5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini, penelitian menunjukkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. 5.2.1
Pengetahuan Lansia Tentang Pemenuhan Perawatan Diri
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati bahwa
pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori baik 100. Hal ini terkait dengan asumsi bahwa mayoritas responden memperoleh
pendidikan sehingga intelegensi seseorang mempengaruhi pengetahuan orang tersebut dan informasi yang didapatkan berupa pendidikan kesehatan memberikan
kemudahan seseorang memperoleh informasi sehingga membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru, dimana faktor faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi pendidikan, informasi, dan pengalaman Mubarak,dkk 2007.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan dengan pendidikan, diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah multak berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak dipengaruhi oleh pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap
Universitas Sumatera Utara
seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap objek Murwani, 2014.
Notoadmodjo 2003, bahwa tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, motivasi, lingkungan dan sosial ekonomi, ini sesuai dengan pendapat
yang menyatakan bahwa sekolah atau pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi individu dan mempertinggi taraf intelegensi individu.
Dengan pendidikan, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Menurut Mubarak, dkk 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi. Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis. Pada aspek psikologis taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuannya. Dari
segi informasi, kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut
Riyanto dan Budiman 2012 menyatakan semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman. Pengalaman merupakan sebagai sumber pengetahuan dimana suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.
Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri lansia.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zamzami, Tjutju, Sarinegsih 2012 bahwa terdapat pengaruh penyuluhan perawatan diri terhadap pengetahuan
perawatan diri lansia, dimana menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofrianda 2014, didapati pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri dalam kategori baik 69.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Rekawati 2002, menunjukkan bahwa 72,22 responden memiliki tingkat pengetahuan sangat baik terkait pemenuhan
perawatan diri lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati
pengetahuan lanjut usia pada kategori baik 100, hal dikarenakan instrumen yang mudah dimengerti serta responden sudah mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang pemenuhan perawatan diri lansia. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitri Utami
2012, menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan lanjut usia terhadap pemeliharaan kebersihan diri dalam kategori kurang 57. Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Erdhayanti Kartinah 2012 , didapati bahwa mayoritas tingkat pengetahuan lansia terkait pemenuhan perawatan diri pada kategori rendah
Universitas Sumatera Utara
54,3. Hal dikarenakan tingkat pendidikan yang masih rendah serta responden yang tidak memperoleh pendidikan dan daya ingat yang menurun.
5.2.2 Sikap Lansia dalam Pemenuhan Perawatan Diri
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati bahwa sikap
lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori baik 100. Menurut asumsi peneliti, Sikap responden yang positif dimungkinkan karena tingkat
pengetahuan yang dimiliki. Sikap ditentukan oleh dua aspek yang terkandung dalam pengetahuan yaitu aspek positif dan aspek negatif. Semakin banyak aspek
positif, maka akan menimbulkan sikap positif seseorang Murwani, 2014. Notoadmodjo 2014, menyatakan bahwa untuk menentukan sikap yang
utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Menurut Purwanto 2002, sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu
terwujud dalam tindakan nyata, hal ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai
objek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofrianda 2014
didapati lansia yang memiliki sikap positif dalam pemenuhan perawatan diri 91, dikarenakan pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada
kategori baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di UPT Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan didapati sikap lanjut usia pada kategori baik 100, hal dikarenakan instrumen yang mudah
dimengerti serta responden sudah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pemenuhan perawatan diri lansia.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitri Utami 2012, didapati sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diri pada kategori
kurang. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang rendah sehingga akan mempengaruhi sikap responden dalam memelihara kebersihan diri lanjut usia,
karena lanjut usia tidak dapat memilih mana yang baik dan yang benar. Pengetahuan yang kurang disebabkan karena pendidikan yang diterima responden
tidak mendapatkan evaluasi yang berarti, maka didapatkan sikap yang kurang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan