduksi ... 41

Gambar IV.23 Gantungan Kunci Praproduksi ... 42

Gambar IV.24 Gantungan Kunci Pascaproduksi ... 42

Gambar IV.25 Tumbler Praproduksi ... 43


(15)

44 DAFTAR PUSTAKA

Alex. 2015 (24 November). Binge Eating Disorder: Imaginary Maladies of a Lazy Nation. Diambil dari: http://tastelessgentlemen.com [13 April 2016] Bayour, Tim. 2002 (19 Februari). Eating Disorders’ Psychotherapeutic

Treatment. Diambil dari: http://www.roots.gr [13 April 2016]

Belajar Desain @Corel Monster. 2013. Warna pastel. Diambil dari: http://pic.twitter.com/dgFLxpqHFb [11 Agustus 2016]

Felisitas, Johan (2012). "Desain dan Warna". Surabaya : Visimedia Ginanjar, Adriana. (2005). “Psikologi Abnormal”. Jakarta: Erlangga

Görüntülendi, Kez. 2015 (29 Mei). DÜNYA BU KADINI KONUŞUYOR. Diambil dari: http://www.5n1khaber.com [13 April 2016]

Hartiansyah, Vidya. (2008). “At a Glance Psikiatri: Edisi Ke-4”. Jakarta: Erlangga

Healthcare. 2016 (3 Januari). How To Make Yourself Throw Up?. Diambil dari: http://minimemedia.com [13 April 2016]

Indiasari, Rahayu. (2014). “Gangguan Makan Pada Remaja”. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar

Kuncoro, Bayu. (2012). “Membuat Ilustrasi Dari Novel Sendiri”. Kudus: Cahaya Surya

Maulana, Mirza. (2008). “Diet Sehat: Cara Sehat Membentuk Tubuh Langsing & Sehat”. Jogjakarta: Katahati

Mursyid, Abdul. (2002). "Merancang Kampanye Untuk Produk". Surabaya : Kinerja

Oriza, Dian. (2003). “Psikologi Abnormal Edisi 5 Jilid 2”. Jakarta: Erlangga Permatasari, Bunga. (2012). “Hubungan Antara Penerimaan Terhadap Kondisi

Fisik dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa”. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Poerwandari, Kristi. (2004). “Mengoptimalkan Status Gizi Untuk Mutu Diet Sehat”. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Rahma, Dini. (2003). “Psikologi Abnorma Edisi 5 Jilid 1”. Jakarta: Erlangga Ruspita, Indah. (2012). “Flat Design Untuk Pemula”. Jakarta : Grasindo


(16)

45 Saraswati, Ina. (2005). “Diet dan Remaja”. Semarang: Sinar Mulia

Satria, Hilman. (2005). “Layout Design”. Banjarmasin: Hikmah Benua Sinai, Athur. (2011). "Tipografi". Jakarta : Helium Works


(17)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Indiasari (2014, h.3), baik jumlah maupun sifat bahan makanan yang tersedia bagi penduduk diberbagai belahan dunia telah banyak berubah selama beberapa dekade terakhir. Perubahan ini meliputi semakin banyaknya pilihan dan jenis makanan sehinggga menimbulkan keinginan masyarakat untuk mencoba memakannya. Makanan- makanan ini pun senantiasa dijual sepanjang hari yang artinya bisa dibeli kapan saja. Dengan teknologi yang ada, metode pengawetan makanan pun semakin canggih sehingga makanan dapat selalu tersedia bahkan tidak sedikit produk makanan yang hanya memerlukan sedikit proses pemasakan sehingga dapat segera dimakan.

Faktanya semakin banyak makanan yang diproduksi namun memiliki kualitas yang buruk. Peningkatan konsumsi makanan olahan yang mudah dikonsumsi seperti makanan siap saji atau makanan cepat saji menjadikan masyarakat menjadi overkonsumsi. Ukuran porsi yang lebih besar menjadi hal biasa sehingga tanpa disadari juga akan meningkatkan asupan makanan. Kondisi ini juga mengakibatkan masyarakat menjadi lebih menyukai konsumsi kudapan, makanan cepat atau siap saji, dan minuman ringan ketimbang makan sampai kenyang dengan selang waktu yang panjang. Makanan - makanan itupun mengandung banyak lemak dan karbohidat yang lambat diserap oleh tubuh sehingga mekanisme pengendalian nafsu makan menjadi kurang efektif (Permatasari, 2002, h.36).

Menurut Hans seperti yang dikutip Fauziah (2003, h.45) dengan adanya kemajuan teknologi yang ada masyarakat menjadi kurang menggunakan tenaga otot mereka dalam melaksanakan tugas manual yang memerlukan banyak energi. Beberapa masyarakat bahkan memilih menggunakan kendaraan bermotor ketimbang berjalan kaki atau bersepeda untuk berpergian. Tersebarnya komputer dan sarana hiburan elektronikpun dapat mengurangi aktivitas untuk menyeimbangkan kondisi tersebut. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat tidak bisa mengendalikan


(18)

2 keseimbangan energi yang ada ditubuhnya. Energi yang masuk lebih besar dari pada energi yang keluar.

Kondisi diatas lama kelamaan mendorong seseorang memiliki gangguan makan berlebih yang diiringi oleh resiko penyakit yang terkait dengan berat badan berlebih (obesitas). Tidak sedikit masyarakat yang berakhir dengan kondisi dimana makanan adalah satu-satunya pengalihan yang ideal bagi dirinya. Bahkan, obesitas dapat menjadi hal yang sangat fatal. Obesitas berpengaruh langsung terhadap 12% kasus kematian didunia dan memperpendek usia harapan hidup rata-rata sebanyak 9 tahun (Ginanjar, 2005).

Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, hal tersebut akan terus menerus terjadi di luar keinginan. Seperti gangguan psikologis lainnya, gangguan makan tersebut sering disertai dengan berbagai bentuk psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalah gunaan zat (Ginanjar, 2005).

Sebagian besar dari penderita gangguan makan akan menyembunyikan keadaannya dan beranggapan bahwa hal yang dilakukannya adalah benar. Biasanya, pengidap gangguan makan ini kurang menghargai diri sendiri. Faktanya, kondisi mereka ini bisa menuntun mereka pada pemberhentian kerja organ-organ tubuh bahkan kematian (Oriza, 2003).

I.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini. Antara lain sebagai berikut :

 Maraknya makanan cepat atau siap saji yang jelas tidak sehat di lingkungan masyarakat yang dapat mengakibatkan masyarakat overkonsumsi terhadap makanan tersebut.

 Ketidakmampuan masyarakat untuk menyeimbangkan energi masuk dan keluar pada tubuhnya.


(19)

3  Persepsi masyarakat yang salah terhadap gangguan makan berlebih yang

dideritanya.

I.3 Rumusan Masalah

Untuk lebih mudah mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ditetapkanlah satu rumusan masalah yaitu :

Bagaimana caranya agar informasi kepada masyarakat seputar gangguan makan berlebih dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat?

I.4 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan pada tujuan penelitian maka akan lebih baik bila tertera batasan masalah yang akan dibahas didalam penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

 Perancangan difokuskan dengan target remaja akhir sampai dewasa awal karena pada masa tersebut kecenderungan memiliki gangguan makan berlebih cukup besar.

 Target sasaran dilakukan di Bandung dimana makanan di daerah ini cukup bervariasi dan tidak sedikit yang memiliki kualitas buruk.

 Perancangan objek dibatasi pada persuasi untuk mengajak khalayak mengerti dan mencegah gangguan makan.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Adapun tujuan dari penelitian ini berkaitan dengan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas yaitu :

1. Mencegah terjadinya gangguan makan berlebih di masyarakat.

2. Memberi gambaran dampak yang terjadi jika seseorang mengalami gangguan makan belebih.

3. Mengurangi tingkat obesitas pada masyarakat.

Sedangkan manfaat dari penelitian adalah mengetahui dampak dari gangguan makan berlebih secara umum sehingga khalayak akan lebih mempertimbangkan bagaimana mengatur gaya hidup dan pola makan mereka.


(20)

4 BAB II. GANGGUAN MAKAN

II.1 Definisi Gangguan Makan

Menururt Poerwandari (2000), gangguan makan adalah kondisi yang termasuk kedalam psikologi abnormal dimana penderitanya memiliki citra diri yang tidak rasional yang bisa membahayakan pengidapnya bahkan lebih parahnya lagi menjerumuskan mereka pada kematian.

Gambar II.1 Gangguan Makan

Sumber : http://www.roots.gr/images/eating_disorders.jpg (Diakses pada 13/04/2016)

Gangguan makan juga ditandai dengan perilaku ekstrim penderitanya untuk mencapai tujuan yang mereka anggap benar meski faktanya bisa membawa mereka pada kondisi kritis. Keyakinan itu bisa menjadi salah satu penyebab gangguan makan mereka yang sulit untuk diatasi bila hanya melarang penderitanya (Poerwandari, 2000).

II.2 Etiologi Gangguan Makan

Menurut Permatasari (2012) meskipun etiologi (penyebab) terjadinya gangguan makan ini masih bersifat kompleks yang artinya belum ada alasan yang pasti, tapi gangguan makan ini bisa timbul dari kombinasi faktor psikologis, lingkungan maupun biologis.

Sejumlah anak yang terlahir secara prematur tumbuh dengan kondisi yang buruk. Asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya tidak distimulasi dengan baik.


(21)

5 Akibatnya, banyak anak dengan kondisi ini tumbuh dengan gizi yang kurang bahkan menandakan gejala pada gangguan makan.

Pemicu lain dari gangguan makan yang biasa terjadi dikalangan remaja ini adalah karena kelabilan yang membuat mereka mudah merasa stress, depresi dan kekhawatiran berlebih terhadap sesuatu. Hal tersebut bisa menjadi pemicu utama perilaku menyimpang seperti gangguan makan.

Faktor lingkunganpun tidak jauh beda menjadi faktor utama penyebab terjadinya gangguan makan. Contoh paling sederhana adalah kebiasaan orang khususnya remaja yang cenderung meniru gaya hidup orang barat yang perlahan merubah persepsi mereka bahwa penilaian diri diukur dengan bagaimana tampilan tubuh.

II.3 Faktor Resiko Gangguan Makan

Gejala gangguan makan yang mudah dikenali pada 10% kaum remaja khususnya perempuan ini bisa dilihat dari faktor kebahagian mereka selain dari faktor kesehatan. Penderita gangguan makan bisa dengan mudah tertolong bila gejala ini diketahui sedini mungkin karena gangguan makan pada umumnya ditandai dengan diet yang normal Selain itu, remaja perempuan adalah kelompok yang paling beresiko tinggi yang menjalankan diet dan berakhir pada gangguan makan dibanding kelompok yang lain (Maulana, 2008).

Gejala lain yang merupakan faktor dari timbulnya gangguan makan ini adalah ejekan yang berhubungan dengan berat badan yang tidak lazim dikalangan remaja. Beberapa ejekan dikalangan remaja ini memungkinkan menjadi sebab kalangan remaja menjadi rawan mengidap gangguan makan. Fakta berdasarkan Sistem Pengawasan Risiko Perilaku Remaja 2003 pelaporan kasus bully yang terjadi dikalangan remaja ini mayoritas tentang frekuensi ejekan mengenai berat badan mereka (Maulana, 2008).

Disejumlah negara khususnya dinegara maju lebih dari 13% pelajar dilaporkan berpuasa dalam masa 24 jam atau lebih dalam beberapa bulan untuk mengurangi berat badan, dan lebih dari 11% perempuan dan 7% lelaki dilaporkan mengambil pil diet, bubuk, atau cairan dalam beberapa bulan (Maulana, 2008).


(22)

6 II.4 Jenis - Jenis Gangguan Makan

Menurut Robertson seperti yang dikutip oleh Hartiansyah (2008), gangguan makan bisa digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :

Anoreksia Nervosa (AN), gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.

Gambar II.2 Anoreksia Nervosa

Sumber : http://www.5n1khaber.com/wp-content/uploads/2015/10/rachael-farrokh-4.jpg

(Diakses pada 13/04/2016)

Bulimia Nervosa (BN), gangguan makan dimana makan secara berlebihan kemudian mencoba mengeluarkan kembali apa yang telah mereka makan. Biasanya usaha mengeluarkan kembali makanan yang dimakan ini adalah memuntahkannya. Hal tersebut dianggap sebagai bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri dan menghilangkan rasa bersalah karena makan.  Binge Eating Disorder (BED), gangguan makan dengan gejala cara makan

yang berlebihan. Biasanya mereka mengatasi rasa bosan dengan makan. Penderita BED akan terus makan meskipun dalam keadaan kenyang yang mengakibatkan mereka mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.


(23)

7 II. 5 Gagguan Makan Berlebih

II.5.1 Definisi Gangguan Makan Berlebih

Gambar II.3 Binge Eating Disorder

Sumber : http://tastelessgentlemen.com/wp-content/uploads/2015/11/how-to-stop-binge-eating.jpg

(Diakses pada 13/04/2016)

Gangguan makan berlebih (Binge Eating Disorder/BED) adalah gangguan makan dimana penderitanya akan makan makanan dalam jumlah besar dengan frekuensi waktu yang sering. Dalam beberapa kesempatan, hampir setiap orang bisa makan dalam jumlah besar, namun bagi penderita gangguan makan berlebih hal itu menjadi suatu kejadian yang sudah biasa. Berbeda dengan kebanyakan orang, penderita gangguan makan berlebih melakukan kebiasaan makannya secara tersembunyi. Mereka sering merasa malu dan memiliki perasaan bersalah dengan keadaan yang dideritanya hingga seringkali bersumpah untuk berhenti. Namun, penderita gangguan makan berlebih seringkali berfikir tidak ada keharusan untuk berubah dan lagi-lagi tidak bisa membendung hasratnya untuk makan berlebihan (Saraswati, 2005).

Menurut Ginanjar (2005), berbeda dengan bulimia, orang-orang pengidap gangguan makan berlebih menunjukan pola makan secara berlebihan berulang kali tetapi tidak mengeluarkan makanan tersebut sesudahnya. Dan biasanya penderita gangguan makan berlebih ini kurang melakukan aktivitas untuk menyeimbangkan pola hidupnya sehingga timbulnya pemadatan lemak


(24)

8 ditubuhnya. Akibatnya, seseorang dengan gangguan makan berlebih selalu merasa dirinya sangat buruk dari segi penampilan namun sukar untuk berubah.

II.5.2 Demografis Gangguan Makan Berlebih

Seperti demografis gangguan makan lainnya, penderita gangguan makan sering dijumpai pada kaum wanita. Namun tidak dipungkiri bahwa pria pun beresiko terhadap gangguan makan berlebih. Biasanya gangguan makan berlebih akan mudah berkembang pada usia sekitar remaja akhir dan dewasa awal. Pada usia tersbut, titik stress pada sebagian orang berada dipuncaknya ketika berbagai macam pola hidup dan diet yang mereka jalani tidak mengalami kemajuan. Akhirnya, mereka memilih makanan sebagai pengalihan yang baik bagi mereka (Bintari, 2003).

II.5.3 Gejala Gangguan Makan Berlebih

Secara fisik, gejala gangguan makan berlebih tidak begitu jelas terlihat. Beberapa orang dengan gangguan makan berlebih mungkin memiliki kelebihan berat badan (obesitas), namun beberapa orang dengan gangguan makan berlebih di awal juga memiliki berat badan yang normal (Irianto, 2007).

Secara emosional pun gejala gangguan makan berlebih akan sulit ditemukan. Orang dengan gangguan makan ini biasanya melakukan hal - hal yang berkaitan dengan gejalanya secara rahasia. Namun, ada gejala umum untuk mengenal gangguan makan berlebih antara lain :

 Orang dengan gangguan makan berlebih biasanya sering makan sendirian. Makanan yang dikonsumsinya pun terjumlah banyak. Mereka akan memakan makanannya dengan cepat. Mereka pun akan terus makan walau dalam keadaan kenyang atau tidak lapar.

 Kebiasaan makan berlebih membuat penderitanya merasa bahwa kebiasaan yang dilakukannya itu diluar dari kendali mereka. Tak jarang mereka merasa tertekan, menyesal dan sadar akan kebiasaan buruknya. Mereka akan mudah depresi dan cemas. Namun, tetap saja mereka tidak


(25)

9 berpikir tidak ada keharusan untuk berubah meski sering merasa tersisihkan.

 Sering melakukan diet tanpa kehilangan berat badan. Adapun penderita gangguan makan berlebih yang bisa menghilangkan berat badan mereka namun kembali bertambah. Hal tersebut karena mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan buruknya.

 Sulit untuk membicarakan masalah yang dideritanya kepada orang lain. Mereka akan berakhir dengan memendam permasalahannya sendiri dan stress akibatnya.

II.5.4 Etiologi Gangguan Makan Berlebih

Saat ini belum ada penyebab (etiologi) yang pasti mengapa gangguan makan berlebih ini terjadi (Mirza, 2008). Namun, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengembangkan gejala gangguan makan berlebih antara lain :

Faktor biologis

Beberapa kasus yang terjadi menyebutkan bahwa seseorang dengan gangguan makan berlebih memiliki orangtua yang mengidap gangguan makan berlebih juga. Penderita gangguan makan berlebih ini mungkin mewarisi gen yang kuat sehingga cara pikir terhadap gaya hidupnya berubah sehingga mereka lebih beresiko untuk menderita gangguan makan berlebih.

Faktor psikologis

Kebanyakan penderita gangguan makan berlebih cenderung memperhatikan penampilannya. Namun hal itu justru bertabrakan dengan kondisi fisik beberapa penderitanya yang cenderung memiliki berat badan berlebih. Hal itu menjadikan penderitanya lebih rentan depresi. Pada akhirnya mereka akan berfikir bahwa dirinya sulit untuk mengontrol perilakunya. Obat - obatan menjadi jalan tengah dari masalahnya tersebut. Penderita gangguan makan akan sulit untuk mengendalikan stress, kebosanan dan kemarahan yang dialihkan pada makanan.


(26)

10  Diet

Beberapa orang menjalani diet sejak kecil. Tapi, masyarkat tidak mengetahui bahwa diet justru bisa menjadi faktor beresiko untuk mengembangkan gejala makan berlebih. Beberapa orang berdiet dengan makanan sebagai imbalannya. Diet juga bisa mendorong makan berlebih jika seseorang ada dalam tingkat depresi yang tinggi.

II.5.5 Dampak Gangguan Makan Berlebih Pada Kesehatan

Sejumlah besar penderita gangguan makan berlebih berakhir meninggal dunia, baik dari konsekuensi fisik langsung dari berat badan atau melalui bunuh diri. Beberapa penderitanya akan memiliki masalah psikologis yang besar. Beberapa penderitanya juga melakukan diet yang tidak sehat. Diet dimana mereka berhasil menurunkan berat badan namun tidak kuasa menahan rasa ingin makan berlebih.

Karena makanan yang mereka pilih pun makanan yang kaya akan lemak dan rendah protein mengakibatkan penderitanya memiliki beberapa penyakit yang serius seperti obesitas, diabetes, beberapa jenis kanker, penyakit jantung dan masalah menstruasi bagi wanita. Psikologisnya juga akan terganggu. Orang dengan gangguan makan berlebih akan mudah terkena depresi, gangguan tidur bahkan keinginan untuk bunuh diri (Ginanjar, 2005).

II.5.6 Pencegahan dan Penanganan Gangguan Makan Berlebih

Pencegahan seseorang dengan gejala makan berlebih seharusnya lebih mudah, dan lebih efektif ketimbang mengatasi gangguan makan berlebih yang sudah terjadi. Akan tetapi, seseorang dengan gejala awal gangguan makan berlebih mungkin tidak memikirkan atau tidak termotivasi untuk melakukan perubahan pada kebiasaannya. Maka pencegahan yang tepat pada masalah gangguan makan berlebih adalah dengan melakukan pendekatan personal.

Adapun penanganan pada gangguan makan berlebih yaitu dengan membujuk penderita ke psikolog dan psikiater. Psikolog akan merubah persepsi penderita bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang salah. Psikolog akan menuntun bagaimana seharusnya gaya hidup dan pola makan yang benar. Psikiater akan


(27)

11 menolong penderita dengan memberikan obat dan vitamin untuk mengendalikan nafsu makan mereka (Maulana, 2008).

II.7 Kampanye

II.7.1 Definisi Kampanye

Menurut Leslie seperti yang dikutip Mursyid (2002), kampanye adalah sebuah kegiatan atau tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan masal. Kampanye bisa dilakukan oleh individu (perorangan) atau kelompok yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses atau penghambatan suatu pencapaian. Pesan pada kampanye bersifat terbuka dengan tujuan membentuk kebaikan untuk publik. Kegiatan kampanye dilandasi oleh prisnip persuasif, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.

II.7.2 Jenis-Jenis Kampanye

Ada beberapa kampanye yang bisa dibedakan menjadi dua yaitu kampanye berdasarkan sumber dan kampanye berdasarkan sifat (Mursyid, 2002)

1. Kampanye berdasarkan sumber

Kampanye yang berorientasi pada produk

Kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. Contoh: Kampanye BNI Go Public, Kampanye MIFI Smartfren.

Kampanye yg berorientasi pada kandidat

Kampanye yg berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh : Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan Dana bagi partai politik.

Kampanye sosial

Jenis kampanye yg berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial. Atau Social Change Campaigns (Kotler),


(28)

12 yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. Contoh: Kampanye AIDS, Kampanye Menyusui dengan ASI, Keluarga Berencana dan Donor Darah.

2. Kampanye berdasarkan sifat Kampanye Negatif

Menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.

Kampanye hitam (Black campaign)

Bersumber pada rumor, gossip, bahkan menjurus ke implementasi sejumlah teknik propaganda. Jenis ini biasanya sulit untuk diverifikasi apalagi diperdebatkan.

II.7.3 Tahapan-Tahapan Kampanye 1. Tahap Conditioning

Tahap conditioning merupakan tahap awal kampanye dimana pelaksana kampanye mengkondisikan target ke dalam suasana yang memungkinkan mereka menerima pesan yang akan disampaikan. Tahap conditioning dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan menyamakan persepsi target.

2. Tahap Informing

Setelah target terkondisi, tahapan selanjutnya adalah tahap informing. Pada tahap informing, target diberi informasi agar paham dan yakin mengenai program yang dikampanyekan.

3. Tahap Reminding

target yang sudah matang dan menyerap informasi dengan baik diberi simulasi untuk tetap mengingat pesan yang disampaikan melalui cara tertentu.


(29)

13 II.6 Analisa Survey

Sebagian besar langkah-langkah dalam proses penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mekanisme pengumpulan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu wawancara dan dokumentasi. Hasil kedua instrumen pencarian data tersebut akan dikaji untuk mendapatkan analisa yang berhubungan dengan gangguan makan berlebih sesuai rumusan masalah.

1. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan kepada psikolog, Ibu Suci Wisayanti, seputar gangguan makan dilaksanakan di Biro Pelayanan dan Inovasi Psikologi (BPIP) Fakultas Psikologi UNPAD yang terletak di jalan H. Djuanda No. 438 B.

Pembahasan dalam waawncara ini adalah gambaran gangguan makan secara umum dan bagaimana pandangan masyarakat Indonesia mengenai gangguan makan itu sendiri. Informasi yang lebih intensif harus diberikan kepada beberapa masyarakat saat ini seputar gangguan makan. Karena media yang beredar bisa membawa pengaruh negatif yang bisa merubah persepsi mereka dan merubah gaya hidup mereka.

Sebagian besar masyarakat, khususnya di kota Bandung akan sulit menahan gairah untuk makan. Karena Bandung merupakan salah satu kota kuliner terbesar di Indonesia. Banyak orang yang berinovasi untuk memproduksi makanan. Berbagai macam jenis makanan ditawarkan kepada masyarakat. Sebagai masyarakat awam, tawaran makan seperti promo atau event tidak bisa mereka tolak. Mereka tidak tahu bahwa sebagian besar makanan olahan itu akan membuat mereka ketagihan.

Perilaku konsumtif ini diawali dengan seringnya menkonsumsi makan dalam jumlah besar. Dengan alasan makanan favorit atau hanya menu santapan kuliner sebagai hobi. Faktanya perilaku konsumtif ini terjadi pada makanan olahan instant. Mereka lebih suka memakan kudapan daripada makan makanan normal dengan jeda waktu yang normal pula. Apalagi Bandung dikenal sebagai kota dimana inovasi dari satu bahan makanan dibuat menjadi berbagai jenis makanan.


(30)

14 Contohnya tepung kanji. Tepung kanji di bandung bisa dibuat kedalam beberapa jenis makanan seperti cireng, cimol, seblak dll.

2. Dokumentasi

Di beberapa buku yang membahas seputar gangguan makan, penderita ganggguan makan ini cenderung menyembunyikan kondisi dirinya. Mereka tidak ingin ada orang lain yang menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah suatu kesalahan yang besar. Mereka tidak mengerti bahaya apa saja yang akan menunggunya bila terus mempertahankan kondisi mereka.

Kebanyakan individu, khususnya remaja wanita lebih berfikir secara stereotype. Beberapa dari mereka terpengaruh dari apa yang mereka lihat dan dengar di lingkungan mereka. Persepsi tentang gaya hidup yang salah akhirnya menjadi pilihan. Informasi yang benar perlu diberikan agar masyarakat tidak salah persepsi dan lebih bijak mengambil keputusan.

Kesimpulan yang didapat dari beberapa metode pencarian data diatas adalah masyarkat tidak mendapatkan informasi seputar gangguan makan dan dampaknya. Mereka tidak mengetahui gejala awal dari gangguan makan sehingga beberapa orang bisa saja mengalami gangguan makan yang sudah kompleks untuk diobati.

II.7 Analisa 5W+1H

Dibawah ini merupakan metode 5W+1H dengan beberapa jawaban yang sudah dibahas didalam landasan teori.

What

Gangguan makan berlebih adalah gangguan makan dimana penderitanya akan makan makanan dalam jumlah besar dengan frekuensi waktu yang sering.

Who

Dari beberapa kasus mengenai gangguan makan, mayoritas diantaranya terjadi pada wanita sekitar pada masa remaja akhir samapi bertambahnya usia mereka menjadi dewasa. Namun tidak dipungkiri bahwa gangguan makan bisa juga terjadi pada lelaki.


(31)

15  When

Karena penderita gangguan makan biasanya cenderung menutupi kondisi dirinya maka akan sulit mengidentifikasi hal tersebut. Namun, jika seseorang tahu informasi yang baik, gangguan makan bisa diidentifikasi sedini mungkin jika seseorang menunjukan gejala awal dari gangguan makan tersebut.

Where

Kota Bandung sebagai kota kuliner menjadi kota yang beresiko mengembangkan gangguan makan berlebih.

Why

Gangguan makan berlebih adalah tindakan yang identik dengan pengurangan asupan nutrisi bagi tubuh atau sebaliknya. Tubuh membutuhkan nutrisi yang seimbang. Jadi, seseorang dengan gangguan makan memiliki pola hidup yang bisa membahayakan tubuhnya sendiri. Dengan kondisi tersebut penderita akan terkena dampak yang akan menyiksa dirinya sendiri bahkan menuju kematian. Oleh karena itu jika gangguan makan ini teridentifikasi maka pengobatan perlu dilakukan sedini mungkin agar tidak menjadi suatu masalah yang kompleks.

How

Pendekatan secara personal perlu dilakukan jika seseorang memiliki gangguan makan. Hal ini perlu dilakukan karena biasanya penderita gangguan makan akan sulit untuk dibujuk untuk berubah. Cara yang tepat adalah membujuk mereka agar mau berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater. Psikolog akan merubah persepsi yang salah dengan beberapa terapi yang intensif untuk menata gaya hidup penderita. Sedangkan psikiater akan memberi asupan vitamin agar kondisi tubuh penderita kembali normal dengan nutrisi yang seimbang. Selain itu kampanye sosial juga perlu dilakukan agar pesan yang sanga pnting ini dapat diterima dengan baik pada khalayak.


(32)

16 II.8 Kondisi Khalayak Saat Ini

Demografis

Sebagian besar orang yang beresiko mengembangkan gangguan makan berlebih adalah wanita. Mereka dengan usia sekitar remaja akhir akan berpotensi mengalami gangguan makan berlebih dimana tekanan seperti diet yang gagal akan mempengaruhi persepsinya untuk menemukan suatu pengalihan baru. Tak sedikit diantaranya memilih makanan sebagai bentuk pengalihan.

Psikografis

Masyarakat kebanyakan bergaya hidup dengan kondisi stereotype yang artinya mereka akan hidup dengan mengikuti tren masa itu. Persepsi barupun muncul dimana kuliner menjadi hobi baru mereka. Sebagian besar justru memilih kuliner sebagai bentuk solusi dari rasa bosan, marah atau cemas. Hal itu mengakibatkan, resiko gangguan makan berlebih bisa berkembang pada dirinya.

Geografis

Wilayah seputar Kota Bandung menjadi sasaran yang tepat dimana industri makanan sangat beragam di daerah ini. Hal itu mengakibatkan masyarakat sulit menahan pola makan mereka. Geografis yang dingin juga membuat masyarakat rentan berkeinginan untuk makan.

II.9 Solusi

Fenomena gangguan makan merupakan hal yang tabu. Masyarakat tidak terlalu mementingkan masalah ini. Masyarakat tidak tahu bahwa jika gangguan makan ini dibiarkan, maka akan berakhir pada hal yang paling parah yaitu penyakit yang berkaitan dengan obesitas bahkan kematian. Informasi yang terlalu tekstual membuat masyarakat lelah dan informasi yang ingin disampaikan tidak tersampaikan. Solusi yang tepat untuk kondisi ini adalah membuat kampanye sosial tentang gangguan makan berlebih yang persuasif agar pesan yang penting ini dapat dengan mudah tersampaikan pada masyarakat.


(33)

17 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Dalam hal persuasi, kampanye sosial adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Kampanye sosial ini juga bertujuan untuk menyampaikan pesan untuk dipahami dengan mudah kepada khalayak. Pesan dalam kampanye sosial ini juga bertujuan sebagai wadah komunikasi ideal. Komunikasi dimana pesan pada komunikan dapat diterima dengan mudah agar informasi tersampaikan. Komunikasi ini juga bertujuan agar khalayak dapat mengubah cara pandang mereka setelah menerima pesan. Untuk itu, komunikasi dalam kampanye sosial ini akan bersifat persuasif agar khalayak bisa dengan mudah menyerap isi pesan yang disampaikan.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dalam perancangan kampanye sosial ini adalah memberi gambaran yang bersifat persuasi seputar gangguan makan berlebih. Kampanye ini diharapkan bisa merubah persepsi khalayak agar bisa menyesuaikan diri terhadap makanan agar tidak menkonsumsinya secara berlebih.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Adapun pendekatan komunikasi pada kampanye sosial ini yang terbagi kedalam pendekatan visual dan verbal.

Pendekatan Visual

Agar pesan tersampaikan secara efektif makan pendekatan visual adalah menampilkan dampak yang ditimbulkan ketika seseorang menderita gangguan makan berlebih. Beberapa visual yang dihadirkan berkaitan pula dengan masalah umum yang dialami oleh orang gemuk pada umumnya.  Pendekatan Verbal

Adapun pendekatan verbal dalam kampanye sosial ini yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia formal agar mudah dimengerti oleh khalayak pada umumnya.


(34)

18 III.1.3 Materi Pesan

Pesan yang akan disampaikan melalui kampanye sosial ini adalah bagaimana sulitnya jika seseorang menderita gangguan makan berlebih. Dampak yang terjadi ketika mereka makan berlebih pada umumnya adalah obesitas atau kegemukan. Dengan pesan pada kampanye sosial ini diharapkan masyarakat merubah persepsi mereka dengan kebiasaan makan berlebih. Adapun tagline untuk kampanye ini yaitu “Ayo Berubah Sebelum Susah”. Tagline tersebut bermaksud untuk mengajak khalayak untuk berubah sedini mungkin sebelum semuanya semakin buruk. Dalam hal gangguan makan berlebih ini berarti kampanye ini mengajak khalayak agar hidup sehat sebelum mengalami dampak yang buruk.

III.1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan pada kampanye sosial tentang gangguan makan berlebih ini adalah gaya bahasa persuasif. Gaya bahasa yang bisa mengajak khalayak untuk merubah persepsinya ketika mendapat pesan dari kampanye sosial ini.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

1. Consumer Insight

Hope

Masyarakat sering berharap memiliki tubuh ideal. Mereka mengutamakan segi penampilan agar terlihat memukau di tempat umum. Namun kebiasaan yang mereka lakukan bertolak belakang dengan keinginannya tersebut. Beberapa orang justru tidak segan dengan menkonsumsi makanan dalam jumlah besar sebagai suatu bentuk pengalihan. Mereka akan makan ketika sedang marah, bosan atau tertekan.

Purchase Behaviour

Dengan melakukan kebiasaan makan berlebih biasanya sebagian masyarakat akan berfikir masalah yang sedang dihadapinya hilang.

Stereotip

Makanan berlebih perlu dilakukan jika ada momen dimana terdapat banyak makanan.


(35)

19

Habit

Beberapa orang akan mulai mengemil pada saat dia sedang bosan atau stress. Makanan juga akan menjadi ”teman” yang pas untuk menemani melakukan aktivitas seperti menonton tv dan bermain game.

Mitos

Makan berlebih mengakibatkan kantuk. Sehingga beberapa orang akan tidur setelah makan yang banyak.

Hidden Truth

Ternyata makanan yang sering dikonsumsi berlebih adalah makanan yang bersifat cepat saji atau cepat saji karena makanan itu kaya akan lemak dan karbohidrat namun rendah protein sehingga sulit diserap oleh tubuh.

2. Consumer Journey

Consumer journey adalah aktivitas dimana target audience memulai hari sampai ia tertidur kembali. Adapun rangkaian aktivitas yang dilakukan rata-rata orang yang bergejala dengan gangguan makan berlebih yaitu :

Pagi (05:00 - 11:00)

Beberapa orang mengawali pagi mereka dengan mengecek ponsel pintar mereka untuk membuka sosial medianya. Disana banyak iklan yang menyajikan makanan yang membuat mereka tertarik. Biasanya pada pagi hari mereka akan melewatkan sarapan. Mereka lebih mengerjakan pekerjaan yang sudah lewat masa tenggang. Contoh secara umum jika orang itu mahasiswa, maka dia akan mengerjakan tugasnya dipagi hari sebelum pergi berkuliah. Akhirnya waktu pagi mereka akan terasa terburu-buru.

Siang (12:00 - 14:30)

Setelah aktivitas kuliah/kantor selesai. Mereka akan melakukan “balas dendam” untuk memenuhi perut mereka dengan makanan. Tak sedikit diantaranya menambah porsi makan mereka. Meski sebagian merasa kenyang, mereka akan terus makan karena ditawari oleh teman sebaya atau orang lain dengan alasan “tidak enak”.


(36)

20  Sore (15:00 - 18:00)

Sepulang kerja atau kuliah mereka akan bermalas - malasan dirumah. Sebagian ada yang hanya menonton tv. Sebagian juga ada yang hanya berada didunia maya. Tak lupa berbagai kudapan menemani aktivitas mereka.

Malam (19:00 - 21:00)

Saat malam hari, sebagian mereka akan memulai makan malam atau hanya menghabiskan kudapan. Namun kebanyakan diantaranya makan disaat waktu yang larut. Sehingga mereka akan langsung tidur setelah menghabiskan makanannya.

III.1.6 Strategi Kreatif

Strategi kreatif sangat penting untuk upaya penyampaian pesan pada khalayak dapat diterima dengan mudah. Strategi kreatif ini dilakukan dengan memadukan beberapa elemen seperti bahasa dan visual. Seperti yang telah dibahas diatas, kampanye sosial mengenai gangguan makan berlebih adalah dengan merancang beberapa media yang bertujuan untuk mengajak khalayak agar berhenti melakukan kebiasaan yang berkaitan dengan makan berlebih. Konten pesan didalam media itu yaitu menampilkan visual bagaimana dampak yang akan terjadi jika seseorang mengalami gangguan makan berlebih dan berakhir pada kegemukan (obesitas) seperti :

Masalah Pada Ukuran Pakaian.

Gangguan makan berlebih yang berakhir pada kegemukan (obesitas) mengakibatkan seseorang memiliki berbagai masalah yang sering dialami didalam kehidupannya. Masalah - masalah itu bisa dialami dalam kegiatan sehari-hari. Masalah yang paling mencolok adalah masalah pada ukuran pakaian. Dalam perancangan media pada kampanye ini masalah pada ukuran pakaian diilustrasikan dengan seorang pemuda yang berbadan gemuk terkejut melihat kancing pada kemejanya lepas karena baju yang ia pakai menjadi sangat kecil/ketat karena kegemukannya.


(37)

21 Gambar III.1 Ilustrasi Masalah Pada Ukuran Pakaian

Sumber: Data Pribadi

Masalah Pada Pergerakan.

Masalah selanjutnya adalah masalah pada pergerakan. Kegemukan membuat seseorang menderita untuk melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan pergerakan tubuhnya. Untuk masalah ini, dibuatlah ilustrasi yang menggambarkan seorang pemuda yang kesulitan mengambil dompetnya yang jatuh.

Gambar III.2 Ilustrasi Masalah Pada Pergerakan Sumber: Data Pribadi


(38)

22  Masalah Pada Berat Badan.

Masalah selanjutnya adalah masalah pada berat badan. Maksudnya jika seseorang memiliki berat badan yang berlebih, mereka bisa saja merusak fasilitas yang mereka gunakan. Ilustrasi yang dirancang untuk masalah ini adalah seorang pemuda yang merusak kursi yang didudukinya bahkan timbangan mereka sendiri.

Gambar III.3 Ilustrasi Kursi Yang Rusak Sumber: Data Pribadi

Gambar III.4 Ilustrasi Timbangan Yang Rusak Sumber: Data Pribadi


(39)

23  Masalah Pada Angkutan Umum.

Masalah terakhir untuk merancang kampanye gangguan makan berlebih ini adalah masalah pada angkutan umum. Ukuran badan yang besar bisa membuat seseorang dibenci, khususnya pada angkutan umum. Ilustrasi yang dibuat menggambarkan seorang pemuda yang hampir menduduki penumpang lainnya karena badannya yang besar mengakibatkan ruang dalam transportasi itu sesak.

Gambar III.5 Ilustrasi Masalah Pada Angkutan Umum Sumber: Data Pribadi

III.1.7 Strategi Media

Setelah menentukan strategi kreatif untuk menyelesaikan masalah tentang gangguan makan berlebih ini, maka langkah selanjutnya adalah menentukan media apa saja yang akan dipakai untuk menyampaikan pesan mengenai kampanye sosial ini. Untuk memudahkan menyampaian pesan maka strategi media ini dibagi kedalam 3 jenis media yaitu :

1. Media Utama  Poster

Media poster dapat disimpan di tempat - tempat di luar ruangan atau di dalam ruangan dimana khalayak melakukan berbagai aktivitas dapat melihatnya sebentar dan mengetahui informasi yang ada dipasang pada


(40)

24 bidang vertikal seperti mading pada koridor kampus. Jumlah pemasangan media ini yaitu satu buah namun dipasang diberbagai tempat.

Web Banner (Terhubung dengan fan page)

Media web banner (web ad/iklan laman) diletakkan dibeberapa laman yang bisa membuat khalayak mengalami gangguan makan berlebih. Salah satu contoh laman tersebut adalah laman resep-resep masakan. Web banner ini dipasang mengikuti kapasitas yang diberikan pemilik laman untuk space iklan pada lamannya. Ketika pengguna tertarik dan meng-clickm web banner tersebut langsung terhubung pada facebook fan page yang memuat informasi lebih lengkap seputar gangguan makan berlebih. 2. Media Pendukung

Leaflet

Leaflet diproduksi dengan jumlah yang banyak. Media ini akan diedarkan pada acara-acara yang banyak dikunjungi orang banyak dengan penjual makanan yang beragam seperti car free day, car free night dan culinary night.

X-Banner

X-Banner sebagai salah satu media yang bersifat attention ini diletakan juga pada acara-acara diatas untuk menarik perhatian khalayak.

Fan Page (Facebook dan Instagram)

Fan page adalah salah satu media pendukung yang bersifat online. Media ini berfungsi menunjang media utama sebagai sarana khalayak mendapat informasi yang lebih lanjut.

T-Shirt

T-shirt adalah media kampanye yang efektif. Karena media ini sifatnya dipakai, otomatis orang yang memakainya bisa menjadi “kampanye berjalan”. T-shirt dibagikan bersamaan dengan penyebaran leaflet.

Sticker

Sticker merupakan media yang bisa menarik perhatian juga. Sticker akan ditempel pada tempat - tempat dimana orang orang diam dalam artian tidak berpindah - pindah posisi. Contoh penempatan sticker adalah di pintu


(41)

25 angkutan kota dimana penumpang bisa melihat dengan jelas sticker tersebut.

3. Media Pengingat

Media pengingat ini dibagikan pada waktu penyebaran yang telah ditentukan guna mengingatkan khalayak dengan kampanye yang telah dilakukan.

Sketch Book  Kalender  Jam Dinding  Pulpen

 Gantungan Kunci  Tumbler

III.1.8 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Strategi distribusi yang akan dilakukan dalam menyampaikan pesan dalam kampanye sosial gangguan makan berlebih ini adalah kerjasama dengan intansi swasta dan pemerintah. Poster ini akan di pasang di majalah dinding atau papan pengumuman berbagai intansi agar bersifat strategis dan mudah untuk dijangkau. Sedangkan media pendukung akan diedarkan melalui event khusus dimana khalayak akan banyak berkunjung. Adapun contoh event itu seperti car free day dan carfreenight. Berikut jadwal yang ditetapkan untuk penyebaran media ini.

Tabel III.1 Waktu Penyebaran Media Sumber: Data Pribadi


(42)

26 III.2 Konsep Visual

Konsep visual kampanye sosial gangguan makan berlebih ini diambil dari potret atau ilustrasi resiko fatal yang akan terkadi jika seseorang terus mengembangkan gejala makan berlebih kedalam poster. Poster itu juga dilengkapi dengaan beberapa quote yang bersifat persuasif agar khalayak bisa mengerti dan merubah persepsinya tentang kebiasaan makan berlebih. Selain itu, poster itu juga akan disertai dengan ajakan untuk segera menemui psikolog dan psikiater jika memiliki gejala gangguan makan berlebih.

III.2.1 Format Desain

Format desain kampanye sosial gangguan makan berlebih ini akan dibuat pada ukuran dan orientasi yang disesuaikan. Artinya orientasi media kampanye sosial ini bisa berupa potrait atau landscape sesuai media yang digunakan. Selain itu, ukuran kertas dan bahan apa yang akan digunakan untuk memproduksi media disesuaikan. Sebagai contoh untuk media poster, poster akan diproduksi pada kertas A3 (29,7 cm x 42 cm) dengan orientasi potrait pada kertas artpaper tebal yang dilaminasi dof.

III.2.2 Tata Letak

Tata letak atau layout adalah elemen desain yang tersusun untuk menghubungkan beberapa aspek kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan yang berseni. Dalam kata lain tata letak juga sering disebut manajemen bentuk dan bidang. Fungsi dari tata letak itu sendiri adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan (Satria, 2016).

Tata letak pada kampanye sosial ini dibuat sesederhana mungkin dimana gambar atau konten visual lebih mendominasi pada beberapa media utama kampanye ini. Tata letak pada perancangan kampanye sosial ini juga disesuaikan dengan media yang digunakan. Berikut contoh tata letak yang digunakan pada media poster :


(43)

27 Gambar III.6 Tata Letak

Sumber: Data Pribadi

III.2.3 Huruf

Tipografi adalah ilmu memilih dan menata huruf baik jenis, ukuran atau warna kedalam ruang yang tersedia agar menciptakan sebuah kesan, sehingga dapat membuat pembaca mendapatkan kenyamanan membaca suatu konten semaksimal mungkin (Sinai, 2011).

Untuk mendukung komponen visual pada kampanye sosial ini, maka elemen tipografi sangat penting agar pesan atau maksud dari konten visual itu tersampaikan. Karena kampanye sosial ini bertujuan menarik masyarakat dari berbagai kalangan maka tipografi/font yang akan digunakan adalah font yang tegas dan mudah dibaca oleh masyarakat secara umum. Adapun font yang digunakan dalam kampanye sosial ini yaitu Arial dan Impact.

Beberapa font yang berjenis decorative juga dipakai dalam perancangan media kampanye sosial ini. Hal ini bertujuan agar desain pada setiap media bisa lebih menarik lagi.

Gambar III.7 Impact Sumber: Data Pribadi


(44)

28 Gambar III.8 Arial

Sumber: Data Pribadi

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi adalah visualisasi dari suatu tulisan atau narasi. Tujuan ilustrasi adalah memperindah, memperkaya, membuat jelas dari tulisan tersebut. Ilustrasi yang baik dapat membuat pembaca lebih mudah mencerna maksud pesan yang disampaikan kepadanya (Kuncoro, 2012).

Pada kampanye sosial mengenai gangguan makan berlebih ini, ilustrasi yang di tampilkan adalah ilustrasi yang memperlihatkan dampak dari gangguan makan berlebih khususnya obesitas. Dalam hal ini, obesitas atau kegemukan menjadi ilustrasi yang tepat karena adanya beberapa masalah yang sering terjadi pada orang gemuk pada umumnya. Adapun gaya visual yang digunakan yaitu flat design vector yang diolah melalui software Adobe Illustrator.

Gambar III.9 Referensi Karakter Flat Design

Sumber : https://id.pinterest.com/pin/562950022143719080/ (Diakses pada 13/04/2016)

Flat design adalah teknik desain sederhana dimana dalam pembuatannya tidak mengikutsertakan segi tiga dimensi. Selain itu flat desain juga dibuat dengan seminimal — bahkan tanpa — efek gambar seperti bayangan, bevels,


(45)

29 embossing atau gradien. Flat desain memiliki tampilan yang sederhana meskipun sebenarnya rumit. Oleh karena itu, banyak orang yang lebih suka pada flat desain karena tampilannya yang sederhana dan “bersahabat” (Ruspita, 2012).

Studi karakter pada beberapa media diambil dari beberapa gangguan atau masalah yang sering dirasakan oleh orang gemuk pada umumnya. Beberapa masalah pada orang gemuk tersebut dibuat menjadi vector dengan masalah yang sama namun gestur dan suasana yang berbeda.

III.2.5 Warna

Warna adalah cakupan tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang sempurna (putih). Dalam dunia disain, Warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah (Felisitas.2012).

Warna yang digunakan dari keseluruhan media pada kampanye ini adalah warna-warna pastel. Warna pastel membuat gambar berkesan soft. Selain itu, warna pastel juga bisa meningkatkan ketertarikan khalayak untuk melihat media kampanye yang dibuat. Berikut contoh palet dari warna pastel :

Gambar III.10 Warna Pastel

Sumber: http://pbs.twimg.com/media/BP3YVpRCMAE6j8O.jpg:large (Diakses pada 13/04/2016)


(46)

30 BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Teknis Produksi

Sebelum memasuki tahap produksi, perancangan media kampanye sosial ini melewati beberapa tahap praproduksi antara lain:

1. Pembuatan Sketsa

Pembuatan sketsa dilakukan melalui proses asistensi. Sketsa ini menentukan bagaimana gaya visual yang akan digunakan pada beberapa media nantinya.

2. Pengolahan Gambar

Setelah menentukan sketsa mana yang paling baik, maka proses selanjutnya adalah pengelolaan gambar. Pada proses ini, sketsa gambar diolah dengan metode trace dengan menggunakan adobe illustrator. Selain membuat gambar, dalam proses ini juga dibuat beberapa typography untuk melengkapi media.

3. Pengaplikasian

Sketsa gambar yang telah diolah menjadi digital kemudian diaplikasikan pada beberapa media. Pada proses ini penambahan beberapa unsur visual untuk melengkapi media sesuai dengan tata letak.

4. Pencetakan

Setelah semua proses diatas selesai, langkah selanjutnya adalah mencetak media dengan material bahan dan teknis produksi yang telah ditentukan.

IV.2 Teknis Produksi IV.2.1 Media Utama

Poster

Seperti yang dibahas dalam bab 3, visualisasi untuk kampanye berlebih ini menampilkan hal yang merupakan masalah umum pada orang gemuk. Ilustrasi di buat vector dan warna pastel agar lebih menarik perhatian khalayak.


(47)

31 Gambar IV.1 Poster Praproduksi

Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.2 Poster Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Poster

 Material : Art Paper tebal Laminasi Dof  Ukuran : A3 double side (29.7 cm x 42 cm)  Teknis Produksi : Cetak Digital


(48)

32  Web Banner

Gambar IV.3 Web Banner Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.4 Aplikasi Web Banner Sumber: Data Pribadi

 Media : Web Banner  Format : JPEG

 Ukuran : 851x315 pixel (Disesuaikan)

Web banner dibuat sesederhana mungkin, ilustrasi dengan warna yang mencolok dapat menarik perhatian pembaca. Dalam web banner tersebut disertakan caption

“Click Bila Anda Mengalami Hal Seperti Ini”. Web Banner tersebut terhubung

ke laman facebook dimana khalayak dapat mendapatkan informasi yang lebih banyak di laman tersebut.


(49)

33

Leaflet

Gambar IV.5 Leaflet Praproduksi

Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.6 Leaflet Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Brosur

 Material : Art Paper tipis

 Ukuran : A4 double side (21 cm x 29.7 cm)  Teknis Produksi : Cetak Digital

Leaflet dibuat semenarik mungkin, konten yang terdapat pada leaflet ini berisi tentang informasi gangguan makan secara umum. Untuk lebih menarik khalayak agar lebih menerima pesan yang ada, dalam leaflet juga disertakan cerita yang dapat memotivasi.


(50)

34  X-Banner

Gambar IV.7 X-Banner Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.8 X-Banner Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : X-Banner  Material : Korea

 Ukuran : 60 cm x 160 cm  Teknis Produksi : Cetak Digital


(51)

35 IV.2.2 Media Pendukung

T-Shirt

Gambar IV.9 T-Shirt Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.10 T-Shirt Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : T-Shirt  Ukuran : A4 landscape  Bahan Media : Cotton 30S  Teknis Produksi : Cetak Digital


(52)

36  Sticker

Gambar IV.11 Sticker Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.12 Sticker Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Stiker  Material : Lomo

 Ukuran : A4 (Kertas Ukuran A4)  Teknis Produksi : Cetak Digital


(53)

37

Fan Page

Gambar IV.13 Laman Facebook Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.14 Laman Instagram Sumber: Data Pribadi


(54)

38 IV.1.3 Gimmick

Sketch Book

Gambar IV.15 Buku Catatan Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.16 Buku Catatan Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Note Book

 Material : Art Paper Tebal (Cover) + Kertas Sketsa (Isi)  Ukuran : A5


(55)

39  Kalender

Gambar IV.17 Kalender Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.18 Kalender Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Kalender

 Material : Art Paper Tebal  Ukuran : 29.7cm x 42cm  Teknis Produksi : Cetak Digital


(56)

40  Jam Dinding

Gambar IV.19 Jam Dinding Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.20 Jam Dinding Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Jam Dinding

 Material : Art Paper Tebal (Background)  Ukuran : Ø17 CM


(57)

41  Pulpen

Gambar IV.21 Pulpen Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.22 Pulpen Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Pulpen

 Material : Sticker Lomo (Isi)  Ukuran : 3x6 CM


(58)

42  Gantungan Kunci

Gambar IV.23 Gantungan Kunci Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.24 Gantungan Kunci Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Gantungan Kunci  Material : Kaleng

 Ukuran : 4,5 cm


(59)

43  Tumbler

Gambar IV.25 Tumbler Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.26 Tumbler Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Tumbler

 Material : Art Paper Tipis (Background)  Ukuran : A4 (Kertas)


(1)

38 IV.1.3 Gimmick

Sketch Book

Gambar IV.15 Buku Catatan Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.16 Buku Catatan Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Note Book

 Material : Art Paper Tebal (Cover) + Kertas Sketsa (Isi)  Ukuran : A5


(2)

39  Kalender

Gambar IV.17 Kalender Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.18 Kalender Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Kalender

 Material : Art Paper Tebal  Ukuran : 29.7cm x 42cm  Teknis Produksi : Cetak Digital


(3)

40  Jam Dinding

Gambar IV.19 Jam Dinding Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.20 Jam Dinding Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Jam Dinding

 Material : Art Paper Tebal (Background)  Ukuran : Ø17 CM


(4)

41  Pulpen

Gambar IV.21 Pulpen Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.22 Pulpen Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Pulpen

 Material : Sticker Lomo (Isi)  Ukuran : 3x6 CM


(5)

42  Gantungan Kunci

Gambar IV.23 Gantungan Kunci Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.24 Gantungan Kunci Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Gantungan Kunci  Material : Kaleng

 Ukuran : 4,5 cm


(6)

43  Tumbler

Gambar IV.25 Tumbler Praproduksi Sumber: Data Pribadi

Gambar IV.26 Tumbler Pascaproduksi Sumber: Data Pribadi

 Media : Tumbler

 Material : Art Paper Tipis (Background)  Ukuran : A4 (Kertas)