Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

(1)

Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Saya Yohanes Zenriano Tarigan, mahasiswi semester VIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia dalam Pemenuhan Perawatan Diri Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap lanjut usia dalam pemenuhan perawatan diri. Manfaat penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam meningkatkan asuhan pelayan keperawatan terkait pemenuhan perawatan diri lansia, serta dapat dijadikan untuk referensi penelitian selanjutnya.

Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, saya meminta kesediaan saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini denga sukarela. Dalam penelitian ini, saya mengajukan beberapa pernyataan terkait pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri. Saya berharap saudara menjawab pernyataan sesuai dengan yang dialami.

Identitas pribadi responden dalam penelitian ini, akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, saudara tidak dikenakan biaya apapun. Setelah memahami hal yang menyangkut penelitian ini, apabila terdapat hal yang kurang dimengerti terkait penelitian ini dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.

Demikian informasi yang dapat saya sampaikan, atas bantuan dan kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2016

Peneliti


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………

Usia : ………

Alamat : ………

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan”, dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk ikut serta berpartisipasi dengan menjadi objek penelitian.

Medan, 2016

Peneliti, Yang membuat pernyataan

Yohanes Zenriano Tarigan ………


(3)

Lamprian 3 KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian :

a. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab pertanyaan yang ada.

b. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan.

c. Bila ada yang tidak dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. A. Data Demografi

1. Nama (Inisial) :

2. Umur : ...tahun

3. Jenis Kelamin : 1. () Laki-laki 2.() Perempuan 4. Pendidikan Terakhir : 1. () Tidak sekolah

2. () SD/sederajat 3. () SMP/sederajat 4. () SMA/sederajat 5. () Perguruan Tinggi 5. Riwayat Penyakit :

6. Riwayat Pengobatan :

B. Kuesioner Pengetahuan Lanjut Usia tentang pemenuhan perawatan diri Berilah tanda centang (√) pada kolom sesuai dengan jawaban yang Bapak/Ibu Pilih.

No. Pengetahuan Pemenuhan Perawatan Diri Benar Salah 1. Mengetahui bahwa menjaga kulit tetap terawat

dapat mencegah kulit kering

2. Mengetahui bahwa menjaga kulit tetap terawat dapat mencegah penyakit kulit

3. Mengetahui bahwa mencuci kaki dapat mengurangi bau pada kaki

4. Mengetahui bahwa menggunakan alas kaki ketika berjalan dapat mengurangi penebalan pada kulit kaki

5. Mengetahui bahwa menggosok gigi dapat mencegah bau mulut

6. Mengetahui bahwa mencuci rambut untuk membersihkan kulit kepala

7. Mengetahui bahwa mencuci rambut dapat mencegah ketombe


(4)

8. Mengetahui bahwa mencuci rambut dapat mencegah rambut kering

9. Mengetahui bahwa mencuci rambut dapat mengurangi kerontokan rambut

10. Mengetahui bahwa mandi dapat meningkatkan kenyamanan

11. Mengetahui bahwa mandi secara teratur minimal 2 kali sehari dapat menghilangkan bau badan

12. Mengetahui bahwa mandi dapat mengurangi penyebaran penyakit

13. Mengetahui bahwa mandi dapat mencegah penyakit kulit

14. Memotong kuku dapat mencegah berkembangnya kuman ditangan

C. Kuesioner Sikap lanjut usia tentang pemenuhan perawatan diri

Berilah tanda centang (√) pada kolom sesuai dengan jawaban yang Bapak/Ibu pilih.

No. Sikap Pemenuhan Perawatan Diri Setuju Tidak Setuju 1. Saya ingin merawat kulit saya supaya tetap

lembab

2. Saya ingin menjaga kebersihan tangan saya supaya tidak kotor

3. Saya ingin merawat kaki saya supaya kulit kaki tidak menebal

4. Saya ingin membersihkan mulut dan gigi saya supaya tidak bau mulut

5. Saya ingin merawat rambut saya supaya bersih dan rapi

6. Saya ingin merawat telinga saya supaya bersih 7. Saya ingin mandi minimal 2 kali sehari


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

responden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 total

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13

7 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 8

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

14 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12

15 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11

16 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

18 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

24 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6

25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 10

26 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11

27 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10

28 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 8

Lampiran 9 Hasil Uji Reabilitas


(15)

29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 11

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 12

n 23 22 26 26 25 24 24 24 26 23 22 22 27 22 336

Vt 11,62667

M 11,2

)

.

)

(

1

)(

1

(

11

Vt

K

M

K

M

k

k

r

808

,

0

07

,1

)

192

,

0

1

(

07

,1

)

68

,

162

36

,

31

1

(

07

,1

)

62

,

11

14

)

2

,

11

14

(

2

,

11

1

)(

13

14

(

)

62

,

11

14

)

2

,

11

14

(

2

,

11

1

)(

1

14

14

(

x

x

x

86

,

0


(16)

responden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 total

1 0 1 0 1 1 0 0 3

2 1 1 1 1 1 1 1 7

3 1 1 1 1 1 1 1 7

4 1 1 1 1 1 1 1 7

5 1 1 1 1 1 1 1 7

6 1 1 1 0 1 1 0 5

7 0 0 0 1 1 0 1 3

8 1 1 1 1 1 1 0 6

9 1 1 1 1 1 1 0 6

10 1 1 1 1 1 1 0 6

11 1 1 1 1 1 1 0 6

12 1 1 0 0 0 0 0 2

13 1 1 1 1 1 1 0 6

14 1 1 1 0 0 1 0 4

15 1 1 1 0 1 0 0 4

16 0 0 0 0 0 1 0 1

17 1 1 0 1 0 1 0 4

18 1 0 1 1 1 1 0 5

19 1 1 1 1 1 1 0 6

20 1 0 1 1 0 1 0 4

21 1 1 0 1 0 0 0 3

22 1 1 1 0 1 1 1 6

23 1 1 1 1 0 1 1 6

24 1 1 1 1 1 0 1 6

25 0 0 0 1 1 0 1 3

26 1 1 1 1 0 1 1 6

27 0 0 0 0 1 1 1 3


(17)

29 0 1 0 1 1 0 0 3

30 1 0 0 0 0 0 1 2

n 24 23 20 22 21 21 13

p 0,96 0,96 0,6 0,9 0,9 0,93 0,96

q 0,04 0,04 0,1 0,1 0,1 0,07 0,04

Npq 0,0384 0,0384 0,06 0,09 0,09 0,0651 0,0384 0,4203 Vt 3,026667

 

1

2

1

s

pq

x

k

k

 

3

,

026

4203

,

0

1

1

7

7

x

1

0

,

138

6

7

x

99 , 0 862 , 0 16 , 1  x


(18)

Lampiran 10 Uji Normalitas Data

Frequencies

Statistics

usia j.kelamin pendidikan r.penyakit

N Valid 61 61 61 61

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 65-70 tahun 36 59.0 59.0 59.0

71-75 tahun 13 21.3 21.3 80.3

76-80 tahun 12 19.7 19.7 100.0

Total 61 100.0 100.0

j.kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perempuan 36 59.0 59.0 59.0

laki-laki 25 41.0 41.0 100.0


(19)

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 2 3.3 3.3 3.3

SD 26 42.6 42.6 45.9

SMP 26 42.6 42.6 88.5

SMA 6 9.8 9.8 98.4

Perguruan Tinggi 1 1.6 1.6 100.0

Total 61 100.0 100.0

r.penyakit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak ada 3 4.9 4.9 4.9

darah rendah 4 6.6 6.6 11.5

asam urat 31 50.8 50.8 62.3

darah tinggi 19 31.1 31.1 93.4

katarak 2 3.3 3.3 96.7

rematik 2 3.3 3.3 100.0


(20)

Frequencies

Statistics

sikap pengetahuan

N Valid 61 61

Missing 0 0

Frequency Table

sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Positif 61 100.0 100.0 100.0

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(21)

Lampiran 11 Master Data 1. Data Demografi

no responden

usia kodiing riwayat penyakit koding jenis kelamin koding pendidikan terakhir koding

1 65 1 Darah Rendah 1 P 1 SMA 3

2 69 1 Asam Urat 2 P 1 SMA 3

3 67 1 Tidak Ada 0 P 1 Tidak Sekolah 0

4 65 1 Katarak 4 P 1 SMP 2

5 75 2 Darah Rendah 1 P 1 SD 1

6 67 1 Asam Urat 2 P 1 SD 1

7 70 1 Asam Urat 2 L 2 SMP 2

8 66 1 Asam Urat 2 P 1 SD 1

9 65 1 Asam Urat 2 L 2 SD 1

10 71 2 Darah Tinggi 3 P 1 SD 1

11 73 2 Asam Urat 2 P 1 SD 1

12 78 3 Darah Tinggi 3 P 1 SMP 2

13 80 3 Asam Urat 2 L 2 SD 1

14 68 1 Darah Tinggi 3 P 1 SD 1

15 75 2 Asam Urat 2 L 2 SMP 2

16 68 1 Asam Urat 2 L 2 SD 1

17 73 2 Asam Urat 2 L 2 SMP 2

18 69 1 Darah Tinggi 3 P 1 SD 1

19 72 2 Darah Tinggi 3 P 1 SMP 1

20 65 1 Asam Urat 2 P 1 SMP 1


(22)

22 66 1 Asam Urat 2 P 1 SD 2

23 75 2 Tidak Ada 0 P 1 SD 2

24 68 1 Asam Urat 2 P 1 Tidak Sekolah 1

25 66 1 Katarak 4 P 1 SD 2

26 78 3 Darah Rendah 1 L 2 Perguruan Tinggi 4

27 65 1 Rematik 5 L 2 SMP 2

28 68 1 Darah Tinggi 3 L 2 SMP 2

29 71 2 Darah Tinggi 3 P 1 SD 1

30 66 1 Darah Tinggi 3 L 2 SD 1

31 71 2 Asam Urat 2 P 1 SD 1

32 79 3 Asam Urat 2 P 1 SMP 2

33 79 3 Asam Urat 2 L 2 SD 1

34 80 3 Asam Urat 2 L 2 SMP 2

35 68 1 Tidak Ada 0 L 2 SMA 3

36 69 1 Darah Tinggi 3 P 1 Tidak Sekolah 0

37 77 3 Asam Urat 2 P 1 SMP 2

38 73 2 Asam Urat 2 P 1 SMP 2

39 66 1 Darah Rendah 1 P 1 SD 1

40 78 3 Darah Tinggi 3 P 1 SMP 2

41 69 1 Darah Tinggi 3 P 1 SD 1

42 70 1 Darah Tinggi 3 L 2 SMP 2

43 73 2 Darah Tinggi 3 L 2 SD 1

44 70 1 Asam Urat 2 L 2 SMP 2

45 77 3 Asam Urat 2 P 1 SD 1

46 76 3 Rematik 5 L 2 SMP 2

47 73 2 Asam Urat 2 L 2 SMA 3

48 80 3 Asam Urat 2 L 2 SD 1

49 65 1 Darah Tinggi 3 P 1 SD 1


(23)

51 66 1 Asam Urat 2 P 1 SMP 2

52 71 2 Darah Tinggi 3 P 1 SMP 2

53 70 1 Asam Urat 2 P 1 SMP 2

54 70 1 Asam Urat 2 L 2 SMA 3

55 69 1 Asam Urat 2 L 2 SMA 3

56 65 1 Asam Urat 2 P 1 SMP 2

57 80 3 Asam Urat 2 P 1 SD 1

58 70 1 Asam Urat 2 L 2 SMP 2

59 70 1 Asam Urat 2 L 2 SD 1

60 70 1 Darah Tinggi 3 P 1 SMP 2

61 68 1 Darah Tinggi 3 L 2 SMP 2

2. Pengetahuan

responden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 total koding

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 3

5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 3

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 3

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 3

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3


(24)

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 3

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

14 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 3

15 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 3

16 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 3

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 3

26 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 3

27 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10 3

28 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 8 3

29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 12 3

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 11 3

31 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 10 3

32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 11 3

33 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 11 3

34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3

35 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 3

36 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 3

37 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 3

38 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 3

39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 3


(25)

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 3

42 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 12 3

43 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 3

44 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 10 3

45 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 3

46 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12 3

47 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3

48 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3

49 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 3

50 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12 3

51 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 3

52 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12 3

53 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11 3

54 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 3

55 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3

56 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12 3

57 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12 3

58 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 11 3

59 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 3

60 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 3


(26)

3. Sikap

responden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 total koding

1 1 1 1 1 1 1 1 7 2

2 1 1 1 1 1 1 1 7 2

3 1 1 1 1 1 1 1 7 2

4 1 1 1 1 1 1 1 7 2

5 1 1 1 1 1 1 1 7 2

6 1 1 1 1 1 1 0 6 2

7 1 1 0 1 1 0 1 5 2

8 1 1 1 1 1 1 1 7 2

9 1 1 1 1 1 1 1 7 2

10 1 1 1 1 1 1 1 7 2

11 1 1 1 1 1 1 1 7 2

12 1 1 1 1 1 1 1 7 2

13 1 1 1 1 1 1 1 7 2

14 1 1 1 0 0 1 1 5 2

15 1 1 1 0 1 0 1 5 2

16 1 1 1 1 1 1 1 7 2

17 1 1 1 1 1 1 1 7 2

18 1 1 1 1 1 1 1 7 2

19 1 1 1 1 1 1 1 7 2

20 1 1 1 1 1 1 1 7 2

21 1 1 1 1 1 1 1 7 2

22 1 1 1 1 1 1 1 7 2

23 1 1 1 1 1 1 1 7 2

24 1 1 1 1 1 1 1 7 2

25 1 1 1 1 1 1 1 7 2


(27)

27 1 1 1 1 1 1 1 7 2

28 1 1 1 1 1 1 1 7 2

29 1 1 1 1 1 1 1 7 2

30 1 1 1 1 1 1 1 7 2

31 1 1 1 1 1 1 1 7 2

32 1 1 1 1 0 0 0 4 2

33 0 1 1 1 1 0 1 5 2

34 1 1 1 1 1 0 0 5 2

35 0 1 1 1 0 1 1 5 2

36 0 1 1 0 1 1 1 5 2

37 0 1 1 1 1 1 1 6 2

38 1 1 1 1 1 0 1 6 2

39 1 1 1 1 1 1 1 7 2

40 1 1 1 1 1 1 0 6 2

41 0 1 1 1 1 1 0 5 2

42 1 1 0 0 1 1 1 5 2

43 1 1 0 1 1 0 1 5 2

44 1 0 1 1 1 1 1 6 2

45 1 1 1 1 1 1 1 7 2

46 1 1 0 0 1 1 1 5 2

47 1 1 0 1 1 0 1 5 2

48 0 1 1 0 1 1 1 5 2

49 1 1 1 0 0 1 1 5 2

50 1 1 1 0 1 0 1 5 2

51 1 0 0 1 1 1 1 5 2

52 1 0 0 1 1 1 1 5 2

53 0 1 1 1 1 1 1 6 2

54 1 1 1 1 1 1 1 7 2


(28)

56 1 1 0 1 1 1 0 5 2

57 0 1 1 1 0 1 1 5 2

58 0 1 1 1 1 1 1 6 2

59 0 0 1 1 1 1 1 5 2

60 1 0 1 1 1 1 1 6 2


(29)

(30)

(31)

(32)

Lampiran 13 ANGGARAN DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal

 Biaya internet dan pulsa modem

 Kertas A4 80 gr 2 rim

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka

 Pencetakan proposal

 Penggandaan dan proposal

 Sidang proposal

Rp. 80.000,00 Rp. 70.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00 2 Pengumpulan data dan analisa data

 Izin penelitian dan ethical clearence FakultasKeperawatan USU

 Transportasi

 Fotokopi Kuisioner dan informed consent

 Cinderamata

Rp. 100.000,00

Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 200.000,00 3 Pengumpulan laporans kripsi

 Pencetakan skripsi

 Penggandaan dan penjilidan skripsi

 CD

 Sidang skripsi

Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 10.000,00 Rp. 150.000,00

4 Biaya tak terduga Rp. 119.000,00


(33)

Lampiran 14 Riwayat Hidup

Nama : Yohanes Zenriano Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 07 Februari 1995 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen Protestant

Alamat : Jalan Jamin Ginting, Padang bulan Pasar 7. Kantil 12 Medan. Orangtua

Ayah : Jonny Walker Tarigan, SH

Ibu : Marina Damanik, SH

Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-Kanak Mardi Yuana Serang, Banten 1999-2001 2. Sekolah Dasar Santo Yosef Aceh Tenggara 2001-2006

3. Sekolah Menengah Pertama Methodist Pematang Siantar 2006-2009 4. Sekolah Menengah Atas Panti Harapan Aceh Tenggara 2009-2012

Riwayat Organisasi :


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar

RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Dingwall, L. (2010). Higiene Personal Keterampilan Klinis Perawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Erdhayanti, S., & Kartinah. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansia dalam Pemenuhan Personal Hygiene Di Panti Wreda Darma Bakti Pajang Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Isro’in, L dan Andarmoyo, S. (2012). Personal Hygiene Konsep, Proses, dan

Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mubarak, W. I., Dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses

Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Murwani, A. (2014). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya

Nofrianda, M. (2014). Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal

Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,

dan Praktis. Edisi 4. Vol I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS (statistical product and service

solution). Yogyakarta: Media Kom

Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Putro, B. C., Aisah,S., & Rosidi, A. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Praktik Perawatan Kebersihan Gigi Mulut Pada Lansia Di Desa


(35)

Jambon Kabupaten Temanggung, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.

Rekawati, E. (2002). Gambaran Kempampian (Pengetahuan, Sikap, dan Praktik) Lanjut Usia dalam Pemenuhan Perawatan Diri di Panti Tresna Wredha Budi Mulya Jakarta Timur. Jurnal Keperawatan Indonesia, vol, 6.

Riyanto, A, dan Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan

Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Rubenstein, D., Wayne, D., dan Bradley, J. (2007). Lecture Notes Kedokteran

Klinis Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Savitri, N.C., & Utami, Y.W. (2012). Hubungan Pengetahuan Lanjut Usia dengan Sikap Memelihara Kebersihan Diri Pada Lansia Di Kelurahan Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaetn Grobogan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta

Suherdi, F. (2015). Pengetahuan, Sikap dan Perawatan Diri Klien dengan

Rematik yang Tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Timut, C.N. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Praktik perawatan Rambut Pada Lansia Di Desa Patalan Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.

Zamzami, M.M., Tjutju, R., & Sarinengsih, Y. (2012). Pengaruh Penyuluhan Kesahatan Personal Higiene Terhadap pengetahuan Personal Higiene Pada Lansia Di Panti Tresnawerda Kabupaten Cianjur. Jurnal Bhakti Kencan

Medika, 2, 1-4.

Zainuddin, K. (2009). Memahami Mitos dan realita tentang lansia. Diunduh dari http://www.e-psikologi.com. Diakses pada tanggal 14 November 2015.


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai dan Medan.

Skema 3.1 Kerangka Konseptual

Baik

Cukup

Kurang Pengetahuan lansia tentang

pemenuhan perawatan diri

Positif

Negatif Sikap lansia tentang


(37)

3.2 Definisi Konseptual

Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan objek dengan tepat merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu objek (Martin dan Oxman, 1988 dalam kusrini, 2006).

Menurut Aswar (2003) Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu, maupun objek-objek tertentu.

3.3 Definisi Operasional

Pengetahuan adalah Informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam masalah/proses tertentu.

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu objek, memihak / tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui lansia tentang pemenuhan perawatan diri meliputi :

1. Pengetahuan terhadap pentingnya perawatan kulit.

2. Pengetahuan terhadap pentingnya kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku.

3. Pengetahuan terhadap pentingnya kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Kuesioner dengan mencantumkan pernyataan dengan jawaban, 1= benar 0 = salah

Baik : >8 Cukup : 4-7 Kurang Baik: 0 - 3


(38)

4. Pengetahuan terhadap pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan mulut

5. Pengetahuan terhadap pentingnya menjaga kebersihan telinga

2 Sikap Kecenderungan lansia

untuk berespon tentang perawatan diri meliputi : 1.Sikap terhadap

pentingnya perawatan kulit.

2.Sikap terhadap pentingnya kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku.

3.Sikap terhadap pentingnya kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.

4.Sikap untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rambut.

5. Sikap terhadap pentingnya menjaga kebersihan telinga. Kuisioner dengan mencantumkan pernyataan dengan jawaban, 1 = setuju 0 = tidak setuju

Positif : >4

Negatif : 0 - 3


(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap lanjut usia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan. 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan dikenal generalisasi hasil penelitian (Priyatno, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Jumlah populasi adalah 160 orang. 4.2.2 Sampel

a. Jumlah Sampel

Dalam menentukan besar sampel yang harus diambil dari populasi menggunakan rumus slovin.

n =

�(�)2+1

Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

e = Batas kesalahan yang ditolerir untuk setiap populasi (1%, 5%, 10%)


(40)

n = ()2+ 1

n = 160 160(0,1)2+1

n =160 2,6

n = 61,5

jumlah sampel = 61 orang

b. Teknik Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota populasi) yang akan dipilih menjadi anggota sampel yakni dengan teknik simple random sampling yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi (Sugiono, 2013).

Kriteria sampel yang akan diteliti: 1. Bersedia menjadi responden

2. Dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif 3. Tidak mengalami gangguan jiwa

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di UPT pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena penelitian mengenai pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri belum pernah dilakukan dilokasi tersebut. Kegiatan penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai dengan Juni 2016.


(41)

4.4 Pertimbangan Etik

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pelaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan penelitian ini telah mendapat persetujuan dari fakultas keperawatan. Lembar persetujuan diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. tetapi bila calon responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan responden.

Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya dengan menuliskan inisial. Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti, hanya data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. 4.5 Instrumen Penelitian

Kuesioner peneliti terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan lansia tentang pemenuhan perawatan diri, dan kuesioner sikap lansia terhadap pemenuhan perawatan diri.


(42)

a. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 6 pertanyaan dengan cara mengisi pernyataan yang ada, berkaitan dengan nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan riwayat penyakit.

b. Kuesioner pengetahuan lansia tentang pemenuhan perawatan diri

Kuesioner pengetahuan lansia tentang pemenuhan perawatan diri terdiri

dari 13 pernyataan dan cara pengisian dengan memberi tanda centang (√) pada

salah satu pilihan yang tersedia. Adapun kategori hasil ukurnya adalah baik dengan skor >8, cukup dengan skor 4-7, dan kurang baik dengan skor 0-3.

c. Kuesioner sikap lansia terhadap pemenuhan perawatan diri

Kuesioner sikap lansia terhadap pemenuhan perawatan diri terdiri dari 12

pernyataan dan cara pengisian dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu

pilihan yang tersedia. Adapun kategori hasil ukurnya adalah positif >4 dan negatif 0-3.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur. Peneliti melakukan uji validitas instrumen penelitian dengan salah satu orang dosen validy expert.Uji Validitas instumen penelitian sudah diuji oleh Dosen Departemen Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Nilai validitas instrumen dihitung menggunakan Koefisien Validitas Isi


(43)

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran teresbut dapat diulang (Priyatno, 2008). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden, dikatakan reliable bila hasil reliabilitas bernilai 0,7 (Priyatno, 2008). Uji realibilitas dilakukan di UPT pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan Medan dengan jumlah responden 30 orang lansia yang dilakukan pada bulan Juli 2016. Hasil uji reliabiltas pengetahuan adalah 0,86 dengan menggunakan rumus KR 21. Hasil Uji reliabiltas sikap adalah 0,99 dengan rumus KR 20.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Tahap awal dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti meminta izin penelitian ke Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, setelah itu surat diteruskan ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Kemudian surat berikan ke Dinas Kesejahteran Dan Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Setelah proses pengurusan surat ijin penelitian telah dilakukan, surat ijin penelitian diterima oleh pihak UPT pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai dan Medan untuk menemui calon responden. Kemudian peneliti menjumpai calon responden dan menjelaskan


(44)

tujuan penelitian kepada calon responden, setelah calon responden menyetujui menjadi responden maka peneliti menganjurkan responden untuk menandatangani lembar persetujuan yang sudah disediakan. Selanjutnya penjelasan tata cara pengisian kuesioner, responden diminta mengisi kuesioner dengan memberikan waktu 45 menit dalam mengisi kuesioner, dan diberi kesempatan bertanya apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah semua kuesioner diisi, peneliti memeriksa kuesioner terlebih dahulu, setelah itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah data semua terkumpul, peneliti melaporkan pada pihak UPT pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan untuk mendapatkan surat keterangan selesai melakukan penelitian. Selama penelitian, peneliti diberikan waktu selama 2 minggu untuk melakukan penelitian oleh pihak UPT pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan.

4.8 Analisis Data

Analisa data adalah proses mengelola data dan penginterpretasikan hasil pengolahan data (Priyatno, 2008). Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa masalah melalui beberapa tahap.

a. Editing

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap lembar kuesioner yang telah diisi responden.

b. Coding

Adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap pertanyaan sesuai dengan petunjuk koding. Pengkodean merupakan kegiatan merubah data


(45)

berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk bilangan. Setelah data kuesioner maka diberikan kode pada kolom di setiap item agar lebih memudahkan dalam pengolahan data.

c. Scoring

Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item pertanyaan dari setiap variabel.

d. Entri Data

Proses memasukkan data, setelah pemberian kode dan skoring lalu data dimasukkan kedalam program komputer (software analysis) yang sesuai kemudian diolah oleh peneliti.

e. Cleaning Data

Kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang telah dipindahkan ke dalam tabel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari kekeliruan.

f. Analysis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variable pengetahuan dan sikap pemenuhan perawatan diri pada lansia. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu pengelolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer (software analysis). Pada analisis data ini data demografi, pengetahuan dan sikap


(46)

pemenuhan perawatan diri pada lanjut usia dideskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi.


(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian melalui proses pengumpulan data yang dimulai pada bulan Juli 2016 dengan jumlah responden 61 orang. Hasil penelitian ini meliputi data demografi dan gambaran pengetahuan dan sikap lanjut usia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

5.1.1 Karateristik Responden

Hasil penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang menjadi responden dalam pemenuhan perawatan diri 65-70 tahun (59,0%), 71 -75 tahun (21,3%) dan usia 76 – 80 (19,7%). Berdasarkan jenis kelamin yang menjadi responden dalam pemenuhan perawatan diri mayoritas perempuan (59,0%) dan laki-laki (41,0%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas Sekolah Dasar (42,6%) dan Sekolah Menengah Pertama (42,6%), Sekolah Menengah Atas (9,8%), Tidak Sekolah (3,3%) dan Perguruan Tinggi (1,6%). Berdasarkan riwayat penyakit didapati lansia yang menjadi responden dalam pemenuhan perawatan diri meliputi Asam Urat (50,8%), Hipertensi (31,1%),Hipotensi (6,6%), Katarak (3,3%), dan Rematik (3,3%) serta tidak ada riwayat penyakit (4,9%).


(48)

Tabel 5.1.1 Distibusi frekuensi dan persentase berdasarkan karateristik lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan (n=61)

Data Demografi Frekuensi Persentase

Usia : 65-70 71-75 76-80

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Riwayat Penyakit : Tidak ada riwayat Asam Urat Hipertensi Hipotensi Katarak Rematik 36 13 12 25 36 2 26 26 6 1 3 31 19 4 2 2 59,0 % 21,3 % 19,7% 41,0% 59,0% 3,3% 42,6% 42,6% 9,8% 1,6% 4,9% 50,8% 31,1% 6,6% 3,3% 3,3%

1.1.2 Berdasarkan Gambaran Pengetahuan Lansia dalam Pemenuhan Perawatan Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas gambaran pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan pada kategori baik (100%).


(49)

Tabel 5.1.2 Distibusi frekuensi dan persentase berdasarkan gambaran pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan (n=61)

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang Baik

61 0 0

100% 0% 0%

1.1.3 Berdasarkan Gambaran Sikap Lansia dalam Pemenuhan Perawatan Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas gambaran sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan pada kategori positif (100%).

Tabel 5.1.3 Distibusi frekuensi dan persentase berdasarkan gambaran sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan (n=61)

Sikap Frekuensi Persentase

Positif Negatif

61 0

100% 0%


(50)

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penelitian menunjukkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

5.2.1 Pengetahuan Lansia Tentang Pemenuhan Perawatan Diri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati bahwa pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori baik (100%). Hal ini terkait dengan asumsi bahwa mayoritas responden memperoleh pendidikan sehingga intelegensi seseorang mempengaruhi pengetahuan orang tersebut dan informasi yang didapatkan berupa pendidikan kesehatan memberikan kemudahan seseorang memperoleh informasi sehingga membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru, dimana faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi pendidikan, informasi, dan pengalaman (Mubarak,dkk 2007).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan dengan pendidikan, diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah multak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak dipengaruhi oleh pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap


(51)

seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap objek (Murwani, 2014).

Notoadmodjo (2003), bahwa tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, motivasi, lingkungan dan sosial ekonomi, ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa sekolah atau pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi individu dan mempertinggi taraf intelegensi individu. Dengan pendidikan, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.

Menurut Mubarak, dkk (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi. Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pada aspek psikologis taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuannya. Dari segi informasi, kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Riyanto dan Budiman (2012) menyatakan semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman. Pengalaman merupakan sebagai sumber pengetahuan dimana suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali


(52)

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.

Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri lansia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zamzami, Tjutju, & Sarinegsih (2012) bahwa terdapat pengaruh penyuluhan perawatan diri terhadap pengetahuan perawatan diri lansia, dimana menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofrianda (2014), didapati pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri dalam kategori baik (69%). Hasil penelitian lain yang dilakukan Rekawati (2002), menunjukkan bahwa 72,22% responden memiliki tingkat pengetahuan sangat baik terkait pemenuhan perawatan diri lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati pengetahuan lanjut usia pada kategori baik (100%), hal dikarenakan instrumen yang mudah dimengerti serta responden sudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pemenuhan perawatan diri lansia.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitri & Utami (2012), menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan lanjut usia terhadap pemeliharaan kebersihan diri dalam kategori kurang (57%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Erdhayanti & Kartinah (2012) , didapati bahwa mayoritas tingkat pengetahuan lansia terkait pemenuhan perawatan diri pada kategori rendah


(53)

(54,3%). Hal dikarenakan tingkat pendidikan yang masih rendah serta responden yang tidak memperoleh pendidikan dan daya ingat yang menurun.

5.2.2 Sikap Lansia dalam Pemenuhan Perawatan Diri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati bahwa sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori baik (100%). Menurut asumsi peneliti, Sikap responden yang positif dimungkinkan karena tingkat pengetahuan yang dimiliki. Sikap ditentukan oleh dua aspek yang terkandung dalam pengetahuan yaitu aspek positif dan aspek negatif. Semakin banyak aspek positif, maka akan menimbulkan sikap positif seseorang (Murwani, 2014).

Notoadmodjo (2014), menyatakan bahwa untuk menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Menurut Purwanto (2002), sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofrianda (2014) didapati lansia yang memiliki sikap positif dalam pemenuhan perawatan diri (91%), dikarenakan pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di UPT Pelayanan


(54)

Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati sikap lanjut usia pada kategori baik (100%), hal dikarenakan instrumen yang mudah dimengerti serta responden sudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pemenuhan perawatan diri lansia.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitri & Utami (2012), didapati sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori kurang. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang rendah sehingga akan mempengaruhi sikap responden dalam memelihara kebersihan diri lanjut usia, karena lanjut usia tidak dapat memilih mana yang baik dan yang benar. Pengetahuan yang kurang disebabkan karena pendidikan yang diterima responden tidak mendapatkan evaluasi yang berarti, maka didapatkan sikap yang kurang.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitan, untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan lansia tentang pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan pada kategori baik (100%), hal ini dikarenakan mayoritas responden sudah memperoleh pendidikan dan informasi tentang pemenuhan perawatan diri. Hasil penelitian dapat disimpulkan sikap lansia tentang pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan pada kategori baik (100%) hal ini dikarenakan pengetahuan yang positif dapat menimbulkan sikap yang positif.

6.2Saran

6.2.1 Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan diharapkan kepada petugas kesehatan untuk terus memberikan informasi tentang pemenuhan perawatan diri lansia agar perawatan diri lansia menjadi baik dan meningkatkan derajat kesehatan lansia. 6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Dalam institusi keperawatan diharapkan untuk mempersiapkan mahasiswa keperawatan dengan melibatkan mahasiswa dalam meningkat derajat kesehatan lansia melalui pengabdian kepada masyarakat.


(56)

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi pengembang instrumen penelitian yang terkait dengan pengetahuan, dan sikap merawat diri lansia. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang tindakan dan perilaku pemenuhan perawatan diri lansia.

Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan instrumen yang berbeda dalam mengkaji pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri lansia.

6.3Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan 100 % dan sikap 100%. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian yang digunakan sangat mudah untuk dimengerti oleh responden dalam penelitian.


(57)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Penuaan merupakan akan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup (Nugroho, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley & Beare, 2006).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun keatas (Depkes RI). Lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial (Fatimah, 2010).

2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia menurut Maryam, dkk (2008) adalah:

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia


(58)

c. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.3 Karateristik Lanjut Usia

Menurut (Keliat, 1999 dalam maryam, dkk 2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif sehingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.4 Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya ( Nugroho,2000). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.


(59)

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak asuh.

2.2 Perawatan Diri

2.2.1 Pengertian Perawatan Diri

Perawatan diri atau kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Pemenuhan perawatan diri ini juga dipengaruhi oleh beberapa


(60)

faktor, diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan dan sikap terhadap pemenuhan perawatan diri, serta persepsinya terhadap

perawatan diri (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung pada orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri), menjaga kesehatan diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya. Teori self care, Dorothea Orem menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali (Hapsah, 2008).

Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan. Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian. Upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 1997).


(61)

2.2.2 Macam-Macam Perawatan Diri a. Perawatan Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan pada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit misalnya. Kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit, dan sebagainya sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit

sebagai organ proteksi (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun keatas) struktur kulit berubah sebagai bagian normal dari proses penuaan. Penggantian sel kulit mungkin lebih lambat dibandingkan pengelupasannya. Hal ini menyebabkan kulit menjadi lebih tipis dan mudah rusak (Pringle & Penzer,2002 dalam Dingwall 2013). Kolagen kehilangan elastisitasnya sehingga kulit menjadi lebih kendur, berkerut, dan lipatan kulit dapat muncul. Kulit lansia lebih rentan terhadap trauma dan kerusakan akibat tekanan. Waktu penyembuhan memanjang setelah terjadi trauma kulit apa pun akibat penurunan sirkulasi (Burr & Penzer, 2005 dalam Dingwall 2013) dan produksi sel kulit baru yang lambat. Perubahan yang berhubungan dengan penuaan juga dapat mempengaruhi kemampuan kulit untuk bertindak


(62)

sebagai sawar terhadap infeksi. Epidermis menipis dan sel kulit tidak melekat secara efektif satu sama lain sehingga menurunkan kemampuan mereka untuk mengikat air. Kondisi ini menyebabkan kulit kering (Lawtong, 2007 dalam Dingwall 2013).

b. Kebersihan dan Kesehatan Kaki, Tangan, dan Kuku

Perawatan kaki, tangan, dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit, perawatan kaki, tangan, kuku akan semakin penting. Dalam kedudukannya sebagai pendidik pasien, maka perawat perlu membatu klien dalam memahami pentingnya perawatan kaki, tangan, dan kuku. Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihannya termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan penyebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari

kaki dipotong lurus (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas) antara 50 dan 70% lansia melaporkan masalah kaki (Menz & Lord, 2001 dalam Dingwall 2013). Perubahan


(63)

proses penuaan yang alami dapat mempengaruhi keseimbangan individu lansia (mis., terjadi penurunan massa tulang dan otot). Lansia lebih cenderung mengalami berbagai gangguan medis yang mempengaruhi kesehatan kaki, misalnya diabetes, perubahan artritis, dan penyakit sistem syaraf yang dapat mempengaruhi sensasi pada kaki individu (Badlissi et al., 2005). Perubahan sirkulasi yang normal pada proses penuaan juga menyebabkan kulit lebih mudah rusak, dan waktu penyembuhan memanjang. Penurunan kemampuan melihat dan keterampilan pada jari dapat menyebabkan lansia kesulitan untuk mempertahankan perawatan kaki yang baik dan kuku jari kaki yang pendek. Mereka mungkin menggunakan sepatu yang sempit dengan alasan kenyamanan. Kondisi ini mengancam keselamatan; dalam salah satu studi, sebanyak 28% individu lansia yang diperiksa karena jatuh menyatakan bahwa sepatu adalah penyebab utama (Menz & Lord, 2001 dalam Dingwall 2013).

c. Kebersihan dan Kesehatan Gigi dan Mulut

Perawatan mulut merupakan salah satu intervensi keperawatan yang penting. Kesehatan mulut akan mempengaruhi tingkatan kesehatan dan kecepatan pemulihan. Menggosok gigi, lidah, dan penggunaan benang gigi (flossing) tidak cukup untuk mencapai kesehatan mulut. Dibutuhkan pemeriksaan dan intervensi yang teliti bagi klien yang tidak mampu mencapai kesehatan mulut. Keberhasilan perawatan mulut ditentukan oleh volume saliva, plak gigi, dan flora mulut. Perawatan mulut yang buruk mengakibatkan penurunan produk saliva, peningkatan plak gigi, dan perubahan flora mulut. Saliva adalah komponen penting dalam sistem imun mulut. Penurunan produksinya mengakibatkan mulut


(64)

kering dan mendorong terbentuknya plak gigi. Plak menjadi wadah organisme yang menyebabkan pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator, karena adanya koloni patogen dalam orofaring (Penelirian Munro CL et al, 2006 dalam Potter dan Perry 2010).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas) perubahan gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih kering, dan berwarna lebih gelap. Gigi menjadi tidak rata, bergerigi, dan patah setelah bertahun-tahun digosok dan diasah, gusi kehilangan vaskularitas dan elastisitas jaringan yang menyebabkan gigi palsu kurang malnutrisi dapat menjadi masalah. Penurunan sensitivitas rasa, penipisan mukosa, dan penurunan massa dan kekuatan otot mastikasi juga terjadi. Pemakaian gigi palsu mengurangi kemampuan mengunyah hingga 40% jika dibandingkan dengan idividu yang memiliki gigi memadai. Lansia lebih cenderung menjadi pemakai gigi palsu sehingga berisiko mengalami luka pada mulut, trauma gesekan akibat gigi palsu yang tidak sesuai, dan stomatitis akibat gigi palsu termasuk kandidiasis oral (Fitzpatrick, 2000 dalam Dingwall 2013).

d. Kebersihan dan Kesehatan Rambut

Rambut adalah mahkota tubuh, sehingga penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Sepanjang hidup, perubahan dalam perkembangan, distribusi, dan kondisi rambut dapat mempengaruhi perawatan yang dibutuhkan seseorang. Rambut yang berkilau dengan tekstur yang halus secara umum dianggap sehat dan mempesona. Tekstur dan kilau rambut berhubungan dengan sifat permukaan rambut, sedangkan integritas dan kesehatan ujung rambut berhubungan dengan


(65)

korteks rambut. Rambut bervariasi dalam jenis dan warna. Kosmetik digunakan secara umum untuk mengubah sifat rambut, misalnya pewarnaan artifisial atau perubahan struktur normal misalnya, pelurusan seperti yang ditentukan oleh budaya dan mode (Sinclair, 2007 dalam Dingwall 2013).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas) penuaan menyebabkan penurunan produksi melanin oleh folikel rambut sehingga rambut mulai beruban (meskipun kondisi ini tidak selalu terjadi pada lansia). Seperti halnya perubahan kulit, rambut menjadi lebih kering dan lebih rapuh saat penuaan. Tekstur rambut juga berubah dan rambut yang lebih beruban cenderung menjadi kasar (Sinclair, 2007 dalam Dingwall 2013).

e. Perawatan Telinga

Perawatan telinga mempunyai aplikasi terhadap ketajaman pendengaran, bila substansi benda asing berkumpul pada anal/liang telinga luar maka akan menggangu konduksi suara. Khususnya pada lansia akan rentan terhadap masalah ini. Perawat harus sensitiv terhadap isyarat perilaku apapun yang mengindikasikan kerusakan pendengaran. Ketika merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat seperti halnya teknik komunikasi yang meningkatkan

pendengaran kata yang diucapkan (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Lanjut usia (65 tahun ke atas) proses penuaan yang normal dapat menyebabkan perubahan pada telinga yang mempengaruhi ketajaman pendengaran. Presbikusis merupakan bentuk hilang pendengaran sensorineural yang paling sering terjadi terkait dengan penuaan. Sel mirip rambut dalam koklea


(66)

menjadi rusak setelah bertahun-tahun dan tidak mampu bergetar secara efektif, yang berarti bahwa suara yang rendah tidak terdengar. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap, mempengaruhi kedua telinga dan ditandai dengan hilang pendengaran berfrekuensi tinggi (bagai et al., 2006 dalam Dingwall 2013).

f. Metode Mandi

Kesempatan untuk mandi dapat memenuhi kebutuhan biopsikososial individu. Mandi terapeutik mengurangi efek infeksi dan gangguan kulit (Ronda & Falce, 2002 dalam Dingwall 2013). Pasien akan merasa lebih baik karena bau badan hilang dan penampilan membaik sehingga kebutuhan budaya terpenuhi. Selain itu, mandi dapat memberi perasaan nyaman dan relaksasi atau simulasi (Sheppard & Brenner, 2000 dalam Dingwall 2013). Profesional layanan kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk memenuhi kebutuhan higiene individu yang memiliki keinginan dan kebutuhan individual. Pembersihan kulit yang berlebihan mengganggu keseimbangan alam flora kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan (Beranda et al., 2002 dalam Dingwall 2013). Bahkan kesediaan kulit yang dirancang untuk kulit sensitif dapat menimbulkan iritasi sehingga pasien harus melakukan perawatan yang dapat mencegah kerusakan kulit misalnya, penggunaan krim pelembut dan pelindung kulit.

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas). Lansia seharusnya tidak perlu mandi setiap hari untuk menjaga pH kulit mereka dan mencegah kekeringan serta kemunduran yang mungkin terjadi. Lansia yang kebetulan memiliki masalah inkontinensia akan memerlukan tindakan higiene untuk mencegah ekskoriasi kulit akibat urine. Saat membantu pasien memilih alat bantuk kontinensia, hal yang


(67)

harus diingat adalah suatu alat bantu hanya boleh dipilih jika dapat mengalirkan atau menyerap urine dan bukan alat bantu yang membiarkan urine membasahi kulit (Hampton, 2004 dalam Dingwall 2013).

2.2.3 Tujuan Perawatan Diri

Tujuan perawatan diri atau personal hygiene menurut Isro’in &

Andarmoyo (2012) adalah :

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang b. Memelihara kebersihan diri seseorang c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang d. Pencegah penyakit

e. Meningkatkan percaya diri seseorang f. Menciptakan keindahan

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perwatan Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri menurut Isro’in & Andarmoyo (2012) adalah:

a. Praktik sosial

Perawatan diri atau kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan jenis hygiene mulut. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia akan terjadi beberapa perubahan dalam praktik perawatan diri karena perubahan dalam kondisi fisiknya.


(68)

b. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik perawatan dirinya, misalnya: kapan dia harus mandi, bercukur, melakukan perawatan rambut, dsb, termasuk memilih produk yang digunakan dalam praktik perawatannya misalnya: sabun, sampo, deodoran, dan pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadinya. Pilihan-pilihan tersebut setidaknya harus membantu perawat dalam mengembangkan rencana keperawatan yang lebih kepada individu. Perawat tidak mencoba mengubah pilihan klien kecuali hal itu akan mempengaruhi kesehatan klien tersebut.

c. Citra tubuh

Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik perawatan diri seseorang. Ketika seorang perawat dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi atau tidak peduli dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya perawatan diri untuk kesehatan, selain itu juga dibutuhkan kepekaan perawat untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah memang kurang atau ketidaktauan klien akan perawatan diri perorangan atau ketidakmauan dan ketidakmampuan klien dalam menjalankan praktik perawatan diri untuk dirinya. d. Status sosial ekonomi

Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik hygiene seseorang. sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik hygiene.


(69)

e. Pengetahuan dan motivasi

pengetahuan tentang perawatan diri akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam pelaksanaan hygiene tersebut. permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikannya dengan klien, memeriksa kebutuhan praktik hygiene klien dan memberikan informasi yang tepat dan adekuat kepada klien.

f. Variabel budaya

Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien mempengaruhi perawatan diri seseorang. berbagai budaya memiliki praktik hygiene yang berbeda. Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa, memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu, beberapa budaya memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting. Dalam hal ini sebagai seorang perawat jangan menyatakan ketidaksetujuan jika klien memiliki praktik perawatan diri yang berbeda dari nilai-nilai perawat, tetapi diskusikan nilai-nilai standar kebersihan yang bisa dijalankan oleh klien.

g. Kondisi fisik

Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan ketangkasan untuk melakukan perawatan diri. Misalnya, pada genggaman yang melemah akibat artitis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien dalam pelaksanaan hygiene seperti menggunakan sikat gigi, memakai handuk, menyisir


(70)

dsb. Kondisi yang lebih serius akan menjadikan klien tidak mampu dan akan memerlukan kehadiran perawat untuk melakukan perawatan diri secara total. 2.2.5 Dampak perawatan diri

Dampak perawatan diri menurut Isro’in & Andarmoyo (2012) adalah:

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intregitas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

b. Gangguan psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model /mental yang menggambarkan objek dengan tepat merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu objek (Martin dan Oxman, 1988 dalam kusrini, 2006). Pengetahuan sering disebut dengan kebenaran ilmiah, atau scientific truth (Kusrini, 2006 dalam Murwarni 2014). Menurut Potter (2009, dalam Murwarni 2014) pengetahuan adalah pembelajaran fakta atau informasi baru dan mampu mengingatnya.


(71)

Pengetahuan adalah mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya (fakta, konsep, teori), mengetahui istilah-istilah umum, fakta-fakta khusus, metedo-metedo dan prosedur, konsep-konsep dasar, serta prinsip (Susilo, 2011 dalam Murwani 2014).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (oventbehavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih abadi/berlangsung lebih lama sekali daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Wawan, 2011 dalam Murwani 2014).

a. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge)

Knowledge, adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali

atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

b. Pemahaman (Comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan


(72)

menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

c. Penerapan (Application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

d. Analisis (Analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi

e. Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kependudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis

f. Penilaian/Penghargaan/Evaluasi (Evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,


(73)

misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk menghubungkan atau menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

2.3.3 Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoadmojo, 2003: 11) melalui Wawan A. Dan Dewi dalam bukunya pengetahuan, sikap, dan perilaku

manusia adalah sebagai berikut:

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara ini diperoleh sebelum kebudayaan, bahkan mungkin belum ada peradaban. Cara coba salah ini menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.


(74)

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Cara ini berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau non formal, ahli agama, pemegang perintah dan sebagai prinsip orang lain yang menerima yang dikemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Metode ini penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian, mula-mula dikembangkan Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

Penelitian yang dilakukan oleh Rekawati (2002) dengan judul “Gambaran

Kemampuan (Pengetahuan, Sikap Dan Praktek) Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri Di Panti Tresna Wredha Budi Mulya Jakarta Timur" dengan jumlah responden sebanyak 36 orang lanjut usia yang dipilih secara acak diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri dalam kategori sangat baik 72,22% (n=36).

2.4 Sikap

2.4.1 Defenisi Sikap

Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, individu dapat memperkirakan respons atau


(75)

perilaku yang akan diambil. Beberapa defenisi sikap yang dikemukakan para ahli dalah sebagai berikut:

a. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 1993).

b. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2001).

c. Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (Ahmadi, 1999).

d. Sikap diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandang atau sikap perasaan, namun sikap tersebut disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi (Gerungan, 1996). e. Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,

metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu, maupun objek-objek tertentu (Aswar, 2003)

2.4.2 Komponen sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu Azwar, (2003) :

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversional.


(76)

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

2.4.3 Determinasi sikap

Walgito (2001) mengungkapkan bahwa terdapat empat hal penting yang menjadi determinan (faktor penentu) sikap individu, yaitu :

a. Faktor fisiologis

Faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap individu. Misalnya, orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal,sedangkan orang tua bersikap dengan penuh kehati-hatian.

b. Faktor pengalaman lansung terhadap objek sikap

Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap tersebut. misalnya, pasien yang pernah dirawat dengan baik oleh perawat akan menaruh sikap positif terhadap perawat tersebut.


(77)

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. misalnya, individu yang meyakini bahwa hubungan seksual sebelum nikah tidak sesuai dengna norma masyarakat dan agama.

d. Faktor komunikasi sosial

Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. misalnya, PNS mendengar informasi dari TV bahwa gaji mulai bulan depan naik 10% sehingga sikap PNS terhadap pemerintah bersifat positif.

2.4.4 Ciri-ciri sikap

Sikap memiliki beberapa ciri tersendiri. Pada prinsipnya, ciri sikap menurut beberapa ahli memiliki kesamaan. Gerungan (1996), Ahmadi (1999), Sarwono (2000), dan Walgito (2001) mengungkapkan bahwa:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari (Learnability) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

atau banyak objek.


(1)

8. Seluruh responden untuk penelitian ini yaitu siswi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir.

9. Kedua orang tua saya, Jonny Walker Tarigan dan Marina Damanik yang telah mengasuh dan memberikan kasih sayang serta doa restunya kepada penulis yang tiada ternilai.

10. Saudara penulis, Arinda Onita Tarigan dan Junus Dat Tarigan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan saran kepada penulis.

11. Seluruh teman-teman stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU.

Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan mudah-mudahan penulisan Tugas Akhir ini, dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu, masyarakat, dan Fakultas Keperawatan.

Medan, Agustus 2016

Penulis

Yohanes Zenriano Tarigan 121101115


(2)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar isi ... iv

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 5

1.5. Manfaat Penelitian... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1. Perawatan Diri ... 7

2.1.1. Pengertian Perawatan Diri ... 7

2.1.2. Macam-Macam Perawatan Diri ... 8

2.1.3. Tujuan Perawatan Diri ... 15

2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri ... 16

2.1.5. Dampak Perawatan Diri ... 19

2.2. Pengetahuan ... 19

2.2.1. Pengertian Pengetahuan ... 19

2.2.2.Tingkat Pengetahuan ... 20

2.2.3.Cara Memperoleh Pengetahuan ... 23

2.3. Sikap ... 24

2.3.1.Defenisi Sikap ... 24

2.3.2. Komponen Sikap... 25

2.3.3. Determinasi Sikap ... 26

2.3.4. Ciri-Ciri Sikap ... 27

2.3.5. Pengukuran Sikap ... 28


(3)

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 32

3.1. Kerangka Konsep ... 32

3.2. Defenisi Konseptual ... 33

3.3. Definisi Operasional ... 34

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 36

4.1. Desain Penelitian ... 36

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

4.2.1. Populasi Penelitian ... 36

4.2.2. Sampel Penelitian ... 37

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38

4.4. Pertimbangan Etik ... 38

4.5. Instrumen Penelitian ... 39

4.6. Validitas dan Reliabilitas Penelitan... 40

4.6.1. Uji Validitas ... 40

4.6.2. Uji Reliabilitas ... 40

4.7. Pengumpulan Data ... 41

4.8. Analisa Data ... 42

Bab 5. Hasil Dan Pembahasan ... 43

5.1. Hasil Penelitian ... 43

5.1.1 Karateristik Responden ... 43

5.1.2 Gambaran Pengetahuan Lansia dalam pemenuhan perawatan diri 44 5.1.3 Gambaran Sikap Lansia dalam Pemenuha Perawatan Diri ... 45

5.2. Pembahasan ... 46

5.2.1 Pengetahuan Lansia Tentang Pemenuhan Perawatan Diri ... 46

5.2.2 Sikap Lansia Tentang Pemenuhan Perawatan Diri ... 49

Bab 6. Kesimpulan Dan Saran ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 51


(4)

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Inform Consent

Lampiran 3. Instrumen Penelitan

Lampiran 4. Surat Persetujuan Validitas Lampiran 5. Surat Etik Keperawatan Lampiran 6. Surat Izin Reliabilitas Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Uji Reliabilitas dan penelitian Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran 11. Master Data

Lampiran 12. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 13. Taksasi Dana


(5)

Daftar Skema

Halaman


(6)

Daftar Tabel

Halaman Tabel 3.2 Defenisi Operasional Penelitian ...33 Tabel 5.1.1 Karateristik Responden ...43 Tabel 5.1.2 Berdasarkan Gambaran Pengetahuan Lansia Dalam Pemenuhan

Perawatan Diri ...44 Tabel 5.1.3 Berdasarkan Gambaran Sikap Lansia Dalam Pemenuhan


Dokumen yang terkait

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

1 7 109

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 11

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 6

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 10

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 7

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 24

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 1 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 33