139 126 6.4 Uji adaptasi galur harapan padi sawah tipe baru (Oryza sativa L.) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Tabel 4. Produksi Gabah Kering Giling tonha,k.a.14 dan Persen Produksi Galur-galur yang Diuji terhadap Varietas Pembanding di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan No Genotipe Jawa Timur Sulawesi Selatan Gabungan GKG Persen Produksi GKG Persen Produksi GKG Persen Produksi IR64 CHR IR64 CST IR64 CHR CST 1 StKt 6-d-10s-1-1-1 5.5 106 97 4.1 85 89 4.8 96 84 104 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 6.1 117 107 4.8 100 104 5.5 110 97 120 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 5.3 102 93 5.1 106 111 5.3 106 93 115 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 6.5 125 114 5.7 119 124 6.1 122 107 133 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 4.4 85 77 5.8 121 126 5.1 102 90 111 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 5.0 96 88 3.8 79 83 4.4 88 77 96 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2

7.2 139 126 6.4

133 139 6.8 136 119 148 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 5.6 108 98 4.9 102 107 5.3 103 93 115 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 5.2 100 91 4.2 88 190 4.7 94 83 102 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 3.0 58 53 4.3 90 94 3.7 74 65 80 11 IR64 5.2 100 4.8 100 5.0 100 12 Ciherang 5.7 100 5.7 100 13 Cisantana 4.6 100 4.6 100 Keterangan : berbeda nyata pada uji lanjut Dunnett’s pada taraf 5 Komponen Hasil Menurut Pane et al 1993, komponen hasil jumlah malaim 2 , jumlah gabahmalai, dan bobot seribu butir tidak dipengaruhi oleh pengolahan tanah namun lebih dipengaruhi oleh musim. Selanjutnya Vergara 1995 menyatakan bahwa setiap fase pertumbuhan berpengaruh terhadap komponen hasil, dan faktor lingkungan mempengaruhi setiap fase pertumbuhan. Jumlah anakan produktif, kesuburan bulir, dan jumlah gabah per malai sangat menentukan komponen hasil. Nilai rataan beberapa komponen hasil disajikan pada Tabel 5. Tabel. 5. Nilai Rataan Karakter Agronomi di Dua Lokasi GALUR TT AT AP PM GT GH GH GB UP UB BSB PDB GKG StKt 6-d-10s-1-1-1 89,58 33 25 23,83 130 30 22,20 100 111 81 30.21 32.11 5,07 JlCr 11-d-4s-2-1-1 94,52 11 10 21,63 146 10 6,60 136 112 82 25.13 27.82 5,48 KmSg 13-d-2j-2-1-1 92,78 11 11 22,75 130 19 14,90 111 111 81 28.32 25.55 5,20 KmCr 15-d-13j-1-1-1 87,90 14 13 23,47 140 29 22,20 111 103 73 30.12 33.91 6,15 CsSg 17-d-4j-1-1-3 89,10 10 8 22,38 138 21 15,70 117 113 83 27.52 28.51 5,12 GgCr18-d-2j-2-1-1 88,12 36 30 24,08 106 22 23,15 84 111 81 29.32 33.13 4,42 GgGm 20-d-7j-1-2-2 98,62 11 11 22,72 145 13 9,43 132 111 81 30.11 33.11 6,82 GgGm 20-d-10j-1-2-1 98,83 11 10 22,65 145 9 6,10 136 111 81 30.41 29.75 5,27 SmJl 24-d-9j-1-1-1 79,08 13 12 23,63 118 23 18,13 95 112 82 29.32 33.81 4,72 HbGm 26-d-27j-1-1-1 82,83 11 10 20,08 108 13 12,65 95 111 81 41.21 24.63 3,67 IR64 59,88 16 13 22,93 104 10 9,48 94 103 73 30.31 19.83 4,98 Ciherang 65,57 13 11 23,40 114 10 8,65 104 103 73 29.51 24.31 5,15 Cisantana 63,1 12 11 24.2 120 10 8.42 110 103 73 30.11 23,33 4,62 Keterangan : = berbeda nyata pada taraf 5 uji lanjut dunnett’s terhadap varietas IR64 TT = Tinggi Tanaman cm PM = Panjang Malai cm AT = jumlah Anakan Total AP = jumlah Anakan Produktif GT = jumlah gabah total per malai GH = jumlah gabah hampa per malai GH = Persentase Gabah Hampa GB = Gabah Bernas UP = Umur panen hari setelah tanam UB = Umur berbunga hari setelah tanam BSB = Bobot seribu butir PDB = Panjang daun bendera cm GKG = Produksi Gabah Kering Giling per hektar. Komponen Ragam dan Heritabilitas Nilai duga komponen ragam genetik σ 2 g , ragam lingkungan σ l 2 , ragam interaksi genetik dan lingkungan σ gl 2 , ragam fenotipe σ f 2 , dan nilai heritabilitas arti luas h 2 bs terhadap karakter-karakter agronomi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Duga Komponen Ragam dan Heritabilitas Galur-galur yang Diuji di Dua Lokasi. Karakter Komponen Ragam h 2 bs σ 2 g σ l 2 σ gl 2 σ f 2 Tinggi tanaman 95.23 115.71 179.16 390.10 0.20 Jumlah anakan total 2.14 21.33 146.47 169.94 0.01 Jumlah anakan produktif -0.08 15.95 80.67 96.54 0.00 Panjang malai -0.33 2.49 2.21 4.38 0.00 jumlah gabah total -129.17 574.13 587.72 1032.73 0.00 Jumlah gabah hampa 27.49 42.58 45.38 115.45 0.24 Persentase gabah hampa 168.39 36.78 28.14 233.31 0.72 Jumlah gabah bernas 8.74 511.54 421.43 941.71 0.01 Gabah kering giling 0.42 0.12 0.37 0.91 0.46 Bobot seribu butir 13.51 0.27 -0.02 13.76 0.98 Panjang daun bendera 124.94 167.17 -55.72 236.39 0.53 Umur panen 14.97 0.00 0.00 89.92 0.00 Umur berbunga 14.97 0.00 0.00 89.92 0.00 Keterangan : σ 2 g : ragam genetik σ l 2 : ragam lingkungan σ gl 2 : interaksi ragam genetik dan lingkungan σ f 2 : ragam fenotipe h 2 bs : heritabilitas arti luas Analisis Ragam Berdasar F hitung gabungan pada karakter yang diamati menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji menunjukkan respon yang berbeda-beda. Karakter tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah bernas, dan produksi per hektar berbeda sangat nyata. Sedangkan umur panen dan umur berbunga tidak berbeda nyata. Karakter tinggi tanaman berbeda nyata pada interaksi genotipe dan lingkungan, bobot seribu butir, dan panjang daun bendera terlihat berbeda nyata. Analisis ragam disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Analisis Ragam Gabungan pada Dua Lokasi Karakter F hitung Genotipe G x L Tinggi tanaman Jumlah anakan total Jumlah anakan produktif Panjang malai Jumlah gabah total per malai Jumlah gabah hampa per malai Jumlah gabah bernas Persentase gabah hampa Umur panen hari setelah tanam Umur berbunga hari setelah tanam Bobot seribu butir Panjang daun bendera Produksi per hektar Keterangan : = berpengaruh nyata pada taraf 1. = berpengaruh sangat nyata pada 5. Tinggi Tanaman Pengurangan tinggi tanaman adalah faktor yang terpenting dalam peningkatan potensi hasil gabah. Tanaman tinggi dan rimbun mengakibatkan sedikit cahaya yang diterima oleh daun-daun yang lebih bawah Vergara, 1995. Nilai tertinggi rataan tinggi tanaman pada lokasi Jawa Timur adalah galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yaitu 94,33 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 2,52 cm, sedangkan pada lokasi Sulawesi Selatan nilai tertinggi rataan tinggi tanaman adalah galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yaitu 104,23 cm dimana masih mempunyai potensi tinggi tanaman sebesar 3,38 cm. Varietas IR64 memiliki rataan tinggi tanaman terendah pada kedua lokasi masing-masing 60,33 cm di Jawa Timur, dan 59,43 cm di Sulawesi Selatan, sedangkan rataan tinggi tanaman varietas lokal Ciherang, dan Cisantana masing-masing adalah 68,00 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 2,65 cm, dan 63,13 cm dimana masih memiliki potensi tinggi tanaman 1,05 cm. Nilai rataan tinggi tanaman cm di lokasi Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan beserta rataan gabungan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman cm Di Lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta Rataan Gabungan Tinggi Tanaman cm. No Genotipe Rataan Tinggi Tanaman cm Rataan Gabungan Tinggi Tanaman cm Lokasi Jawa Timur Lokasi Sulawesi Selatan 1 StKt 6-d-10s-1-1-1 88,67± 4,73 90,50± 5,00 89,58 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 94,33± 2,52 94,70± 3,08 94,52 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 85,67±1,15 99,90± 1,40 92,78 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 86,67± 2,31 89,13± 1,76 87,90 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 91,00±4,36 87,20± 1,95 89,10 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 85,67± 8,02 90,57± 4,12 88,12 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 93,00± 9,54 104,23± 3,38 98,62 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 98,33± 0,58 99,33± 6,53 98,83 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 73,67± 2,08 84,50± 2,80 79,08 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 69,33± 5,86 96,33± 1,31 82,83 11 IR64 60,33± 1,53 59,43± 0,61 59,88 12 Ciherang 68,00± 2,65 68,00 13 Cisantana 63,13± 1,05 63,13 Menurut Vergara 1995, semakin tinggi tanaman semakin tinggi pula kecenderungan untuk rebah. Irsal 2003 menyatakan bahwa varietas unggul tipe baru dirancang memiliki tinggi tanaman 90 – 110 cm. Varietas IR64 pada lokasi Jawa Timur masih memiliki potensi tinggi tanaman sebesar 1,53 cm, sedangkan di lokasi Sulawesi Selatan tinggi tanaman hanya mencapai 59,43 cm dengan potensi tinggi tanaman sebesar 0,61 cm. Galur JlCr 11-d-4s-2-1-1 yang memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi di Jawa Timur hanya memiliki rataan tinggi tanaman 94,70 cm di lokasi Sulawesi Selatan. Sedangkan galur GgGm 20-d-7j-1-2-2 yang memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi di lokasi Sulawesi Selatan hanya mempunyai rataan tinggi tanaman sebesar 93,00 cm di lokasi Jawa Timur. Gambar 3. Perbandingan Tinggi Tanaman Galur-galur KmCr15d-13j-1-1-1, GgGm20d-7j-1-2-2, dan varietas Ciherang Jumlah Anakan Rataan jumlah anakan total terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 36, sedangkan galur dengan jumlah anakan total terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 10. Begitu pula dengan jumlah anakan produktif, terbanyak pada galur GgCr18-d-2j-2-1-1 sejumlah 30, sedangkan galur dengan jumlah anakan produktif terendah adalah CsSg 17-d-4j-1-1-3 sejumlah 8. Vergara 1995 menyatakan bahwa kesanggupan dalam membentuk anakan yang baik menjamin jumlah anakan per satuan luas meskipun beberapa tanaman mati pada stadia awal pertumbuhan. Anakan tegak menghasilkan penyebaran cahaya yang lebih baik. Umumnya tanaman padi memproduksi anakan lebih sedikit di musim kemarau dari pada di musim hujan. Fagi et al. mengemukakan bahwa padi tipe baru memiliki ciri jumlah anakan 8 – 10. Panjang Malai Galur dengan rataan panjang malai tertinggi pada lokasi Jawa Timur yaitu galur StKt 6-d-10s-1-1-1 dengan nilai 25,40 cm dimana masih berpotensi 0,75 cm, sedangkan galur dengan rataan panjang malai terendah adalah varietas IR64 dengan nilai rataan 20,53 cm dengan nilai potensi 0,93 cm. Pada lokasi Sulawesi Selatan varietas IR 64 memiliki rataan panjang malai paling tinggi yaitu 25.33 cm dimana masih berpotensi 1,31 cm, sedangkan paling rendah adalah galur GgGm20-d-10j-1-2-1 yaitu 20.93 cm dengan nilai potensi panjang malai sebesar 3,16 cm. Nilai rataan panjang malai di lokasi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan beserta indeks kelebatan malai disajikan pada Tabel 9. Tabel. 9 Nilai Rataan Panjang Malai cm dan Indeks Kelebatan Malai No Genotipe Nilai Rataan Panjang Malai cm Rataan Gabungan Panjang Malai cm Rataan Jumlah Gabah Total Indeks Kelebatan Malai Lokasi Jawa Timur Lokasi Sulawesi Selatan 1 StKt 6-d-10s-1-1-1 25,40±0,75 22,27±3,79 23,83 130 5,46 2 JlCr 11-d-4s-2-1-1 20,77±0,50 22,50±0,80 21,63 146 6,75 3 KmSg 13-d-2j-2-1-1 23,00±0,75 22,50±0,92 22,75 130 5,71 4 KmCr 15-d-13j-1-1-1 22,57±1,88 24,37±0,95 23,47 140 5,97 5 CsSg 17-d-4j-1-1-3 23,27±1,07 21,50±1,04 22,38 138 6,17 6 GgCr18-d-2j-2-1-1 23,43±1,70 24,73±0,40 24,08 106 4,40 7 GgGm 20-d-7j-1-2-2 22,83±1,72 22,60±0,95 22,72 145 6,38 8 GgGm 20-d-10j-1-2-1 24,37±0,95 20,93±3,16 22,65 145 6,40 9 SmJl 24-d-9j-1-1-1 23,57±0,46 23,70±1,23 23,63 118 4,99 10 HbGm 26-d-27j-1-1-1 18,43±1,10 21,73±3,90 20,08 108 5,38 11 IR64 20,53±0,93 25,33±1,31 22,93 104 4,54 12 Ciherang 22,57±1,01 23,40 114 4,87 13 Cisantana 24,23±0,81

24.20 120 4,96