5
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali tidak terlepas dari keberadaan usaha
ternak Babi. Bali merupakan salah satu wilayah dengan jumlah populasi babi terbesar di Indonesia yaitu sekitar 1 juta ekor lebih pada tahun 2008. Hal ini tidak terlepas dari
kebutuhan masyarakat Bali terhadap komoditas Babi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan semakin sempitnya wilayah yang mendapat ijin masyarakatnya untuk beternak babi maka ke depan Bali berpotensi menjadi pusat peternakan babi dan penelitian
tentang babi khususnya di universitas Udayana. Oleh karenanya sangat penting dilakukan penelitian tentang berbagai aspek pada Babi selain bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi juga merupakan bagian dari implementasi Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan
yang dicanangkan oleh Universitas Udayana. Ternak babi mempunyai banyak kelebihan diantaranya beranak banyak,
pertumbuhan cepat, sumber makanan bervariasi mulai limbah dapur, hasil pertanian dan pakan jadi berupa pellet. Hal ini terkait susunan organ pencernaannya yang merupakan
peralihan antara monogaster dan poligaster, sehingga mampu mencerna berbagai jenis pakan. Kebanyakan peternakan babi yang ada di Bali merupakan peternakan rakyat yang
berskala kecil, hanya sebagai tabungan yang dipelihara secara rumahan dengan jumlah 2 – 6 ekor, meskipun ada beberapa yang sudah berbentuk peternakan Babi intensif. Babi juga
merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit dan berpotensi sebagai agen penyebar penyakit
6
zoonosis. Pada umumnya usaha terapi yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat antibiotik dan anthelmintik.
Babi ditinjauan dari struktur anatomi dan jaringannya merupakan mamalia yang merupakan peralihan antara bangsa ruminansia poligaster dengan monogaster monyet,
manusia, anjing dan kucing. Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor Moringa oleifera secara invivo merupakan pilihan yang tepat agar hasil
penelitian ini nantinya bisa diterapkan penggunaannya pada berbagai jenis ternak bahkan bangsa hewan kesayangan dan bahkan bangsa ikan.
Tanaman Kelor Moringa oleifera merupakan tanaman yang banyak tumbuh di kebun, halaman rumah, pinggir ladang atau sawah yang telah dikenal oleh nenek moyang
masyarakat Bali sebagai tanaman yang mempunyai khasiat sebagai; obat tradisional terutama kulit batangnya dan daun serta buahnya dimanfaatkan sebagai sayur. Selain itu
di beberapa daerah tanaman kelor digunakan untuk memandikan jenasah orang yang meninggal dan dimitoskan sebagai tananam yang bisa mengusir roh-2 jahat. Dari cerita-
cerita tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daun kelor mempunyai khasiat tertentu yang tidak dijelaskan oleh nenek moyang. Tanaman Kelor justru banyak diteliti oleh
peneliti dari Eropa, India, dan Amerika namun masih sangat sedikit diteliti oleh peneliti di Indonesia. Menurut Reyes,. 2006 daun kelor mempunyai kandungan nutrisi yang sangat
tinggi yang mampu meningkatkan produksi susu pada sapi perah yang sangat signifikan yaitu sampai 50 dari produksi awal. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al
2009 menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai antibakterial terhadap bakteri pathogen yang menyerang manusia. Hasil Penelitian Vingga 2010 menunjukkan
bahwa ekstrak kasar daun Kelor Moringa oleifera mampu menghambatan pertumbuhan bakteri E.coli yang diisolasi dari ayam.
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA