Tabel 4. Produksi Gabah Kering Giling tonha,k.a.14 dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan
No Genotipe Jawa Timur
Sulawesi Selatan Gabungan
GKG Persen
Produksi GKG
Persen Produksi
GKG Persen Produksi
IR64 CHR IR64 CST
IR64 CHR CST
1 StKt 6-d-10s-1-1-1
5.5 106 97 4.1 85 89 4.8 96 84 104
2 JlCr 11-d-4s-2-1-1
6.1 117 107 4.8 100 104 5.5
110 97 120
3 KmSg 13-d-2j-2-1-1
5.3 102 93 5.1
106 111 5.3 106 93
115
4 KmCr 15-d-13j-1-1-1
6.5 125 114 5.7
119 124 6.1 122 107
133
5 CsSg 17-d-4j-1-1-3
4.4 85 77 5.8 121 126
5.1 102 90 111
6 GgCr18-d-2j-2-1-1
5.0 96 88 3.8 79 83 4.4 88 77 96
7 GgGm 20-d-7j-1-2-2
7.2 139 126 6.4
133 139 6.8 136 119 148
8 GgGm 20-d-10j-1-2-1
5.6 108 98 4.9
102 107 5.3 103 93
115
9 SmJl 24-d-9j-1-1-1
5.2 100 91 4.2 88 190 4.7 94 83 102
10 HbGm 26-d-27j-1-1-1
3.0 58 53 4.3 90 94 3.7 74 65 80
11 IR64
5.2 100 4.8 100 5.0 100
12 Ciherang
5.7 100
5.7 100
13 Cisantana
4.6 100
4.6 100
Keterangan : berbeda nyata pada uji lanjut Dunnett’s pada taraf 5
Komponen Hasil Menurut Pane et al 1993, komponen hasil jumlah malaim
2
, jumlah gabahmalai, dan bobot seribu butir tidak dipengaruhi oleh pengolahan tanah
namun lebih dipengaruhi oleh musim. Selanjutnya Vergara 1995 menyatakan bahwa setiap fase pertumbuhan berpengaruh terhadap komponen hasil, dan faktor
lingkungan mempengaruhi setiap fase pertumbuhan. Jumlah anakan produktif, kesuburan bulir, dan jumlah gabah per malai sangat menentukan komponen hasil.
Nilai rataan beberapa komponen hasil disajikan pada Tabel 5.
Tabel. 5. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi GALUR
TT AT AP
PM GT GH GH GB
UP UB BSB PDB GKG
StKt 6-d-10s-1-1-1
89,58 33 25 23,83 130 30 22,20 100
111 81
30.21 32.11
5,07
JlCr 11-d-4s-2-1-1
94,52 11 10 21,63 146 10
6,60 136 112 82
25.13 27.82 5,48
KmSg 13-d-2j-2-1-1
92,78 11 11 22,75 130 19 14,90 111 111
81 28.32 25.55
5,20
KmCr 15-d-13j-1-1-1
87,90 14 13 23,47 140 29 22,20 111 103
73 30.12 33.91
6,15
CsSg 17-d-4j-1-1-3
89,10 10 8 22,38 138 21 15,70
117 113 83
27.52 28.51
5,12
GgCr18-d-2j-2-1-1
88,12 36 30 24,08 106 22 23,15 84 111
81 29.32
33.13 4,42
GgGm 20-d-7j-1-2-2
98,62 11 11 22,72 145 13
9,43 132 111 81
30.11 33.11 6,82
GgGm 20-d-10j-1-2-1
98,83 11 10 22,65 145
9 6,10 136 111 81
30.41 29.75 5,27
SmJl 24-d-9j-1-1-1
79,08 13 12 23,63 118 23 18,13 95 112
82 29.32 33.81
4,72
HbGm 26-d-27j-1-1-1
82,83 11 10 20,08 108 13
12,65 95 111 81
41.21 24.63
3,67
IR64
59,88 16 13
22,93 104 10
9,48 94 103 73
30.31 19.83 4,98
Ciherang
65,57 13 11
23,40 114 10 8,65 104 103
73 29.51 24.31
5,15
Cisantana
63,1 12 11 24.2
120 10 8.42 110 103
73 30.11 23,33 4,62
Keterangan : = berbeda nyata pada taraf 5 uji lanjut dunnett’s terhadap varietas IR64
TT = Tinggi Tanaman cm
PM = Panjang Malai cm
AT = jumlah Anakan Total
AP = jumlah Anakan Produktif
GT = jumlah gabah total per malai
GH = jumlah gabah hampa per malai
GH = Persentase Gabah Hampa GB
= Gabah Bernas UP
= Umur panen hari setelah tanam UB
= Umur berbunga hari setelah tanam BSB = Bobot seribu butir
PDB = Panjang daun bendera cm GKG = Produksi Gabah Kering Giling per hektar.
Komponen Ragam dan Heritabilitas
Nilai duga komponen ragam genetik σ
2 g
, ragam lingkungan σ
l 2
, ragam interaksi genetik dan lingkungan
σ
gl 2
, ragam fenotipe σ
f 2
, dan nilai heritabilitas arti luas h
2 bs
terhadap karakter-karakter agronomi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi.
Karakter Komponen Ragam
h
2 bs
σ
2 g
σ
l 2
σ
gl 2
σ
f 2
Tinggi tanaman 95.23
115.71 179.16
390.10 0.20
Jumlah anakan total 2.14
21.33 146.47
169.94 0.01
Jumlah anakan produktif -0.08
15.95 80.67
96.54 0.00
Panjang malai -0.33
2.49 2.21
4.38 0.00
jumlah gabah total -129.17
574.13 587.72
1032.73 0.00
Jumlah gabah hampa 27.49
42.58 45.38
115.45 0.24
Persentase gabah hampa 168.39
36.78 28.14
233.31 0.72
Jumlah gabah bernas 8.74
511.54 421.43
941.71 0.01
Gabah kering giling 0.42
0.12 0.37
0.91 0.46
Bobot seribu butir 13.51
0.27 -0.02
13.76 0.98
Panjang daun bendera 124.94
167.17 -55.72
236.39 0.53
Umur panen 14.97
0.00 0.00
89.92 0.00
Umur berbunga 14.97
0.00 0.00
89.92 0.00
Keterangan : σ
2 g
: ragam genetik σ
l 2
: ragam lingkungan σ
gl 2
: interaksi ragam genetik dan lingkungan σ
f 2
: ragam
fenotipe h
2 bs
: heritabilitas arti luas
Analisis Ragam
Berdasar F hitung gabungan pada karakter yang diamati menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji menunjukkan respon yang berbeda-beda. Karakter
tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah bernas, dan produksi per hektar berbeda sangat nyata.
Sedangkan umur panen dan umur berbunga tidak berbeda nyata. Karakter tinggi tanaman berbeda nyata pada interaksi genotipe dan lingkungan, bobot seribu butir,
dan panjang daun bendera terlihat berbeda nyata. Analisis ragam disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Analisis Ragam Gabungan pada Dua Lokasi
Karakter F hitung
Genotipe G x L Tinggi tanaman
Jumlah anakan total Jumlah anakan produktif
Panjang malai Jumlah gabah total per malai
Jumlah gabah hampa per malai Jumlah gabah bernas
Persentase gabah hampa Umur panen hari setelah tanam
Umur berbunga hari setelah tanam Bobot seribu butir
Panjang daun bendera Produksi per hektar
Keterangan : = berpengaruh nyata pada taraf 1.
= berpengaruh sangat nyata pada 5. Tinggi Tanaman
Pengurangan tinggi tanaman adalah faktor yang terpenting dalam peningkatan potensi hasil gabah. Tanaman tinggi dan rimbun mengakibatkan
sedikit cahaya yang diterima oleh daun-daun yang lebih bawah Vergara, 1995. Nilai tertinggi rataan tinggi tanaman pada lokasi Jawa Timur adalah galur
JlCr 11-d-4s-2-1-1 yaitu 94,33 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 2,52 cm, sedangkan pada lokasi Sulawesi Selatan nilai tertinggi
rataan tinggi tanaman adalah galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yaitu 104,23 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 3,38 cm. Varietas IR64
memiliki rataan tinggi tanaman terendah pada kedua lokasi masing-masing 60,33 cm di Jawa Timur, dan 59,43 cm di Sulawesi Selatan, sedangkan rataan tinggi
tanaman varietas lokal Ciherang, dan Cisantana masing-masing adalah 68,00 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 2,65 cm, dan 63,13 cm
dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman 1,05 cm. Nilai rataan tinggi
tanaman cm di lokasi Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan beserta rataan gabungan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman cm Di Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Tinggi Tanaman cm.
No Genotipe Rataan Tinggi Tanaman cm
Rataan Gabungan
Tinggi Tanaman
cm Lokasi Jawa
Timur Lokasi
Sulawesi Selatan
1 StKt 6-d-10s-1-1-1
88,67± 4,73 90,50± 5,00
89,58 2 JlCr
11-d-4s-2-1-1 94,33± 2,52 94,70± 3,08
94,52 3
KmSg 13-d-2j-2-1-1 85,67±1,15
99,90± 1,40 92,78
4 KmCr 15-d-13j-1-1-1
86,67± 2,31 89,13± 1,76
87,90 5
CsSg 17-d-4j-1-1-3 91,00±4,36
87,20± 1,95 89,10
6 GgCr18-d-2j-2-1-1
85,67± 8,02 90,57± 4,12
88,12 7
GgGm 20-d-7j-1-2-2 93,00± 9,54
104,23± 3,38 98,62
8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 98,33± 0,58
99,33± 6,53 98,83
9 SmJl 24-d-9j-1-1-1
73,67± 2,08 84,50± 2,80
79,08 10
HbGm 26-d-27j-1-1-1 69,33± 5,86 96,33± 1,31
82,83 11
IR64 60,33± 1,53
59,43± 0,61 59,88
12 Ciherang 68,00±
2,65 68,00
13 Cisantana 63,13±
1,05 63,13
Menurut Vergara 1995, semakin tinggi tanaman semakin tinggi pula kecenderungan untuk rebah. Irsal 2003 menyatakan bahwa varietas unggul tipe
baru dirancang memiliki tinggi tanaman 90 – 110 cm. Varietas IR64 pada lokasi Jawa Timur masih memiliki potensi tinggi
tanaman sebesar 1,53 cm, sedangkan di lokasi Sulawesi Selatan tinggi tanaman hanya mencapai 59,43 cm dengan potensi tinggi tanaman sebesar 0,61 cm.
Galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yang memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi di Jawa Timur hanya memiliki rataan tinggi tanaman 94,70 cm di lokasi Sulawesi
Selatan. Sedangkan galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yang memiliki rataan tinggi
tanaman tertinggi di lokasi Sulawesi Selatan hanya mempunyai rataan tinggi tanaman sebesar 93,00 cm di lokasi Jawa Timur.
Gambar 3. Perbandingan Tinggi Tanaman Galur-galur KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, dan varietas Ciherang
Jumlah Anakan
Rataan jumlah anakan total terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 36, sedangkan galur dengan jumlah anakan total terendah adalah
CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 10. Begitu pula dengan jumlah anakan produktif, terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 30, sedangkan galur dengan
jumlah anakan produktif terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 8. Vergara 1995 menyatakan bahwa kesanggupan dalam membentuk
anakan yang baik menjamin jumlah anakan per satuan luas meskipun beberapa tanaman mati pada stadia awal pertumbuhan. Anakan tegak menghasilkan
penyebaran cahaya yang lebih baik. Umumnya tanaman padi memproduksi anakan lebih sedikit di musim kemarau dari pada di musim hujan. Fagi et al.
mengemukakan bahwa padi tipe baru memiliki ciri jumlah anakan 8 – 10.
Panjang Malai
Galur dengan rataan panjang malai tertinggi pada lokasi Jawa Timur yaitu galur StKt 6-d-10s-1-1-1 dengan nilai 25,40 cm dimana masih berpotensi 0,75 cm,
sedangkan galur dengan rataan panjang malai terendah adalah varietas IR64 dengan nilai rataan 20,53 cm dengan nilai potensi 0,93 cm. Pada lokasi Sulawesi
Selatan varietas IR 64 memiliki rataan panjang malai paling tinggi yaitu 25.33 cm dimana masih berpotensi 1,31 cm, sedangkan paling rendah adalah galur
GgGm20-d-10j-1-2-1 yaitu 20.93 cm dengan nilai potensi panjang malai sebesar 3,16 cm. Nilai rataan panjang malai di lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
beserta indeks kelebatan malai disajikan pada Tabel 9. Tabel. 9 Nilai Rataan Panjang Malai cm dan Indeks Kelebatan Malai
No Genotipe Nilai Rataan Panjang
Malai cm Rataan
Gabungan Panjang
Malai cm
Rataan Jumlah
Gabah Total
Indeks Kelebatan
Malai Lokasi
Jawa Timur
Lokasi Sulawesi
Selatan 1 StKt 6-d-10s-1-1-1
25,40±0,75 22,27±3,79 23,83 130 5,46
2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 20,77±0,50
22,50±0,80 21,63
146 6,75
3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 23,00±0,75 22,50±0,92
22,75 130
5,71 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 22,57±1,88
24,37±0,95 23,47
140 5,97
5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 23,27±1,07
21,50±1,04 22,38
138 6,17
6 GgCr18-d-2j-2-1-1 23,43±1,70
24,73±0,40 24,08
106 4,40
7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 22,83±1,72 22,60±0,95
22,72 145
6,38 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 24,37±0,95
20,93±3,16 22,65
145 6,40
9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 23,57±0,46
23,70±1,23 23,63
118 4,99
10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 18,43±1,10 21,73±3,90
20,08 108
5,38 11 IR64
20,53±0,93 25,33±1,31
22,93 104 4,54 12 Ciherang
22,57±1,01 23,40
114 4,87
13 Cisantana 24,23±0,81
24.20 120 4,96