Perawatan Diri Kuesioner Sikap lanjut usia tentang pemenuhan perawatan diri

1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. 3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut. 4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. 5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak asuh.

2.2 Perawatan Diri

2.2.1 Pengertian Perawatan Diri

Perawatan diri atau kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis Hidayat, 2009. Pemenuhan perawatan diri ini juga dipengaruhi oleh beberapa Universitas Sumatera Utara faktor, diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan dan sikap terhadap pemenuhan perawatan diri, serta persepsinya terhadap perawatan diri Isro’in Andarmoyo, 2012. Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung pada orang lain dan mampu mengurus diri sendiri mandiri, menjaga kesehatan diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya. Teori self care, Dorothea Orem menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali Hapsah, 2008. Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan. Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian. Upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang Notoatmodjo, 1997. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Macam-Macam Perawatan Diri

a. Perawatan Kulit Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan pada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit misalnya. Kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit, dan sebagainya sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit sebagai organ proteksi Isro’in Andarmoyo, 2012. Terkait dengan lanjut usia 65 tahun keatas struktur kulit berubah sebagai bagian normal dari proses penuaan. Penggantian sel kulit mungkin lebih lambat dibandingkan pengelupasannya. Hal ini menyebabkan kulit menjadi lebih tipis dan mudah rusak Pringle Penzer,2002 dalam Dingwall 2013. Kolagen kehilangan elastisitasnya sehingga kulit menjadi lebih kendur, berkerut, dan lipatan kulit dapat muncul. Kulit lansia lebih rentan terhadap trauma dan kerusakan akibat tekanan. Waktu penyembuhan memanjang setelah terjadi trauma kulit apa pun akibat penurunan sirkulasi Burr Penzer, 2005 dalam Dingwall 2013 dan produksi sel kulit baru yang lambat. Perubahan yang berhubungan dengan penuaan juga dapat mempengaruhi kemampuan kulit untuk bertindak Universitas Sumatera Utara sebagai sawar terhadap infeksi. Epidermis menipis dan sel kulit tidak melekat secara efektif satu sama lain sehingga menurunkan kemampuan mereka untuk mengikat air. Kondisi ini menyebabkan kulit kering Lawtong, 2007 dalam Dingwall 2013. b. Kebersihan dan Kesehatan Kaki, Tangan, dan Kuku Perawatan kaki, tangan, dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit, perawatan kaki, tangan, kuku akan semakin penting. Dalam kedudukannya sebagai pendidik pasien, maka perawat perlu membatu klien dalam memahami pentingnya perawatan kaki, tangan, dan kuku. Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihannya termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan penyebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh. Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus Isro’in Andarmoyo, 2012. Terkait dengan lanjut usia 65 tahun ke atas antara 50 dan 70 lansia melaporkan masalah kaki Menz Lord, 2001 dalam Dingwall 2013. Perubahan Universitas Sumatera Utara proses penuaan yang alami dapat mempengaruhi keseimbangan individu lansia mis., terjadi penurunan massa tulang dan otot. Lansia lebih cenderung mengalami berbagai gangguan medis yang mempengaruhi kesehatan kaki, misalnya diabetes, perubahan artritis, dan penyakit sistem syaraf yang dapat mempengaruhi sensasi pada kaki individu Badlissi et al., 2005. Perubahan sirkulasi yang normal pada proses penuaan juga menyebabkan kulit lebih mudah rusak, dan waktu penyembuhan memanjang. Penurunan kemampuan melihat dan keterampilan pada jari dapat menyebabkan lansia kesulitan untuk mempertahankan perawatan kaki yang baik dan kuku jari kaki yang pendek. Mereka mungkin menggunakan sepatu yang sempit dengan alasan kenyamanan. Kondisi ini mengancam keselamatan; dalam salah satu studi, sebanyak 28 individu lansia yang diperiksa karena jatuh menyatakan bahwa sepatu adalah penyebab utama Menz Lord, 2001 dalam Dingwall 2013. c. Kebersihan dan Kesehatan Gigi dan Mulut Perawatan mulut merupakan salah satu intervensi keperawatan yang penting. Kesehatan mulut akan mempengaruhi tingkatan kesehatan dan kecepatan pemulihan. Menggosok gigi, lidah, dan penggunaan benang gigi flossing tidak cukup untuk mencapai kesehatan mulut. Dibutuhkan pemeriksaan dan intervensi yang teliti bagi klien yang tidak mampu mencapai kesehatan mulut. Keberhasilan perawatan mulut ditentukan oleh volume saliva, plak gigi, dan flora mulut. Perawatan mulut yang buruk mengakibatkan penurunan produk saliva, peningkatan plak gigi, dan perubahan flora mulut. Saliva adalah komponen penting dalam sistem imun mulut. Penurunan produksinya mengakibatkan mulut Universitas Sumatera Utara kering dan mendorong terbentuknya plak gigi. Plak menjadi wadah organisme yang menyebabkan pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator, karena adanya koloni patogen dalam orofaring Penelirian Munro CL et al, 2006 dalam Potter dan Perry 2010. Terkait dengan lanjut usia 65 tahun ke atas perubahan gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih kering, dan berwarna lebih gelap. Gigi menjadi tidak rata, bergerigi, dan patah setelah bertahun-tahun digosok dan diasah, gusi kehilangan vaskularitas dan elastisitas jaringan yang menyebabkan gigi palsu kurang malnutrisi dapat menjadi masalah. Penurunan sensitivitas rasa, penipisan mukosa, dan penurunan massa dan kekuatan otot mastikasi juga terjadi. Pemakaian gigi palsu mengurangi kemampuan mengunyah hingga 40 jika dibandingkan dengan idividu yang memiliki gigi memadai. Lansia lebih cenderung menjadi pemakai gigi palsu sehingga berisiko mengalami luka pada mulut, trauma gesekan akibat gigi palsu yang tidak sesuai, dan stomatitis akibat gigi palsu termasuk kandidiasis oral Fitzpatrick, 2000 dalam Dingwall 2013. d. Kebersihan dan Kesehatan Rambut Rambut adalah mahkota tubuh, sehingga penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Sepanjang hidup, perubahan dalam perkembangan, distribusi, dan kondisi rambut dapat mempengaruhi perawatan yang dibutuhkan seseorang. Rambut yang berkilau dengan tekstur yang halus secara umum dianggap sehat dan mempesona. Tekstur dan kilau rambut berhubungan dengan sifat permukaan rambut, sedangkan integritas dan kesehatan ujung rambut berhubungan dengan Universitas Sumatera Utara korteks rambut. Rambut bervariasi dalam jenis dan warna. Kosmetik digunakan secara umum untuk mengubah sifat rambut, misalnya pewarnaan artifisial atau perubahan struktur normal misalnya, pelurusan seperti yang ditentukan oleh budaya dan mode Sinclair, 2007 dalam Dingwall 2013. Terkait dengan lanjut usia 65 tahun ke atas penuaan menyebabkan penurunan produksi melanin oleh folikel rambut sehingga rambut mulai beruban meskipun kondisi ini tidak selalu terjadi pada lansia. Seperti halnya perubahan kulit, rambut menjadi lebih kering dan lebih rapuh saat penuaan. Tekstur rambut juga berubah dan rambut yang lebih beruban cenderung menjadi kasar Sinclair, 2007 dalam Dingwall 2013. e. Perawatan Telinga Perawatan telinga mempunyai aplikasi terhadap ketajaman pendengaran, bila substansi benda asing berkumpul pada analliang telinga luar maka akan menggangu konduksi suara. Khususnya pada lansia akan rentan terhadap masalah ini. Perawat harus sensitiv terhadap isyarat perilaku apapun yang mengindikasikan kerusakan pendengaran. Ketika merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat seperti halnya teknik komunikasi yang meningkatkan pendengaran kata yang diucapkan Isro’in Andarmoyo, 2012. Lanjut usia 65 tahun ke atas proses penuaan yang normal dapat menyebabkan perubahan pada telinga yang mempengaruhi ketajaman pendengaran. Presbikusis merupakan bentuk hilang pendengaran sensorineural yang paling sering terjadi terkait dengan penuaan. Sel mirip rambut dalam koklea Universitas Sumatera Utara menjadi rusak setelah bertahun-tahun dan tidak mampu bergetar secara efektif, yang berarti bahwa suara yang rendah tidak terdengar. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap, mempengaruhi kedua telinga dan ditandai dengan hilang pendengaran berfrekuensi tinggi bagai et al., 2006 dalam Dingwall 2013. f. Metode Mandi Kesempatan untuk mandi dapat memenuhi kebutuhan biopsikososial individu. Mandi terapeutik mengurangi efek infeksi dan gangguan kulit Ronda Falce, 2002 dalam Dingwall 2013. Pasien akan merasa lebih baik karena bau badan hilang dan penampilan membaik sehingga kebutuhan budaya terpenuhi. Selain itu, mandi dapat memberi perasaan nyaman dan relaksasi atau simulasi Sheppard Brenner, 2000 dalam Dingwall 2013. Profesional layanan kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk memenuhi kebutuhan higiene individu yang memiliki keinginan dan kebutuhan individual. Pembersihan kulit yang berlebihan mengganggu keseimbangan alam flora kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan Beranda et al., 2002 dalam Dingwall 2013. Bahkan kesediaan kulit yang dirancang untuk kulit sensitif dapat menimbulkan iritasi sehingga pasien harus melakukan perawatan yang dapat mencegah kerusakan kulit misalnya, penggunaan krim pelembut dan pelindung kulit. Terkait dengan lanjut usia 65 tahun ke atas. Lansia seharusnya tidak perlu mandi setiap hari untuk menjaga pH kulit mereka dan mencegah kekeringan serta kemunduran yang mungkin terjadi. Lansia yang kebetulan memiliki masalah inkontinensia akan memerlukan tindakan higiene untuk mencegah ekskoriasi kulit akibat urine. Saat membantu pasien memilih alat bantuk kontinensia, hal yang Universitas Sumatera Utara harus diingat adalah suatu alat bantu hanya boleh dipilih jika dapat mengalirkan atau menyerap urine dan bukan alat bantu yang membiarkan urine membasahi kulit Hampton, 2004 dalam Dingwall 2013.

2.2.3 Tujuan Perawatan Diri

Tujuan perawatan diri atau personal hygiene menurut Isro’in Andarmoyo 2012 adalah : a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang b. Memelihara kebersihan diri seseorang c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang d. Pencegah penyakit e. Meningkatkan percaya diri seseorang f. Menciptakan keindahan

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perwatan Diri

Faktor- faktor yang mempengaruhi perawatan diri menurut Isro’in Andarmoyo 2012 adalah: a. Praktik sosial Perawatan diri atau kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan jenis hygiene mulut. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia akan terjadi beberapa perubahan dalam praktik perawatan diri karena perubahan dalam kondisi fisiknya. Universitas Sumatera Utara b. Pilihan pribadi Setiap klien memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik perawatan dirinya, misalnya: kapan dia harus mandi, bercukur, melakukan perawatan rambut, dsb, termasuk memilih produk yang digunakan dalam praktik perawatannya misalnya: sabun, sampo, deodoran, dan pasta gigi menurut pilihan dan kebutuhan pribadinya. Pilihan-pilihan tersebut setidaknya harus membantu perawat dalam mengembangkan rencana keperawatan yang lebih kepada individu. Perawat tidak mencoba mengubah pilihan klien kecuali hal itu akan mempengaruhi kesehatan klien tersebut. c. Citra tubuh Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik perawatan diri seseorang. Ketika seorang perawat dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi atau tidak peduli dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya perawatan diri untuk kesehatan, selain itu juga dibutuhkan kepekaan perawat untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah memang kurang atau ketidaktauan klien akan perawatan diri perorangan atau ketidakmauan dan ketidakmampuan klien dalam menjalankan praktik perawatan diri untuk dirinya. d. Status sosial ekonomi Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik hygiene seseorang. sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik hygiene. Universitas Sumatera Utara e. Pengetahuan dan motivasi pengetahuan tentang perawatan diri akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam pelaksanaan hygiene tersebut. permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikannya dengan klien, memeriksa kebutuhan praktik hygiene klien dan memberikan informasi yang tepat dan adekuat kepada klien. f. Variabel budaya Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien mempengaruhi perawatan diri seseorang. berbagai budaya memiliki praktik hygiene yang berbeda. Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa, memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu, beberapa budaya memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting. Dalam hal ini sebagai seorang perawat jangan menyatakan ketidaksetujuan jika klien memiliki praktik perawatan diri yang berbeda dari nilai-nilai perawat, tetapi diskusikan nilai-nilai standar kebersihan yang bisa dijalankan oleh klien. g. Kondisi fisik Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan ketangkasan untuk melakukan perawatan diri. Misalnya, pada genggaman yang melemah akibat artitis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien dalam pelaksanaan hygiene seperti menggunakan sikat gigi, memakai handuk, menyisir Universitas Sumatera Utara dsb. Kondisi yang lebih serius akan menjadikan klien tidak mampu dan akan memerlukan kehadiran perawat untuk melakukan perawatan diri secara total.

2.2.5 Dampak perawatan diri

Dampak perawatan diri menurut Isro’in Andarmoyo 2012 adalah: a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intregitas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. b. Gangguan psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial.

2.3 Pengetahuan

Dokumen yang terkait

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

1 7 109

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 11

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 6

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 10

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 7

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 24

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 1 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lanjut Usia Dalam Pemenuhan Perawatan Diri di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 33