Uji adaptasi galur harapan padi sawah tipe baru (Oryza sativa L.) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

(1)

UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH

TIPE BARU (

Oryza sativa

L.) DI KABUPATEN

MADIUN, JAWA TIMUR DAN KABUPATEN MAROS,

SULAWESI SELATAN

Oleh :

Mansur Chadi Mursid A34401031

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH

TIPE BARU (

Oryza sativa

L.) DI KABUPATEN

MADIUN, JAWA TIMUR DAN KABUPATEN MAROS

SULAWESI SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Mansur Chadi Mursid A34401031

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(3)

PERSEMBAHAN

اوﷲاﻮﺀﺎﺷ ن ﺿ ﷲاﻮﺔ ﺔﺌﺎ ﺔ ﻜ ل ﺎ ﺖﺘ أﺔ ﺛ ﻜﷲا ﻬ اﻮ أنوﻗ ذ ا ﺛ

( : ةرﻗ أ )

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan

ﷲا

adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji.

ﷲا

melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan

ﷲا

Maha luas (karunia-Nya ) lagi Maha Mengetahui ” (Al Baqarah : 261)

” Sungguh indah ilmu padi, kian berisi makin merendah ”

” Berbeda dengan harta, jika ilmu diamalkan pastilah akan bertambah ” ” Niatkanlah setiap langkah untuk ibadah karena

ﷲا

Karya kecil ini kupersembahka untuk :

1. Guru-guruku yang mulia.

2. Ayahbunda juga adik kakak tercinta. 3. Sahabat-sahabatku yang setia.

4. Para pelajar penuntut ilmu juga santri dan santriah.


(4)

RINGKASAN

MANSUR CHADI MURSID. Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru (Oryza sativa L.) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR).

Percobaan ini dilakukan untuk menguji daya hasil padi tipe baru dengan beberapa varietas unggul sebagai pembanding dan mengidentifikasi galur-galur PTB yang berpotensi untuk dilepas menjadi Varietas Unggul Baru (VUB). Percobaan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2005 di Desa Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Analisa laboratorium dilakukan di laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah 36 satuan percobaan untuk setiap lokasi. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan berukuran 4 x 5 m.

Galur-galur harapan yang ditanam adalah StKt6-d-10s-1-1-1, JlCr11-d-4s-2-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr 15-d-13j-1-1-1, CsSg 17-d-4j-1-1-3, GgIr8-d-2j-2-1-1,GgGm20-d-7j-1-2-2, GgGm20-d-10j-1-2-1, SmJl 24-d-9j-1-1-1,

HbGm 26-d-27j-1-1-1, dan sebagai pembanding yaitu Varietas IR64 sebagai varietas unggul nasional, varietas Ciherang dan varietas Cisantana sebagai varietas unggul lokal pada tiap-tiap lokasi percobaan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata interaksi genotipe dan lingkungan pada komponen hasil produksi. Galur harapan yang mampu beradaptasi pada lokasi Madiun, Jawa Timur dan lokasi Maros, Sulawesi Selatan adalah GgGm20-d-7j-1-2-2 dengan potensi produksi tertinggi dimana produksi gabah kering giling galur tersebut pada lokasi Madiun, Jawa Timur adalah 7,2 ton/ha sedangkan pada lokasi Maros, Sulawesi Selatan yaitu 6,4 ton/ha.

Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa kombinasi cahaya matahari yang optimum dengan pemeliharaan tanaman yang intensif menghasilkan potensi produksi maksimum dimana galur GgGm20-d-7j-1-2-2 adalah galur harapan dengan produksi tertinggi dan mampu beradaptasi pada kedua lokasi percobaan.


(5)

SUMMARY

MANSUR CHADI MURSID. Adaptation Test the Cultivar’s of New Type Paddy Rice Field (Oryza sativa L.) in Madiun, East Java, and Maros, South Celebes . (Guidanced by HAJRIAL ASWIDINNOOR)

The experiment was performed to test productivity the new type paddy with some superior variety and to identification this cultivar’s for release become the new superior variety. The experiment was performed April to July 2005th in Sidorejo village, Wungu, Madiun, East Java, and Maros, South Celebes. The analysis laboratory in the Center of Study Plant Breeding Laboratory.

This experiment used Randomized Complete Block Design with 12 treatment and 3 repetition, total 36 experiment unit. It was planted in compartment 4 x 5 m2 per plot.

The cultivar’s was planted are StKt6-d-10s-1-1-1, JlCr11-d-4s-2-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr15-d-13j-1-1-1, CsSg17-d-4j-1-1-3, GgIr8-d-2j-2-1-1,

GgGm20-d-7j-1-2-2, GgGm20-d-10j-1-2-1, SmJl24-d-9j-1-1-1, HbGm26-d-27j-1-1-1, IR64 variety, Ciherang variety in Madiun, and Cisantan

variety in Maros.

The result of this experiment is show real influence genotype and environment interaction for productivity. GgGm20-d-7j-1-2-2 is to be able adaption in Madiun, East Java, and Maros, South Celebes with the highest productivity. Productivity in Madiun 7,2 ton/ha, in Maros 6,4 ton/ha.

The conclusion this experiment is combination between sun glow maximum with intensif irrigation can make potential productivity maximum. GgGm20-d-7j-1-2-2 is the cultivar with the highest productivity in Madiun, East Java, and Maros, south Celebes.


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR, DAN KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN.

Nama : Mansur Chadi Mursid NRP : A34401031

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. H. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. NIP : 131 284 816

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 1982. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak H. Karnadi dan Ibu Hj. Taslicha.

Pada tahun 1989 penulis memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Diniyah Awaliyah tepatnya di SDN Trayeman I dan MDAMubtadi’in Trayeman dan lulus pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Slawi, kemudian melanjutkan ke SMUN 1 Slawi hingga lulus pada tahun 2001.

Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Jurusan Budi Daya Pertanian (sekarang Jurusan Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian.

Secara internal kampus penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) 2001 sebagai staff Departemen Sosial, Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al Ghiffari 2001 sebagai anggota Biro Syi’ar dan Tabligh, Lembaga Struktural IPB Crisis Center (ICC) sebagai sekretaris, Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus (TMPLLK), DKM Al Hurriyyah IPB 2002 sebagai Sekretaris Departemen Pembinaan Umat, DKM Al Fallah sebagai Ketua Biro Syi’ar. Penulis kembali aktif di BEM KM IPB 2003 di Departemen Pertanian.

Secara Eksternal kampus penulis pernah bekerja pada Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Kemudian di Pondok Pesantren Darussolihin sebagai dewan guru. Penulis juga aktif sebagai DKM Darussolihin, di SMP Plus dan SMA Plus Darussolihin mengajar bidang studi Matematika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru ( Oryza sativa L.) di Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof . Dr. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. selaku dekan Fakultas Pertanian.

2. Dr. Ir. H. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dari awal penelitian sampai penyusunan skripsi.

3. M. Syukur, S.P., M.Sc dan Willy Bayuardi, S.P.,M.Si. sebagai dosen penguji. 4. Ayah bunda sekeluarga tercinta atas dukungan moril, materiil, dan spirituil

kepada penulis

5. Bapak Seno Winarno, S.P. selaku Pengamat Hama Penyakit (PHP) Jawa Timur atas segala bimbingan dan dukungannya.

6. Bapak Ispriani selaku ketua kelompok tani, Mba Naim, dan Mas Hanif atas bantuan dan dukungannya.

7. K.H. Sulaiman, S.E. sekeluarga beserta segenap keluarga besar Pondok Pesantren Darussolihin, santri-santriah atas do’a, bantuan, dan dukungannya. 8. Tari, Nandang, dan Salha sebagai satu tim penelitian yang saling membantu

dan mengarahkan.

9. Kang Wawan, Muhtar, Meka, Ali, dan semua sahabatku yang tiada tersebut satu per satu juga semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2006

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman Padi ... 4

Pemuliaan Tanaman Padi ... 4

Padi Tipe Baru ... 5

Uji Adaptasi dan Multilokasi ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Waktu dan tempat ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode ... 8

Pelaksanaan Percobaan ... 9

Pra tanam ... 9

Tanam ... 9

Pemeliharaan ... 9

Panen ... 10

Pengamatan ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Kondisi Umum Percobaan ... 12

Komponen Hasil ... 12

Komponen Ragam dan Heritabilitas ... 14

Produksi Gabah Kering Giling (GKG) ... 15

Analisis Uji F ... 18

Tinggi Tanaman ... 19

Jumlah Anakan ... 21

Panjang Malai ... 22

Jumlah Gabah per Malai ... 24

Panjang Daun Bendera ... 24

Mutu Fisik Gabah dan Beras ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Genotipe-genotipe yang Diuji dan Varietas Pembanding ... 7

2. Analisis Ragam ... 8

3. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi... 13

4. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi ... 14

5. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 16

6. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha, k.a. 14%) dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 18

7. Rekapitulasi Analisis Ragam Gabungan pada Dua Lokasi ... 19

8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) di Dua Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 20

9. Nilai Rataan Panjang Malai (cm) dan Indeks Kelebatan Malai ... 22

10. Rataan Panjang daun Bendera (cm) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Panjang Daun Bendera (cm) ... 25

11. Bentuk Gabah, Warna Beras, Rasa Nasi, dan Aroma Nasi ... 26

Nomor Halaman Lampiran 1. Analisis Ragam Tinggi Tanaman ... 31

2. Analisis Ragam Jumlah Anakan Total ... 31

3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif ... 31

4. Analisis Ragam Panjang Malai ... 32

5. Analisis Ragam Jumlah Gabah Total ... 32

6. Analisis Ragam Jumlah Gabah Hampa ... 32

7. Analisis Ragam Persentase Gabah Hampa ... 33

8. Analisis Ragam Jumlah Gabah Bernas ... 33


(11)

UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH

TIPE BARU (

Oryza sativa

L.) DI KABUPATEN

MADIUN, JAWA TIMUR DAN KABUPATEN MAROS,

SULAWESI SELATAN

Oleh :

Mansur Chadi Mursid A34401031

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH

TIPE BARU (

Oryza sativa

L.) DI KABUPATEN

MADIUN, JAWA TIMUR DAN KABUPATEN MAROS

SULAWESI SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Mansur Chadi Mursid A34401031

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(13)

PERSEMBAHAN

اوﷲاﻮﺀﺎﺷ ن ﺿ ﷲاﻮﺔ ﺔﺌﺎ ﺔ ﻜ ل ﺎ ﺖﺘ أﺔ ﺛ ﻜﷲا ﻬ اﻮ أنوﻗ ذ ا ﺛ

( : ةرﻗ أ )

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan

ﷲا

adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji.

ﷲا

melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan

ﷲا

Maha luas (karunia-Nya ) lagi Maha Mengetahui ” (Al Baqarah : 261)

” Sungguh indah ilmu padi, kian berisi makin merendah ”

” Berbeda dengan harta, jika ilmu diamalkan pastilah akan bertambah ” ” Niatkanlah setiap langkah untuk ibadah karena

ﷲا

Karya kecil ini kupersembahka untuk :

1. Guru-guruku yang mulia.

2. Ayahbunda juga adik kakak tercinta. 3. Sahabat-sahabatku yang setia.

4. Para pelajar penuntut ilmu juga santri dan santriah.


(14)

RINGKASAN

MANSUR CHADI MURSID. Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru (Oryza sativa L.) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR).

Percobaan ini dilakukan untuk menguji daya hasil padi tipe baru dengan beberapa varietas unggul sebagai pembanding dan mengidentifikasi galur-galur PTB yang berpotensi untuk dilepas menjadi Varietas Unggul Baru (VUB). Percobaan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2005 di Desa Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Analisa laboratorium dilakukan di laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah 36 satuan percobaan untuk setiap lokasi. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan berukuran 4 x 5 m.

Galur-galur harapan yang ditanam adalah StKt6-d-10s-1-1-1, JlCr11-d-4s-2-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr 15-d-13j-1-1-1, CsSg 17-d-4j-1-1-3, GgIr8-d-2j-2-1-1,GgGm20-d-7j-1-2-2, GgGm20-d-10j-1-2-1, SmJl 24-d-9j-1-1-1,

HbGm 26-d-27j-1-1-1, dan sebagai pembanding yaitu Varietas IR64 sebagai varietas unggul nasional, varietas Ciherang dan varietas Cisantana sebagai varietas unggul lokal pada tiap-tiap lokasi percobaan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata interaksi genotipe dan lingkungan pada komponen hasil produksi. Galur harapan yang mampu beradaptasi pada lokasi Madiun, Jawa Timur dan lokasi Maros, Sulawesi Selatan adalah GgGm20-d-7j-1-2-2 dengan potensi produksi tertinggi dimana produksi gabah kering giling galur tersebut pada lokasi Madiun, Jawa Timur adalah 7,2 ton/ha sedangkan pada lokasi Maros, Sulawesi Selatan yaitu 6,4 ton/ha.

Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa kombinasi cahaya matahari yang optimum dengan pemeliharaan tanaman yang intensif menghasilkan potensi produksi maksimum dimana galur GgGm20-d-7j-1-2-2 adalah galur harapan dengan produksi tertinggi dan mampu beradaptasi pada kedua lokasi percobaan.


(15)

SUMMARY

MANSUR CHADI MURSID. Adaptation Test the Cultivar’s of New Type Paddy Rice Field (Oryza sativa L.) in Madiun, East Java, and Maros, South Celebes . (Guidanced by HAJRIAL ASWIDINNOOR)

The experiment was performed to test productivity the new type paddy with some superior variety and to identification this cultivar’s for release become the new superior variety. The experiment was performed April to July 2005th in Sidorejo village, Wungu, Madiun, East Java, and Maros, South Celebes. The analysis laboratory in the Center of Study Plant Breeding Laboratory.

This experiment used Randomized Complete Block Design with 12 treatment and 3 repetition, total 36 experiment unit. It was planted in compartment 4 x 5 m2 per plot.

The cultivar’s was planted are StKt6-d-10s-1-1-1, JlCr11-d-4s-2-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr15-d-13j-1-1-1, CsSg17-d-4j-1-1-3, GgIr8-d-2j-2-1-1,

GgGm20-d-7j-1-2-2, GgGm20-d-10j-1-2-1, SmJl24-d-9j-1-1-1, HbGm26-d-27j-1-1-1, IR64 variety, Ciherang variety in Madiun, and Cisantan

variety in Maros.

The result of this experiment is show real influence genotype and environment interaction for productivity. GgGm20-d-7j-1-2-2 is to be able adaption in Madiun, East Java, and Maros, South Celebes with the highest productivity. Productivity in Madiun 7,2 ton/ha, in Maros 6,4 ton/ha.

The conclusion this experiment is combination between sun glow maximum with intensif irrigation can make potential productivity maximum. GgGm20-d-7j-1-2-2 is the cultivar with the highest productivity in Madiun, East Java, and Maros, south Celebes.


(16)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR, DAN KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN.

Nama : Mansur Chadi Mursid NRP : A34401031

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. H. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. NIP : 131 284 816

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 1982. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak H. Karnadi dan Ibu Hj. Taslicha.

Pada tahun 1989 penulis memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Diniyah Awaliyah tepatnya di SDN Trayeman I dan MDAMubtadi’in Trayeman dan lulus pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Slawi, kemudian melanjutkan ke SMUN 1 Slawi hingga lulus pada tahun 2001.

Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Jurusan Budi Daya Pertanian (sekarang Jurusan Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian.

Secara internal kampus penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) 2001 sebagai staff Departemen Sosial, Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al Ghiffari 2001 sebagai anggota Biro Syi’ar dan Tabligh, Lembaga Struktural IPB Crisis Center (ICC) sebagai sekretaris, Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus (TMPLLK), DKM Al Hurriyyah IPB 2002 sebagai Sekretaris Departemen Pembinaan Umat, DKM Al Fallah sebagai Ketua Biro Syi’ar. Penulis kembali aktif di BEM KM IPB 2003 di Departemen Pertanian.

Secara Eksternal kampus penulis pernah bekerja pada Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Kemudian di Pondok Pesantren Darussolihin sebagai dewan guru. Penulis juga aktif sebagai DKM Darussolihin, di SMP Plus dan SMA Plus Darussolihin mengajar bidang studi Matematika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Uji Adaptasi Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru ( Oryza sativa L.) di Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof . Dr. H. Supiandi Sabiham, M.Agr. selaku dekan Fakultas Pertanian.

2. Dr. Ir. H. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dari awal penelitian sampai penyusunan skripsi.

3. M. Syukur, S.P., M.Sc dan Willy Bayuardi, S.P.,M.Si. sebagai dosen penguji. 4. Ayah bunda sekeluarga tercinta atas dukungan moril, materiil, dan spirituil

kepada penulis

5. Bapak Seno Winarno, S.P. selaku Pengamat Hama Penyakit (PHP) Jawa Timur atas segala bimbingan dan dukungannya.

6. Bapak Ispriani selaku ketua kelompok tani, Mba Naim, dan Mas Hanif atas bantuan dan dukungannya.

7. K.H. Sulaiman, S.E. sekeluarga beserta segenap keluarga besar Pondok Pesantren Darussolihin, santri-santriah atas do’a, bantuan, dan dukungannya. 8. Tari, Nandang, dan Salha sebagai satu tim penelitian yang saling membantu

dan mengarahkan.

9. Kang Wawan, Muhtar, Meka, Ali, dan semua sahabatku yang tiada tersebut satu per satu juga semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2006

Penulis


(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman Padi ... 4

Pemuliaan Tanaman Padi ... 4

Padi Tipe Baru ... 5

Uji Adaptasi dan Multilokasi ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Waktu dan tempat ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode ... 8

Pelaksanaan Percobaan ... 9

Pra tanam ... 9

Tanam ... 9

Pemeliharaan ... 9

Panen ... 10

Pengamatan ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Kondisi Umum Percobaan ... 12

Komponen Hasil ... 12

Komponen Ragam dan Heritabilitas ... 14

Produksi Gabah Kering Giling (GKG) ... 15

Analisis Uji F ... 18

Tinggi Tanaman ... 19

Jumlah Anakan ... 21

Panjang Malai ... 22

Jumlah Gabah per Malai ... 24

Panjang Daun Bendera ... 24

Mutu Fisik Gabah dan Beras ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Genotipe-genotipe yang Diuji dan Varietas Pembanding ... 7

2. Analisis Ragam ... 8

3. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi... 13

4. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi ... 14

5. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 16

6. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha, k.a. 14%) dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 18

7. Rekapitulasi Analisis Ragam Gabungan pada Dua Lokasi ... 19

8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) di Dua Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 20

9. Nilai Rataan Panjang Malai (cm) dan Indeks Kelebatan Malai ... 22

10. Rataan Panjang daun Bendera (cm) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Panjang Daun Bendera (cm) ... 25

11. Bentuk Gabah, Warna Beras, Rasa Nasi, dan Aroma Nasi ... 26

Nomor Halaman Lampiran 1. Analisis Ragam Tinggi Tanaman ... 31

2. Analisis Ragam Jumlah Anakan Total ... 31

3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif ... 31

4. Analisis Ragam Panjang Malai ... 32

5. Analisis Ragam Jumlah Gabah Total ... 32

6. Analisis Ragam Jumlah Gabah Hampa ... 32

7. Analisis Ragam Persentase Gabah Hampa ... 33

8. Analisis Ragam Jumlah Gabah Bernas ... 33


(21)

10. Analisis Ragam Bobot Seribu Butir ... 34

11. Analisis Ragam Panjang daun Bendera ... 34

12. Analisis Ragam Umur Panen ... 34

13. Analisis Ragam Umur Berbunga ... 35

14. Data Curah Hujan April sampai Juli Desa Sidorejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun Tahun 2005 ... 36


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Galur GgGm20d-7j-1-2-2 Memiliki Potensi Produks Paling Tinggi pada Lokasi Percobaan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 15 2. Grafik Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 17 3. Perbandingan Tinggi Tanaman Galur-galur KmCr15d-13j-1-1-1,

GgGm20d-7j-1-2-2, dan Varietas Ciherang ... 21 4. Perbandingan Kelebatan Malai Galur-galur JlCr11d-4s-2-1-1,

KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, SmJl24d-9j-1-1-1, dan Varietas Ciherang ... 23

Nomor Halaman

Lampiran

1. Galur-galur Harapan Padi Tipe Baru yang Diuji di Kabupaten Madiun, Jawa Timur ... 38 2. Fase Vegetatif Galur CsSg 17-d-4j-1-1-3 ... 38 3. Persemaian Galur-galur PTB di Madiun, Jawa Timur ... 39 4. Galur PTB StKt 6-d-10s-1-1-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur ... 39 5. Galur PTB JlCr 11-d-4s-2-1-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur ... 40 6. Galur PTB GgCr18-d-2j-2-1-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur ... 41 7. Galur PTB GgGm20-d-10j-1-2-1 di Lokasi Madiun, Jawa Timur .. 42 8. Tanaman Pagar dan Jaring Pelindung dari Burung ... 42 9. Varietas Ciherang di Lokasi Madiun, Jawa Timur ... 43 10. Sistem Tanam Serempak ... 43


(23)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Total luas lahan persawahan di Jawa Timur 1.160.426 ha. Dari lahan sawah seluas itu terdapat 672.896 lahan sawah berpengairan teknis, sisanya berupa lahan semi teknis, lahan irigasi sederhana, lahan tadah hujan, lahan non pengairan, dan lahan pasang surut.

Perkembangan produktifitas beberapa komoditas pertanian penting Indonesia terutama komoditas pangan didominasi oleh ubi kayu dan padi (sawah dan ladang) yang masing-masing mencapai 12.600 kg/ha dan 4.234 kg/ha pada tahun 1990-1999 (Pusdata, Departemen Pertanian). Komoditas pertanian pangan selanjutnya yang cukup tinggi diantaranya adalah jagung dan kedelai.

Pulungan (2001) menyatakan bahwa selama kurun waktu 1997-2001 produktifitas padi di Jawa menurun, yang diikuti produksi peternakan sapi, luas tanam kedelai, dan areal tanam tebu. Penurunan produksi dan produktifitas tersebut selain disebabkan oleh faktor alam (kemarau/kekeringan hebat) dan penurunan tingkat kesuburan tanah juga disebabkan oleh rendahnya daya beli petani (kemiskinan), ketidaktersediaan modal yang memadai, rata-rata penguasaan/pemilikan lahan per petani kecil dan tidak ekonomis, derasnya fragmentasi dan alih fungsi lahan pertanian, rendahnya harga-harga pangan dipasar dalam negeri dan internasional, hama penyakit, serta buruknya sistem pengairan dan infrastruktur irigasi.

Pada satu sisi, kebutuhan pangan nasional terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk sedangkan di sisi lain upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan cara selalu mengimpor selain menguras banyak devisa, juga tidak strategis bagi kepentingan ketahanan nasional dalam jangka panjang. Hal ini secara tidak langsung membutuhkan solusi dari segi varietas tanaman pangan yang berkualitas, yang tentunya berkaitan dengan para pemulia tanaman agar menghasilkan suatu varietas tanaman yang dapat membantu dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Barker (1985) beberapa negara diantaranya India, Filipina, Indonesia, Cina, Thailand, dan Malaysia umumnya memulai teknologi baru dalam produksi berasnya pada pertengahan tahun 60-an.


(24)

2

Negara-negara didunia telah melakukan berbagai program pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam national rice programs. Antara tahun 1961-1972, negara Taiwan adalah negara yang tangguh para petaninya, negara

superpower dalam pemenuhan kebutuhan beras dalam negerinya, dimana pada

tingkat tenaga kerja 100 orang/hari/ha dapat mencapai produktivitas lebih dari 60 kg/orang/hari.

Indonesia pernah mencapai keberhasilan pembangunan pertaniannya pada tahun 1984 dengan swasembada berasnya. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran semua pihak, yang diantaranya melalui pelepasan varietas-varietas unggul baru, peningkatan produksi dan produktifitas komoditas pertanian lainnya. Hal ini mendorong para pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas unggul baru yang dapat diterima petani.

Pemerintah Indonesia akhir-akhir ini sedang memperkenalkan metode peningkatan produksi beras melalui program Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru. Fagi et al. (2001) mengemukakan bahwa Padi Tipe Baru (PTB) merupakan salah satu hasil pemuliaan yang dicirikan dengan malai yang lebat dan panjang, produksi mencapai 10-30% lebih tinggi dari varietas unggul (IR 64, Way Apu Buru, Ciherang, dan Memberamo), jumlah anakan 8-10, perakaran dalam, batang kuat, daun tegak, tebal dan berwarna hijau, serta berumur 100-120 hari.

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, sejak beberapa tahun terakhir telah melakukan penelitian tanaman padi dalam usaha pengembangan PTB (Aswidinoor, et al, 2001). Sebelum suatu penemuan varietas unggul baru dilepaskan ke petani perlu adanya suatu pengujian galur harapan tersebut yang dapat dilakukan baik melalui uji daya hasil, maupun uji multilokasi. Pada uji daya hasil, varietas unggul hasil pemuliaan diuji dengan beberapa varietas pembanding. Hondrade dan Hondrade (2002) menyatakan bahwa beberapa kriteria dalam pengujian galur harapan hasil pemuliaan, terutama padi yang diidentifikasi diantaranya adaptasi untuk kondisi lokal (uji multilokasi), produktifitas (uji daya hasil), dan uji resistensi.


(25)

3

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah menguji daya hasil Padi Tipe Baru dengan beberapa varietas unggul sebagai pembanding dan mengidentifikasi galur-galur PTB yang berpotensi untuk dilepas menjadi Varietas Unggul Baru (VUB).

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat minimal satu galur harapan dengan daya hasil tinggi.

2. Terdapat minimal satu galur harapan dengan daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan.

3. Terdapat minimal satu galur PTB yang dapat dikembangkan dan dilepas sebagai varietas tipe baru.


(26)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L.) termasuk dalam famili Graminae, sub famili Bambusoideae, suku oryzae, dan genus Oryza yang dibedakan menjadi subspesies

Indica, Japonica, dan Javanica (Vergara dan De Datta, 1996). Selanjutnya De Datta (1975) menyatakan bahwa tanaman padi dapat tumbuh pada

tanah dengan kisaran pH 3 sampai pH 10 dengan kandungan bahan organik 1% sampai 50%. Tanaman padi ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Panjang ruas antara yang satu dengan yang lain tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang sedangkan ruas yang kedua, ketiga, dan seterusnya lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.

Kemudian Vergara (1995) menyatakan bahwa anakan adalah tanaman yang terdiri dari satu batang, akar, dan daun-daun. Anakan dapat mempunyai malai atau tidak. Yoshida (1981) mengemukakan bahwa padi dapat tumbuh di berbagai lokasi dan kondisi iklimyang berbeda pada ketinggian 0-2300 m dpl, pada 530 LU hingga 350 LS, dan pada suhu rata-rata 20-380 C.

Pemuliaan Tanaman Padi

Usaha perbaikan varietas padi diarahkan kepada daya hasil yang tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit utama, dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan serta mutu beras yang baik dan rasa nasi yang enak.

Metode pemuliaan tanaman padi sama seperti metode pemuliaan pada tanaman menyerbuk sendiri lainnya yaitu, introduksi (pengumpulan plasma nutfah), seleksi ( galur murni dan massa), hibridisasi dan pengembangan hibrid F1

Metode pedigree dilakukan pada generasi F2 dengan cara memilih tanaman dengan kombinasi karakter yang dikehendaki, turunan selanjutnya diseleksi lagi pada generasi berikutnya sampai kemurnian genetik. Metode seleksi bulk merupakan metode pemuliaan dimana seleksi ditunda sampai generasi lanjut.


(27)

5

Pelaksanaan program pemuliaan ”shuttle breeding” dilakukan dengan cara menyeleksi populasi generasi awal di Lembaga Nasional, kemudian untuk generasi lanjut dan skrining di IRRI. Prosedur mengikuti prosedur China National Rice Research Institute (CNRRI). Prosedur shuttle breeding untuk pengembangan varietas –varietas padi lahan sawah tadah hujan. (Rahman, 2004).

Padi Tipe Baru

Padi tipe baru adalah tanaman padi yang memiliki batang kokoh, jumlah anakan sedang 8-10 batang dan semua produktif, berumur genjah (100-130 hari). Setiap malai menghasilkan 200-250 gabah dengan tingkat kehampaan <10% dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman sehingga diharapkan mampu memberi hasil 30-50% lebih tinggi dibanding varietas-varietas unggul lainnya. Tinggi tanaman hanya 80-100 cm, dengan daun tegak, tebal dan berwarna hijau tua, perakarannya dalam dan banyak (Fagi et al., 2002).

Selanjutnya Khush et al.,(2001) menyatakan bahwa beberapa karakteristik padi tipe baru adalah : kapasitas anakan rendah (3-4 anakan pada tanam langsung, 8-10 anakan bila transplanting), tak ada anakan yang tidak produktif, jumlah gabah/malai 200-250, batang yang kokoh, daun hijau tua, tegak dan tebal, sistem perakaran vigor, masa panen 100-130 hari, penyakit beragam dan resisten terhadap serangga, dan kualitas gabah yang diterima petani.

Uji Adaptasi dan Multilokasi

Percobaan adaptasi teknologi dirancang untuk menduga wilayah adaptasi dari suatu teknologi produksi baru, dimana adaptasi teknologi pada suatu lokasi dinyatakan dalam bentuk keunggulannya antar teknologi yang diuji serempak pada lokasi tersebut. Tujuan utama dari percobaan seperti itu adalah memberikan satu saran atau lebih tentang bentuk praktek baru yang merupakan perbaikan atau dapat menggantikan praktek yang dilakukan petani sekarang ini (Gomez dan Gomez, 1995).

Selanjutnya Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa dasar utama dalam memilih lokasi pengujian adalah menunjukkan area geografis. Lokasi yang khusus untuk percobaan adaptasi teknologi dipilih yang menunjukkan area


(28)

6

geografis atau wilayah lingkungan yang merupakan wilayah adaptasi teknologi yang diteliti. Percobaan teknologi adaptasi pada beberapa lokasi umumnya mempunyai gugus perlakuan yang sama dan menggunakan rancangan percobaan yang sama.


(29)

7

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2005 di Desa Sidorejo Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah 12 genotipe terdiri dari 10 genotipe padi tipe baru, dan 2 varietas pembanding. Dua varietas pembanding yang masing-masing mewakili satu varietas pembanding umum yang ada di setiap lokasi, dan satu varietas pembanding lokal yang ditentukan sesuai kondisi lingkungan lokasi percobaan. Varietas pembanding yang umum pada kedua lokasi yaitu IR64, sedangkan varietas lokal pembanding di Madiun adalah Ciherang, di Sulawesi Selatan yaitu Cisantana. Galur-galur tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Genotipe-genotipe yang Diuji dan Varietas Pembanding

No. Genotipe Tetua Persilangan 1. StKt 6-d-10s-1-1-1 Sentani x Ketombol 2. JlCr 11-d-4s-2-1-1 Jatiluhur x Cingri 3. KmSg 13-d-2j-2-1-1 Kalimutu x Sigundil 4. KmCr 15-d-13j-1-1-1 Kalimutu x Cingri 5. CsSg 17-d-4j-1-1-3 Cisadane x Sigundil 6. GgIr 18-d-2j-2-1-1 Grogol x IR64

7. GgGm 20-d-7j-1-2-2 Grogol x Gajahmungkur 8. GgGm 20-d-10j-1-2-1 Grogol x Gajahmungkur 9. SmJl 24-d-9j-1-1-1 Seratus malam x Jatiluhur 10. HbGm 26-d-27j-1-1-1 Hawarbunar x Gajahmungkur 11. IR64 Varietas pembanding di dua lokasi 12. Ciherang Varietas pembanding di Jawa Timur 13. Cisantana Varietas pembanding di Sulawesi


(30)

8

Alat yang diperlukan terbagi menjadi :

1. Tahap penyiapan lahan : traktor, diesel, ember, cangkul, arit, alat pengukur, tali pembatas, alat penanda percobaan.

2. Tahap pemeliharaan : sabit, cangkul, sprayer, ember.

3. Tahap pemanenan : alat pemotong, karung, peralatan pengamatan.

Pupuk dasar yang digunakan adalah Urea, SP-36, dan KCl. Untuk pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida Furadan 3 G, Insektisida Dithane M-45, dan Decis.

Metode

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 12 perlakuan masing-masing perlakuan diulang tiga kali, seluruhnya berjumlah 36 satuan percobaan untuk setiap lokasi. Setiap satuan percobaan ditanam dalam petakan berukuran 4 x 5 m.

Model rancangan percobaan yang digunakan adalah : Yijk = μ + βi/k + Gj + Lk + (GL)jk +

ε

ijk

Yijk = Nilai pengamatan pengaruh perlakuan ulangan ke-i, genotipe ke-j, lokasi ke-k.

μ = Nilai tengah umum.

βi = Pengaruh kelompok ke-i (1,2,3,...). Gj = Pengaruh genotipe ke-j (1,2,3,...,12). Lk = Pengaruh lokasi ke-k (1,2).

(GL)jk = Pengaruh interaksi antara genotipe ke-j dengan lokasi ke-k.

εijk = Pengaruh galat percobaan. Tabel 2. Analisis Ragam

Sumber Keragaman

db KT Ragam Fhitung E (KT)

Lokasi (L) Ulangan/Lokasi Genotipe(G) G x L

l – 1 l(r – 1)

g – 1 (g – 1)(r – 1)

M1 M2 M3 M4

σ2

+rσgl2+gσe2+grσ2l

σ2 + gσ2e

σ2

+ rσgl2 + rlσg2 M3/M4

σ2 + rσ

gl 2 M4/M5 Galat (g – 1) (r – 1) (l – 1) M5 σ2


(31)

9

Ragam genetik (σ2 g) = (M3-M4)/r.l Ragam interaksi genetik x lingkungan (σ2gl) = (M4-M5)/r

Ragam lingkungan (σ2l) = M5 Ragam fenotipe (σ2p) = σ2 g + σ2gl + σ2 l

F hitung = M3/M4

Heritabilitas arti luas (h2bs) = σ2 g /σ2p Pelaksanaan Percobaan

Pra tanam

Percobaan dilakukan di lahan sawah dengan luas lahan yang digunakan 1000 m2 untuk 36 petak percobaan termasuk tanaman pagar. Lahan tempat penyemaian sebelumnya diolah dan diratakan (digaru). Penyemaian dilakukan pada petakan kecil berukuran 2 m2 dengan jarak antar petakan 0,5 m sebanyak 12 petakan disesuaikan dengan genotipe/galur. Dosis pupuk yang digunakan pada persemaian urea 50 g/petak.

Tanam

Benih disemai selama 21 hari, bibit hasil persemaian dipindah (transplanting) ke petak percobaan sebanyak 3 bibit per lubang dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Pemupukan dilakukan bertahap, pada saat tanam SP36 sebanyak 150 kg/ha dan KCl 100 kg/ha, saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam urea sebanyak 75 kg/ha, pada 30 hari setelah tanam ( 4 minggu ) urea sebanyak 50 kg/ha, dan pada saat 10% tanaman di petakan keluar malai diberikan urea sebanyak 50 kg/ha.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman secara manual dan kimiawi. Setiap 3 minggu sekali dilakukan penyemprotan terhadap hama, pembersihan gulma ( matun ) dilakukan sebelum pemupukan. Pemeliharaan juga meliputi pengairan yang intensif setinggi 5 cm pada fase vegetatif. Penjagaan terhadap gangguan burung dilakukan dengan memasang jaring di sekeliling tanaman percobaan, dan dengan tanaman pagar.


(32)

10

Panen

Padi yang siap panen dicirikan oleh 90% bulir-bulir telah menguning yaitu 30 hari setelah pembungaan atau sekitar 14-15 MST. Pemanenan dilakukan secara manual dengan memotong pangkal malai menggunakan sabit, untuk tanaman contoh dipotong tepat pada permukaan tanah kemudian dipisah antar tanaman dan antar galur. Dilakukan penimbangan gabah kering panen dan gabah kering giling tiap petak percobaan setelah dikurangi tanaman pinggir.

Pengamatan

Karakteristik tanaman yang diamati meliputi fase vegetatif dan fase generatif.

Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh meliputi :

1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai buku tempat keluar malai.

2. Umur berbunga ketika 80 % tanaman pada petakan telah berbunga.

3. Umur panen dihitung saat 90% bulir yang ada dalam setiap petak tanaman telah masak.

4. Jumlah anakan produktif adalah anakan yang menghasilkan malai yang sebagian besar gabahnya bernas dihitung per rumpun.

5. Panjang malai diukur dari buku terakhir malai sampai bulir gabah pada ujung malai.

6. Bobot 1000 butir.

7. Jumlah gabah total per malai. 8. Jumlah gabah hampa per malai.

9. Persentase gabah hampa per malai dihitung jumlah gabah hampa per jumlah gabah total dikalikan 100%.

10. Jumlah gabah bernas per malai dihitung dengan mengurangkan jumlah gabah total per malai dengan jumlah gabah hampa per malai.

11. Panjang daun bendera dihitung pada daun terakhir dari pangkal daun sampai ujung daun.

12. Produksi panen per hektar dihitung dengan konversi bobot gabah ubinan dalam 20 m2 .


(33)

11

13. Uji organoleptik (rasa beras) dan aroma oleh beberapa panelis. 14. Bentuk gabah.

15. Warna beras diamati pada gabah yang telah digiling.

16. Kadar air gabah kering giling diukur dengan alat pengukur kadar air

steinlite electronic tester.

17. Pengamatan hama penyakit tanaman sebagai data tambahan.

18. Indeks kelebatan malai dihitung dari membagi jumlah gabah total dengan panjang malai.

19. Jika analisis ragam berbeda nyata dilakukan uji lanjut Dunnett’s pada taraf 5%.


(34)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Pelaksanaan penelitian di Madiun, Jawa Timur pada musim kemarau pertama (MK I) dengan rata-rata curah hujan pada bulan April-Juli 2005 yaitu 58,75 mm/bulan, dan rata-rata hari hujan 5 hari/bulan dengan pH tanah 5 dengan kandungan unsur Kalium 0,18 me/100 g (Laboratorium tanah IPB, 2005). Wirnas,

et al (2002) menyatakan bahwa tingkat ketersediaan hara kalium berpengaruh terhadap karakter jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif.

Galur tanaman pada tiap petak percobaan menunjukkan kondisi yang ideal pada setiap fase pertumbuhannya. Galur CsSg 17-d-4j-1-1-3 mempunyai daun tegak dan sangat efektif dalam memperoleh cahaya matahari. Menurut Sulistiyono, et al (2002), potensi fotosintesis yang maksimum menyebabkan potensi produksi yang maksimum.

Hama penggerek batang serigala tanah atau orong-orong atau anjing tanah (Gryllotalpa africana) menyerang pada saat fase vegetatif terutama tanaman pinggir dan tanaman pagar. Gejala yang ditimbulkan berupa daun layu, mengering, dan tanaman mati. Untuk mengendalikannya dengan pengairan yang intensif setinggi 3-5 cm, sedangkan pada tanaman yang mati dilakukan penyulaman. Hama Walang sangit (Leptocoriza acuta) dan burung menyerang saat fase bunting. Jajagoan (Echinochloa crusgalli), Jekeng (Cyperus iria), dan Enceng lembut (Monochoria vaginalis) adalah gulma umum yang ditemui pada lokasi penelitian.

Gejala penyakit hawar daun (Rhizoctonia solani) terdapat pada galur HbGm26-d-27j-1-1-1, sedangkan pada varietas pembanding lokal tidak ditemukan gejala serupa. Prayudi (2000) menyatakan bahwa perkembangan penyakit pada padi lokal lebih lambat daripada padi unggul, sehingga intensitas penyakit hawar daun pada padi lokal lebih rendah daripada padi unggul.

Produksi Gabah Kering Giling (GKG)

Produksi gabah kering giling galur-galur yang diuji dan varietas pembanding diperoleh dari bobot panen per 20 m2 yang dikonversi menjadi produksi ton/ha pada kadar air 14%.


(35)

13

Pada lokasi Jawa Timur galur dengan potensi produksi tertinggi adalah GgGm 20-d-7j-1-2-2 yaitu 7,20 ton/ha dimana masih memiliki potensi hasil sebesar 0,10 ton/ha. Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 juga memiliki potensi produksi tertinggi pada lokasi Sulawesi Selatan yaitu 6,43 ton/ha dimana masih memiliki potensi hasil sebesar 0,23 ton/ha.

Gambar 1. Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 memiliki potensi produksi tertinggi pada lokasi Madiun, Jawa Timur dan Maros, Sulawesi Selatan

Bertambahnya hasil gabah pada jenis malai banyak dihasilkan dari meningkatnya jumlah malai-malai tersebut, sedangkan bertambahnya hasil gabah dari jenis malai berat dihasilkan dari penambahan berat tiap malai. Varietas unggul baru biasanya adalah jenis malai banyak, sedangkan varietas lokal umumnya jenis malai berat (Vergara, 1995).

Nilai produksi gabah kering giling (ton/ha) dengan potensi produksi pada lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 3.


(36)

14

Tabel 3. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan

No Genotipe

Jawa Timur Sulawesi Selatan Produksi GKG

(ton/ha)

Produksi GKG (ton/ha) 1 StKt 6-d-10s-1-1-1 5,53 ± 0,25 4,60 ± 1,04 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 6,13 ± 0,47 4,83 ± 0,25 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 5,27 ± 0,06 5,13 ± 0,38 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 6,53 ± 0,06 5,77 ± 0,50 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 4,37 ± 0,12 5,87 ± 0,68 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 4,97 ± 0,12 3,87 ± 0,40 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 7,20 ± 0,10 6,43 ± 0,23 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 5,60 ± 0,10 4,93 ± 0,35 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 5,17 ± 0,06 4,27 ± 0,21 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 3,03 ± 0,12 4,30 ±0,17

11 IR64 5,17 ± 0,12 4,80 ±0,61

12 Ciherang 5,67 ± 0,15

13 Cisantana 4,63 ± 0,38

Galur-galur dengan produksi GKG lebih tinggi daripada varietas

pembanding Ciherang di Jawa Timur adalah GgGm 20-d-7j-1-2-2, KmCr 15-d-13j-1-1-1, dan JlCr 11-d-4s-2-1-1 masing-masing sebesar 7,20 ton/ha,

6,53 ton/ha dan 6,13 ton/ha dimana masih memiliki potensi hasil sebesar 0,10 ton/ha, 0,06 ton/ha dan 0,47 ton/ha. Sedangkan di lokasi Sulawesi Selatan hampir semua galur memiliki produksi GKG lebih tinggi daripada varietas pembanding Cisantana diantaranya JlCr11-d-4s-2-1-1, KmSg13-d-2j-2-1-1, KmCr15-d-13j-1-1-1, CsSg17-d-4j-1-1-3, dan GgGm20-d-10j-1-2-1 masing-masing sebesar 4,83 ton/ha, 5,13 ton/ha, 5,77 ton/ha, 5,87 ton/ha, dan 4,93 ton/ha. Pada lokasi Jawa Timur galur-galur yang memiliki potensi produksi lebih rendah daripada varietas pembanding adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3, GgCr18-d-2j-2-1-1, HbGm 26-d-27j-1-1-1 masing masing sebesar 4,37 ton/ha, 4,97 ton/ha, dan 3,03 ton/ha sedangkan galur-galur StKt 6-d-10s-1-1-1, KmSg 13-d-2j-2-1-1, dan


(37)

15

GgGm 20-d-10j-1-2-1 memiliki produksi GKG lebih tinggi daripada varietas IR64 namun masih lebih rendah daripada varietas Ciherang. Di Jawa Timur Galur SmJl 24-d-9j-1-1-1 memiliki produksi GKG yang sama dengan varietas IR64.

Gambar 2. Grafik Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) di Lokasi Jawa Timur dan sulawesi Selatan.

*) = Rataan produksi varietas Ciherang dan varietas Cisantana

Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 sangat sesuai dengan ciri-ciri padi tipe baru dimana memiliki potensi produksi 19 – 36 % lebih tinggi dari pada varietas pembanding. Menurut Fagi et al. (2001) padi tipe baru memiliki ciri-ciri malai yang lebat dengan produksi 10 – 30 % lebih tinggi dari varietas unggul. Selanjutnya galur-galur JlCr 11-d-4s-2-1-1, dan KmCr 15-d-13j-1-1-1 memiliki potensi produksi 10%, dan 22% lebih tinggi dari varietas IR64, 20%, dan 33% lebih tinggi dari varietas lokal Cisantana. Kombinasi cahaya matahari yang maksimum dan pemeliharaan tanaman yang intensif akan menghasilkan daya hasil yang optimum.

Nilai rataan produksi pada kedua lokasi, rataan gabungan, dan persen produksi terhadap varietas pembanding disajikan pada Tabel 4.

0,0

5,0

10,0

1 3 5 7 9 11

Genotipe yang di Uji Produ

ktifitas (ton/ha

Madiun

Makasar


(38)

16

Tabel 4. Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha,k.a.14%) dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan

No Genotipe

Jawa Timur Sulawesi Selatan Gabungan

GKG Persen

Produksi (%) GKG

Persen

Produksi (%) GKG Persen Produksi (%) IR64 CHR IR64 CST IR64 CHR CST 1 StKt 6-d-10s-1-1-1 5.5 106 97 4.1 85 89 4.8 96 84 104 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 6.1 117* 107 4.8 100 104 5.5 110 97 120*

3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 5.3 102 93 5.1 106 111 5.3 106 93 115

4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 6.5 125* 114* 5.7 119* 124* 6.1 122* 107 133*

5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 4.4 85 77 5.8 121* 126* 5.1 102 90 111

6 GgCr18-d-2j-2-1-1 5.0 96 88 3.8 79 83 4.4 88 77 96

7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 7.2 139* 126* 6.4 133* 139* 6.8 136* 119* 148* 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 5.6 108 98 4.9 102 107 5.3 103 93 115

9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 5.2 100 91 4.2 88 190 4.7 94 83 102

10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 3.0 58 53 4.3 90 94 3.7 74 65 80

11 IR64 5.2 100 4.8 100 5.0 100

12 Ciherang 5.7 100 5.7 100

13 Cisantana 4.6 100 4.6 100

Keterangan : * berbeda nyata pada uji lanjut Dunnett’s pada taraf 5%

Komponen Hasil

Menurut Pane et al (1993), komponen hasil jumlah malai/m2, jumlah gabah/malai, dan bobot seribu butir tidak dipengaruhi oleh pengolahan tanah namun lebih dipengaruhi oleh musim. Selanjutnya Vergara (1995) menyatakan bahwa setiap fase pertumbuhan berpengaruh terhadap komponen hasil, dan faktor lingkungan mempengaruhi setiap fase pertumbuhan. Jumlah anakan produktif, kesuburan bulir, dan jumlah gabah per malai sangat menentukan komponen hasil. Nilai rataan beberapa komponen hasil disajikan pada Tabel 5.


(39)

17

Tabel. 5. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi

GALUR TT AT AP PM GT GH %GH GB UP UB BSB PDB GKG

StKt 6-d-10s-1-1-1 89,58* 33* 25* 23,83 130* 30* 22,20* 100 111 81 30.21 32.11* 5,07* JlCr 11-d-4s-2-1-1 94,52* 11 10 21,63 146* 10 6,60* 136* 112 82 25.13 27.82* 5,48* KmSg 13-d-2j-2-1-1 92,78* 11 11 22,75 130* 19* 14,90* 111* 111 81 28.32 25.55* 5,20* KmCr 15-d-13j-1-1-1 87,90* 14 13 23,47 140* 29* 22,20* 111* 103 73 30.12 33.91* 6,15* CsSg 17-d-4j-1-1-3 89,10* 10 8 22,38 138* 21* 15,70* 117* 113 83 27.52 28.51* 5,12* GgCr18-d-2j-2-1-1 88,12* 36* 30* 24,08 106* 22* 23,15* 84 111 81 29.32 33.13* 4,42 GgGm 20-d-7j-1-2-2 98,62* 11 11 22,72 145* 13 9,43 132* 111 81 30.11 33.11* 6,82* GgGm 20-d-10j-1-2-1 98,83* 11 10 22,65 145* 9 6,10* 136* 111 81 30.41 29.75* 5,27* SmJl 24-d-9j-1-1-1 79,08* 13 12 23,63 118* 23* 18,13* 95 112 82 29.32 33.81* 4,72 HbGm 26-d-27j-1-1-1 82,83* 11 10 20,08 108* 13 12,65 95 111 81 41.21* 24.63* 3,67* IR64 59,88 16 13 22,93 104 10 9,48 94 103 73 30.31 19.83 4,98 Ciherang 65,57 13 11 23,40 114* 10 8,65 104* 103 73 29.51 24.31* 5,15* Cisantana 63,1 12 11 24.2 120* 10 8.42 110 103 73 30.11 23,33 4,62 Keterangan :

* = berbeda nyata pada taraf 5% uji lanjut dunnett’s terhadap varietas IR64 TT = Tinggi Tanaman (cm)

PM = Panjang Malai (cm) AT = jumlah Anakan Total AP = jumlah Anakan Produktif GT = jumlah gabah total per malai GH = jumlah gabah hampa per malai % %GH = Persentase Gabah Hampa GB = Gabah Bernas

UP = Umur panen (hari setelah tanam) UB = Umur berbunga (hari setelah tanam) BSB = Bobot seribu butir

PDB = Panjang daun bendera (cm)

GKG = Produksi Gabah Kering Giling per hektar.

Komponen Ragam dan Heritabilitas

Nilai duga komponen ragam genetik (σ2g ), ragam lingkungan (σl2 ), ragam interaksi genetik dan lingkungan (σgl2 ), ragam fenotipe (σf2 ), dan nilai heritabilitas arti luas ( h2bs ) terhadap karakter-karakter agronomi disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi.


(40)

18

Karakter Komponen Ragam h2bs

σ2

g σl2 σgl2 σf2

Tinggi tanaman 95.23 115.71 179.16 390.10 0.20 Jumlah anakan total 2.14 21.33 146.47 169.94 0.01 Jumlah anakan produktif -0.08 15.95 80.67 96.54 0.00

Panjang malai -0.33 2.49 2.21 4.38 0.00

jumlah gabah total -129.17 574.13 587.72 1032.73 0.00 Jumlah gabah hampa 27.49 42.58 45.38 115.45 0.24 Persentase gabah hampa 168.39 36.78 28.14 233.31 0.72 Jumlah gabah bernas 8.74 511.54 421.43 941.71 0.01 Gabah kering giling 0.42 0.12 0.37 0.91 0.46 Bobot seribu butir 13.51 0.27 -0.02 13.76 0.98 Panjang daun bendera 124.94 167.17 -55.72 236.39 0.53

Umur panen 14.97 0.00 0.00 89.92 0.00

Umur berbunga 14.97 0.00 0.00 89.92 0.00

Keterangan :

σ2

g : ragam genetik

σl2 : ragam lingkungan

σgl2 : interaksi ragam genetik dan lingkungan

σf2 : ragam fenotipe

h2bs : heritabilitas arti luas

Analisis Ragam

Berdasar F hitung gabungan pada karakter yang diamati menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji menunjukkan respon yang berbeda-beda. Karakter tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah bernas, dan produksi per hektar berbeda sangat nyata. Sedangkan umur panen dan umur berbunga tidak berbeda nyata. Karakter tinggi tanaman berbeda nyata pada interaksi genotipe dan lingkungan, bobot seribu butir, dan panjang daun bendera terlihat berbeda nyata. Analisis ragam disajikan pada Tabel 7.


(41)

19

Karakter F hitung

Genotipe G x L Tinggi tanaman

Jumlah anakan total Jumlah anakan produktif Panjang malai

Jumlah gabah total per malai Jumlah gabah hampa per malai Jumlah gabah bernas

Persentase gabah hampa

Umur panen (hari setelah tanam) Umur berbunga (hari setelah tanam) Bobot seribu butir

Panjang daun bendera Produksi per hektar

** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan :

* = berpengaruh nyata pada taraf 1%. ** = berpengaruh sangat nyata pada 5%.

Tinggi Tanaman

Pengurangan tinggi tanaman adalah faktor yang terpenting dalam peningkatan potensi hasil gabah. Tanaman tinggi dan rimbun mengakibatkan sedikit cahaya yang diterima oleh daun-daun yang lebih bawah (Vergara, 1995).

Nilai tertinggi rataan tinggi tanaman pada lokasi Jawa Timur adalah galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yaitu 94,33 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 2,52 cm, sedangkan pada lokasi Sulawesi Selatan nilai tertinggi rataan tinggi tanaman adalah galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yaitu 104,23 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 3,38 cm. Varietas IR64 memiliki rataan tinggi tanaman terendah pada kedua lokasi masing-masing 60,33 cm di Jawa Timur, dan 59,43 cm di Sulawesi Selatan, sedangkan rataan tinggi tanaman varietas lokal Ciherang, dan Cisantana masing-masing adalah 68,00 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 2,65 cm, dan 63,13 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman 1,05 cm. Nilai rataan tinggi


(42)

20

tanaman (cm) di lokasi Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan beserta rataan gabungan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Di Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Tinggi Tanaman (cm).

No Genotipe

Rataan Tinggi Tanaman (cm)

Rataan Gabungan

Tinggi Tanaman

(cm) Lokasi Jawa

Timur

Lokasi Sulawesi

Selatan

1 StKt 6-d-10s-1-1-1 88,67± 4,73 90,50± 5,00 89,58 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 94,33± 2,52 94,70± 3,08 94,52 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 85,67±1,15 99,90± 1,40 92,78 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 86,67± 2,31 89,13± 1,76 87,90 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 91,00±4,36 87,20± 1,95 89,10 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 85,67± 8,02 90,57± 4,12 88,12 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 93,00± 9,54 104,23± 3,38 98,62 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 98,33± 0,58 99,33± 6,53 98,83 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 73,67± 2,08 84,50± 2,80 79,08 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 69,33± 5,86 96,33± 1,31 82,83 11 IR64 60,33± 1,53 59,43± 0,61 59,88

12 Ciherang 68,00± 2,65 68,00

13 Cisantana 63,13± 1,05 63,13

Menurut Vergara (1995), semakin tinggi tanaman semakin tinggi pula kecenderungan untuk rebah. Irsal (2003) menyatakan bahwa varietas unggul tipe baru dirancang memiliki tinggi tanaman 90 – 110 cm.

Varietas IR64 pada lokasi Jawa Timur masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 1,53 cm, sedangkan di lokasi Sulawesi Selatan tinggi tanaman hanya mencapai 59,43 cm dengan potensi tinggi tanaman sebesar 0,61 cm.

Galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yang memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi di Jawa Timur hanya memiliki rataan tinggi tanaman 94,70 cm di lokasi Sulawesi Selatan. Sedangkan galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yang memiliki rataan tinggi


(43)

21

tanaman tertinggi di lokasi Sulawesi Selatan hanya mempunyai rataan tinggi tanaman sebesar 93,00 cm di lokasi Jawa Timur.

Gambar 3. Perbandingan Tinggi Tanaman Galur-galur KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, dan varietas Ciherang

Jumlah Anakan

Rataan jumlah anakan total terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 36, sedangkan galur dengan jumlah anakan total terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 10. Begitu pula dengan jumlah anakan produktif, terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 30, sedangkan galur dengan jumlah anakan produktif terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 8.

Vergara (1995) menyatakan bahwa kesanggupan dalam membentuk anakan yang baik menjamin jumlah anakan per satuan luas meskipun beberapa tanaman mati pada stadia awal pertumbuhan. Anakan tegak menghasilkan penyebaran cahaya yang lebih baik. Umumnya tanaman padi memproduksi anakan lebih sedikit di musim kemarau dari pada di musim hujan. Fagi et al.


(44)

22

Panjang Malai

Galur dengan rataan panjang malai tertinggi pada lokasi Jawa Timur yaitu galur StKt 6-d-10s-1-1-1 dengan nilai 25,40 cm dimana masih berpotensi 0,75 cm, sedangkan galur dengan rataan panjang malai terendah adalah varietas IR64 dengan nilai rataan 20,53 cm dengan nilai potensi 0,93 cm. Pada lokasi Sulawesi Selatan varietas IR 64 memiliki rataan panjang malai paling tinggi yaitu 25.33 cm

dimana masih berpotensi 1,31 cm, sedangkan paling rendah adalah galur GgGm20-d-10j-1-2-1 yaitu 20.93 cm dengan nilai potensi panjang malai sebesar

3,16 cm. Nilai rataan panjang malai di lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta indeks kelebatan malai disajikan pada Tabel 9.

Tabel. 9 Nilai Rataan Panjang Malai (cm) dan Indeks Kelebatan Malai

No Genotipe

Nilai Rataan Panjang Malai (cm) Rataan Gabungan Panjang Malai (cm) Rataan Jumlah Gabah Total Indeks Kelebatan Malai Lokasi Jawa Timur Lokasi Sulawesi Selatan

1 StKt 6-d-10s-1-1-1 25,40±0,75 22,27±3,79 23,83 130 5,46 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 20,77±0,50 22,50±0,80 21,63 146 6,75 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 23,00±0,75 22,50±0,92 22,75 130 5,71 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 22,57±1,88 24,37±0,95 23,47 140 5,97 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 23,27±1,07 21,50±1,04 22,38 138 6,17 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 23,43±1,70 24,73±0,40 24,08 106 4,40 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 22,83±1,72 22,60±0,95 22,72 145 6,38 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 24,37±0,95 20,93±3,16 22,65 145 6,40 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 23,57±0,46 23,70±1,23 23,63 118 4,99 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 18,43±1,10 21,73±3,90 20,08 108 5,38 11 IR64 20,53±0,93 25,33±1,31 22,93 104 4,54

12 Ciherang 22,57±1,01 23,40 114 4,87


(45)

23

Tanaman padi ideal adalah yang mempunyai malai yang panjang dan lebat, dimana jumlah gabahnya banyak. Indeks kelebatan malai ditentukan oleh jumlah gabah total dan panjang malai. Semakin tinggi jumlah gabah total per malai, makin tinggi pula indeks kelebatan malai. Pada umumnya petani menyukai tanaman padi yang panjang dan lebat.

Gambar 4. Perbandingan Kelebatan Malai Galur-galur JlCr11-d-4s-2-1-1, KmCr15-d-13j-1-1-1, GgGm 20-d-7j-1-2-2, SmJl 24-d-9j-1-1-1, dan Varietas Ciherang (dari kiri ke kanan).

Indeks kelebatan malai tertinggi yaitu galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 dengan nilai 6,75 sedangkan nilai indeks kelebatan malai terendah yaitu galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sebesar 4,40. Menurut Vergara (1995) bertambahnya hasil gabah pada jenis malai banyak dihasilkan dari meningkatnya jumlah malai-malai tersebut, sedangkan bertambahnya hasil gabah dari jenis malai berat dihasilkan dari penambahan berat tiap malai.

Jumlah Gabah per Malai

Galur dengan jumlah gabah total per malai paling tinggi adalah galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 sebanyak 146 bulir, sedangkan terendah adalah varietas IR64 sebanyak 104 bulir. Sedangkan galur yang mempunyai gabah hampa per malai tertinggi adalah galur StKt 6-d-10s-1-1-1 yaitu 30%, sedangkan terendah galur


(46)

24

GgGm 20-d-10j-1-2-1 yaitu 9%. Jumlah gabah bernas per malai tertinggi pada galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 dan GgGm 20-d-10j-1-2-1 sebanyak 136 bulir, sedangkan terendah galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sebanyak 84 bulir. Bobot seribu butir tertinggi pada galur HbGm 26-d-27j-1-1-1 dengan berat 41,21 gram.

Menurut Vergara (1995), penyebab kehampaan bulir diantaranya rebah, kurang intensitas cahaya, serangan penyakit, pemberian pupuk terlalu banyak, suhu rendah sedangkan kelembaban tinggi pada masa pembungaan, dan suhu rendah pada saat pembentukan malai. Intensitas cahaya matahari yang rendah dapat menyebabkan jumlah gabah per malai yang sedikit.

Panjang Daun Bendera

Nilai rataan panjang daun bendera pada lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta nilai rataan gabungan panjang daun bendera disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Panjang Daun Bendera di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Panjang Daun Bendera.

No Genotipe

Rataan Panjang Daun Bendera (cm)

Rataan Gabungan Panjang daun Bendera (cm) Lokasi Jawa

Timur

Lokasi Sulawesi

Selatan

1 StKt 6-d-10s-1-1-1 34.11 30,11 32.11 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 29.84 25.80 27.82 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 25.60 26.50 25.55 4 StKt 6-d-10s-1-1-1 30.92 36.90 33.91 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 30.50 26.52 28.51

6 GgCr18-d-2j-2-1-1 33.00 33.26 33.13

7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 31.23 35.19 33.11 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 33.75 25.75 29.75 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 35.82 31.80 33.81 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 23.63 25.63 24.63

11 IR64 20.83 18.83 19.83

12 Ciherang 24.31 24.31


(47)

25

Galur yang memiliki panjang daun bendera tertinggi pada lokasi Jawa Timur adalah StKt6-d-10s-1-1-1 dengan panjang daun bendera 34,11 cm, sedangkan pada lokasi Sulawesi Selatan galur yang memiliki panjang daun bendera tertinggi adalah StKt6-d-10s-1-1-1 dengan panjang daun bendera 36,90 cm. Varietas IR64 di Jawa Timur memiliki panjang daun bendera 20,83 cm sedangkan di Sulawesi Selatan 18,83 cm. Varietas lokal Ciherang memiliki panjang daun bendera 24,31 cm sedangkan Cisantana 23,33 cm. Nilai rataan gabungan panjang daun bendera terendah IR64 yaitu 19,83 cm sedangkan tertinggi galur StKt 6-d-10s-1-1-1 yaitu 33,91 cm.

Tanaman padi yang ideal memiliki panjang daun bendera yang melebihi panjang malai. Menurut Vergara (1995) naungan dari daun atas akan berkurang bila malai tidak tumbuh melebihi daun bendera.

Mutu Fisik Gabah dan Beras

Mutu gabah yang baik memegang peran penting dalam perdagangan, demikian juga rasa nasi, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Faktor-faktor yang menentukan mutu gabah diantaranya adalah bentuk, ukuran, dan rendemen. Sedangkan faktor yang mempengaruhi mutu beras diantaranya warna beras, rasa nasi, dan aroma.

Pada umumnya masyarakat dan petani menyukai bentuk gabah yang lonjong dan sedang, warna beras yang transparan, rasa nasi yang enak, dan aroma nasi wangi sampai sedang. Varietas-varietas unggul nasional maupun lokal memiliki bentuk gabah lonjong, dan warna beras transparan.

Menurut Prihatiningsih (2001) varietas Cisantana termasuk dalam golongan padi ukuran panjang, bentuk lonjong dengan rataan ukuran panjang 7,4 mm dan nisbah (P/L) 3,6. Sedangkan varietas Ciherang memiliki bentuk gabah lonjong dan warna beras transparan.


(48)

26

Tabel 11. Bentuk Gabah, Warna Beras, Rasa Nasi, dan Aroma Nasi .

No Genotipe Bentuk

Gabah

Warna

Beras Rasa Nasi Aroma 1 StKt 6-d-10s-1-1-1 Lonjong Transparan Pulen Sedang 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 Sedang Sedang Pera Sedang 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 Sedang Transparan Sedang Sedang 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 Sedang Sedang Sedang Apek 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 Bulat Transparan Sedang Sedang 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 Lonjong Transparan Pera Sedang 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 Lonjong Transparan Pera Sedang 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 Sedang Sedang Pera Sedang 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 Sedang Putih Pulen Sedang 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 Sedang Transparan Sedang Sedang 11 IR64 Lonjong Transparan Sedang Sedang 12 Ciherang Lonjong Transparan Sedang Sedang 13 Cisantana Lonjong Transparan Sedang Sedang


(49)

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Lokasi uji adaptasi merupakan bentuk lingkungan yang berbeda dimana menyebabkan keragaman hasil. Dengan adanya lingkungan yang berbeda dapat

ditentukan galur harapan padi sawah tipe baru yang mampu beradaptasi. Dari segi potensi produksi, Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 merupakan galur yang

mampu beradaptasi di lingkungan Madiun, Jawa Timur, dan Maros, Sulawesi Selatan. Dari pengamatan komponen hasil yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah total, jumlah gabah hampa, dan produksi gabah kering giling menunjukkan bahwa Galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 adalah galur yang memiliki daya hasil tinggi pada kedua lokasi pengujian.

Potensi produksi galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 mencapai 19 – 36 % lebih tinggi dari varietas unggul pembanding, baik varietas IR64 sebagai varietas nasional maupun varietas Ciherang dan varietas Cisantana sebagai varietas pembanding lokal.

Saran

Perlu dilakukan pengujian kembali pada lokasi yang sama, musim yang berbeda sehingga diperoleh galur yang stabil, baik pada lokasi (kondisi lingkungan) yang berbeda maupun musim yang tidak sama. Pengujian juga perlu dilakukan pada tahun yang berbeda.


(50)

28

DAFTAR PUSTAKA

Aswidinnoor, H., Rusdiansyah, M. Syukur, dan M. Gulahmadi. 2001. Studi Perakitan Varietas Padi Gogo dan Perluasan Keragaman Kerabat Liar Oryza sp. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VI/5 tahun 2001. Bogor.

Barker, R., Robert W., Beth R. 1985. The Rice Economy of Asia. The Johns Hopkins University Press. Washington D.C.

De Datta, S.K., and R. Fever. 1975. Soils on Which Upland Rice is Grown. p. 27-39. In IRRI (ed.) Major Research in Upland Rice. IRRI. Los Banos. Philipines.

Fagi, A. M., B. Abdullah, dan S. Kertaadmaja. 2001. Peran Padi sebagai Sumber Daya Genetik Padi Modern. Dalam. Budaya Padi, Prosiding Diskusi Panel dan Pameran Budaya Padi Surakarta 28 Agustus 2001. Yayasan Padi Indonesia.

Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Uji Multilokasi. dalam. E. Sjamsuddin, J. S. Baharsyah (Eds.). Terjemahan Bahasa Inggris. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke 2. UI press. Jakarta. 698 hal.

Hondrade, R., and E. Hondrade. 2002. Upland Rice Varietal Acces, Test and Multiplication (ATM), p. 54. In: J.R. Witcombe, L.B. Parr, and G.N. Atlin (Eds.). Breeding Rainfed Rice for Drought-prone Environments: Integrating Conventional and Participatory Plant Breeding in South and Southeast Asia. IRRI. Philippines.

Irsal. 2003. Pengembangan Padi Varietas Fatmawati di Propinsi DIY. Pemda DIY. Yogyakarta.

Khush, G. 1997. Prospect of and Approach to Increasing the Genetic YieldPotential of Rice. Hal:59-68. In. R.E. Evenson, R.W. Herdt, and M. Hossain (Eds.). Rice Research in Asia Progress.

Prihatiningsih. 2001. Pengaruh Waktu Panen terhadap Produksi dan Mutu Fisik Gabah dan Beras pada Beberapa Varietas Padi. (Oryza sativa L.). Faperta. IPB.

Nasution, M. 2003. Pertanian Sebagai Platform Pembangunan Indonesia Masa Depan. Makalah Kongres Masyarakat Pertanian Indonesia (KMPI). Bogor. Pane, H., Rochmat. 1993. Pengolahan Tanah dan Pengendalian Gulma pada Padi

Tanam Pindah. Media Penelitian Sukamandi. No:14. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi.

Prayudi, B. 2000. Toleransi Padi Lokal Rawa pasang Surut terhadap Penyakit Hawar Pelepah Daun Padi (Rhizoctonia solani). Faperta. IPB.


(51)

29

Pulungan, A. 2003. Peran Petani di dalam Pertanian Nasional. Makalah Kongres Masyarakat Pertanian Indonesia (KMPI). Bogor.

Rahman, Y. 2004. Metode Shuttle Breeding pada Padi. Makalah seminar Puslitbang Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balitbangtan. Bogor.

Saragih, B. 2003. Isu Pokok Ekonomi Indonesia dan Kontribusi Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian. Makalah Kongres Masyarakat Pertanian Indonesia (KMPI). Bogor.

Sulistiyono, E., Chozin, M.A., Rezkiyanti, F. 2002. Uji Potensi Hasil Beberapa Galur Padi Gogo ( Oryza sativa L. ) pada Berbagai Tingkat Naungan. Bul. Agr. hal:3. Faperta. IPB.

Vergara, B.S., and S.K. De Datta. 1996. Oryza sativa L. p:106-115. In : G.J.H. Grubben and S. Partohardjono, Eds. Plant Resources of South-East Asia. No. 10. Cereals. Bogor. Indonesia.

Vergara, B. S. 1995. Bercocok Tanam Padi. (terjemahan Bahasa Inggris). Departemen Pertanian. Jakarta. 221 hal.

Wirna, D., A. Makmur., H. Aswidinnoor. 2002. Evaluasi Ketenggangan Galur Padi Gogo terhadap Cekaman Aluminium dan Efisiensi Penggunaan Hara Kalium. Faperta IPB.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. IRRI. Los Banos. Philipines. 269 p.


(52)

Tabel 1. Analisis ragam tinggi tanaman 

Sumber  Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  392.83433889  98.20858472  0.85  0.5021 

Lokasi(L)  1  1.06823472  1.06823472  0.01  0.9239 

Genotipe(G)  11  13470.24791528  1224.56799230    10.58  0.0001 

Interaksi LxG  11  7184.99458194  653.18132563  5.64  0.0001 

Galat  44  5091.56639444  115.71741806     

Total  Terkoreksi 

71  26140.71146528       

Koefisien keragaman = 12.95882 %        

     

Tabel 2. Analisis ragam jumlah anakan total 

Sumber  Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  132.22222222  33.05555556        1.55       0.2045 

Lokasi(L)  1  1760.22222222       1760.22222222      82.53      0.0001 

Genotipe(G)  11  5209.44444444       473.58585859       22.20      0.0001  Interaksi LxG  11  5068.11111111       460.73737374       21.60      0.0001 

Galat  44  938.44444444  21.32828283     

Total  Terkoreksi 

74  13108.44444444       

Koefisien keragaman = 29.27063 %              

   

Tabel 3. Analisis ragam jumlah anakan produktif  Sumber 

Keragaman 

Derajat 

Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  146.11111111       36.52777778       2.29        0.0747 

Lokasi(L)  1  968.00000000       968.00000000      60.68       0.0001 

Genotipe(G)  11  2832.27777778      257.47979798      16.14       0.0001 

Interaksi LxG  11  2837.66666667      257.96969697      16.17       0.0001 

Galat  44  701.88888889       15.95202020     

Total  Terkoreksi 

71  7485.94444444       

Koefisien keragaman = 29.52442 %        

Tabel 4. Analisis ragam panjang malai  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat  Tengah 

F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  18.33888889       4.58472222      1.84        0.1385  Lokasi(L)  1  4.01388889        4.01388889      1.61        0.2112  Genotipe(G)  11  79.06944444       7.18813131      2.88        0.0061  Interaksi LxG  11  100.52277778      9.13843434      3.66        0.0010 


(53)

Galat  44  109.71444444      2.49351010      Total 

Terkoreksi 

71  311.65944444       

Koefisien keragaman = 6.926656 %        

   

Tabel 5. Analisis ragam jumlah gabah total 

Sumber 

Keragaman 

Derajat 

Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  1755.61111111       438.90277778        0.76       0.5541 

Lokasi(L)  1  15138.00000000      15138.00000000      26.37      0.0001 

Genotipe(G)  11  17185.44444444      1562.31313131       2.72       0.0091 

Interaksi LxG  11  25710.33333333      2337.30303030       4.07       0.0091 

Galat  44  25261.72222222      574.13005051     

Total  Terkoreksi 

71  85051.11111111       

Koefisien keragaman = 18.88346 %         

 

Tabel 6. Analisis ragam jumlah gabah hampa  Sumber 

Keragaman 

Derajat 

Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  21.77777778        5.44444444        0.13       0.9715  Lokasi(L)  1  36.12500000        36.12500000       0.85       0.3620  Genotipe(G)  11  3780.15277778      343.65025253      8.07       0.0001 

Interaksi LxG  11  1966.04166667      178.73106061      4.20       0.0003 

Galat  44  1873.55555556      42.58080808     

Total 

Terkoreksi 

71  7677.65277778       

Koefisien keragaman = 37.43654 %        

      

Tabel 7. Analisis ragam persentase gabah hampa 

Sumber Keragaman  Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F 

Ulangan/lokasi   4  63.05611111        15.76402778        0.43       0.7871 

Lokasi(L)  1  64.22222222        64.22222222        1.75       0.1932  Genotipe(G)  11  2566.42000000      233.31090909       6.34       0.0001  Interaksi LxG  11  714.10444444       64.91858586        1.77       0.0903 

Galat  44  1618.15722222      36.77630051     

Total Terkoreksi  71  5025.96000000       

Koefisien keragaman = 43.00955 %        

     


(1)

Tabel 1. Analisis ragam tinggi tanaman  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  392.83433889  98.20858472  0.85  0.5021 

Lokasi(L)  1  1.06823472  1.06823472  0.01  0.9239 

Genotipe(G)  11  13470.24791528  1224.56799230    10.58  0.0001  Interaksi LxG  11  7184.99458194  653.18132563  5.64  0.0001 

Galat  44  5091.56639444  115.71741806     

Total  Terkoreksi 

71  26140.71146528       

Koefisien keragaman = 12.95882 %        

     

Tabel 2. Analisis ragam jumlah anakan total  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  132.22222222  33.05555556        1.55       0.2045  Lokasi(L)  1  1760.22222222       1760.22222222      82.53      0.0001  Genotipe(G)  11  5209.44444444       473.58585859       22.20      0.0001  Interaksi LxG  11  5068.11111111       460.73737374       21.60      0.0001 

Galat  44  938.44444444  21.32828283     

Total  Terkoreksi 

74  13108.44444444       

Koefisien keragaman = 29.27063 %              

   

Tabel 3. Analisis ragam jumlah anakan produktif  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  146.11111111       36.52777778       2.29        0.0747  Lokasi(L)  1  968.00000000       968.00000000      60.68       0.0001  Genotipe(G)  11  2832.27777778      257.47979798      16.14       0.0001  Interaksi LxG  11  2837.66666667      257.96969697      16.17       0.0001 

Galat  44  701.88888889       15.95202020     

Total  Terkoreksi 

71  7485.94444444       

Koefisien keragaman = 29.52442 %        

Tabel 4. Analisis ragam panjang malai  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat  Tengah 

F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  18.33888889       4.58472222      1.84        0.1385  Lokasi(L)  1  4.01388889        4.01388889      1.61        0.2112  Genotipe(G)  11  79.06944444       7.18813131      2.88        0.0061  Interaksi LxG  11  100.52277778      9.13843434      3.66        0.0010 


(2)

Galat  44  109.71444444      2.49351010      Total 

Terkoreksi 

71  311.65944444       

Koefisien keragaman = 6.926656 %        

   

Tabel 5. Analisis ragam jumlah gabah total  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  1755.61111111       438.90277778        0.76       0.5541  Lokasi(L)  1  15138.00000000      15138.00000000      26.37      0.0001  Genotipe(G)  11  17185.44444444      1562.31313131       2.72       0.0091  Interaksi LxG  11  25710.33333333      2337.30303030       4.07       0.0091 

Galat  44  25261.72222222      574.13005051     

Total  Terkoreksi 

71  85051.11111111       

Koefisien keragaman = 18.88346 %         

 

Tabel 6. Analisis ragam jumlah gabah hampa  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  21.77777778        5.44444444        0.13       0.9715  Lokasi(L)  1  36.12500000        36.12500000       0.85       0.3620  Genotipe(G)  11  3780.15277778      343.65025253      8.07       0.0001  Interaksi LxG  11  1966.04166667      178.73106061      4.20       0.0003 

Galat  44  1873.55555556      42.58080808     

Total  Terkoreksi 

71  7677.65277778       

Koefisien keragaman = 37.43654 %               

Tabel 7. Analisis ragam persentase gabah hampa  Sumber Keragaman  Derajat 

Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  63.05611111        15.76402778        0.43       0.7871  Lokasi(L)  1  64.22222222        64.22222222        1.75       0.1932  Genotipe(G)  11  2566.42000000      233.31090909       6.34       0.0001  Interaksi LxG  11  714.10444444       64.91858586        1.77       0.0903 

Galat  44  1618.15722222      36.77630051     

Total Terkoreksi  71  5025.96000000       

Koefisien keragaman = 43.00955 %        

     


(3)

Sumber  Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  1644.16666667       411.04166667        0.80       0.5296  Lokasi(L)  1  13695.12500000      13695.12500000      26.77      0.0001  Genotipe(G)  11  20110.70833333      1828.24621212       3.57       0.0012  Interaksi LxG  11  19534.04166667      1775.82196970       3.47       0.0015 

Galat  44  22507.83333333      511.54166667     

Total  Terkoreksi 

71  77491.87500000       

Koefisien keragaman = 20.66292 %        

 

Tabel 9. Analisis ragam produksi gabah kering giling  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat  Tengah 

F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  1.19277778       0.29819444      2.40        0.0646  Lokasi(L)  1  3.38000000       3.38000000      27.17        0.0001  Genotipe(G)  11  41.17277778      3.74297980      30.09        0.0001  Interaksi LxG  11  13.53333333      1.23030303      9.89        0.0001 

Galat  44  5.47388889     0.12440657     

Total  Terkoreksi 

71  64.75277778       

Koefisien keragaman = 6.823038  %        Tabel 10. Analisis ragam bobot seribu butir 

Sumber  Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  0.27777778        0.06944444       0.26        0.9016  Lokasi(L)  1  1.38888889        1.38888889       5.21        0.0273  Genotipe(G)  11  893.83333333      81.25757576      305.00       0.0001  Interaksi LxG  11  2.27777778        0.20707071       0.78        0.6604 

Galat  44  11.72222222       0.26641414     

Total Koreksi  71  909.50000000       

Koefisien keragaman = 1.715745 %        

   

Tabel 11. Analisis ragam panjang daun bendera  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  3.20333333         0.80083333        0.21        0.9311  Lokasi(L)  1  0.00000000         0.00000000        0.00        1.0000  Genotipe(G)  11  1374.32666667      124.93878788      32.88       0.0001  Interaksi LxG  11  0.00000000         0.00000000        0.00        1.0000 

Galat  44  167.17000000       167.17000000         

Total  Terkoreksi 

71  1544.70000000       


(4)

       

Tabel 12. Analisis ragam umur panen  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  0.00000000        0.00000000      0  0  Lokasi(L)  1  0.00000000        0.00000000      0  0  Genotipe(G)  11  988.00000000  89.81818182     99999.99      0.0001  Interaksi LxG  11  0.00000000        0.00000000      0  0 

Galat  44  0.00000000  0.00000000     

Total  Terkoreksi 

71  988.00000000       

Koefisien keragaman = 0 % 

Tabel 13. Analisis ragam umur berbunga  Sumber 

Keragaman 

Derajat  Bebas 

Jumlah Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hit  Pr > F  Ulangan/lokasi   4  0.00000000  0.00000000  0.00  1.0000 

Lokasi(L)  1  0.00000000  0.00000000  0.00  1.0000 

Genotipe(G)  11  988.00000000      89.81818182     99999.99      0.0001 

Interaksi LxG  11  0.00000000  0.00000000  0.00  1.0000 

Galat  44  0.00000000  0.00000000     

Total  Terkoreksi 

71  988.00000000       

Koefisien keragaman = 0.000001 %      


(5)

Tabel 14. Data Curah Hujan Bulan April sampai Juli Desa Sidorejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun Tahun 2005

Bulan

Tanggal hujan Volume

hujan (mm/hari)

Hari hujan

Hujan max.

Hujan min. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

April 35 - 7 19 - - - 2 - 34 1 - 2 12 2 - - - - 1 - - - - 1 - 3.87 11 35 1

Mei - - - - - - - - - - - - - - -

Juni - - - - - - - - - - - - 23 13 7 - - - 24 - 4 - - - - 8 - - 2.3 6 23 4

Juli - - - - 3 - - 5 - - 42 - - - 1.613 3 42 3


(6)

Tabel 15. Analisis Tanah Lokasi Kab. Madiun, Jawa Timur

Jenis analisis

Hasil

Penilaian analisis tanah

pH 1:1 H

2

O

KCl

C Organik (%)

N total (%)

P Bray Olsen (ppm)

Ca (me/100g)

Mg (me/100g)

K (me/100g)

Na (me/100g)

KTK (me/100g)

Al (me/100g)

H (me/100g)

5.00

4.08

1.86

0.14

8.9

6.40

3.05

0.18

0.36

40.26

0.20

0.08

Masam

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

-

sangat tinggi

sangat tinggi

-