Uji Invivo Potensi Daun Kelor (Moringa oliefera terhadap Daya tahan Babi pada Infeksi Bakteri INtestinal.

(1)

(2)

LAPORAN PENELITIAN

UJI IN VIVO POTENSI DAUN KELOR (Moringa oleifera)

TERHADAP DAYA TAHAN BABI PADA INFEKSI BAKTERI

INTESTINAL

Peneliti :

Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP.

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDYANA


(3)

ABSTRACT

Research has been done to determine the effect of Moringa oliefera on pig body weight.. In the present study were used 24 pigs 2 months age , divided into 6 groups. In group I as control (pigs were not given treatment) , group II were given 5

% Moringa oliefera , group III were given 10 % Moringa oliefera , group IV 5 %Moringa oliefera and were infected with E coli bacteria , group V given Moringa

oliefera 10 % and infected with E coli bacteria , group VI only infected with E coli bacteria.

The results showed that Moringa oliefera influence to the weight gain of pigs, E. coli bacterial and infections. Concentration Moringa oliefera 10 % gives the best effect on weight gain of pigs, and prevent the development E coli bacteria.

.

Keywords: pigs , Moringa oliefera, pig weight , E coli.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh daun kelor (Moringa oliefera) terhadap pertanbahan berat badan babi. Pada penelitian ini dipergunakan 24 ekor babi umur 2 bulan yang terbagi menjadi 6 kelompok. Pada kelompok I babi tidak diberikan perlakuan, kelompok II diberi daun kelor 5%, kelompok III diberi daun kelor 10 %, kelompok IV diberi daun kelor 5% selanjutnya dinfeksi dengan bakteri E coli , kelompok V diberi daun kelor 10% selanjutnya dinfeksi dengan bakteri E coli, kelompok VI hanya dinfeksi dengan bakteri E coli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan babi, infeksi bakteri E.coli dan konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E coli .

Kata kunci : babi, daun kelor (Moringa oliefera), berat badan, E coli.


(4)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmatnyalah maka penelitian dengan judul : Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan yang Mampu Meningkatkan Produktivitas Serta Daya Tahan Babi terhadap Infeksi Bakteri dan Parasit Intestinal dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayan, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, serta semua pihak yang ikut berperan aktif pada penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menanggulangi penyakit bakterial dan paratik pada babi, yang pada akhirnya dapat meningkat produktivitas peternakan babi.


(5)

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali tidak terlepas dari keberadaan usaha ternak Babi. Bali merupakan salah satu wilayah dengan jumlah populasi babi terbesar di Indonesia yaitu sekitar 1 juta ekor lebih pada tahun 2008. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat Bali terhadap komoditas Babi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dengan semakin sempitnya wilayah yang mendapat ijin masyarakatnya untuk beternak babi maka ke depan Bali berpotensi menjadi pusat peternakan babi dan penelitian tentang babi khususnya di universitas Udayana. Oleh karenanya sangat penting dilakukan penelitian tentang berbagai aspek pada Babi selain bertujuan untuk meningkatkan kompetensi juga merupakan bagian dari implementasi Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan yang dicanangkan oleh Universitas Udayana.

Ternak babi mempunyai banyak kelebihan diantaranya beranak banyak, pertumbuhan cepat, sumber makanan bervariasi mulai limbah dapur, hasil pertanian dan pakan jadi berupa pellet. Hal ini terkait susunan organ pencernaannya yang merupakan peralihan antara monogaster dan poligaster, sehingga mampu mencerna berbagai jenis pakan. Kebanyakan peternakan babi yang ada di Bali merupakan peternakan rakyat yang berskala kecil, hanya sebagai tabungan yang dipelihara secara rumahan dengan jumlah 2 – 6 ekor, meskipun ada beberapa yang sudah berbentuk peternakan Babi intensif. Babi juga merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit dan berpotensi sebagai agen penyebar penyakit


(6)

zoonosis. Pada umumnya usaha terapi yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat antibiotik dan anthelmintik.

Babi ditinjauan dari struktur anatomi dan jaringannya merupakan mamalia yang merupakan peralihan antara bangsa ruminansia (poligaster) dengan monogaster (monyet, manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan pilihan yang tepat agar hasil penelitian ini nantinya bisa diterapkan penggunaannya pada berbagai jenis ternak bahkan bangsa hewan kesayangan dan bahkan bangsa ikan.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di kebun, halaman rumah, pinggir ladang atau sawah yang telah dikenal oleh nenek moyang masyarakat Bali sebagai tanaman yang mempunyai khasiat sebagai; obat tradisional terutama kulit batangnya dan daun serta buahnya dimanfaatkan sebagai sayur. Selain itu di beberapa daerah tanaman kelor digunakan untuk memandikan jenasah orang yang meninggal dan dimitoskan sebagai tananam yang bisa mengusir roh-2 jahat. Dari cerita-cerita tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daun kelor mempunyai khasiat tertentu yang tidak dijelaskan oleh nenek moyang. Tanaman Kelor justru banyak diteliti oleh peneliti dari Eropa, India, dan Amerika namun masih sangat sedikit diteliti oleh peneliti di Indonesia. Menurut Reyes,.( 2006) daun kelor mempunyai kandungan nutrisi yang sangat tinggi yang mampu meningkatkan produksi susu pada sapi perah yang sangat signifikan yaitu sampai 50 % dari produksi awal. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2009) menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai antibakterial terhadap bakteri pathogen yang menyerang manusia. Hasil Penelitian Vingga (2010) menunjukkan bahwa ekstrak kasar daun Kelor (Moringa oleifera) mampu menghambatan pertumbuhan bakteri E.coli yang diisolasi dari ayam.


(7)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Babi merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai komoditas yang sangat tinggi di Bali, Selain itu Babi mempunyai tempat tersendiri bagi masyarakat bali terkait dengan adat, budaya dan kehidupan sosial sebagian besar masyarakatnya. Sehingga kebutuhan babi cenderung meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan peningkatan daya beli masyarakat. Oleh karenanya maka sudah menjadi kebiasaan khususnya disebagian besar masyarakat di pedesaan selalu memelihara babi sebagai tabungan untuk menghadapi hari raya keagamaan maupun upacara-upacara perayaan perkawinan bahkan kematian.

Kendala yang muncul pada usaha peternakan Babi adalah adanya serangan penyakit, terutama pada babi muda. Penyakit yang berdampak pada kerugian ekonomi akibat penurunan berat badan, biaya pengobatan dan kematian terutama adalah penyakit yang menyerang saluran cerna. Penyakit saluran cerna yang diakibatkan oleh adanya infeksi bakteri yang sering menyerang babi adalah Kolibasilosis.

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli strain pathogen. Penyakit ini tidak saja menyerang Babi tetapi juga unggas, sapi, ruminansia lainnya bahkan strain Escherichia coli tertentu bisa bersifat zoonosis atau mampu menular dan menyerang manusia (Casey, et al. 2005; Rodney, et al. 1999; Montagne et al. 2005). Umumnya kolibasilosis yang menyerang babi mempunyai angka morbiditas antara 30-40 % dan mortaliatasnya cukup tinggi terutama pada anak babi yang baru lahir.

Kolibasilosis atau diare neonatal disebabkan oleh infeksi bakteri enterotoxigenic E coli (ETEC) yang mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41 atau 987P merupakan salah satu penyebab utama kematian anak babi pada umur dua minggu. ETEC berada pada


(8)

lingkungan kandang induk babi beranak. Anak babi terinfeksi oleh ETEC melalui mulut dengan masa inkubasi 6-18 jam. Anak babi neonatal yang terinfeksi oleh ETEC akan menderita diare terus-menerus, tinja encer seperti air berwarna kekuning-kuningan. Anak babi neonatal yang menderita diare akan mengalami dehidrasi, asidosis, dan cepat mati (Hailton, et.al 2000). Vu-Khac, et al. (2004) melaporkan bahwa didapatkan beberapa isolat strain E. coli pathogen penyebab diare pada anak babi umur 28 hari berdasarkan metode PCR$ terhadap gen fimbrie yaitu F4, F5, F6, F18 dan F41, enterotoxins (STa, STb and LT), verotoxin (VT2e or Stx2e) dan enteroaggregative heat-stable enterotoxin 1 (EAST1). Hal ini menunjukan bahwa ada suatu mobilitas terhadap strain atau gen baru yang muncul pada strain E. coli.

Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan pemberian antibiotik seperti tetracycline, penstrep, preparat sulfa dll. Obat-obatan yang diberikan tanpa mengindahkan aturan baik dosis maupun waktu pemberian akan berdampak pada timbulnya kasus resistensi obat (Tzipori, 1985 dalam Supar, 1992). Rensistensi terhadap antibiotik selain merugikan pada ternak babi secara langsung karena penggunaan antibiotik yang sudah resisten tidak lagi bisa dipakai sebagai tindakan terapi, juga kejadian resistensi akan bisa berdampak pada kesehatan konsumen. Oleh karenanya maka perlu dicari alternative pengobatan yang murah, ramah lingkungan dan dampaknya minimal. Ali et al ( 2009). Mendapatkan bahwa dampak resistensi antibiotic pada unggas sudah sangat meresahkan

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sejak jaman dulu tanaman kelor dipercaya mempunyai banyak khasiat sebagai obat tradisional yang sampai saat ini masih sangat sedikit laporan ilmiah dari potensi daun kelor. Makkar and Becker, (1996) melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada daun yang diekstrak dan yang tidak diekstrak adalah 43.5 dan 25.1%. daun Kelor (Moringa oleifera ) mengandung tannins


(9)

dan saponin yang sama banyaknya yang terkandung pada tepung kedelai . Daun Kelor tidak mengandung inhibitor trypsin dan tidak ditemukan adalanya kandungan lectin. Sonia, et al. (2010). Mendapatkan bahwa ternyata pemberian serbuk daun kelor pada anak babi sebanyak 10 % dari total konsentrat yang diperlukan mampu meningkatkan berat badan sebanyak 6.42 %.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan satu-satunya anggota family dari Moringaceae yang ditemukan mampu tumbuh diberbagai wilayah seperti di wilayah Himalaya, india, Pakistan, banglades dan di Afganistan (Fahey, 2005) Tanaman Kelor digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri, infeksi jamur, antiinflamasi, penyakit menular kelamin, malnutrisi dan diare pada manusia. Moringa oleifera sudah sejak jaman dulu kala dikenal sebagai bahan obat tradisional yang yang dipercaya dapat dipakai untuk pengobatan tumor (Ramachandran et al.1980). Hasil penelitian Rahman et al. (2009) mendapatkan bahwa daun Kelor mampu menghambat bakteri pathogen pada manusia seperti S. aureus dan Streptococcus-B- haemolytica. Mahatmi, et al. (2012) melaporkan bahwa ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) mampu menghambat pertumbuhan beberapa serotype E. coli pathogen yang berpotensi zoonosis yang diisolasi dari babi penderita colibacillosis.. Hasil penelitian Mahatmi et al. (2012) juga menunjukkan bahwa ekstrak Kelor (Moringa oleifera) juga secara signifikan mampu menghambat daya berembryo telur Ascaris suum infektif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) mampu mengurangi atau mencegah infeksi dan infestasi pathogen saluran cerna babi yang secara ekonomi sangat merugikan. Penggunaan daun kelor sebagai pakan sapi perah ternyata berdampak sangat signifikan terhadap peningkatan produksi dan kualitas susu yang dihasilkan Penelitian tentang daun kelor di berbagai negara sebenarnya sudah banyak dilaporkan namun masih sangat sedikit yang dilakukan di Indonesia meskipun manfaat daun kelor sudah menjadi mitos dari


(10)

beratus tahun yang lalu. Mahajan dan Mehta (2008) mendapatkan bahwa ternyata biji Kelor mampu menghambat reaksi alergi yang umum pada manifestasi asma.

BAB III . TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diketahui secara ilmiah khasiat daun kelor terutama kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan dan antibakteri serta anthelmintik sehingga nantinya bisa dipakai sebagai pengganti penggunaan obat kimia yang berdampak buruk pada kesehatan konsumen khususnya pada manusia. Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk feed suplemen untuk pakan ternak tidak terbatas untuk babi namun bisa diberikan pada ayam, sapi, dan bangsa ikan.


(11)

BAB IV. METODE PENELITIAN

Pada tahun ke II penelitian difokuskan pada penelitian invivo, pada anak babi sebagai model, mulai dengan pengujian dosis optimal pemberian, metode pemberian dan uji tantang dan penghitungan jumlah E.coli yang dieksresikan oleh anak babi .

Anak babi yang dipakai adalah anak babi usia 8 minggu berat badan sekitar 10 kg sebanyak 24 ekor yang terbagi dalam 6 kelompok masing-masing terdiri dari 4 ekor yang diletakan pada kandang terpisah. Semua anak babi diadaptasikan selama 1 minggu. Sebelum diberi perlakuan. Selama adaptasi anak babi diberi pakan pabrik seperti biasa. Selanjutnya pada minggu kedua perlakuan dimulai yaitu sebagai berikut :

No. Kelompok Diskripsi

1. kelompok I

(P 1)

adalah kelompok kontrol negatif tanpa diberi perlakukan apapun

2. Kelompok II

(P2)

adalah kelompok kontrol positif : diberikan ekstrak daun kelor 5 % dari konsentrat tanpa diberikan tantangan bakteri .

3. Kelompok III

(P3)

kelompok yang diberi ekstrak daun kelor 10% dari konsentrat tanpa diberi tantangan. bakteri .

4. Kelompok IV

(P4)

adalah kelompok yang diberikan ekstrak daun kelor 5 % dari total konsentrat dan ditantang dengan 1x 108 cfu/ml isolat . Ecoli lapang. .

5. Kelompok V

(P5)

kelompok anak babi yang diberikan 10 % dari konsentrat dan Ditantang 1x 108 cfu/ml isolat . Ecoli lapang...

6 Kelompok VI

(P6)

kelompok anak babi yang ditantang 1x 108 cfu/ml 5 isolat . Ecoli lapang.

Uji Invivo dengan uji tantang dilakukan pada mimggu ke 2 setelah perlakuan pemberikan ekstrak daun kelor. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke 8 pasca infeksi. Berat badan anak babi dilakukan penimbangan pada awal penelitian dan selama periode penelitian.


(12)

Parameter yang diukur adalah : 1. Kondisi babi

2.Berat badan

3. Jumlah E. coli (cfu/ml).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptip, selain itu juga dianalisis secara statistik dengan uji Time series (Split time)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Babi

Pada minggu pertama setelah diberikan perlakukan dengan tantangan bakteri dan telur cacing, anak babi yang tanpa diberikan daun kelor tapi dilakukan uji tantang (P6) menunjukkan gejala diare. Sedangkan babi lainnya belum menunjukkan gejala klinis yang mengarah sakit. Pada minggu kedua tampak diare makin berat terjadi pada babi yang ditantang tapi tidak diberikan daun kelor P6), selain itu diare juga terjadi pada babi yang tidak diberikan apa-apa (P1), sedangkan babi lainnya tidak terjadi diare.

Pada minggu ketiga diare terjadi pada P6, pada perlakuan P1 dan juga terjadi diare ringan pada perlakuan P2, namun pada minggu keempat diare hanya masih terjadi pada perlakuan P6, yaitu pada babi yang ditantang dengan bakteri dan telur cacing, tapi tidak dibrikan daun kelor.

Diare secara umum tidak terjadi pada babi yang tidak ditantang dengan bakteri dan telur cacing, serta pada babi yang diberikan daun kelor dengan konsentrasi 10 % (P3 dan P5)


(13)

Tabel 1. Kondisi babi selama penelitian

Perlakuan Minggu 0 Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

P1 Normal normal 1 ekor

diare

diare Normal

P2 Normal normal Normal Diare

ringan

Normal

P3 Normal normal Normal Normal Normal

P4 Normal normal 1 ekor

diare

Normal Normal

P5 Normal normal Normal Normal Normal

P6 Normal 1 ekor

diare 1 ekor diare berat 2 ekor diare 2 ekor diare

5.2. Berat Badan Babi

Pada penelitian ini tampak bahwa terjadi peningkatan berat badan yang berbeda pada setiap perlakuan, setelah dianalisis ternyata perlakuan pemberian daun kelor (Moringa olifera) berpengaruh terhadap berat badan babi (P<0,05). Dalam hal ini tampak bahwa peningkatan berat badan babi yang diberikan daun kelor lebih baik dibandingkan dengan babi yang tidak diberikan kelor. Peningkatan berat badan yang terbaik terkihat pada perlakuan dengan pemberian daun kelor 10% tanpa dilakukan tantangan bakteri dan cacing. (Tabel 2 dan Gambar 1)

Tabel 2. Berat Badan Babi Selama Penelitian

Perelakuan Minggu 0

(Kg)

Minggu I (Kg)

Minggu II (Kg)

Minggu III (Kg)

Minggu IV (Kg)

P1 20.25 22.6 23.2 24.,8 25.5

P2 16.1 17.6 18.9 19,7 20.9

P3 16,7 19,65 22,25 25.15 26.4

P4 17.67 19.03 22.93 26.53 27.6

P5 19.57 26.03 26.77 28.97 30


(14)

0

5

10

15

20

25

30

35

M 0

M 1

M 2

M 3

M 4

P1

P2

P3

P4

P5

P6

Gambar. 1. Grafik Perkembangan Berat Badan Babi Selama Penelitian 5.3. Jumlah bakteri E.coli

Pada penelitian ini tampak bahwa ada pengaruh yang nyata (P<0,005) pemberian daun kelor terhadap perkembangan bakteri E.coli pada babi. Perkembangan bakteri yang mencolok tampak pada babi yang tidak diberikan daun kelor, tapi diinfeksi dengan bakteri dan cacing. Pada babi yang tidak diinfeksi , tapi diberikan daun, tampak bahwaterjadi penekanan terhadap perkembangan bakteri yang telah ada sebelumnya. Sedangkan pada babi yang diinfeksi dengan bakteri dan selanjutnya diberikan daun kelor, tampak bahwa terjadi penekanan terhadap perkembangan bakteri tersebut. (Tabel.2 dan Gambar 2) Tabel 3. Jumlah E.coli dalam tinja Babi

Perelakuan Minggu 0

(cfu/ml)

Minggu I (cfu/ml)

Minggu II (cfu/ml)

P1 700.000 155.000 250.000

P2 260 150.000 600

P3 100.000 55.000 40.000

P4 840 480.000 6.800

P5 140.000 230.000 230.000


(15)

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

M 1

M 2

M 3

P1

P2

P3

P4

P5

P6

Gambar 2. Perkembangan Jumlah E.coli pada tinja Babi 5.5. Pembahasan

Daun kelor dapat berperan pada kondisi, berat badan babi serta in eksi bakteri dan parasit, karena daun kelor ini mengandung baha-bahan yang bermanfaat, diantaranya senyawa gula sederhana seperti rhamnosa, glukosinalat dan isothiocyanat ( Fahey, 2005). Selain itu , menurut Moyo et al (2011) dan Sirimongkolvorakul et al (2012), tanaman kelor juga mengandung vitamin E, vitamin A, vitamin C dan β karoten yang dapat berperanan sebagai antioksidan terhadap proses detoksifikasi. Oluduro (2012) pada penelitiannya melaporkan bahwaterdapat beberapa beberapa kandungan dari kelor yang dapat berperanan terhaaaadap terjadi infeksi bakteri atau parasit, yaitu saponin, alkaloid dan flavonoid.


(16)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan : 1. Pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan

babi, infeksi bakteri E.coli .

2. Konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E coli .

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disaran untuk melakukan sosialisasi terhadap manfaat pemberian daun kelor pada peternakan babi.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ali AM., Alam S.,Hassan SMR and Shirin M. 2009. Antibiotic Resistance of Escherichia Coli Isolated From Poultry and Poultry Environment of Bangladesh . Journal of Food Safety, Vol.11. p. 19-23

Blanco M, Blanco J E Gonzalez, E A, Mora A, Jansen W Gomes, T A, Zerbini L F, Yano T, de Castro A F, and Blanco 1997. Genes coding for enterotoxins and verotoxins in porcine Escherichia coli strains belonging to different O:K:H serotypes: relationship with toxic phenotypes . J Clin Microbiol. 35(11): 2958–2963

Fahey, JW. 2005. Moringa oliefera: A Review of the medical evidence for its nutritional. Therapeutic and prophylactic properties. Trees for Life Journal 1:5

Francis, D.H. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod. 1999;7(5):241-244.

Hong, TTT, 2006. Dietary Modulation to Improve Pig Health and Performance. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala

Makkar, H.P.S.and Becker, K. 1996.Nutritional value and antinutritional components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology. Vol. 63. P. 1 -4.

Mahajan, SG.and Mehta, AA. 2008. Effect of Moringa oleifera Lam. seed extract on ovalbumin-induced airway inflammation in guinea pigs. Inhal Toxicol. Aug;20(10):897-909.

Mahatmi, H., Suratma. AN., Besung, NK (2012) Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan Yang Mampu Meningkatkan Produktivitas Serta Daya Tahan Babi Terhadap Infeksi Bakteri Dan Parasit Intestinal. Laporan Hibah Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Udayana Montagne*L., Cavaney JR. 2004. Effect of diet composition on postweaning colibacillosis

in piglets. J. Anim. Sci. 2004. 82:2364-2374,

Moyo, B. Masika, P.J. Hugo, A. and Muchenje, V. 2011. Nutritional Characterization of Moringa (Moringa oliefera Lam) Leaves. African Journal of Biotechnology 10 (60): 12925-12933

Narayanan Rita, Ronald BSM., Krishnakumar N., Gopu P., Bharathidasan A., Prabhakaran R .2008. Effect of citric acid as feed additive in swine starter diet. Indian Journal of Animal Research Vol. 42, p. 4

Rahman, MM., Sheikh, MI., Sharmin, SK., Islam, MS., Rahman, MA., Rahman,MM.2 and Alam, MF. 2009. Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria. CMU. J. Nat.Sci. vol. 8(2) p. 912.

Sads, PR. and Bilkei, G 2003. The effect of oregano and vaccination against Glässer’s disease and pathogenic Escherichia coli on postweaning performance of pigs. Irish Veterinary Journal Volume 56 (12): 611

Sánchez NR. 2006. Moringa oleifera and Cratylia argentea: Potential Fodder Species for Ruminants in Nicaragua. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala


(18)

Sonia PA., Hazel GD., Masilungan, Babylyn A.M. 2010. Partial Substitution Of Commercial Swine Feeds With Malunggay (Moringa Oleifera) Leaf Meal Under Backyard Conditions. Philippine Journal of Veterinary and Animal Sciences, Vol 36, No 2

Supar, Hirst RG and Patten BE. 1991. The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing the 987P antigen in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia. Vet Microbiol. 15;26(4):393-400.

WHO Scientific Working Group. 1980. Escherichia coli diarrhoae. Bull. WHO. 36 (1). 23 -30

Vingga, K 2010. Daya hambat Perasan daun Kelor (Moringa Oliefera) Terhadap Bakteri Escherichia coli Yang Diisolasi Dari Ayam. Skripsi bimbingan dari Mahatmi, H Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Vu-Khac H., Holoda E. and E. Pilipčinec 2004. Distribution of Virulence Genes in Escherichia coli Strains Isolated from Diarrhoeic Piglets in the Slovak Republic J. of Vet Med. Vol. 57. No. 7.

UMAR D. 1998. Antimicrobial Activity of Moringa oleifera Leaves Journal of Islamic Academy of Sciences 11:1, 27-32,


(19)

LAMPIRAN

Kandang babi perlakuan Babi yang dipergunakan penelitian

.


(20)

(1)

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

M 1

M 2

M 3

P1

P2

P3

P4

P5

P6

Gambar 2. Perkembangan Jumlah E.coli pada tinja Babi 5.5. Pembahasan

Daun kelor dapat berperan pada kondisi, berat badan babi serta in eksi bakteri dan parasit, karena daun kelor ini mengandung baha-bahan yang bermanfaat, diantaranya senyawa gula sederhana seperti rhamnosa, glukosinalat dan isothiocyanat ( Fahey, 2005). Selain itu , menurut Moyo et al (2011) dan Sirimongkolvorakul et al (2012), tanaman kelor juga mengandung vitamin E, vitamin A, vitamin C dan β karoten yang dapat berperanan sebagai antioksidan terhadap proses detoksifikasi. Oluduro (2012) pada penelitiannya melaporkan bahwaterdapat beberapa beberapa kandungan dari kelor yang dapat berperanan terhaaaadap terjadi infeksi bakteri atau parasit, yaitu saponin, alkaloid dan flavonoid.


(2)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan : 1. Pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan

babi, infeksi bakteri E.coli .

2. Konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E

coli .

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disaran untuk melakukan sosialisasi terhadap manfaat pemberian daun kelor pada peternakan babi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali AM., Alam S.,Hassan SMR and Shirin M. 2009. Antibiotic Resistance of Escherichia

Coli Isolated From Poultry and Poultry Environment of Bangladesh . Journal of

Food Safety, Vol.11. p. 19-23

Blanco M, Blanco J E Gonzalez, E A, Mora A, Jansen W Gomes, T A, Zerbini L F, Yano T, de Castro A F, and Blanco 1997. Genes coding for enterotoxins and verotoxins in porcine Escherichia coli strains belonging to different O:K:H serotypes: relationship with toxic phenotypes . J Clin Microbiol. 35(11): 2958–2963

Fahey, JW. 2005. Moringa oliefera: A Review of the medical evidence for its nutritional. Therapeutic and prophylactic properties. Trees for Life Journal 1:5

Francis, D.H. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod. 1999;7(5):241-244.

Hong, TTT, 2006. Dietary Modulation to Improve Pig Health and Performance. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala

Makkar, H.P.S.and Becker, K. 1996.Nutritional value and antinutritional components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology. Vol. 63. P. 1 -4.

Mahajan, SG.and Mehta, AA. 2008. Effect of Moringa oleifera Lam. seed extract on ovalbumin-induced airway inflammation in guinea pigs. Inhal Toxicol. Aug;20(10):897-909.

Mahatmi, H., Suratma. AN., Besung, NK (2012) Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan Yang Mampu Meningkatkan Produktivitas Serta Daya Tahan Babi Terhadap Infeksi Bakteri Dan Parasit Intestinal. Laporan Hibah Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Udayana Montagne*L., Cavaney JR. 2004. Effect of diet composition on postweaning colibacillosis

in piglets. J. Anim. Sci. 2004. 82:2364-2374,

Moyo, B. Masika, P.J. Hugo, A. and Muchenje, V. 2011. Nutritional Characterization of Moringa (Moringa oliefera Lam) Leaves. African Journal of Biotechnology 10 (60): 12925-12933

Narayanan Rita, Ronald BSM., Krishnakumar N., Gopu P., Bharathidasan A., Prabhakaran R .2008. Effect of citric acid as feed additive in swine starter diet. Indian Journal of Animal Research Vol. 42, p. 4

Rahman, MM., Sheikh, MI., Sharmin, SK., Islam, MS., Rahman, MA., Rahman,MM.2 and Alam, MF. 2009. Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of

Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria. CMU. J.

Nat.Sci. vol. 8(2) p. 912.

Sads, PR. and Bilkei, G 2003. The effect of oregano and vaccination against Glässer’s disease and pathogenic Escherichia coli on postweaning performance of pigs. Irish Veterinary Journal Volume 56 (12): 611


(4)

Sonia PA., Hazel GD., Masilungan, Babylyn A.M. 2010. Partial Substitution Of Commercial Swine Feeds With Malunggay (Moringa Oleifera) Leaf Meal Under Backyard Conditions. Philippine Journal of Veterinary and Animal Sciences, Vol 36, No 2

Supar, Hirst RG and Patten BE. 1991. The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing the 987P antigen in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia. Vet Microbiol. 15;26(4):393-400.

WHO Scientific Working Group. 1980. Escherichia coli diarrhoae. Bull. WHO. 36 (1). 23 -30

Vingga, K 2010. Daya hambat Perasan daun Kelor (Moringa Oliefera) Terhadap Bakteri

Escherichia coli Yang Diisolasi Dari Ayam. Skripsi bimbingan dari Mahatmi, H

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Vu-Khac H., Holoda E. and E. Pilipčinec 2004. Distribution of Virulence Genes in Escherichia coli Strains Isolated from Diarrhoeic Piglets in the Slovak Republic J. of Vet Med. Vol. 57. No. 7.

UMAR D. 1998. Antimicrobial Activity of Moringa oleifera Leaves Journal of Islamic Academy of Sciences 11:1, 27-32,


(5)

LAMPIRAN

Kandang babi perlakuan Babi yang dipergunakan penelitian

.


(6)