Nilai Nutrisi Silase Onggok Yang Difermentasikan Dengan Pengawet Molases Dan Dedak Padi

RINGKASAN

1990. NjJai nutrisi ウェャセ・@
onggok
TONO MASKITONO.
djfermentasjkan dengan pengawet molases dan dedak
RAdi.
Karya Ilmiah.
Fakultas
Peternakan,
Institut
Pertanian Bogor.
yang

Pembimbing Utama
Dr. Ir. Suryahadi
Pembimbing Anggota: Ir. Zulbardi Muhammad, MS.
Indonesia
memiliki berbagai sumber
bahan
yang

berpotensi
tinggi
sebagai makanan
ternak.
Onggok
merupakan salah satu sumber yang mempunyai potensi tinggi
sebagai sumber makanan ternak. Pada umumnya yang sudah
biasa digunakan adalah onggok bentuk kering yang berfungsi
sebagai sumber karbohidrat.
Pengeringan onggok segar
menjadi kering memerlukan waktu yang lama dan untuk pabrik
berukuran besar dianggap memboroskan biaya.
Sehingga
perlu dicari alternatif lain, yaitu pengawetan dalam
keadaan segar melalui proses fermentasi anaerob.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama
yang
waktu fermentasi dan penambahan bahan pengawet
berbeda terhadap sifat fisik dan kimia onggok segar.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola

faktorial 5 X 4 dengan tiga ulangan. Faktor A (perlakuan
penambahan bahan pengawet), yai tu kontrol, di tambah dedak
23.88 persen (DA), ditambah dedak 37.0 persen (DB),
ditambah molases 3.05 persen (MA) dan ditambah molases
4.73 persen (MB). Faktor B (lama fermentasi) yaitu 0,
2,
4 dan 6 minggu. Parameter yang diamati adalah aspek
organoleptik (bau, warna, kontaminasi jamur dan tekstur)
dan aspek kimia (pH, kadar bahan kering, bahan organik,
protein kasar dan serat kasar).
Keadaan fisik silase onggok yaitu warna, aroma (bau)
dan tekstur untuk semua perlakuan menunjukkan kualitas
baik,
kecuali perlakuan penambahan dedak, karen a terjadi
kontaminasi jamur dan aroma tidak menarik (bukan aroma
khas tapai).
Sidik ragam menunjukkan bahwa bahan pengawet dan lama
fermentasi berpengaruh sangat nyata (P