Sikap Kuesioner Sikap lanjut usia tentang pemenuhan perawatan diri

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas Cara ini berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau non formal, ahli agama, pemegang perintah dan sebagai prinsip orang lain yang menerima yang dikemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan Metode ini penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian, mula-mula dikembangkan Francis Bacon 1561-1626, kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. Penelitian yang dilakukan oleh Rekawati 2002 dengan judul “Gambaran Kemampuan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri Di Panti Tresna Wredha Budi Mulya Jakarta Timur dengan jumlah responden sebanyak 36 orang lanjut usia yang dipilih secara acak diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan lansia dalam pemenuhan perawatan diri dalam kategori sangat baik 72,22 n=36.

2.4 Sikap

2.4.1 Defenisi Sikap

Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, individu dapat memperkirakan respons atau Universitas Sumatera Utara perilaku yang akan diambil. Beberapa defenisi sikap yang dikemukakan para ahli dalah sebagai berikut: a. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 1993. b. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya Walgito, 2001. c. Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten Ahmadi, 1999. d. Sikap diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandang atau sikap perasaan, namun sikap tersebut disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi Gerungan, 1996. e. Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu, maupun objek-objek tertentu Aswar, 2003 2.4.2 Komponen sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu Azwar, 2003 : a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan opini terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversional. Universitas Sumatera Utara b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh- pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindakberaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. 2.4.3 Determinasi sikap Walgito 2001 mengungkapkan bahwa terdapat empat hal penting yang menjadi determinan faktor penentu sikap individu, yaitu : a. Faktor fisiologis Faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap individu. Misalnya, orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal,sedangkan orang tua bersikap dengan penuh kehati-hatian. b. Faktor pengalaman lansung terhadap objek sikap Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap tersebut. misalnya, pasien yang pernah dirawat dengan baik oleh perawat akan menaruh sikap positif terhadap perawat tersebut. Universitas Sumatera Utara c. Faktor kerangka acuan Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. misalnya, individu yang meyakini bahwa hubungan seksual sebelum nikah tidak sesuai dengna norma masyarakat dan agama. d. Faktor komunikasi sosial Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. misalnya, PNS mendengar informasi dari TV bahwa gaji mulai bulan depan naik 10 sehingga sikap PNS terhadap pemerintah bersifat positif.

2.4.4 Ciri-ciri sikap

Sikap memiliki beberapa ciri tersendiri. Pada prinsipnya, ciri sikap menurut beberapa ahli memiliki kesamaan. Gerungan 1996, Ahmadi 1999, Sarwono 2000, dan Walgito 2001 mengungkapkan bahwa: a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari Learnability dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan atau banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Universitas Sumatera Utara f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda dengan pengetahuan.

2.4.5 Pengukuran sikap

Dalam bukunya yang berjudul Principles of Education and Psychological Measurement and Evaluation, Sax 1980 menunjukkan beberapa karakteristik sikap. Berikut akan diuraikan dimensi tersebut satu-persatu Azwar, 2013:87. a. Sikap mempunyai arah Sikap mempunyai arah, ialah sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak, apakah mendukung atau tidak, apakah memihak atau tidak terhadap suatu objek. Jika setuju berarti orang tersebut memiliki sikap yang arahnya positif dan sebaliknya. b. Sikap memiliki intensitas Sikap memiliki intensitas. Berarti kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua bisa saja sangat tidak setuju. Begitupun pada sikap positifnya. c. Sikap memiliki keluasan Sikap memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. Universitas Sumatera Utara d. Sikap memiliki konsistensi Konsistensi sikap siperlihatkan oleh kesesuaian sikap antara waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil, tidak dapat bertahan lama dikatakan sikap yang inkonsisten e. Sikap memiliki spotanitas Sikap ini menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengungkapkannya.

2.4.6 Tingkat Sikap

Notoatmodjo 2010 seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan. a. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. b. Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. Universitas Sumatera Utara c. Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya, saudaranya, dan sebagainya untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Rekawati 2002 dengan judul “Gambaran Kemampuan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri Di Panti Tresna Wredha Budi Mulya Jakarta Timur dengan jumlah responden sebanyak 36 orang lanjut usia yang dipilih secara acak diperoleh kesimpulan bahwa 13,89 n=36 memiliki sikap cukup dan 11,11 n=36 bersikap acuh tak acuh terhadap perawatan kebersihan dirinya. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

1 7 109

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 11

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 6

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 10

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 7

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 24

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 1 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 33